Anda di halaman 1dari 14

A.

Definisi
Sepsis adalah suatu sindroma klinik yang terjadi oleh karena adanya respon tubuh yang
berlebihan terhadap rangsangan produk mikroorganisme. Ditandai dengan panas,
takikardia, takipnea, hipotensi dan disfungsi organ berhubungan dengan gangguan
sirkulasi darah.
Sepsis sindroma klinik yang ditandai dengan:
1.
2.
3.
4.
5.
6.

Hyperthermia/hypothermia (>38C; <35,6C)


Tachypneu (respiratory rate >20/menit)
Tachycardia (pulse >100/menit)
Leukocytosis >12.000/mm3 Leukopoenia <4.000/mm3
10% >cell immature
Suspected infection
Biomarker sepsis (CCM 2003) adalah prokalsitonin (PcT); C reactive Protein (CrP).

Derajat Sepsis
1. Systemic Inflammatory Response Syndrome (SIRS), ditandai dengan 2 gejala
sebagai berikut
a. Hyperthermia/hypothermia (>38,3C; <35,6C)
b. Tachypneu (resp >20/menit)
c. Tachycardia (pulse >100/menit)
d. Leukocytosis >12.000/mm atau Leukopenia <4.000/mm
e. 10% >cell immature
2. Sepsis Infeksi disertai SIRS
3. Sepsis Berat
Sepsis yang disertai MODS/MOF, hipotensi, oligouri bahkan anuria.
4. Sepsis dengan hipotensi
Sepsis dengan hipotensi (tekanan sistolik <90 mmHg atau penurunan tekanan sistolik
>40 mmHg).
5. Syok septic
Syok septik adalah subset dari sepsis berat, yang didefinisikan sebagai hipotensi yang
diinduksi sepsis dan menetap kendati telah mendapat resusitasi cairan, dan disertai
hipoperfusi jaringan.
Sepsis sering didefinisakan sebagai adanya mikroorganisme patogenik atau toksinnya
berada di dlaam aliran darah. (Hudak&Gallo, 1996).

Sindroma sepsis didefinisikan sebagai respon sistemik terhadap sepsis, diwujudkan


sebagai tachycardia, demam atau hypothermia, takipnea dan tanda tanda perfusi
organ yang tidak mencukupi. (Hudak&Gallo, 1996).
Syok sepsis adalah suatu bentuk syok (sindroma sepsis yang disertai hipotensi) yang
menyebar dan vasogenik dicirikan oleh adanya penurunan daya tahan vascular
sistemik serta adanya penyebaran yang tidak normal dari volume vascular.
(Hudak&Gallo, 1996)
Sepsis adalah suatu keadaan ketika mikroorganisme menginvasi tubuh dan
menyebabkan

respon

inflamasi

sitemik.

Respon

yang

ditimbulkan

sering

menyebabkan penurunan perfusi organ dan disfungsi organ. Jika disertai dengan
hipotensi maka dinamakan Syok sepsis. ( Linda D.U, 2006)
Terminology dalam sepsis menurut American College of Chest Physicians/society of
Critical Care Medicine consensus Conference Committee : Critical Care Medicine,
1992 :
1. Infeksi
Fenomena microbial yang ditandai dengan munculnya respon inflamasi terhadap
munculnya / invasi mikroorganisme ke dalam jaringan tubuh yang steril.
2. Bakteriemia
Munculnya atau terdapatnya bakteri di dalam darah.
3. SIRS (Systemic Inflamatory Response Syndrome)
Respon inflamasi secara sistemik yang dapat disebabkan oleh bermacam macam
kondisi klinis yang berat. Respon tersebut dimanifestasikan oleh 2 atau lebih dari
gejala khas berikut ini : Suhu badan> 380 C atau <360 C, Heart Rate >9O;/menit,
RR >20 x/menit atau PaCO2 < 32 mmHg, WBC > 12.000/mm3 atau <
4.000/mm3 atau 10% bentuk immature.
4. Sepsis sistemik
Respon terhadap infeksi yang disebabkan oleh adanya sumber infeksi yang jelas,
yang ditandai oleh dua atau lebih dari gejala di bawah ini: Suhu badan> 38 0C atau
<360C, Heart Rate >9O;/menit, RR >20 x/menit atau PaCO2 < 32 mmHg, WBC >
12.000/mm3 atau < 4.000/mm3 atau 10% bentuk immature
5. Severe Sepsis

Keadaan sepsis dimana disertai dengan disfungsi organ, hipoperfusi atau


hipotensi. Hipoperfusi atau gangguan perfusi mungkin juga disertai dengan
asidosis laktat, oliguria, atau penurunan status mentas secara mendadak.
6. Shok sepsis
Sepsis yang menyebabkan kondisi syok, dengan hipotensi walaupun telah
dilakuakn resusitasi cairan. Sehubungan terjadinya hipoperfusi juga bisa
menyebabkan asidosis laktat, oliguria atau penurunan status mental secara
mendadak. Pasien yang mendapatkan inotropik atau vasopresor mungkin tidak
tampaka hipotensi walaupun masih terjadi gangguan perfusi.
7. Sepsis Induce Hipotension
Kondisi dimana tekanan darah sistolik <90mmHg atau terjadi penurunan sistolik
>40mmHg dari sebelumnya tanpa adanya penyebab hipotensi yang jelas.
8. MODS (Multy Organ Dysfunction Syndroma)
Munculnya penurunan fungsi organ atau gangguan fungsi organ dan homeostasis
tidak dapat dijaga tanpa adanya intervensi.
B. Etiologi
Mayoritas dari kasus-kasus sepsis disebabkan oleh infeksi-infeksi bakteri gram negatif (-)
dengan persentase 60-70% kasus, beberapa disebabkan oleh infeksi-infeksi jamur, dan
sangat jarang disebabkan oleh penyebab-penyebab lain dari infeksi atau agen-agen yang
mungkin menyebabkan SIRS. Agen-agen infeksius, biasanya bakteri-bakteri, mulai
menginfeksi hampir segala lokasi organ atau alat-alat yang ditanam (contohnya, kulit,
paru, saluran pencernaan, tempat operasi, kateter intravena, dll.). Agen-agen yang
menginfeksi atau racun-racun mereka (atau kedua-duanya) kemudian menyebar secara
langsung atau tidak langsung kedalam aliran darah. Ini mengizinkan mereka untuk
menyebar ke hampir segala sistim organ lain. Kriteria SIRS berakibat ketika tubuh
mencoba untuk melawan kerusakan yang dilakukan oleh agen-agen yang dilahirkan darah
ini.
Sepsis bisa disebabkan oleh mikroorganisme yang sangat bervariasi, meliputi bakteri
aerobik, anareobik, gram positif, gram negatif, jamur, dan virus (Linda D.U, 2006).
Bakteri gram negative yang sering menyebabkan sepsis adalah E. Coli, Klebsiella Sp.
Pseudomonas Sp, Bakteriodes Sp, dan Proteus Sp.. Bakteri gram negative mengandung

liposakarida pada dinding selnya yang disebut endotoksin. Apabila dilepaskan dan masuk
ke dalam aliran darah, endotoksin dapat menyebabkan bergabagi perubahan biokimia
yang merugikan dan mengaktivasi imun dan mediator biologis lainnya yang menunjang
timbulnya shock sepsis.
Organisme gram positif yang sering menyebabkan sepsis adalah staphilococus,
streptococcus dan pneumococcus. Organime gram positif melepaskan eksotoksin yang
berkemampuan menggerakkan mediator imun dengan cara yang sama dengan endotoksin.
C. Tanda dan Gejala
Gejala klinis sepsis biasanya tidak spesifik, biasanya didahului oleh tanda tanda sepsis
non spesifik, meliputi demam, menggigil, dan gejala konstitutif seperti lelah, malaise,
gelisah, atau kebingungan. Pada pasien sepsis kemungkinan ditemukan:
1. Perubahan sirkulasi
2. Penurunan perfusi perifer
3. Tachycardia
4. Tachypnea
5. Pyresia atau temperature <36OC
6. Hypotensi
Tanda Klinis Syok Septik :
1. Fase dini: terjadi deplesi volume, selaput lendir kering, kulit lembab dan kering.
2. Post resusitasi cairan: gambaran klinis syok hiperdinamik: takikardia, nadi keras
dengan tekanan nadi melebar, precordium hiperdinamik pada palpasi, dan ekstremitas
hangat.
3. Disertai tanda-tanda sepsis.
Tanda hipoperfusi: takipnea, oliguria, sianosis, mottling, iskemia jari, perubahan
status mental.
Tanda tanda Syok Spesis ( Linda D.U, 2006) :
1. Peningkatan HR
2. Penurunan TD
3. Flushed Skin (kemerahan sebagai akibat vasodilatasi)
4. Peningkatan RR kemudian kelamaan menjadi penurunan RR

5. Crakles
6. Perubahan sensori
7. Penurunan urine output
8. Peningkatan temperature
9. Peningkatan cardiac output dan cardiac index
10. Penurunan SVR
11. Penurunan tekanan atrium kanan
12. Penurunan tekanan arteri pulmonalis
13. Penurunan curah ventrikel kiri
14. Penurunan PaO2
15. Penurunan PaCO2 kemudian lama kelamaan berubah menjadi peningkatan PaCO2
16. Penurunan HCO3

Gambaran Hasil laborat :


1. WBC > 12.000/mm3 atau < 4.000/mm3 atau 10% bentuk immature
2. Hiperglikemia > 120 mg/dl
3. Peningkatan Plasma C-reaktif protein
4. Peningkatan plasma procalcitonin.
5. Serum laktat > 1 mMol/L
6. Creatinin > 0,5 mg/dl
7. INR > 1,5
8. APTT > 60
9. Trombosit < 100.000/mm3
10. Total bilirubin > 4 mg/dl
11. Biakan darah, urine, sputum hasil positif.
D. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan sepsis yang optimal mencakup eliminasi patogen penyebab infeksi,
mengontrol sumber infeksi dengan tindakan drainase atau bedah bila diperlukan, terapi

antimikroba yang sesuai, resusitasi bila terjadi kegagalan organ atau renjatan. Vasopresor
dan inotropik, terapi suportif terhadap kegagalan organ, gangguan koagulasi dan terapi
imunologi bila terjadi respons imun maladaptive host terhadap infeksi.
Resusitasi
Mencakup tindakan airway (A), breathing (B), circulation (C) dengan oksigenasi, terapi
cairan (kristaloid dan/atau koloid), vasopresor/inotropik, dan transfusi bila diperlukan.
Tujuan resusitasi pasien dengan sepsis berat atau yang mengalami hipoperfusi dalam 6
jam pertama adalah CVP 8-12 mmHg, MAP >65 mmHg, urine >0.5 ml/kg/jam dan
saturasi oksigen >70%. Bila dalam 6 jam resusitasi, saturasi oksigen tidak mencapai 70%
dengan resusitasi cairan dengan CVP 8-12 mmHg, maka dilakukan transfusi PRC untuk
mencapai hematokrit >30% dan/atau pemberian dobutamin (sampai maksimal 20
g/kg/menit).

Eliminasi sumber infeksi


Tujuan: menghilangkan patogen penyebab, oleh karena antibiotik pada umumnya tidak
mencapai sumber infeksi seperti abses, viskus yang mengalami obstruksi dan implan
prostesis yang terinfeksi. Tindakan ini dilakukan secepat mungkin mengikuti resusitasi
yang adekuat.
Terapi antimikroba
Merupakan modalitas yang sangat penting dalam pengobatan sepsis. Terapi antibiotik
intravena sebaiknya dimulai dalam jam pertama sejak diketahui sepsis berat, setelah
kultur diambil. Terapi inisial berupa satu atau lebih obat yang memiliki aktivitas melawan
patogen bakteri atau jamur dan dapat penetrasi ke tempat yang diduga sumber sepsis.
Oleh karena pada sepsis umumnya disebabkan oleh gram negatif, penggunaan antibiotik
yang dapat mencegah pelepasan endotoksin seperti karbapenem memiliki keuntungan,
terutama pada keadaan dimana terjadi proses inflamasi yang hebat akibat pelepasan
endotoksin, misalnya pada sepsis berat dan gagal multi organ

Pemberian antimikrobial dinilai kembali setelah 48-72 jam berdasarkan data


mikrobiologi dan klinis. Sekali patogen penyebab teridentifikasi, tidak ada bukti bahwa
terapi kombinasi lebih baik daripada monoterapi.
Terapi suportif
Oksigenasi
Pada keadaan hipoksemia berat dan gagal napas bila disertai dengan penurunan
kesadaran atau kerja ventilasi yang berat, ventilasi mekanik segera dilakukan.
Terapi cairan
Hipovolemia harus segera diatasi dengan cairan kristaloid (NaCl 0.9% atau ringer laktat)
maupun koloid. Pada keadaan albumin rendah (<2 g/dL) disertai tekanan hidrostatik
melebihi tekanan onkotik plasma, koreksi albumin perlu diberikan.
Transfusi PRC diperlukan pada keadaan perdarahan aktif atau bila kadar Hb rendah pada
kondisi tertentu, seperti pada iskemia miokard dan renjatan septik. Kadar Hb yang akan
dicapai pada sepsis masih kontroversi antara 8-10 g/dL.
Vasopresor dan inotropik
Sebaiknya diberikan setelah keadaan hipovolemik teratasi dengan pemberian cairan
adekuat, akan tetapi pasien masih hipotensi. Vasopresor diberikan mulai dosis rendah dan
dinaikkan (titrasi) untuk mencapai MAP 60 mmHg atau tekanan darah sistolik 90mmHg.
Dapat dipakai dopamin >8g/kg.menit,norepinefrin 0.03-1.5g/kg.menit, phenylepherine
0.5-8g/kg/menit atau epinefrin 0.1-0.5g/kg/menit. Inotropik dapat digunakan:
dobutamine 2-28 g/kg/menit, dopamine 3-8 g/kg/menit, epinefrin 0.1-0.5 g/kg/menit
atau fosfodiesterase inhibitor (amrinone dan milrinone).
Bikarbonat
Secara empirik bikarbonat diberikan bila pH <7.2 atau serum bikarbonat <9 mEq/L
dengan disertai upaya untuk memperbaiki keadaan hemodinamik.

Disfungsi renal
Akibat gangguan perfusi organ. Bila pasien hipovolemik/hipotensi, segera diperbaiki
dengan pemberian cairan adekuat, vasopresor dan inotropik bila diperlukan. Dopamin
dosis renal (1-3 g/kg/menit) seringkali diberikan untuk mengatasi gangguan fungsi
ginjal pada sepsis, namun secara evidence based belum terbukti. Sebagai terapi pengganti
gagal ginjal akut dapat dilakukan hemodialisis maupun hemofiltrasi kontinu.
Nutrisi
Pada metabolisme glukosa terjadi peningkatan produksi (glikolisis, glukoneogenesis),
ambilan dan oksidasinya pada sel, peningkatan produksi dan penumpukan laktat dan
kecenderungan hiperglikemia akibat resistensi insulin. Selain itu terjadi lipolisis,
hipertrigliseridemia dan proses katabolisme protein. Pada sepsis, kecukupan nutrisi:
kalori (asam amino), asam lemak, vitamin dan mineral perlu diberikan sedini mungkin
Kontrol gula darah
Terdapat penelitian pada pasien ICU, menunjukkan terdapat penurunan mortalitas sebesar
10.6-20.2% pada kelompok pasien yang diberikan insulin untuk mencapai kadar gula
darah antara 80-110 mg/dL dibandingkan pada kelompok dimana insulin baru diberikan
bila kadar gula darah >115 mg/dL. Namun apakah pengontrolan gula darah tersebut dapat
diaplikasikan dalam praktek ICU, masih perlu dievaluasi, karena ada risiko hipoglikemia.
Gangguan koagulasi
Proses inflamasi pada sepsis menyebabkan terjadinya gangguan koagulasi dan DIC
(konsumsi faktor pembekuan dan pembentukan mikrotrombus di sirkulasi). Pada sepsis
berat dan renjatan, terjadi penurunan aktivitas antikoagulan dan supresi proses fibrinolisis
sehingga mikrotrombus menumpuk di sirkulasi mengakibatkan kegagalan organ. Terapi
antikoagulan, berupa heparin, antitrombin dan substitusi faktor pembekuan bila
diperlukan dapat diberikan, tetapi tidak terbukti menurunkan mortalitas.
Kortikosteroid

Hanya diberikan dengan indikasi insufisiensi adrenal. Hidrokortison dengan dosis 50 mg


bolus IV 4x/hari selama 7 hari pada pasien dengan renjatan septik menunjukkan
penurunan mortalitas dibandingkan kontrol. Keadaan tanpa syok, kortikosteroid
sebaiknya tidak diberikan dalam terapi sepsis.
Modifikasi respons inflamasi
Anti endotoksin (imunoglobulin poliklonal dan monoklonal, analog lipopolisakarida);
antimediator spesifik (anti-TNF, antikoagulan-antitrombin, APC, TFPI; antagonis PAF;
metabolit asam arakidonat (PGE1), antagonis bradikinin, antioksidan (N-asetilsistein,
selenium), inhibitor sintesis NO (L-NMMA); imunostimulator (imunoglobulin, IFN-, GCSF, imunonutrisi); nonspesifik (kortikosteroid, pentoksifilin, dan hemofiltrasi).
Endogenous activated protein C memainkan peranan penting dalam sepsis: inflamasi,
koagulasi dan fibrinolisis. Drotrecogin alfa (activated) adalah nama generik dari bentuk
rekombinan dari human activated protein C yang diindikasikan untuk menurunkan
mortalitas pada pasien dengan sepsis berat dengan risiko kematian yang tinggi.
E. Komplikasi Sepsis
1. ARDS
2. Koagulasi intravaskular diseminata
3. Acute Renal Failure (Chronic Kidney Disease)
4. Perdarahan usus
5. Gagal hati
6. Disfungsi sistem saraf pusat
7. Gagal jantung
8. Kematian
F. Pengkajian
1. Airway
Yakinkan kepatenan jalan napas, berikan alat bantu napas jika perlu (guedel atau
nasopharyngeal) jika terjadi penurunan fungsi pernapasan segera kontak ahli anestesi
dan bawa segera mungkin ke ICU
2. Breathing

Kaji jumlah pernasan lebih dari 24 kali per menit merupakan gejala yang signifikan,
kaji saturasi oksigen, periksa gas darah arteri untuk mengkaji status oksigenasi dan
kemungkinan asidosis, berikan 100% oksigen melalui non re-breath mask, auskulasi
dada, untuk mengetahui adanya infeksi di dada periksa foto thorak
3. Circulation
Kaji denyut jantung, >100 kali per menit merupakan tanda signifikan, monitoring
tekanan darah, periksa waktu pengisian kapiler, pasang infuse dengan menggunakan
canul yang besar, berikan cairan koloid gelofusin atau haemaccel, pasang kateter,
lakukan pemeriksaan darah lengkan, siapkan untuk pemeriksaan kultur, catat
temperature, kemungkinan pasien pyreksia atau temperature kurang dari 36oC,
siapkan pemeriksaan urin dan sputum, berikan antibiotic spectrum luas sesuai
kebijakan setempat.

4. Disability
Bingung merupakan salah satu tanda pertama pada pasien sepsis padahal sebelumnya
tidak ada masalah (sehat dan baik). Kaji tingkat kesadaran dengan menggunakan
AVPU.
5. Exposure
Jika sumber infeksi tidak diketahui, cari adanya cidera, luka dan tempat suntikan dan
tempat sumber infeksi lainnya.
6. Tanda ancaman terhadap kehidupan
Sepsis yang berat didefinisikan sebagai sepsis yang menyebabkan kegagalan fungsi
organ. Jika sudah menyembabkan ancaman terhadap kehidupan maka pasien harus
dibawa ke ICU
7. Aktivitas dan istirahat
Subyektif : Menurunnya tenaga/kelelahan dan insomnia
8. Sirkulasi
Subyektif : Riwayat pembedahan jantung/bypass cardiopulmonary, fenomena
embolik (darah, udara, lemak)

Obyektif : Tekanan darah bisa normal atau meningkat (terjadinya hipoksemia),


hipotensi terjadi pada stadium lanjut (shock)
Heart rate : takikardi biasa terjadi
Bunyi jantung : normal pada fase awal, S2 (komponen pulmonic) dapat terjadi
disritmia dapat terjadi, tetapi ECG sering menunjukkan normal
Kulit dan membran mukosa : mungkin pucat, dingin. Cyanosis biasa terjadi (stadium
lanjut)
9. Integritas Ego
Subyektif : Keprihatinan/ketakutan, perasaan dekat dengan kematian
Obyektif : Restlessness, agitasi, gemetar, iritabel, perubahan mental.
10. Makanan/Cairan
Subyektif : Kehilangan selera makan, nausea
Obyektif : Formasi edema/perubahan berat badan, hilang/melemahnya bowel sounds
11. Neurosensori
Subyektif atau Obyektif : Gejala truma kepala, kelambatan mental, disfungsi motorik
12. Respirasi
Subyektif : Riwayat aspirasi, merokok/inhalasi gas, infeksi pulmolal diffuse, kesulitan
bernafas akut atau khronis, air hunger
Obyektif : Respirasi : rapid, swallow, grunting
13. Rasa Aman
Subyektif : Adanya riwayat trauma tulang/fraktur, sepsis, transfusi darah, episode
anaplastik
14. Seksualitas
Subyektif atau obyektif : Riwayat kehamilan dengan komplikasi eklampsia
G. Diagnosa dan Intervensi
Diagnosa

Tujuan (NOC)

Ketidakefektifan
pola
berhubungan

Intervensi (NIC)

Setelah dilakukan tindakan Airway Managemen :

nafas keperawatan selama ... x 24 Buka jalan nafas


jam . pasien akan :

Posisikan pasien untuk

dengan

Ketidakseimbangan

normal

antara suplai dan


kebutuhan O2

TTV dalam rentang memaksimalkan

ventilasi

( fowler/semifowler)

Menunjukkan

napas yang paten

jalan Auskultasi suara nafas ,


catat

adanya

suara

Identifikasi

pasien

Mendemostrasikan suara tambahan


napas yang bersih, tidak ada
sianosis dan dypsneu.

perlunya pemasangan alat


jalan nafas buatan

Monitor respirasi dan

status O2
Penurunan

Monitor TTV.
curah Setelah dilakukan tindakan Cardiac care :

jantung

keperawatan selama ... x 24 catat adanya tanda dan

berhubungan

jam . pasien akan :

dengan

perubahan

afterload
preload.

Menunjukkan

dan dalam rentang normal

gejala penurunan cardiac


TTV output
monitor balance cairan

Tidak ada oedema paru catat adanya distritmia


dan tidak ada asites

Tidak ada penurunan monitor TTV

kesadaran

jantung
atur periode latihan dan

Dapat

aktivitas

dan

mentoleransi istirahat untuk menghindari


tidak

kelelahan.

ada kelelahan
monitor status pernapasan
yang

menandakan

Hipertermi

jantung.
Setelah dilakukan tindakan Fever Treatment :

berhubungan

keperawatan selama ... x 24

dengan
infeksi.

proses jam . pasien akan :

tanda-tanda

vital tiap 3 jam.

Suhu tubuh dalam Beri kompres hangat

rentang normal

Observasi

gagal

pada bagian lipatan tubuh

Tidak ada perubahan ( Paha dan aksila ).

warna kulit dan tidak ada

Monitor

intake

dan

pusing

output

Nadi dan respirasi dalam Monitor warna dan suhu


rentang normal

kulit
Berikan obat anti piretik
Temperature Regulation
Beri banyak minum ( 11,5 liter/hari) sedikit tapi
sering

Ganti

dengan
Ketidakefektifan
perfusi

pakaian

klien

bahan

tipis

menyerap keringat.
Setelah dilakukan tindakan Management
sensasi

jaringan keperawatan selama ... x 24 perifer:

perifer berhubungan jam . pasien akan :


dengan

cardiac

Tekanan sisitole dan dan nadi apikal setiap 4 jam

output yang tidak diastole


mencukupi.

dalam

rentang

normal

Monitor tekanan darah


Instruksikan

keluarga

untuk mengobservasi kulit

Menunjukkan tingkat jika ada lesi

kesadaran yang baik

Monitor adanya daerah


tertentu yang hanya peka
terhadap panas atau dingin

Kolaborasi

obat

antihipertensi.
Intoleransi aktivitas Setelah dilakukan tindakan Activity Therapy
berhubungan

keperawatan selama ... x 24 Kaji hal-hal yang mampu

ketidakseimbangan

jam . pasien akan :

antara suplai dan


kebutuhan oksigen.

dilakukan klien.

Berpartisipasi dalam Bantu klien memenuhi

aktivitas fisik tanpa disertai kebutuhan


peningkatan tekanan darah sesuai
nadi dan respirasi

Mampu

aktivitasnya

dengan

tingkat

keterbatasan klien

melakukan Beri penjelasan tentang

aktivitas sehari-hari secara hal-hal

yang

dapat

mandiri

membantu

dan

TTV dalam rentang meningkatkan

kekuatan

normal

fisik klien.

Status sirkulasi baik

Libatkan keluarga dalam


pemenuhan ADL klien
Jelaskan pada keluarga
dan

klien

tentang

pentingnya bedrest ditempat


Ansietas

tidur.
Setelah dilakukan tindakan Anxiety Reduction

berhubungan

keperawatan selama ... x 24 Kaji tingkat kecemasan

dengan

perubahan jam . pasien akan :

status kesehatan.

Jelaskan

prosedur

Mampu mengidentifikasi pengobatan perawatan.


dan mengungkapkan gejala Beri kesempatan pada
cemas

keluarga

TTV normal

tentang kondisi pasien.

Menunjukkan

teknik

untuk mengontrol cemas.

Beri

prosedur/
akan

untuk

bertanya

penjelasan

tiap

tindakan

yang

dilakukan

terhadap

pasien dan manfaatnya bagi


pasien.
Beri dorongan spiritual.

Anda mungkin juga menyukai