Tetes Mata
BAB III
SEDIAAN STERIL TETES MATA
3.1 Pengertian Obat Tetes Mata
Menurut Farmakope Indonesia Edisi IV, larutan obat mata adalah
larutan steril, bebas partikel asing, merupakan sediaan yang dibuat dan
dikemas sedemikian rupa hingga sesuai digunakan pada mata. Pembuatan
larutan obat mata membutuhkan perhatian khusus dalam hal toksisitas bahan
obat, nilai isotonisitas, kebutuhan akan dapar, kebutuhan akan pengawet (dan
jika perlu pemilihan pengawet) sterilisasi dan kemasan yang tepat.
Menurut Farmakope Indonesia Edisi III, tetes mata adalah sediaan
steril yang berupa larutan atau suspensi yang digunakan dengan cara
meneteskan obat pada selaput lendir mata disekitar kelopak mata dari bola
mata.
Jadi dapat disimpulkan bahwa sediaan obat mata merupakan sediaan
steril, yang terdiri dari bahan-bahan berkhasiat obat dan bahan tambahan dan
membutuhkan perhatian khusus dalam pembuatannya terutama dalam hal
toksisitas bahan obat, nilai isotonisitas, kebutuhan akan dapar, pengawet,
sterilitas, serta kemasan yang tepat.
3.2 Anatomi Mata
Organ Mata Bagian Dalam
Organ mata bagian dalam adalah organ-organ yang membentuk
bola mata. Adapun organ mata bagian dalam sebagai berikut :
1. Kornea mata (selaput bening), berfungsi untuk menerima cahaya
dari sumber cahaya dan meneruskannya ke bagian mata yang lebih
dalam dan berakhir di retina. Sifatnya tidak berwarna (bening) dan
tidak punya pembuluh darah. Bila terjadi kerusakan maka dapat
menyebabkan kebutaan.
Gambaran Anatomi Mata
23
Tetes Mata
24
Tetes Mata
25
Tetes Mata
26
Tetes Mata
Sulfacetamid Na.
Ciprofloxacin HCl Tobramycin.
Chloramphenicol.
Dibekacin Sulfat.
Ofloxacin.
Gentamycin Sulfat.
Oxytetracycline.
Kombinasi Neomycin Sulfat dan antibiotik lainnya.
i. Ofloxacin.
j. Acyclovir.
2. Antiinflamasi
Peradangan pada mata sering disebabkan oleh infeksi bakteri, virus,
jamur dan alergi. Gejala yang dirasakan pasien misalnya mata berair dan
gatal, tampak kemerahan, adanya sekret/kotoran mata, silau, buram atau
kelopak mata bengkak. Pengobatan bergantung kepada penyebabnya
dapat berupa antibiotika, antiinflamasi, anti alergi, anti jamur dan anti
virus.
3. Midriatik dan Cycloplegic
Digunakan untuk memperlebar pupil mata, biasanya digunakan bila
akan dilakukan pemeriksaan pada mata untuk melihat detail mata.
27
Tetes Mata
5. Anastetik Lokal
Anastetik lokal mata biasa digunakan untuk menimbulkan kekebalan
atau mati rasa. Biasanya digunakan sebelum mengukur tekanan pada
mata, menghilangkan objek asing dari mata dan sebelum melakukan
beberapa pemeriksaan mata. Efek dari tetes mata anastetik biasanya
selama 20 menit.
6. Tonik
Tonik mata berfungsi sebagai penyegar dan mengatasi kelelahan
pada mata. Penggunaannya juga mampu mempertajam penglihatan.
3.6 Bentuk-Bentuk dan Jenis Sediaan Tetes Mata
28
Tetes Mata
NO
.
1.
Golongan Obat
Kortikosteroid
Mekanisme Obat
Khasiat
Digunakan
untuk Obat dapat diberikan
mengontrol kecepatan pada
2.
Antiinflamasi
kantong
sintesis
menekan
polimornukleat.
dalam cairan mata.
Bentuk
sediaan Untuk
mengobati
suspensi
dapat proses
meningkatkan
waktu seperti
peradangan
radang
Contoh Obat
Betametason
Natrium
Hidrokortisan
Asetat
pada
3.
Alkaloid
Tumbuhan
sehingga bening,
dan
memberikan
kerja kelopak
lepas
yang (konjungtivitas,
lambat
lebih lama
Obat bekerja
efektor
mata
kreatitis, blepharitis).
pada Dapat menyembuhkan
muskarinik glaukoma
dan
pinggir
dan
Pilokarpin
mata
HCl
untuk
Difenhidrami
sedikit kering.
memperlihatkan efek
nikotinik
dapat
sehingga
merangsang
dapat
miosis
Etanolamin
3%.
Menghambat
pelepasan
Digunakan
histamin melawan
peradangan
sebab-sebab
efek
kimia
seperti mekanis,
sehingga sebagai
atau
Serta
antihistamin
n HCl
29
Tetes Mata
mengurangi
kemerahan
pengobatan
peradangan.
5.
Alkaloid
Mengurangi
Tumbuhan
intraokuler
glaukoma
disertai
pelepasan
histamin
endogen
berlebih.
tekanan Digunakan
untuk
Timolol
pada pengobatan
penyakit
Maleat
aqueous
sediaan
Biasanya
yang
dibuat
diinginkan menyerupai
atau meniru fungsi dari
air
dibuat
mata,
sehingga
senyaman
30
Tetes Mata
terbuang karena luapan dan mengalir dari puncta lakrimal ke dalam saluran
naso lakrimal. Jika terjadi kedipan, dapat dihitung bahwa 90 % dari volume
yang diberikan dari 2 tetesan akan terbuang karena vlume sisa ditemukan 10
l.
Kelebihan cairan memasuki puncta lakrimal superior dan inferior
turun melalui kulit dan kemudian masuk ke dalam lakrimal sac dan kemudian
masuk ke dalam salura gastro intestinal. Efek samping sistemik yang
signifikan telah dilaporkan terhadap pengobatan obat mata keras tertentu
dengan mekanisme seperti ini. Hal ini juga merupakan mekanisme dimana
pasien kadang-kadang dapat merasakan rasa pahit setelah pemberian obat
tetes mata tertentu.
Absorpsi obat yang dangkal ke dalam konjungtiva dengan
pembuangan cepat dari jaringan okular oleh aliran darah perifer adalah
mekanisme lain yang menyaingi absorpsi obat ke dalam mata. Absorpsi obat
trans kornea adalah lintasan paling efektif untuk membawa obat ke bagian
depan dari mata.
Selain faktor fisiologis yang telah diuraikan di atas, penetrasi obat ke
dalam mata juga dipengaruhi oleh karakteristik sifat fisiko kimia bahan aktif,
formula dan teknik pembuatan yang dapat mempengaruhi ketersediaan hayati
bahan aktif. Dalam beberapa literatur juga disebutkan bahwa tonisitas,
peranan pH dan konsentrasi bahan aktif dalam obat tetes mata juga
mempengaruhi penetrasinya.
Tekanan osmotik air mata sama dengan tekanan 0,93% b/v NaCl
dalam air. Larutan NaCl tidak menyebabkan rasa sakit dan tidak mengiritasi
mata, bila konsentrasi NaCl terletak antara 0,7-1,4% b/v. Telah terbukti
bahwa larutan hipertonis lebih dapat diterima dibandingkan larutan hipotonis.
Sehingga dalam kenyataan biasanya bahan aktif dilarutkan dalam larutan
NaCl 0,8-0,9% atau dalam pelarut lain dengan tonisitas yang sama.
31
Tetes Mata
3.8 Bahan Tambahan yang Digunakan dalam Pembuatan Obat Tetes Mata
1. Pengawet
Sebagaimana yang telah dikatakan, ada bahan untuk mencegah
perkembangan
mikroorganisme
yang
mungkin
terdapat
selama
penggunaan tetes mata. Larutan untuk tetes mata khusus, yang paling
banyak tetes mata dan yang lain menggunakan fenil merkuri nitrat, fenil
etil alkohol dan benzalkonium klorida.
2. Isotonisitas dengan Sekresi Lakrimal
NaCl normalnya digunakan untuk mencapai tekanan osmotik yang
sesui dengan larutan tetes mata.
3. Oksidasi Obat
Banyak obat mata dengan segera dioksidasi dan biasanya dalam
beberapa kasus termasuk bahan pereduksi. Natrium metasulfit dalam
konsentrasi 0,1% umumnya digunakan untuk tujuan ini.
4. Konsentrasi Ion Hidrogen
Butuh untuk kestabilan konsentrasi ion hidrogen, dan beberapa
buffer telah digambarkan. Sodium sitrat digunakan dalam tetes mata
fenilefrin.
5. Bahan Pengkhelat
Ketika ion-ion dan logam berat dapat menyebabkan peruraian obat
dalam larutan digunakan bahan pengkhelat yang mengikat ion dalam
kompleks organik, akan memberikan perlindungan. Na2EDTA, satu yang
paling dikenal sebagai pengkhelat.
6. Viskositas
Untuk menyiapkan larutan kental dengan memberi aksi yang lama
pada larutan mata dengan tetap kontak lebih lama pada permukaan mata,
bahan pengental dapat digunakan, metilselulosa 1% telah digunakan
untuk tujuan ini.
3.9 Metode Pembuatan Obat Tetes Mata
Metode pembuatan obat tetes mata bila tidak dinyatakan lain
dilakukan dengan salah satu cara seperti berikut :
Cara 1
Obat dilarutkan ke dalam cairan pembawa yang mengandung salah
satu zat pengawet yang cocok dan larutan dijernihkan dengan
32
Tetes Mata
33
Tetes Mata
a. Uji Organoleptik
Uji organoleptik atau uji indera atau uji sensorik merupakan cara
pengujian dengan menggunakan indera manusia sebagai alat utama untuk
pengukuran daya penerimaan terhadap suatu produk. Pengujian
organoleptik mempunyai peranan penting dalam penerapan mutu suatu
sediaan. Pengujian organoleptik dapat memberikan indikasi kebusukan,
kemunduran mutu dan kerusakan lainnya dari produk.
Uji organoleptik biasanya dilakukan untuk menilai mutu bahan
mentah yang digunakan untuk pengolahan dan formula yang digunakan
untuk menghasilkan produk. Selain itu, dengan adanya uji organoleptik,
produsen dapat mengendalikan proses produksi dengan menjaga
konsistensi mutu dan menetapkan standar tingkat atau kelas-kelas mutu.
Produsen juga dapat meningkatkan keuntungannya dengan cara
mengembangkan produk baru, meluaskan pasaran, atau dengan mengarah
ke segmen pasar tertentu. Dengan uji organoleptik, produsen juga dapat
membandingkan mutu produknya dengan produk pesaingnya sehingga
dapat memperbaiki kekurangan produknya dengan cara menyeleksi
bahan mentah atau formulasi dari berbagai pilihan atau tawaran.
Pengujiannya dilakukan dengan mengamati bau, rasa, warna serta
kelarutan bahan dalam sediaan larutan tetes mata. Setelah itu hasil
pengamatan dicatat dan dilaporkan dalam bentuk tabel.
b. Kejernihan
Kejernihan adalah suatu batasan yang relatif, artinya sangat
dipengaruhi oleh penilaian subjektif dari pengamat. Uji kejernihan
larutan sangat penting untuk memastikan tidak ada partikel padat yang
belum terdispersi kecuali sediaan yang dibuat dalam bentuk suspensi,
serta untuk mengidentifikasi partikel-partikel yang tidak diinginkan
dalam sediaan larutan tetes mata tersebut. Tidak dapat diragukan, suatu
larutan bersih yang sangat mengkilap, membawa pengaruh bagi
pengamat untuk menyimpulkan bahwa produk tersebut istimewa baik
dalam mutu maupun kemurniannya.
34
Tetes Mata
35
Tetes Mata