Anda di halaman 1dari 3

MENGATASI PERILAKU AGRESIF ANAK USIA DINI

http://www.pangudiluhur.org/artikel/mengatasi-perilaku-agresif-anak-usiadini.49.html

Oleh : Br. Dr. G.Bambang Nugroho, FIC


Agresivitas dan Penyebabnya
Agresivitas merupakan tingkah laku menyerang baik secara fisik maupun verbal, atau baru
berupa ancaman yang disebabkan adanya permusuhan. Tingkah laku ini seringkali muncul
sebagai reaksi emosi anak terhadap frustasi, misalnya karena dilarang melakukan sesuatu. Agresi
juga seringkali timbul karena tingkah laku agresif yang sebelumnya mengalami penguatan. Hal
ini dapat terjadi karena pada beberapa keluarga anak agresif justru dihargai.

Selain itu, tingkah laku orangtua juga merupakan model yang paling efektif bagi anak. Dengan
kata lain, anak menjadi agresif karena mencontoh orang dewasa misalnya orang tuanya.
Biasanya tingkah laku yang muncul pada anak adalah marah secara verbal maupun menyerang,
temper tantrum dan merusak.

Jika perilaku agresif tidak diperoleh anak dari meniru orang dewasa, kita perlu mencoba mencari
penyebab lain. Penelitian membuktikan bahwa acara televisi mampu ditangkap oleh anak sejak
ia berusia sekitar 19 bulan. Acara di televisi itu pun memberinya ide untuk menggunakan cara
yang sama dengan yang digunakan oleh tokoh yang dilihatnya di layar kaca, dalam
mengekspresikan kemarahan.

Mengatasi Perilaku Agresif Anak


Jika anak meniru adegan yang ditontonnya di layar kaca, katakanlah dengan tegas bahwa hal itu
tidak boleh dilakukan. Perlu dijelaskan bahwa kemarahan yang diungkapkan melalui serangan
itu merupakan perilaku yang tidak bisa diterima umum. Ucapkan pesan tersebut secara berulangulang, agar pesan itu dipahami benar oleh anak. Beri perhatian yang besar kepada perilaku positif
anak. Menggigit, memukul atau tindakan agresif biasanya menjadi cara anak untuk mencari
perhatian. Mungkin seringkali kita cenderung tidak menghiraukan atau kurang menghargainya
meski ia telah berperilaku baik.
Sebagai guru di Taman Kanak-kanak, berikan lebih
banyak perhatian kepada hal-hal baik yang dilakukannya. Berikan pujian, senyuman dan belaian,
biasanya dengan tindakan ini, anak menjadi lebih tenang. Dukunglah anak untuk menerjemahkan

perasaannya menjadi kata-kata. Kemarahan, kekecewaan, sedih, jengkel, merupakan terjemahan


perasaan campur aduk yang kerap dirasakan anak. Bantulah anak untuk mengungkapkan
perasaannya, dan bantulah ia menghindari ekspresi emosi melalui tindakan
agresif.

Pelajari dan kenali apa saja yang dapat memicu tindakan agresif anak. Kelelahan juga bisa
menjadi penyebab perilaku anak tidak terkendali. Untuk itu pembelajaran yang menarik, ringan
dan menyenangkan dalam situasi bermain di sekolah sangat diharapkan. Faktor guru yang
ramah,hangat, komunikatif, simpatik, keibuan atau menarik sangat menguntungkan untuk
menciptakan situasi belajar yang kondusif di Taman Kanak-Kanak. Untuk itu aturlah jadwal,
seleksi jenis aktivitas anak yang dapat membuat anak terlalu lelah. Meminimalkan kemungkinan
munculnya rasa frustasi anak dengan mengajarkan keterampilan bersosialisasi, bermain dengan
teman sebaya, dan keterampilan sehari-hari lainnya. Karena keterampilan yang tidak terkuasai
bisa menjadi pemicu munculnya frustasi yang nantinya dapat diwujudkan dalam berbagai
tindakan agresif. Mengajarkan berbagai keterampilan yang dibutuhkan anak dalam kehidupan
sehari-hari tidak saja akan menekan perasaan frustasinya, tetapi juga akan menekan
kecenderungan untuk menyera ng.

Apa yang perlu diperhatikan guru Taman Kanak-Kanak, jika menghadapi anak yang berperilaku
agresif :
1. Ganjaran untuk tingkah laku yang diharapkan.
Langkah pertama teknik ini adalah menangkap kapan anak bertingkah laku baik, seperti tidak
berteriak atau memukul, kemudian berilah ganjaran untuk tingkah lakunya tersebut. Anak usia 36 tahun biasanya butuh ganjaran yang wujudnya nyata. Untuk itu misalnya, anak dapat diberi
bintang karton dan setiap lima bintang dapat ditukar dengan sebuah mainan.

2. Tidak mempedulikan tingkah laku agresif.


Sikap tidak peduli terhadap tingkah laku agresif dan perhatian guru/orangtua pada korban
agresivitas anak akan mengurangi kecenderungan anak untuk bertingkah laku agresif.

3. Melatih anak bersosialisasi.


Anak seringkali bertingkah laku agresif karena kurang memahami keterampilan sosial. Mereka
belum mengerti bahwa segala sesuatu dapat dibicarakan lebih dahulu. Untuk itu anak perlu
dilatih untuk mengatakan apa yang ia kehendaki dan memikirkannya secara jelas.

4. Beri alternatif untuk menghilangkan kemarahan.


Pelepasan dorongan agresi dapat dilakukan dengan aktivitas bermain. Oleh karenanya, bila
anak marah, tenangkan dan alihkan perhatiannya dengan mengajaknya bermain.

5. Tegakkan disiplin.
Aturan harus jelas dan tanpa toleransi. Anak harus diberitahu secara jelas dan tegas, bahwa ia
tidak boleh memukul atau melempar.

6. Mencari sumber agresivitas.


Beberapa anak berlaku agresif karena kebutuhannya akan kasih sayang tidak terpenuhi. Karena
itu, kualitas hubungan personal dengan anak seharusnya lebih ditingkatkan.

Agresivitas merupakan salah satu gangguan sosial emosional anak. Perkembangan sosial
emosional anak membutuhkan perhatian para orangtua dan guru Taman Kanak-Kanak. Masalahmasalah emosi yang muncul di usia sangat dini, dapat memprediksi perkembangan anak
selanjutnya. Para guru dan orangtua dituntut untuk mempunyai kepekaan terhadap
perkembangan anak, dan melakukan tindakantindakan secara edukatif untuk membangun
karakter anak sebagai dasar dalam tumbuh kembang selanjutnya.

Anda mungkin juga menyukai