Kau memeluknya erat, melingkarkan tanganmu di pinggangnya. Kalian tersenyum
mesra, seolah waktu telah menjadi milik kalian seutuhnya. Senyum itu, tak pernah lepas dari wajahmu, sayang itu seolah tergambar jelas dimata kalian. Wajah itu memerah malu karena kau peluk ia begitu erat dari belakang. Dan sayangnya, aku tak pernah menemukan senyum itu tersungging di dua sudut bibirmu ketika kau bersama ku. Mata itu, aku masih mencari cari sebuah cinta yang sama atau mungkin lebih dari kedua bola matamu. Hingga saat ini, aku tak pernah menemukannya. Aku tak pernah ragu dalam mencintaimu, aku tak pernah bimbang dalam merindukanmu. Hanya saja, aku ragu pada keyakinan hatiku yang percaya padamu. Aku hanya ragu, apakah masih ada dia? Gadis periang dari masa lalu mu, gadis manis dan elok itu. aku penasaran bagaimana bisa kau melepaskannya. Bagaimana bisa kau relakan ia pergi begitu saja. Awalnya kubiarkan saja resah di palung hati ini mengendap, tapi akhirnya apapun yang dibiarkan mengendap ketika tanpa sengaja tergoyahkan sedikit saja mampu memburamkan hati yang ku jaga baik-baik ini. gigil malam telah menyergapku dan memelukku dengan erat, sangat erat hingga membuatku sulit untuk bernapas. Masa lalu mu sayang yang membuatku berserpih. Kalian yang dulu pernah ada beserta kenangannya itu yang membuatku mati. Aku mencintaimu, tapi resah itu tak peduli rasa. Ia permainkan aku, membolak balikkan hatiku yang sudah ku rapikan hanya untukmu. Kenapa masih ada dia ketika aku mencoba untuk menerima mu apa adanya. Kenapa tak ada gigihmu untuk meyakinkanku bahwa memang sudah tak ada dia? Mungkin kau tak pernah tau, disetiap hariku yang terlihat semenarik pasir pantai itu, ada hutan rimbun yang tak semua pernah kau kenali. Ada hati yang belum sepenuhnya kau mengerti. Ada, dan kau tak tau. Ada sisi diriku yang menganggap bodoh semua silau silam mu, tapi sisi yang lain begitu resah dengan itu. setiap kali tanpa sengaja otak memutar ulang potret-potret kalian, cerita tentang kisah kalian, setiap itu pula hati ini basah, berdarah dan kadang marah. Jika memang masih ada dia. Jika memang hatimu belum sepenuhnya melepas, lebih baik kita bikin tuntas cerita yang baru akan kita mulai ini. bila memang masih berat bagimu untuk melihatnya berjalan sendiri, maka lebih baik aku memisahkan diri dari mu agar setidaknya kau bisa menemani langkahnya lagi. Jika memang sebenarnya tak ada celah bagiku untuk mengukir kisah yang lain dalam hatimu, mungkin akan lebih baik bila aku hapus semuanya. Aku hanya tak ingin menabur perih pada hati dia yang dulu pernah kau jaga rapih. Karena bagimanapun juga aku dan dia sama sama seorang wanita. Aku juga tak ingin sakit yang ia rasakan nantinya akan aku rasakan. Aku hanya tak ingin memaksamu memulai kisah yang sebenarnya tak pernah ingin kau mulai. Aku hanya tak ingin menjadi egois dan menyakiti hatiku sendiri dengan ada diantara kalian. Jika memang masih ada dia, kembalilah padanya. Aku tau kau akan bahagia. Aku juga akan lenyap, karena aku juga tau aku akan tetap bisa bahagia . Tapi satu yang masih jadi beban di hatiku, apa benar masih ada dia?