Anda di halaman 1dari 12

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Tinjauan Pustaka
1. Pengertian Produksi Bersih
Konsep Cleaner Production dicetuskan oleh United Nation Environmental
Program (UNEP) pada bulan Mei 1989. UNEP menyatakan bahwa Cleaner
Production merupakan suatu strategi pengelolaan lingkungan yang bersifat
preventif, terpadu dan diterapkan secara kontinu pada proses produksi, produk dan
jasa untuk meningkatkan eko-efisiensi sehingga mengurangi resiko terhadap
kesehatan
Pada proses industri, produksi bersih berarti meningkatkan efisiensi
pemakaian bahan baku, energi, mencegah atau mengganti penggunaan bahan bahan berbahaya dan beracun, mengurangi jumlah dan tingkat racun semua emisi
dan limbah sebelum meninggalkan proses. Pada produk, produksi bersih bertujuan
untuk mengurangi dampak lingkungan selama daur hidup produk, mulai dari
pengambilan bahan baku sampai ke pembuangan akhir setelah produk tersebut
tidak digunakan. Adapun keberhasilan penerapan produksi bersih di industri
(Purwanto, 2005), jika ditandai dengan :
a.

Berkurangnya pemakaian air, sehingga industri memiliki kelebihan

pasokan air,
b. Peningkatan efisiensi energi, sehingga industri memiliki kelebihan daya
dan masih dapat dimanfaatkan,
c. Adanya penanganan limbah industri yang bisa dimanfaatkan sebagai
bahan baku,
d. Adanya penurunan timbulan limbah cair maupun padat, sehingga
kapasitas instalasi pengolahan air limbah (IPAL) dan incinerator
berlebih.
Produksi bersih adalah suatu program strategis yang bersifat proaktif yang
diterapkan untuk menselaraskan kegiatan pembangunan ekonomi dengan upaya
perlindungan lingkungan. Strategi konvensional dalam pengelolaan limbah
didasarkan pada pendekatan pengelolaan limbah yang terbentuk (end-of pipe
treatment). Pendekatan ini terkonsentrasi pada upaya pengolahan dan pembuangan

limbah dan untuk mencegah pencemaran dan kerusakan lingkungan. Strategi ini
dinilai kurang efektif karena bobot pencemaran dan kerusakan lingkungan terus
meningkat. Kelemahan yang terdapat pada pendekatan pengolahan limbah secara
konvensional adalah :
Tidak efektif memecahkan masalah lingkungan karena hanya mengubah
bentuk limbah dan memindahkannya dari suatu media ke media lain.
Bersifat reaktif yaitu bereaksi setelah terbentuknya limbah.
Karakteristik limbah semakin kompleks dan semakin sulit diolah.
Tidak dapat mengatasi masalah pencemaran yang sifatnya non-point
sources pollution.
Inovestasi dan biaya operasi pengolahan limbah relatif mahal dan hal ini
sering dijadikan alasan oleh pengusaha untuk tidak membangun instalasi
pengolahan limbah.
Peraturan perundang-undangan yang ada masih terpusat pada
pembuangan limbah, belum mencakup upaya pencegahan.
Penerapan ekoefisiensi hampir sama dengan konsep produksi bersih, di
mana pengelolaan lingkungan dilakukan ke arah pencegahan pencemaran yang
mengurangi terbentuknya limbah, mulai dari pemilihan bahan baku sampai
dengan produk yang dihasilkan. Ekoefisiensi bermula dari isu efisiensi ekonomi
yang mempunyai manfaat lingkungan, sedangkan produksi bersih bermula dari isu
efisiensi lingkungan yang mempunyai manfaat ekonomi. Produksi bersih
bertujuan untuk mencegah dan meminimalkan terbentuknya limbah atau bahan
pencemar lingkungan di seluruh tahapan produksi (Sari et al., 2012).
Tujuan produksi bersih adalah untuk memenuhi kebutuhan kita akan produk
secara berkelanjutan dengan menggunakan bahan yang dapat diperbarui, bahan
tidak

berbahaya,

dan penggunaan

energi

secara

efisien dengan

tetap

mempertahankan keanekaragaman. Sistem produksi bersih berjalan dengan


pengurangan penggunaan bahan, air, dan energi (Kunz et al., 2003).
2. Prinsip Produksi Bersih

Produksi bersih merupakan suatu strategi pengelolaan lingkungan yang


bersifat preventif, terpadu dan diterapkan secara kontinu pada proses produksi,
produk, dan jasa untuk meningkatkan eko-efisiensi sehingga mengurangi resiko
terhadap kesehatan manusia dan lingkungan.
Produksi Bersih (cleaner production) bertujuan untuk mencegah dan
meminimalkan terbentuknya limbah atau bahan pencemar lingkungan diseluruh
tahapan proses produksi. Disamping itu, produksi bersih juga melibatkan upayaupaya untuk meningkatkan efisiensi penggunaan bahan baku, bahan penunjang
dan energi diseluruh tahapan produksi. Dengan menerapkan konsep produksi
bersih, diharapkan sumber daya alam dapat lebih dilindungi dan dimanfaatkan
secara berkelanjutan. Secara singkat, produksi bersih memberikan dua
keuntungan, pertama meminimisasi terbentuknya limbah, sehingga dapat
melindungi kelestarian lingkungan hidup dan kedua adalah efisiensi dalam proses
produksi, sehingga dapat mengurangi biaya produksi.
Prinsip-prinsip pokok dalam strategi produksi bersih adalah sebagai berikut:
a. Mengurangi dan meminimisasi penggunaan bahan baku, air dan
pemakaian bahan baku beracun dan berbahaya serta mereduksi
terbentuknya limbah pada sumbernya sehingga mencegah dan atau
mengurangi timbulnya masalah pencemaran dan kerusakan lingkungan
serta resikonya terhadap manusia.
b. Perubahan dalam pola produksi dan konsumsi, berlaku balk pada proses
maupun produk yang dihasilkan, sehingga harus dipahami betul analisis
daur hidup produk.
c. Upaya produksi bersih ini tidak akan berhasil dilaksanakan tanpa adanya
perubahan dalam pola pikir, sikap dan tingkah laku dari semua pihak
terkait baik pemerintah, masyarakat maupun kalangan dunia usaha.
Selain itu pula perlu diterapkan pola manajemen di kalangan industri
maupun pemerintah yang telah mempertimbangkan aspek lingkungan.
d. Mengaplikasikan teknologi akrab lingkungan, manajemen dan prosedur
standar operasi sesuai dengan persyaratan yang ditetapkan. Kegiatankegiatan tersebut tidak selalu membutuhkan biaya investasi yang tinggi,
kalaupun terjadi seringkali waktu yang diperlukan untuk pengembalian
modal investasi relatif singkat.

e. Pelaksanaan program produksi bersih ini lebih mengarah pada


pengaturan diri sendiri (self regulation) dari pada pengaturan
secara command and control. Jadi pelaksanaan program produksi bersih
ini tidak hanya mengandalkan peraturan pemerintah saja, tetapi lebih
didasarkan kesadaran utuk merubah sikap dan tingkah laku.
Prinsip-prinsip dalam produksi bersih diaplikasikan dalam bentuk
kegiatan yang dikenal sebagai 4R, meliputi:
Reuse, atau penggunaan kembali adalah suatu teknologi yang
memungkinkan suatu limbah dapat digunakan kembali tanpa
mengalami perlakukan fisika/kimia/biologi.
Reduction, atau pengurangan limbah pada sumbernya adalah
teknologi yang dapat mengurangi atau mencegah timbulnya
pencemaran di awal produksi misalnya substitusi bahan baku yang ber
B3 dengan B9 segregasi tiada.
Recovery, adalah teknologi untuk memisahkan suatu bahan atau
energi dari suatu limbah untuk kemudian dikembalikan ke dalam
proses produksi dengan atau tanpa perlakuan fisika/kimia/biologi.
Recycling, atau daur ulang adalah teknologi yang berfungsi untuk
memanfaatkan limbah dengan memprosesnya kembali ke proses
semula yang dapat dicapai melalui perlakuan fisika/kimia/biologi.
Prinsip 4R yang saat ini telah dikembangkan, aplikasikasinya akan lebih
efektif apabila didahului dengan prinsipRethink. Prinsip ini adalah suatu
konsep pemikiran yang harus dimiliki pada saat awal kegiatan akan
beroperasi. (KLH 2003)
Tujuh faktor kunci dalam ekoefisiensi atau produksi bersih yang
diidentifikasi oleh World Bussiness Council for Sustainability Development
(WBCSD) menurut KNLH-GTZ, 2007, yaitu:
a. mengurangi jumlah penggunaan bahan
b. mengurangi jumlah penggunaan energi

c. mengurangi pencemaran
d. memperbesar daur ulang bahan
e. memaksimalkan penggunaan sumber daya alam yang dapat
diperbarui
f. memperpanjang umur pakai produk
g. meningkatkan intensitas pelayanan
3. Teknik Pelaksanaan Produksi Bersih
Ada beberapa teknik pelaksanaan produksi bersih adalah (Afmar, 1999):
a. Pengurangan pada Sumber
Pengurangan pada sumber merupakan pengurangan atau eliminasi limbah
pada sumbernya. Upaya ini meliputi
1) Perubahan produk
Perancangan ulang produk, proses dan jasa yang dihasilkan sehingga
akan terjadi perubahan produk, proses dan jasa. Perubahan ini adapat
bersifat komprehensif maupun radikal. Dapat dilakukan dengan tiga
cara, yaitu:
a) Subsitusi produk
b) Konservasi produk
c) Perubahan komposisi produk
2) . Perubahan Material Input
Perubahan material input dilaksanakan untuk mengurangi atau
menghilangkan bahan berbahaya dan beracun yang masuk atau
digunakan dalam proses produksi sehingga dapat menghindari
terbentuknya limbah B3 dalam proses produksi.
3) Volume Buangan Diperkecil
Ada dua macam cara yang dapat dilakukan, yaitu:
a.

Pemisahan
Pemisahan limbah dimaksudkan untuk memisahkan limbah yang
bersifat racun dan berbahaya dengan limbah yang tidak beracun.
Teknologi ini dipakai untuk mengurangi volume limbah dan
menaikan jumlah limbah yang dapat diolah kembali.

b.

Mengkonsentrasikan

Mengkonsentrasikan

limbah

padaumumnya

untuk

menghilangkan sejumlah
komponen. Dilakukan dengan pengolahan fisik, misalnya
pengendapan atau penyaringan. Komponen yang terpisah dapat
digunakan kembali.
4) Perubahan Teknologi
Perubahan teknologi mencakup modifikasi proses dan peralatan.
Tujuannya untuk mengurangi limbah dan emisi. Perubahan teknologi
dapat dilaksanakan mulai dari yang sederhana dalam waktu singkat
dan biaya yang murah sampai perubahan yang memerlukan investasi
tinggi. Pengeluaran biaya yang tinggi untuk memodifikasi peralatan
akan diimbangi dengan adanya penghematan bahan, kecepatan
produksi dan menurunnya biaya pengolahan limbah (Susanti, 1997).
5) Penerapan Operasi yang Baik (good house keeping)
Praktek operasi yang baik (good house keeping) adalah salah satu
pilihan pengurangan pada sumber, mencakup tindakan prosedural,
administratif atau institusional yang dapat digunakan di perusahaan
untuk mengurangi terbentuknya limbah. Penerapan operasi ini
melibatkan unsur-unsur:
a) Pengawasan terhadap prosedur prosedur operasi
b) Loss prevention
c) Praktek manajemen
d) Segregasi limbah
e) Perbaikan penanganan material
f) Penjadwalan produk
b. Daur Ulang
Daur ulang merupakan penggunaan kembali limbah dalam berbagai
bentuk, di antaranya:
1) Dikembalikan lagi ke proses semula
2) Bahan baku pengganti untuk proses produksi lain
3) Dipisahkan untuk diambil kembali bagian yang bermanfaat
4) Diolah kembali sebagai produk samping Walaupun daur ulang
limbah cenderung efektif dari segi biaya dibanding pengolahan limbah,

ada hal yang harus diperhatikan yaitu bahwa proses daur ulang limbah
harus mempertimbangkan semua upaya pengurangan limbah pada sumber
telah dilakukan.
Upaya untuk mencegah dan atau mengurangi timbulnya limbah, dimulai
sejak pemilihan bahan, teknologi proses, penggunaan materi dan energi dan
pemanfaatan produk sampingan pada suatu sistem produksi. Minimisasi limbah
dapat dilakukan dengan cara reduce, reuse, recycle, recovery.
a. Reduce: Upaya untuk mengurangi pemakaian/penggunaan bahan baku

seefisien mungkin di dalam suatu proses produksi. Juga meperhatikan


agar limbah yang terbuang menjadi sedikit.
b. Reuse: Upaya penggunaan limbah untuk digunakan kembali tanpa

mengalami proses pengolahan atau perubahan bentuk. Reuse dapat


dilakukan di dalam atau di luar daerah proses produksi yang
bersangkutan.
c. Recycle: Upaya pemanfaatan limbah dengan cara proses daur ulang

melalui pengolahan fisik atau kimia, baik untuk menghasilkan produk


yang sama maupun produk yang berlainan. Daur ulang dapat dilakukan
di dalam atau di luar daerah proses produksi yang bersangkutan.
d. Recovery: Upaya pemanfaatan limbah dengan jalan memproses untuk

memperoleh kembali materi/energi yang terkandung di dalamnya.

Kegiatan minimisasi limbah meliputi :


Kegiatan penanggulangan dilakukan setelah kegiatan pencegahan sudah tidak
dimungkinkan lagi.
Metode 4 R (reduce, reuse, recycle, recovery) pada dasarnya ditujukan untuk
efisiensi penggunaan materi dan energi, pemisahan ketidak-murnian dari limbah
sehingga dapat digunakan kembali dan pemanfaatan kembali limbah untuk
menghasilkan bahan baku sekunder atau memanfaatkan limbah yang semula
dianggap tidak berharga menjadi produk lain.
Berbagai teknologi yang digunakan dalam 4 R antara lain :
a. Absorbsi (penyerapan).
b. Filtrasi (penyaringan).

c. Clarification (klarifikasi), suatu atau kombinasi proses yang tujuan


utamanya untuk mengurangi konsentrasi bahan padat tersuspensi dalam
cairan.
d. Segregation, upaya memisahkan suatu limbah (cairan limbah) dari
limbah yang lain untuk tujuan pengolahan tertentu. Cara ini dapat
mengurangi beban dan biaya pengolahan limbah.
e. Reverse Osmose (osmose terbalik) adalah proses pemisahan yang
dikendalikan tekanan membran. Proses RO menggunakan membran
semipermeable yang dapat melewatkan air yang dimurnikan dan
menahan garam-garam terlarut.
f. Ion exchange (penukar ion), digunakan untuk merecover drag out dari
larutan pembilas encer.
g. Recovery Nutrient dan Energi
h. Bioteknologi.
Dengan makin meningkatnya tuntutan untuk melaksanakan produksi bersih dan
tidak mencemari lingkungan, maka usaha pencegahan timbulnya buangan yang
berbahaya dan beracun sampai ke tingkat minimal merupakan prioritas pertama.
Pertimbangan selanjutnya baru kemungkinan proses daur ulang bahan buangan.
Pertimbangan akhir adalah bagaimana mengolah buangan yang tidak dapat
dihindari pembentukannya. Dalam hal ini, nilai usaha pencegahan lebih
diutamakan dari penanggulangan akibat negatif dari limbah yang terbentuk.
Limbah yang tidak dapat dimanfaatkan lagi diolah melalui berbagai teknik
pengolahan limbah, seperti teknik pengolahan secara mekanis, kimia, biologi.
Tahap-tahap Prosedur Pelaksanaan Minimisasi Limbah
a. Menentukan prioritas tujuan. Upayakan untuk merumuskan tujuantujuan realistik yang dapat dicapai berdasarkan skala prioritas.
b. Audit awal pengurangan aliran Iimbah. Audit yang dilakukan harus
mencakup jenis, jumlah dan kadar konsentrasi limbah yang dihasilkan dari
sumber limbah.
c. Identifikasi dan tentukan prioritas aliran untuk minimisasi limbah.
d. Upayakan untuk mendapat dukungan dari pimpinan puncak.
e. Lakukan penilaian atas lokasi secara berkala.
f. Libatkan, tumbuhkan motivasi dan latih semua karyawan.

g. Buat desain dan evaluasi rencana tindakan.


h. Pengujian rencana tindakan terpilih.
i. Upayakan untuk memperoleh biaya.
j. Revisi metode akunting dan distribusikan.
k. Revisi dan distribusikan prosedur standar operasi.
l. Pelaksanaan tindakan minimisasi limbah.
Prosedur di atas dapat disederhanakan menjadi empat tahap, yaitu :
a. Perencanaan dari organisasi (langkah 1-4)
b. Fase penilaian (langkah 5)
c. Fase analitis kelayakan (langkah 7 dan 8)
d. Implementasi (langkah 12)

4. Kendala Penerapan Produksi Bersih


Ada beberapa kendala yang dihadapi dalam penerapan produksi bersih di PT
Sidomuncul antara lain:
a. Kendala ekonomi
1) timbul apabila kalangan usaha tidak merasa mendapatkan keuntungan
dalam penerapan produksi bersih.
2) Besarnya modal atau investasi dibanding kontrol pencemaran secara
konvensional sekaligus penerapan produksi bersih.
b . Kendala Teknologi
1) Kurangnya sosialisasi atau penyebaran informasi tentang konsep
produksi bersih

2) Penerapan sistem baru memiliki kemungkinan tidak sesuai dengan


yang diharapkan, bahkan berpotensi menyebabkan gangguan/ masalah
baru.
3) Tidak memungkinkan adanya penambahan peralatan, akibat
terbatasnya ruang kerja atau produksi.
c. Kendala Sumberdaya manusia
1) Kurangnya dukungan dari pihak manajemen puncak
2) Keengganan untuk berubah, baik secara individu maupun organisasi
3) Lemahnya komunikasi internal tentang proses produksi yang baik
4) Pelaksanaan manajemen organisasi perusahaan yang kurang fleksibel
5) Birokrasi yang sulit, terutama dalam pengumpulan data primer
6) Kurangnya dokumentasi dan penyebaran informasi
5. Manfaat/ keuntungan produksi bersih
Beberapa manfaat dalam penerapan produksi bersih di PT Sidomuncul
antara lain:
a. Mencegah terjadinya pencemaran dan perusakan lingkungan melalui upaya
minimisasi limbah, daur ulang, pengolahan, dan pembuangan limbah yang
aman.
b. Mendukung prinsip pemeliharaan lingkungan dalam rangka pelaksanaan
Pembangunan Berkelanjutan.
c. Dalam jangka panjang dapat meningkatkan pertumbuhan ekonomi melalui
penerapan proses produksi, penggunaan bahan baku dan energi yang efisien.
d. Mencegah atau memperlambat degradasi lingkungan dan mengurangi
eksploitasi sumberdaya alam melalui penerapan daur ulang limbah dan dalam
proses yang akhirnya menuju pada upaya konservasi sumberdaya alam untuk
mencapai tujuan Pembangunan Berkelanjutan.
e. Memberi peluang keuntungan ekonomi, sebab di dalam produksi bersih
terdapat strategi pencegahan pencemaran pada sumbernya (source reduction
and in process recycling), yaitu mencegah terbentuknya limbah secara dini,
dengan demikian dapat mengurangi biaya investasi yang harus dikeluarkan
untuk pengolahan dan pembuangan limbah atau upaya perbaikan lingkungan.
f. Memperkuat daya saing produk di pasar global.

g. Meningkatkan citra produsen dan meningkatkan kepercayaan konsumen


terhadap produk yang dihasilkan.
h. Mengurangi tingkat bahaya kesehatan dan keselamatan kerja.

B. Perundang-undangan
1. UU RI No. 23 Tabun 1997
2. Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 31 Tahun 2009 Tentang
Pembinaan Dan Pengawasan Penerapan Sistem Manajemen Lingkungan,
Ekolabel, Produksi Bersih, Dan Teknologi Berwawasan Lingkungan Di Daerah
3. Peraturan Menteri Lingkungan Hidup No.5 tahun 2012

4. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1997 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup

DAFTAR PUSTAKA BAB II PRODUKSI BERSIH

PT. Sido Muncul, Juni 2004, Dokumen UPL dan UKL PT. Sido

Muncul,Semarang.
Anon. Teknologi Pengendalian Dampak Lingkungan Industri Tapioka di

Indonesia. BAPEDAL, Jakarta, 1996.


Kebijakan Lingkungan Hidup , 2003
Anonimous. 2000. Kebijakan Produksi Bersih di Indonesia.
www.Menlh.go.id/terbaru/artikel.php?article_id=459
Winardi Dwi Nugraha, Ina Susanti. 2006. Studi Penerapan
Produksi Bersih (Studi Kasus Pada Perusahaan Pulp And Paper
Serang).
http://www.ejournal.undip.ac.id/index.php/presipitasi/article/view
/10983/8674

Anda mungkin juga menyukai