Penyakit kencing manis/Diabetes Mellitus (DM) adalah keadaan
kandungan glukosa (gula darah) yang berlebih yang terjadi dalam jangka yang lama yang disertai berbagai kelainan metabolik akibat gangguan hormonal yang menimbulkan berbagai komplikasi kronik pada mata, ginjal, saraf dan pembuluh darah. Penyakit Diabetes Mellitus (DM) yang juga dikenal sebagai penyakit kencing manis atau penyakit gula darah adalah golongan penyakit kronis yang ditandai dengan peningkatan kadar gula dalam darah sebagai akibat adanya gangguan sistem metabolisme dalam tubuh, dimana organ pankreas tidak mampu memproduksi hormon insulin sesuai kebutuhan tubuh. Insulin adalah salah satu hormon yang diproduksi oleh pankreas yang bertanggung jawab untuk mengontrol jumlah/kadar gula dalam darah dan insulin dibutuhkan untuk merubah (memproses) karbohidrat, lemak, dan protein menjadi energi yang diperlukan tubuh manusia. Hormon insulin berfungsi menurunkan kadar gula dalam darah. DM adalah penyakit dimana penderitanya mengalami gangguan dalam mengubah bahan makanan menjadi energy. Setelah makan, makanan diubah menjadi gula yang juga sering disebut sebagai glukosa. Glukosa akan diserap oleh usus dan diedarkan ke seluruh tubuh melalui pembuluh darah. Pada orang yang mengalami DM kadar gula di dalam darahnya meningkat bahkan melebihi batas normal yang dimiliki oleh orang sehat lainnya. WHO (badan kesehatan dunia) menyatakan kencing manis merupakan keadaan hiperglikemia kronis yang disebabkan oleh faktor lingkungan dan keturunan secara bersama-sama, mempunyai karakteristik hiperglikemia kronis yang tidak dapat disembuhkan tetapi dapat dikontrol. Kencing manis merupakan penyakit metabolik dengan karakteristik hiperglikemia yang terjadi karena kelainan produksi insulin, kerja insulin atau keduaduanya. 2. Epidemiologi
Penyakit Diabetes bukan hanya masalah bagi warga di Negara-negara
maju saja, karena penyakit ini mengancam kehidupan seluruh umat manusia di dunia. Pada tahun 1995, diperkirakan bahwa penderitadiabetes mellitus (Diabetesi) di seluruh dunia mencapi 135 juta jiwa dan diperkirakan jumlah ini akan meningkat menjadi 300 juta jiwa pada tahun 2025. Hal yang lebih mengkhawatirkan lagi adalah penyakit ini bukan lagi dominasi kelompok usia tua saja melainkan juga orang-orang yang lebih muda. Bahkan beberapa penelitian telah melaporkan bahwa saat ini banyak remaja yang terancam mengalami
penyakit yang satu ini. Penyebabnya tidak lain adalah perubahan gaya hidup yang terlalu signifikan terutama pada beberapa daerah yang telah maju. 3. Penyebab
Penyebab dari penyakit kencing manis adalah gangguan pada
produksi insulin, kerja insulin dan juga gangguan pada produksi dan kerja insulin. Insulin merupakan hormon yang ada di dalam tubuh yang dapat mengubah gula darah menjadi gula otot. Adapun faktor risiko yang bisa menyebabkan penyakit kencing manis bisa dibagi menjadi dua, yaitu faktor risiko yang dapat diubah dan faktor risiko yang tidak dapat diubah a) Faktor resiko yang dapat diubah Faktor resiko yang dapat di ubah yaitu berat badan berlebih (obesitas), tekanan darah tinggi, kurang aktivitas dan merokok. Obesitas berhubungan dengan besarnya lapisan lemak dan adanya gangguan metabolik. Kelainan metabolik tersebut umumnya berupa resistensi terhadap insulin yang muncul pada jaringan lemak yang luas. Sebagai kompensasi akan bentuk insulin yang lebih banyak oleh sel beta pankreas sehingga mengakibatkan hiperinsulinemia. Obesitas berhubungan pula dengan adanya kekurangan reseptor insulin pada otot, hati, monosit dan permukaan sel lemak. Hal ini akan memperberat resistensi terhadap insulin. Gula darah tinggi yang tidak ditatalaksana dapat menyebabkan kerusakan saraf, masalah ginjal atau mata, penyakit jantung, serta stroke. Hal-hal yang dapat meningkatkan gula darah dapat berupa; makanan dengan karbohidrat yang lebih banyak dari biasanya, kurangnya aktivitas fisik, infeksi atau penyakit lain, perubahan hormon, misalnya selama menstruasi, dan stres. Pemeriksaan yang dapat dilakukan untuk menilai gula darah tinggi adalah pemeriksaan gula darah puasa (GDP). Seseorang dikatakan menderita diabetes apabila kadar gula darah puasa diatas 126 mg/dL. Tekanan darah tinggi yang menyebabkan jantung akan bekerja lebih keras dan resiko untuk penyakit jantung dan diabetes lebih tingggi. Aktivitas fisik dapat bermanfaat dalam mengontrol diabetes millitus dan tidak menyebabkan resiko terjadinya hipoglikemik saat beraktivitas. b) Faktor risiko yang tidak dapat diubah Faktor resiko yang tidak dapat diubah yaitu usia, ras, suku bangsa, jenis kelamin, riwayat keluarga. Bertambahnya usia menyebabkan risiko diabetes dan penyakit jantung semakin meningkat. Kelompok usia yang menjadi faktor risiko diabetes adalah usia lebih dari 45 tahun. Ras dan suku bangsa yang memiliki risiko diabetes dan penyakit jantung yang lebih tinggi, diantaranya bangsa Indonesia, Amerika, Afrika, Hawaii dan
sebagian Asia. Hal ini sebagian disebabkan oleh tingginya angka
penderita tekanan darah tinggi, obesitas (kegemukan), pada populasi tersebut. Jenis kelamin yang memungkinkan pria menderita penyakit jantung lebih besar daripada wanita. Namun, jika wanita telah menopouse maka kemungkinan menderita penyakit jantung pun ikut meningkat meskipun prevalensinya tidak setinggi pria. Riwayat keluarga yang salah satu anggota keluarganya menderita diabetes maka kesempatan untuk menyandang diabetes pun meningkat, yaitu kemungkinan menderita diabetes 3 kali lipat. 4. Tanda dan gejala
Tanda awal yang dapat diketahui bahwa seseorang menderita
DM atau kencing manis yaitu dilihat langsung dari efek peningkatan kadar gula darah, dimana peningkatan kadar gula dalam darah mencapai nilai 160 180 mg/dL dan air seni (urine) penderita kencing manis yang mengandung gula (glucose), sehingga urine sering dilebung atau dikerubuti semut. Penderita kencing manis umumnya menampakkan tanda dan gejala dibawah ini meskipun tidak semua dialami oleh penderita : 1. Jumlah urine yang dikeluarkan lebih banyak (Polyuria) 2. Sering atau cepat merasa haus/dahaga (Polydipsia) 3. Lapar yang berlebihan atau makan banyak (Polyphagia) 4. Frekwensi urine meningkat/kencing terus (Glycosuria) 5. Kehilangan berat badan yang tidak jelas sebabnya 6. Kesemutan/mati rasa pada ujung syaraf ditelapak tangan & kaki 7. Cepat lelah dan lemah setiap waktu 8. Mengalami rabun penglihatan secara tiba-tiba 9. Apabila luka/tergores (korengan) lambat penyembuhannya 10.Mudah terkena infeksi terutama pada kulit. Kondisi kadar gula yang drastis menurun akan cepat menyebabkan seseorang tidak sadarkan diri bahkan memasuki tahapan koma. Gejala kencing manis dapat berkembang dengan cepat waktu ke waktu dalam hitungan minggu atau bulan, terutama pada seorang anak yang menderita penyakit diabetes mellitus tipe 1. Lain halnya pada penderita diabetes mellitus tipe 2, umumnya mereka tidak mengalami berbagai gejala diatas. Bahkan
mereka mungkin tidak mengetahui telah menderita kencing
manis. 5. Tipe Penyakit Diabetes Mellitus 1. Diabetes mellitus tipe 1 Diabetes tipe 1 adalah diabetes yang bergantung pada insulin dimana tubuh kekurangan hormon insulin,dikenal dengan istilah Insulin Dependent Diabetes Mellitus (IDDM). Hal ini disebabkan hilangnya sel beta penghasil insulin pada pulau-pulau Langerhans pankreas. Diabetes tipe 1 banyak ditemukan pada balita, anak-anak dan remaja. Sampai saat ini, Diabetes Mellitus tipe 1 hanya dapat di obati dengan pemberian therapi insulin yang dilakukan secara terus menerus berkesinambungan. Riwayat keluarga, diet dan faktor lingkungan sangat mempengaruhi perawatan penderita diabetes tipe 1. Pada penderita diebetes tipe 1 haruslah diperhatikan pengontrolan dan memonitor kadar gula darahnya, sebaiknya menggunakan alat test gula darah. Terutama pada anak-anak atau balita yang mana mereka sangat mudah mengalami dehidrasi, sering muntah dan mudah terserang berbagai penyakit. 2. Diabetes mellitus tipe 2 Diabetes tipe 2 adalah dimana hormon insulin dalam tubuh tidak dapat berfungsi dengan semestinya, dikenal dengan istilah NonInsulin Dependent Diabetes Mellitus (NIDDM). Hal ini dikarenakan berbagai kemungkinan seperti kecacatan dalam produksi insulin, resistensi terhadap insulin atau berkurangnya sensitifitas (respon) sell dan jaringan tubuh terhadap insulin yang ditandai dengan meningkatnya kadar insulin di dalam darah. Ada beberapa teori yang mengutarakan sebab terjadinya resisten terhadap insulin, diantaranya faktor kegemukan (obesitas). Pada penderita diabetes tipe 2, pengontrolan kadar gula darah dapat dilakukan dengan beberapa tindakan seperti diet, penurunan berat badan, dan pemberian tablet diabetik. Apabila dengan pemberian tablet belum maksimal respon penanganan level gula dalam darah, maka obat suntik mulai dipertimbangkan untuk diberikan. 6. Penanganan dan pengobatan diabetes mellitus
Ada 5 komponen dalam penatalaksanaan diabetes :
a. Diet (menjaga pola makan) Diet dan pengendalian berat badan merupakan dasar dari penatalaksanaan penyakit diabetes. Adapun tujuan dari program diet adalah : 1) Memberikan semua unsur makanan essensial yang dibutuhkan tubuh 2) Mencapai dan mempertahankan berat badan yang sesuai 3) Memenuhi kebutuhan energi 4) Mencegah fluktuasi (naik turunnya) kadar glukosa darah setiap harinya 5) Menurunkan kadar lemak darah jika meningkat Diet yang benar pada penderita diabetes adalah makan dengan sedikit kandungan karbohidrat, makan dengan porsi yang cukup. Kalau bisa nasi bisa diganti dengan bahan yang kandungan karbohidratnya lebih kecil, serta kandungan serat yang cukup tinggi. Misal singkong, kentang, dll. b. Aktivitas/latihan Efek latihan pada penderita diabetes dapat menurunkan kadar gula darah dan mengurangi resiko penyakit jantung. Penderita diabetes dapat melakukan jalan kaki selama kurang lebih 15-20 menit setiap pagi untuk menjaga/menurunkan kadar gula darah. c. Pemantauan kadar gula darah secara rutin dan mandiri Dengan melakukan pemantauan kadar gula darah secara rutin, penderita diabetes dapat mengukur terapinya untuk mengendalikan kadar gula darah secara optimal. Saat ini sudah banyak dijual alat pendeteksi/pengukur kadar gula darah di toko alat kesehatan. Cara ini memungkinkan deteksi dan pencegahan hipoglikemi serta hiperglikemia lainnya. d. Terapi (jika diperlukan) Pada penderita diabetes tipe I, tubuh kehilangan kemampuan untuk memproduksi insulin. Dengan demikian tambahan insulin harus diberikan dalam jumlah tak terbatas. Pada penderita diabetes mellitus tipe 2, penatalaksanaan pengobatan dan penanganan difokuskan pada gaya hidup dan aktivitas fisik. Pengontrolan nilai kadar gula dalam darah adalah menjadi kunci program pengobatan, yaitu dengan mengurangi berat badan, diet, dan berolahraga. Jika hal ini tidak mencapai hasil yang diharapkan, maka pemberian obat tablet akan diperlukan. Bahkan pemberian suntikan insulin turut diperlukan bila tablet tidak mengatasi pengontrolan kadar gula darah. e. Pendidikan Penderita diabetes/keluarga perlu mendapatkan pendidikan mengenai cara/metode penyuntikan insulin.