1.
2.
3.
4.
Oleh:
Kelompok 5
Offering c
Ariadna Safitri
(150341607210)
Miftakhul Roqhmah (150341603883)
Respati Satriyanis
(150341601110)
Septian Dwi Pramono (150341600502)
JURUSAN BIOLOGI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI MALANG
Oktober, 2016
A. Tujuan
Dari praktikum perkembangan embrio ayam, mahasiswa diharapkan dapat
mempelajari:
1. Tahap pembentukan organ pada berbagai umur embrio ayam.
2. Lapisan embrional yang membentuk bakal organ.
B. Dasar Teori
Telur adalah suatu bentuk tempat penimbunan zat gizi seperti air,
protein, karbohidrat, lemak, vitamin dan mineral yang diperlukan untuk
pertumbuhan embrio sampai menetas dan selama itu terjadi Selama
pembelahan awal seluler, terbentuk dua lapisan sel benih dimana peristiwa ini
disebut dengan gastrulasi, yang biasanya dilengkapi pada saat telur
dikeluarkan dari tubuh induk. Kedua lapisan ini adalah ektoderm dan
mesoderm. Lapisan ketiga yaitu endoderm akan terbentuk ketika telur sudah
di tempatkan di dalam incubator (Nuryati dkk., 2005).
Semua sel yang akan membentuk embrio berasal dari epiblas. Beberapa
sel-sel epiblas yang lewat melalui primitive streak berpindah secara lateral ke
dalam blastosel, dan menghasilkan mesoderm, bermigrasi melalui strak
tersebut ke arah bawah, dan bercampur dengan sel-sel hipoblas. Sel- sel
epiblas yangmasih tetap di permukaan akan menjadi ectoderm. Setela
memisah dari endoderm sel-sel hipobals membentuk sebagian dari kantung
yang melindungi
yang
sisa-sisa
pencernaan
yang
terdapat
dalam
ginjal
dan
embrio
terjadi
diluar
tubuh
induk.
Telur-telur
seluler
ke sel
lain
gastrulasi
dan ke molekuler
adalah beberapa
sel
matriks
dekat
permukaa blastula berpindah ke lokasi baru yang lebih dalam. Hal ini akan
mentransformasi blastula menjadi embrio berlapis tiga yang disebut gastrula
(Campbell, 1984).
Blastulasi pada ayam termasuk blastula
atau
terbentuk
alantois,
dan
seterusnya
sampai
hari
ke-21.
(Murtidjo,1992).
Perkembangan embrio ayam terjadi di luar tubuh induknya. Selama
berkembang, embrio memperoleh makanan dan perlindungan yang dari telur
berupa kuning telur, albumen, dan kerabang telur. Itulah sebabnya telur
unggas selalu relatif besar. Perkembangan embrio ayam tidak dapat
seluruhnya dilihat, dengan mata telanjang. Namun dibutuhkan alat bantu
seperti mikroskop maupun kaca pembesar. Untuk mengetahui perkembangan
secara makroskopis kita bias melihat dari cirri-ciri perkembangannya setiap
hari.
Setelah tahap-tahap perkembangan selama 21 hari diatas, embrio akan
menetas dan melewati proses perkembangan. Secara umum ada tiga periode
perkembangan setelah menetas pada unggas yaitu periode starter (periode
baru menetas), periode grower (periode pertumbuhan), dan periode layer
(periode dewasa).
C. Alat dan Bahan
Alat
: Mikroskop cahaya.
Bahan
: Preparat embrio ayam dalam berbagai usia (24 jam, 33 jam, 48
jam, dan 72 jam)
D. Prosedur Kerja
Menyiapkan alat dan bahan
Meletakkan preparat
ayam
yangberumur
berumur 24
jam, 48 jambagian
dan
Padaembrio
embrio
ayam
48 jam,
jam33mengamati
: telensefalon,
72
jam
dibawah
mikroskop
diensefalon, rombensefalon, mesensefalon, lensa mata, cawan optik, fisura
Pada
embrio
ayamusus
berumur
24 jam
: area
embrional,
area
koroidea,
porta
depan,
sinusmengamati
venosus, bagian
atrium,
ventrikel,
trunkus
pelusida,
area
opaka,
area
opaka
vaskulosa,
opaka
vitelin,
pulau
darah
di
Pada embrio ayam
33
jamberumur
mengamati
bagian
: area
prosensefalon,
arteriosus,
vena
dan
arteri
omfalomesenterika,
celah
vesikula
otik,
Padaberumur
embrio
ayam
72 jam
mengamati
bagianviseral,
: telensefalon,
lensa
5
area
opaka
vaskulosa,
lipatan
kepala,
proamnion,
lipatan
neural,
usus
depan,
mesensefalon,
rombensefalon,
optik,koroidea,
neuroporus
anterior,
usus
depan,
faring,
somit,vesikula
bataspreparat
amnion,
tunas ekor,
sisa
daerah
primitif.
mata,
cawan
optik,
fisura
atrium,
ventrikel,
celah viseral, vesikula
Mengamati
masing-masing
embrio
secara
bergantian
porta
usus
depan,
somit,sinus
dansinus
daerah
primitif.
porta usus depan, jantung,
trunkus
anteriosus,
romboidales.
otik, tunas
ekor, somit,
venosus,
arteri vitelin, vena vitelin.
Mencatat dan menggambar hasil pengamatan
E. Hasil Pengamatan
F. Pembahasan
Perkembangan embrional dimulai sejak terjadinya fertilisasi dan berakhir
pada saat penetasan atau kelahiran. Periode pertumbuhan awal sejak zigot
mengalami pembelahan berulang kali sama saat embrio memiliki bentuk primitive
yaitu bentuk dan susunan tubuh embrio yang masih sederhana dan kasar. Bentuk
dan susunan tubuh embrio umumnya terdapat pada jenis hewan vertebrata.
Periode ini terdiri atas 4 tahapan yaitu tahap pembelahan, tahap blastula, tahap
gastrula dan tahap tubulasi (Yatim, 1982). Telur ayam yang dikeluarkan dari tubuh
induknya, tahapan perkembangan embrionalnya telah mencapai stadium blastula
akhir ataupun gastrula awal dengan jumlah sel sekitar 20.000 (Kosasih, 1975).
Praktikum kali ini menggunakan telur yang berumur 1-3 hari (umur 24-72
jam), karena pada umur ini masih dapat dibedakan dengan jelas antara albumen,
membran cangkang, yolk putih, yolk kuning, rongga udara, blastoderma dan
membran viteline. Umur 1-3 hari merupakan titik awal perkembangan embrio
ayam sebelum terbentuknya pembeda yang jelas antara kepala, leher, badan dan
kaki (Sagi, 1981).
Berikut ini merupakan gambar-gambar tahap perkembangan embrio ayam
dan penjelasannya menurut Djuhanda (1981):
1. Embrio Ayam Umur 24 Jam
Menurut Huettner (1961), bahwa pada embrio ayam stadium 24
jam bagian-bagian yang terbentuk masih sederhana. Adapun struktur
embrio yang telah terbentuk yaitu stria primitiva, mesoderma,
proamnion, mesenkim, pulau-pulau darah, somit, usus depan, notochord,
lipatan neural dan vesikula amnio-kardiak serta somit yang terbentuk
sudah mencapai 28 somit.
Pada tahap ini sejumlah proses pembentukan sel permulaan mulai
terjadi. Sel permulaan untuk sistem pencernaan mulai terbentuk pada
jam ke-18. pada jam-jam berikutnya, secara berturut-turut sampai
dengan jam ke-24, mulai juga terbentuk sel permulaan untuk jaringan
otak, sel permulaan untuk jaringan tulang belakang, formasi hubungan
antara jaringan otak dan jaringan syaraf ,formasi bagian kepala, sel
permulaan untuk darah, dan formasi awal syaraf mata.
Embrio ayam yang telah diinkubasi selama 24 jam dapat dibedakan
antara daerah intra embrional dengan daerah ekstra embrional. Daerah
ekstra embrional terdiri dari area pelusida dan area opaka. Daerah kepala
mengalami perkembangan agak cepat, namun karena adanya daerah
batas pertumbuhan (zone of over growth), terjadi lipatan kepala (head
fold), mula-mula ke ventral lalu daerah kepala agak terangkat dan
melipat ke posterior. Hal ini diikuti oleh lipatan entoderm, terbentuklah
kantung buntu sebelah anterior yang membuka, disebut anterior
intestinal portal. Kantung buntu disebelah anterior adalah fore gut (usus
depan), sedangkan ke sebelah posterior endoderm masih lurus sampai ke
primitive streak. Celah di sebelah ventral kepala akibat terjadinya lipatan
kepala disebut subcephalic pocket. Lapisan tepi yang membatasi fore gut
disebut margin of intestinal portal (Syahrum, 1994).
Sesuai dengan bertambah tuanya usia embrio, terjadilah penutupan
neural fold secara bertahap mulai dari daerah di atas AIP ke arah anterior
dan ke posterior. Terbentuklah tabung otak, namun di bagian paling
anterior, neural fold tidak segera menutup, daerah ini dimanakan anterior
neuropore, bagian posterior neural fold sebagian besar masih belum
menutup (Syahrum, 1994). Jumlah pasangan somit yang dibentuk oleh
terjadinya segmentasi mesoderm di kiri kanan notokor adalah 5
pasang. Somit disebut juga dorsal mesoderm yang akhirnya mengalami
diferensiasi ke lateral menjadi intermediate mesoderm dan lateral
mesoderm. Selanjutnya lateral mesoderm juga mengalami pemisahan,
sebagian mendekati ektoderm, disebut somatic mesoderm dan sebagian
mendekati entoderm disebut splanchnic mesoderm (Syahrum, 1994).
Inkubasi 24 jam ternyata splanchnic mesoderm di daerah AIP
mengalami penebalan yang nantinya akan berkembang menjadi buluh
jantung, sedangkan di daerah opaka mesoderm berkelompok (memberi
gambaran gelap secara mikroskopik) disebut blood island dan area opaca
sekarang dinamakan area vasculosa. Pembuluh darah merupakan derivat
mesoderm. Di daerah ekstra embrional, pembuluh darah disusun oleh
kelompok-kelompok mesoderm yang disebut blood island dengan
membentuk jaringan pembuluh darah halus kemudian bersatu akhirnya
terbentuklah pembuluh balik ke badan embrio yaitu vena vitelina yang
bermuara di dalam sinus venosus (Syahrum, 1994).
dengan
jumlah
somit
yang
sama,
merupakan
tingkat
menginisiasi
dan
11
(Prosencephalon),
b) Midbrain (Mesencephalon), dan Hindbrain (Rhombencephalon).
c) Prosencephalon terjadi dari tiga neuromer pertama dan
merupakan
bagian
anterior
otak
yang
terbagi
menjadi
penciuman
seperti
pusat
intelejensi.
menyebutnya Cerebrum.
e) Diencephalon merupakan
organ
bagian
dari
Kita
biasa
forebrain.
12
system
Rombencephalon
pendengaran
terbagi
Myelencephalon.
i) Metencephalon merupakan
menjadi
bagian
dan
keseimbangan.
Metencephalon
dari
hindbrain
dan
yang
berfungsi
untuk
mengatur
korrdinat
dan
13
disebut
sinus
venosus.
Perkembangan
berlanjut
dengan
15
terjadi
dari
penebalan-penebalan
mesoderma
dan
bagian
posterior
berhubungn
dengan
vena
16
Diensephalon
Dinding lateral pada tingkat ini memperlihatkan diferensiasi sedikit
kecuali sebelah ventral tempat tangkai optic bergabung ke dalam
dinding otak.
Mesensephalon
Mesensephalon tidak memperlihatkan spesialisasi kecuali penebalan
dindingnya.
Metensephalon
Metensephalon belum memperlihatkan diferensiasi.
Mylensephalon
Dinding dorsal mylensephalon tereduksi tebalnya, sebagai petunjuk
nasib finalnya sebagai medula berdinding tipis
1. Korda
2. Nervus spinalis
3. Sistem pencernaan dan sistem pernafasan, terjadi pembentukan :
4. Penyusunan lubang mulut
5. Pharynk
6. Derivatisasi pharynk
7. Kelenjar tiroid
8. Timus
9. Trachea
10. Tunas paru-paru
11. Oesophagus dan lambung
12. Hati
17
13. Pancreas
14. Daerah usus tengah
15. Kloaka
16. Sistem peredaran darah/sirkulasi, terjadi pembentukan :
17. Sirkulasi vitelina
Sistem urinaria sudah terlihat adanya tubulus pronephros, tubulus
mesonephros, dan tubulus matanephros. Solom timbul melalui suatu
pemisahan mesoderma lateral kedua sisi tubuh, jadi pada mulanya
merupakan rongga yang berpasangan. Solom embrio ayam tidak pernah
menunjukkan kantong segmentasi sesuai dengan somit. Mesenterium
merupakan lapisan mesoderma splagnis dobel yang menempel pada
usus dan menyokong usus pada rongga tubuh (Hamilton, 1952).
Faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan embrio ayam
adalah suhu, keberhasilan gastrulasi dan kondisi lingkungan. Semakin
tinggi suhu maka semakin cepat proses perkembangan embrio ayam
berlangsung. Namun, perkembangan emrio ayam juga memiliki suhu
optimal inkubasi. Apabila suhu terlalu tinggi maka akan merusak
embrio
tersebut.
Kekurangan
mineral
dapat
memperlambat
pada
19
Perkembangan
Bumbung neural
Terbagi menjadi
Terbagi menjadi
prosensefalon,
telensefalon, diensefalon,
mesensefalon, dan
mesensefalon,
rombensefalon
metensefalon, dan
mielensefalon
Tidak ditemukan
romboidales
Prosensefalon
Vesikula telinga
Terdapat penonjolan
optik
berdinding rangkap
Belum terbentuk
Vena vitelin
membentuk vena
beranastomosis
omfalomesensetrika
20
Forebrain, Tail Bud, Left Wing bud, Somites, Right leg bud, Tail bud, Left
leg bud.
DAFTAR PUSTAKA
Adnan, Nuryanti, Tuti, Sutarto, Khamim. 2005. Sukses Menetaskan Telur. Bogor:
Swadaya.
Balinsky, B.I. 1970. An Introduction to Embryology. London: W.B. Saunder
Company.
Chuai, M., Zeng, W., Yang, X., Boychenko, V., Glazier, JA., Weiier, CJ. 2006.
Cell movement during chick primitive streak formation. USA:
Depelopmental Biology 137-149 ELSIVIER.
Djuanda. 1981. Embriologi Perbandingan. C.V. Bandung: Armico.
Hamilton, H. L. 1952. Lillies Development of the Chick. An Introduction to
Embryology. New York: Henry Holt and Co.
Hari, D., & Hari, K. E. (2007). Perkembangan embrio dari hari ke hari. Vol, C. I.
T. B., Sudarwatl, S., Wiati, T., & Lain, S.-. (1975). PENGARUH
21
EMBRYO, 10(1).
Huettner, A. F. 1961. Fundamentals of Comparative Embryology of The
Vertebrates. New York: The Mc Millan Company.
Kastowo, H. 1982. Zoologi Umum. Bandung. Penerbit Alumni.
Kosasih, G. 1975. Embriologi Kedokteran. Jakarta: CV EGC.
Meliyati, Neka, dkk. 2011. Pengaruh umur telur tetas itik Mojosaridengan
penetasan kombinasi terhadap fertilisasi dan daya tetas (jurnal).
Murtidjo, Bambang Agus.1992. Mengelola Ayam Buras. Yogyakarta: Kanisius.
Nuryati, Tuti, Sutarto, Muh.Khamim, dkk. 2005. Sukses Menetaskan Telur. Bogor:
Penebar Swadaya.
Patten, B.M. 1920. The Early Embryology of the Chick. Philadelphia: P.
Blakistons Son and Co.
Patten, B.M. 1958. Foundations of Embyology. New York: Mc Graw Hill-Book.
Reece and Mitchell. 2004. Campbell jilid 3. Jakarta: Erlangga.
Sagi, M. 1981. Embriologi Perbandingan Vertebrata. Yogyakarta: Universitas
Gajah Mada.
Shoston, S. 1988. Embryologi. New York: Harper Collins Publisher.
Soeminto. 1983. Dasar-dasar Embriologi. Purwokerto: Fakultas Biologi
UNSOED.
Sudarwati, Sri. 1975. Pengaruh doxan.A(csytaclophosphmide) pada pertumbuhan
embrio ayam (jurnal).
Sugianto. 1962. Embriologi. Bandung: Pustaka Bandung.
Syahrum, M. H. 1994. Reproduksi dan Embriologi : Dari Satu Sel Menjadi
Organisme. Jakarta: Fakultas Kedokteran UI.
Yatim. 1982. Reproduksi dan Embriologi. Bandung: Tarsito.
Yuawanta, Tri. 2004. Dasar Ternak Unggas. Yogyakarta: Kanisius.
Viera S.L. 2007. Chicken Embryo Utilization of Egg Micronutrients. Brazilian
Journal of Poultry Science. 09 : 01-08.
22