Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
Traumatic injury adalah injury yang dapat bersifat fisik (badan) atau
emosional yang dihasilkan oleh luka luka fisik atau mental, atau shock. Traumatic
dental injury atau dental trauma merupakan injury yang terjadi pada mulut, termasuk
gigi, bibir, gusi, lidah, dan tulang rahang. Traumatic dental injury umumnya
merupakan kombinasi trauma jaringan lunak peri-oral, gigi, dan jaringan
pendukungnya. Traumatic Dental Injuries (TDI) atau luka trauma dental di
klasifikasikan berdasarkan beberapa faktor seperti etiologi, anatomi, patologi,
pertimbangan terapeutik, dan derajat keparahannya. Kegoyangan gigi, pembengkakan
dan bisul bernanah pada wajah yang dialami pasien dapat disebabkan karena adanya
infeksi odontogenik atau karena adanya trauma. Karena pasien mengalami
kecelakaan lalu lintas dan dagunya membentur trotoar, maka dapat dipastikan bahwa
penyebabnya adalah trauma mekanik. Trauma mekanik yang terjadi mengakibatkan
adanya fraktur pada mandibula
1. Etiologi Traumatik Injuri
Traumatic Dental Injury terjadi oleh benturan yang dapat menyebabkan energi
mekanis yang cukup untuk menghasilkan suatu injuri/luka. Peristiwa TDI terjadi
karena aktivitas yang menyebabkan kejadian TDI seperti jatuh, benturan, aktivitas
fisik diwaktu senggang, kecelakaan lalu lintas, permaian yang kasar, kekerasan,
penggunaan gigi yang tidak sesuai, serta menggigit benda keras. Perilaku manusia
seperti pengambilan resiko, masalah hubungan dengan kawan, hiperaktivitas, dan
perilaku stress juga merupakan penyebab terjadinya TDI.
Criteria
Fraktur mahkota yang tidak sempurna pada
enamel tanpa kehilangan substansi gigi
fracture Fraktur dengan kehilangan substansi gigi
pada enamel
fracture Fraktur dengan kehilangan substansi gigi
(uncomplicated)
Complicated crown fracture
Uncomplicated
fracture
Complicated crown-root fracture
Root fracture
Criteria
Luka pada jaringan pendukung gigi tanpa
pelepasan abnormal atau perpindahan dari gigi,
Subluxation (loosening)
Extrusive
luxation
luxation
dislocation)
dengan fraktur soket alveolar
Avulsion (exarticulation)
Perpindahan gigi sepenuhnya keluar dari soket
c. Luka terhadap tulang pendukung
Injury
Criteria
Comminution (pengurangan secara Hancurnya dan penekanan pada soket
bertahap partikel kecil) of the alveolar. Kondisi ini ditemukan dengan
maxillary alveolar socket
terjadinya intrusive dan lateral luxation
Comminution of the mandibular
alveolar socket
Fraktur dinding
maksila
Fraktur dinding
soket
soket
alveolar
mandibula
Fraktur prosesus alveolar maksila
Fraktur prosesus alveolar mandibula
Fraktur maksila dan Mandibula
Injury
Criteria
Laserasi gingiva atau mukosa Luka yang dangkal/ dalam pada mukosa
oral
Contusion
mukosa oral
gingiva
Fraktur greenstick adalah keadaan dimana salah satu tulang patah sedangkan
sisi lainnya emmbengkok. Fraktur compound biasanya melibatkan luka terbuka, dan
comminuted menyebabkan keping-keping tulang.
Keberadaan gigi pada rahang dengan referensi penggunaan splint
Rahang dengan gigi lengkap
Rahang edentulous atau sebagian besar edentulous
Gigi geligi primer (primary) atau campuran (mixed)
4. Tanda Tanda Klinis Fraktur Dentoalveolar
Tanda-tanda
klinis
fraktur
dentoalveolar
diantaranya
adalah
adanya
kegoyangan dan pergeseran beberapa gigi dalam satu segmen, laserasi pada gingiva
dan vermilion bibir, serta adanya pembengkakan atau luka pada dagu. Untuk
menegakkan diagnosa diperlukan pemeriksaan klinis yang teliti dan pemeriksaan
radiografi. Tanda-tanda klinis lainnya dari fraktur alveolar yaitu adanya luka pada
gingiva dan hematom di atasnya, serta adanya nyeri tekan pada daerah garis fraktur.
Pada kasus ini fraktur alveolar mungkin terjadi karena adanya trauma tidak langsung
pada gigi atau tulang pendukung yang dihasilkan dari pukulan atau tekanan pada
dagu. Hal ini bisaa terlihat dengan adanya pembengkakan dan hematom pada dagu
serta luka pada bibir
Tanda dan gejala yang mengarahkan pada diagnosa fraktur mandibula
termasuk (Sjamsuhidrajat, 1997; Munir, 2002):
Pembengkakan, ekimosis ataupun laserasi kulit mandibular
Nyeri atau anestesi oleh karena kerusakan nervus alveolaris inferior
Nyeri saat mengunyah
Maloklusi geligi
Gangguan mobilitas atau adanya krepitasi
Malfungsi berupa trismus, nyeri saat mengunyah
Gangguan jalan nafas
Deformitas tulang
Asimetris
Palpasi teraba garis fraktur
Mati rasa bibir bawah akibat kerusakan pada n. mandibularis
4. Pembengkakan
Adanya rasa sakit, pembengkakan, dan kemerahan yang terlokalisasi
merupakan tanda-tanda terjadinya inflamasi. Fase ini berlangsung mulai terjadinya
fraktur hingga kurang lebih satu sampai dua minggu. Peningkatan aliran darah
menimbulkan hematom diikuti invasi sel-sel peradangan yaitu neutrofil, makrofag,
sel fagosit, osteoklas, yang berfungsi untuk membersihkan jaringan nekrotik, yang
akan mempersiapkan fase reparatif. Jumlah leukosit yang meningkat terjadi karena
adanya proses inflamasi yang merupakan respon tubuh terhadap suatu hal ang
membahayakan tubuh Jika dirontgen, garis fraktur lebih terlihat karena telah
disingkirkannya material nekrotik.
Pembengkakan juga dapat terjadi karena adanya gigi yang fraktur. Gigi yang
fraktur dapat membuka jalan untuk bakteri melakukan invasi ke dalam rongga pulpa
dan menyebabkan nekrosis, lalu menginfeksi jaringan periapikal, dan menginfeksi
spasia submandibular (seperti pada kasus) dan mengakibatkan akumulasi pus pada
daerah tersebut. Kemungkinan adanya gigi yang mengalami nekrosis dapat dihindari
jika fraktur diobati dalam 48 jam.
5. Kegoyangan gigi
Gigi yang goyang dan fraktur dapat mengindikasikan bahwa pasien dalam
keadaan oklusi saat trauma terjadi. Atau dapat terjadi karena fraktur telah melibatkan
jaringan pendukung gigi.