Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
Oleh :
Bima Kusuma Jati
G99151038
Pembimbing :
drg. Shinta Kartikasari
.
KEPANITERAAN KLINIK BAGIAN ILMU GIGI DAN MULUT
FAKULTAS KEDOKTERAN UNS / RSUD DR MOEWARDI
SURAKARTA
2016
BAB I
PENDAHULUAN
Sebagai
seorang
dokter,
perlu
keterampilan
dalam
melakukan
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Pengertian
Darah adalah suatu suspensi partikel dalam suatu larutan
kolid cair yang mengandung elektrolit dan merupakan suatu
medium pertukaran antar sel yang terfikasi dalam tubuh dan
lingkaran luar (Silvia A. Price & Lorraine M. Wilson : 2005).
Spesimen darah sering digunakan untuk pemriksaan hematologi
rutin. Hematologi rutin adalah pemeriksaan rutin dan lengkap
yang mencakup sel-sel darah dan bagian-bagian lain dari darah,
yang
meliputi
pemeriksaan
haemoglobin,
jumlah
eritrosit,
yang
laboratorium
diperlukan
merupakan
oleh
dokter
pemeriksaan
untuk
membantu
sering
mempunyai
dilakukan
peran
adalah
penting
pemeriksaan
dalam
tubuh
darah.
Darah
manusia.
Hasil
hematologi
rutin
dan
hematologi
lengkap
(Brown,1993).
Pemeriksaan hematologi rutin terdiri dari hemoglobin,
terdiri
dari
pemeriksaan
darah
rutin
ditambah
Metode
flow cytometri
blood
smear
adalah
salah
lain-lain
(Kearns
&
LaMonica,
2001;
Wyrick-Glatzel,
Hughes, 2001)
keseluruh
jaringan
tubuh
dan
membawa
menggunakan
mesin
otomatis
selain
mengukur
adalah
metaloprotein
pengangkut
sebagai
dapar
melalui
perpindahan
klorida
dipelajari
secara
mendalam
dengan
bantuan
porphyrin:
suatu
pigmen
merah).
Pigmen
besi
(dalam
vena)
mengandung
berwarna
besi
disebut
merah
heme.
tua.
Porifn
Nama
yang
hemoglobin
64,000
Dalton.
Tiap
sub
unit
hemoglobin
cara
dan
yang
banyak
dipakai
di
darah
pemeriksaan
atau
ini
darahnya
factor
masih
kesalahan
normal,
kira-kira
pada
10%,
10
karboxyhemoglobin,
methemoglobin,
sulfahemoglobin.
2) Cara cyanmethemoglobin
Prinsipnya
adalah
hemoglobin
diubah
menjadi
dipakai
untuk
mengubah
hemoglobin,
cyanmethemoglobin,
sedang
sulfhemoglobin
gram,
kalium
sianida
50
mg,
kalium
3) Cara tallquist
Prinsipnya
adalah
membandingkan
darah
asli
gr
hemoglobin
per
100
ml
darah.
Tallquist
11
dibandingkan
dapat
dilihat
menjadi
darah
12
karena
kekurangan
zat
besi),
sirosis,
penyakit
yang
berhubungan
dengan
anemia.
j. Faktor pengganggu
1) Orang
yang
tinggal
di
dataran
tinggi
mengalami
13
Obat
yang
dapat
meningkatkan
Hb
termasuk
anemia
bertujuan
untuk
mengatasi
14
zat
padat
darah
terhadap
cairannya
naik
15
Naiknya
belum
kering,
pada
pengambilan
darah
atau
pemisahan
darah
melalui
uji
hematokrit
baik
darah
memasukannya
vena
kedalam
ataupun
suatu
darah
tabung
kapiler,
lalu
khusus,
dan
cara
ini
sering
di
sebut
dengan
istilah
16
darah
EDTA,
darah
heparin
atau
darah
17
diukur
dengan
alat
pembaca
hematokrit,
nilainya
mikro)
hematokrit
adalah
darah
cara manual
vena
dengan
bahan
dengan
khusus
kecepatan
(malam)
tertentu
dan
dipusingkan
sehingga
terjadi
dinyatakan
dalam
persen
terhadap
seluruh
yang
dipakai
untuk
pemeriksaan
75 mm
dan
diameter
dalamnya
1,2
tersebut
memungkinkan
untuk
18
pengukuran
hematokrit
dengan
sedikit,
mendapatkan
waktu
endapan
sel
pemusingan
darah
merah
untuk
singkat
hematokrit
secara
automatik
multi
parameter
untuk
pemeriksaan
HGB
(Hemoglobin),
MCV
(Mean
Cospuscular
Blood
Cell
Distribution
Width
Coeffcient
of
Histogram),
RBC
Histogram
(Red
Blood
Cell
dengan
metode
impedansi,
metode
ini
19
adalah
sel
darah.
Setiap
partikel
yang
yang
dihasilkan
dapat
diukur
getaran
amplitude
tertentu.
Jika
getaran
yang
di
yaitu
sensor
atas
dan
sensor
bawah
yang
cara
diperlukan
automatik
dalam
dengan
pemeriksaan
menggunakan
perangkat
keras
untuk
menganalisis
setiap
20
Keuntungan
pemeriksaan
hematokrit
secara
sampel
yang
sedikit,
data
hasil
Hasilpemeriksaan
bisa
menunjukkan
19
(Kemenkes, 2011)
e. Implikasi Klinik:
1) Penurunan nilai Hct merupakan indikator anemia (karena
berbagai
sebab),
reaksi
hemolitik,
leukemia,
sirosis,
21
yang
tinggi
demikian
juga
Hb
dan
sel
darah
merahnya.
2) Normalnya, Hct akan sedikit menurun pada hidremia f
siologis pada Kehamilan
3) Nilai Hct normal bervariasi sesuai umur dan jender. Nilai
normal untuk bayi lebih tinggi karena bayi baru lahir
memiliki banyak sel makrositik.
4) Nilai Hct pada wanita biasanya sedikit lebih rendah
dibandingkan laki-laki.
5) Juga terdapat kecenderungan nilai Hct yang lebih rendah
pada kelompok umur lebih dari 60 tahun, terkait dengan
nilai sel darah merah yang lebih rendah pada kelompok
umur ini.
6) Dehidrasi parah karena berbagai sebab meningkatkan
nilai Hct.
g. Hal yang harus diwaspadai
Nilai Hct <20% dapat menyebabkan gagal jantung
dan kematian; Hct >60% terkait dengan pembekuan darah
spontan.
3. Eritrosit
a. Definisi
Sel darah merah atau eritrosit merupakan sel yang
paling sederhana yang ada di dalam tubuh. Eritrosit tidak
22
23
d. Metabolisme Eritrosit
Jika kadar oksigen menurun hormon eritropoetin akan
menstimulasi produksi eritrosit. Eritrosit, dengan umur 120
hari, adalah sel utama yang dilepaskan dalam sirkulasi. Bila
kebutuhan eritrosit tinggi, sel yang belum dewasa akan
dilepaskan kedalam sirkulasi. Pada akhir masa hidupnya,
eritrosit
yang
lebih
tua
keluar
dari
sirkulasi
melalui
sintesa
Hb
meningkat);
4.
Metarubrisit
organ
tubuh
antara
lain
hitung
eritrosit,
hemoglobin
dan
secara
massa
fungsional
eritrosit
didefinisikan
dengan
akibat
sebagai
oksigenasi
dari
Mean
Corpuscular
Corpuscular Hemoglobin
Volume
(MCV),
Mean
umum
nilai
Hb
dan
Hct
digunakan
untuk
25
vera,
WBC,
leukocyte)
adalah
sel
yang
membentuk
tubuh
melawan
berbagai
penyakit
infeksi
berwarna,
memiliki
inti,
dapat
bergerak
secara
utama
leukosit
adalah
melawan
infeksi,
awal
kedewasaan),
dan
akhirnya,
neutrof
l.
dimulai
dengan
monoblast
(belum
dewasa)
27
d. Macam-macam Leukosit
Ada dua tipe utama sel darah putih: Granulosit: neutrofl,
eosinofl dan basofl; Agranulosit: limfosit dan monosit
1) Limfosit
Limfosit merupakan sel utama pada sistem getah bening yang
berbentuk sferis, berukuran yang relatif lebih kecil daripada makrofag
dan neutrofil. Selain itu, limfosit bergaris tengah 6-8 m, 20-30% dari
leukosit darah, memiliki inti yang relatif besar, bulat sedikit cekung pada
satu sisi. Sitoplasmanya
sedikit dan
2) Monosit
Monosit merupakan sel leukosit yang besar 3-8% dari jumlah
leukosit normal, diameter 9-10 um tapi pada sediaan darah kering
diameter mencapai 20 m atau lebih. Inti biasanya eksentris, adanya
lekukan yang dalam berbentuk tapal kuda. Sitoplasma relatif banyak
dengan pulasan wrigh berupa bim abu-abu pada sajian kering. Granula
azurofil, merupakan lisosom primer, lebih banyak tapi lebih kecil.
28
fagositik
mononuclear
(system
retikuloendotel)
dan
29
(neutrophil,
polymorphonuclear
neutrophilic
leukocyte, PMN) adalah bagian sel darah putih dari kelompok granulosit.
Bersama dengan dua sel granulosit lain: eosinofil dan basofil yang
mempunyai granula pada sitoplasma, disebut juga polymorphonuclear
karena bentuk inti sel mereka yang aneh. Granula neutrofil berwarna
merah kebiruan dengan 3 inti sel.
Neutrofil berhubungan dengan pertahanan tubuh terhadap
infeksi bakteri dan proses peradangan kecil lainnya, serta menjadi sel
yang pertama hadir ketika terjadi infeksi di suatu tempat. Dengan sifat
fagositik yang mirip dengan makrofaga, neutrofil menyerang patogen
dengan serangan respiratori menggunakan berbagai macam substansi
beracun yang mengandung bahan pengoksidasi kuat, termasuk hidrogen
peroksida, oksigen radikal bebas, dan hipoklorit.
Rasio sel darah putih dari neutrofil umumnya mencapai 50-60%.
Sumsum tulang normal orang dewasa memproduksi setidaknya 100
miliar neutrofil sehari, dan meningkat menjadi sepuluh kali lipatnya juga
terjadi inflamasi akut.
Setelah lepas dari sumsum tulang, neutrofil akan mengalami 6
tahap morfologis: mielocit, metamielocit, neutrofil non segmen (band),
neutrofil segmen.Neutrofil segmen merupakan sel aktif dengan kapasitas
penuh, yang mengandung granula sitoplasmik (primer atau azurofil,
sekunder, atau spesifik) dan inti sel berongga yang kaya kromatin. Sel
neutrofil yang rusak terlihat sebagai nanah.
5) Basofil
Basofil adalah granulosit dengan populasi paling minim, yaitu
sekitar 0,010,3% dari sirkulasi sel darah putih. Basofil mengandung
banyak granula sitoplasmik dengan dua lobus. Seperti granulosit lain,
30
Metode pemeriksaan hitung lekosit ada dua, yaitu cara manual dan
cara elektronik/otomik.
1) Cara Manual
Cara manual dilakukan dengan menghitung lekosit secara visual
dengan mikroskop. Darah terlebih dahulu diencerkan dengan larutan
asam lemah dan perhitungan dilakukan menggunakan bilik hitung
(counting chamber). Kesalahan cara ini adalah sebesar 15%.
Prinsip dasar pemeriksaan manual, yaitu: darah diencerkan
dengan asam lemah, sel-sel selain lekosit akan dilisiskan dan darah
menjadi encer sehingga lekosit lebih mudah dihitung. Jumlah lekosit per
31
f. Nilai Rujukan
Nilai normal : 3200 10.000/mm3 SI : 3,2 10,0 x 109/L
Neutrofil
Nilai normal:
0,73
Jumlah absolute 1.260-7.300/mm3
Bands : 0% - 12% SI unit : 0,00 0,12
Jumlah absolute 0-1440/mm3
Eosinofil
Nilai normal :
0% - 6%
32
Basofil
Nilai normal
: 0% - 2%
Monosit
Nilai normal
Limfosit
Nilai normal
: 15% - 45%
800/mm3
(Kemenkes, 2011)
g. Implikasi klinik
1) Nilai krisis leukositosis: 30.000/mm3.
2) Lekositosis hingga 50.000/mm mengindikasikan
gangguan di luar sumsum tulang (bone marrow). Nilai
leukosit yang sangat tinggi (di atas 20.000/mm3) dapat
disebabkan oleh leukemia. Penderita kanker post-operasi
(setelah menjalani operasi) menunjukkan pula
peningkatan leukosit walaupun tidak dapat dikatakan
infeksi.
3) Biasanya terjadi akibat peningkatan 1 tipe saja (neutrof
l). Bila tidak ditemukan anemia dapat digunakan untuk
membedakan antara infeksi dengan leukemia
4) Waspada terhadap kemungkinan leukositosis akibat
pemberian obat.
5) Perdarahan, trauma, obat (mis: merkuri, epinefrin,
kortikosteroid), nekrosis, toksin, leukemia dan keganasan
adalah penyebab lain leukositosis.
6) Makanan, olahraga, emosi, menstruasi, stres, mandi air
dingin dapat meningkatkan jumlah sel darah putih
7) Leukopenia, adalah penurunan jumlah leukosit
<4000/mm3. Penyebab leukopenia antara lain:
33
Trombosit
diaktivasi
setelah
kontak
dengan
34
Trombosit
berperan
penting
dalam
mengontrol
hemostasis.
Berikut
fungsi
dari
trombosit
kerja
trombosit
dalam
hemostasis
dapat
Setelah
itu
mencakup
fbrinogen,
terjadilah
ADP,
pelepasan
serotonin,
lisosom
isi
granula
tromboksan
(degranulasi).
A2,
Trombosit
35
c. Struktur Trombosit
Trombosit adalah elemen terkecil dalam pembuluh
darah dengan diameter 2-4 m. Trombosit memiliki zona luar yang
jernih dan zona dalam yang berisi organel-organel sitoplasmik. Permukaan
diselubungi reseptor glikoprotein yang digunakan untuk reaksi adhesi &
agregasi yang mengawali pembentukan sumbat hemostasis.
Membran plasma dilapisi fosfolipid yang dapat mengalami
invaginasi membentuk sistem kanalikuler. Membran plasma ini memberikan
permukaan reaktif luas sehingga protein koagulasi dapat diabsorpsi secara
selektif. Area submembran, suatu mikrofilamen pembentuk sistem skeleton,
yaitu protein kontraktil yang bersifat lentur dan berubah bentuk. Sitoplasma
mengandung beberapa granula, yaitu: granula densa, granula a, lisosome
yang berperan selama reaksi pelepasan yang kemudian isi granula
disekresikan melalui sistem kanalikuler. Energi yang diperoleh trombosit
untuk kelangsungan hidupnya berasal dari fosforilasi oksidatif (dalam
mitokondria) dan glikolisis anaerob.
d. Metabolisme Trombosit
Trombosit
diaktivasi
setelah
kontak
dengan
nya
terdapat
di
limfa.
Trombosit
dibentuk
oleh
dengan
penambahan
lobus
inti
menjadi
36
pengatur
utama
produksi
trombosit
adalah
Trombosit
berperan
penting
dalam
hemopoesis,
atau
platelet
sangat
penting
untuk
trombosit,
menggangu
koagulasi,
hemostasis
atau
sistem
fbrinolisis
akan
vaskuler
yang
trombosit
diatur
oleh
trombopoetin
37
Selain
menyebabkan
kesempatan
ADP,
juga
dilepas
vasokonstriksi,
untuk
menyiapkan
serotonin,
sehingga
yang
memberi
pembentukan
sumbat
pengaktifan
membran
fosfolipid
(PF3),
yang
pembentukan
kompleks
protein
koagulasi
38
trombosit
rendah
karena
penggumpalan
trombosit
dapat
SI : 170 380x109/L
(Kemenkes, 2011)
39
h. Implikasi Klinik
1) Trombositosis berhubungan dengan kanker, splenektomi,
polisitemia vera, trauma, sirosis, myelogeneus, stres dan
arthritis reumatoid.
2) Trombositopenia berhubungan dengan idiopatik
trombositopenia purpura (ITP), anemia hemolitik, aplastik,
dan pernisiosa. Leukimia, multiple myeloma dan
multipledysplasia syndrome.
3) Obat seperti heparin, kinin, antineoplastik, penisilin, asam
valproat dapat menyebabkan trombositopenia
4) Penurunan trombosit di bawah 20.000 berkaitan dengan
perdarahan spontan dalam jangka waktu yang lama,
peningkatan waktu perdarahan petekia/ekimosis.
5) Asam valproat menurunkan jumlah platelet tergantung
dosis.
6) Aspirin dan AINS lebih mempengaruhi fungsi platelet
daripada jumlah platelet.
i. Kelainan Fungsi Trombosit
Kelainan
perdarahan
dapat
disebabkan
oleh
40
yang
trombosit.
menyebabkan
Kelainan
herediter
pembentukkan
seperti:
sumbat
penyakit
Pool
terapi
bersamaan
sulfinpirazon,
dengan
myeloma
hiperglobulinemia
multiple
atau
yang
penyakit
trombosit
umumnya
menurun
sebelum
ekstrim
(>1000
103/mm3)
akibat
gangguan
41
myeloproliferatif,
lakukan
penilaian
penyebab
dengankecenderungan
pendarahan
spontan,
l. Trombositopenia
Dalam kesehatanan penurunan jumlah trombosit
dikenal
dengan
trombositopenia.
Trombositopenia
trombosit
400.000/L.
normal
Kriteria
adalah
penggolongan
sekitar
150.000-
berat
ringannya
satu
jika
jumlah
trombosit
sekitar
75.000-
jika
jumlah
trombosit
sekitar
50.000-
jika
jumlah
trombosit
sekitar
25.000-
150.000/L,
Derajat
dua
<75.000/L,
Derajat
tiga
<50.000/L, dan
Derajat empat jika jumlah trombosit < 25.000/L (Sysmex,
2013).
3
3
Sedangkan jumlah trombosit > 50 x 10 /mm tidak secara
umum terkait dengan perdarahan spontan.
Ketika
pemeriksaan
ditemukan
darah
hasil
subyek
trombositopenia
tanpa
tanda
dan
pada
gejala
42
benar-benar
hanya
suatu
menderita
kasus
trombositopenia
trombositopenia
atau
palsu
(pseudothrombocytopenia).
Kasus
trombositopenia
palsu
dipemeriksaan
namun
Mekanisme
terjadinya
disebabkan
karena
dengan
antikoagulan
trombositopenia
gangguan
sitrat.
umumnya
produksi
bisa
trombosit
di
dengan
trombositopenia,
jika
klinis
yang
akan
muncul
seperti:
hasil
3
maka
petekia,
m. Trombositosis
Sedangkan
pada
pasien
dengan
peningkatan
43
spenonegali
splenonegali
ringan
moderate
pada
pada
40%
penderita,
20-50%
penderita,
suatu
pertumbuhan
ligan
reseptor
megakariosit
faktor
(c-mpl/murine
humoral
trombosit.
utama
Trombopoietin
megakariosit
mulai
dari
produksi
megakariosit
mempengaruhi
sel
induk
dan
pertumbuhan
sampai
produksi
trombosit.
Trombosit matur berperan penting dalam regulasi
kadar
trombopoietin
plasma.
Trombosit
mempunyai
kadar
trombopoietin
plasma
ini
akan
deplesi
plasma
megakariopoiesis.
trombopoietin
Mekanisme
akan
regulasi
ini
44
yang
mempengaruhi
fungsi
platelet
yang
ada.
yang
terkait
dengan
auto-imun
dipertimbangkan
mengalami
risiko
bagi
pemberian
kardiovaskular,
pasien
serebrovaskular,
yang
atau
45
Preanalitik
merupakan
tahap
awal
yang
sangat
pasca
analitik
(Buletin
Prodia,
kesalahan.
2007).
yang
Dalam
terjadi
proses
sebelum
preparation),
collection)
serta
pengumpulan
penanganan
spesimen
sampel
(sampling
(spesimen
handling)
adalah
tahap
pengerjaan
sampel
sampai
and
standart),
serta
ahli
teknologi
(technologist)
dan
mencakup
kesalahan
seperti
kesalahan
46
datang ke laboratorium.
Faktor-faktor pada pasien yang dapat mempengaruhi hasil
pemeriksaan yaitu:
1. Makanan dan Minuman
Makanan dan minuman dapat mempengaruhi hasil
pemeriksaan laboratorium pada beberapa jenis pemeriksaan,
baik
secara
langsung
maupun
tidak
langsung.
Seperti
oleh
makanan
dan
minuman
karena
akan
substrat
karena
dan
terjadi
enzim
dalam
seluruh
darah
hemokonsentrasi,
akan
terutama
47
pemeriksaan
menurunkan
aspirin,
hasil
obat-obat
Indometasin
trimetadion
laboratorium.
Obat-obat
hemoglobin
diantaranya:
antineoplasma,
(Indocin),
doksapram
sulfonamida,primaquin,
(Tridione). Sedangkan
meningkatkan
hasil
yang
haemoglobin
dapat
antibiotika,
(Dopram),
rifampin,
metildopa
Antibiotik
asetaminofen
(Penicillin,
(Tylenol),
sefalotin,
sulfonamid,
kloramfenikol),
propiltiourasil,
(furosemide;Lasix,
asam
etakrinik;
Edecrin,
(Kee, 2012). Selain itu obat seperti heparin, kinin, antineoplatik, penisilin,
asam valproat juga dapat menyebabkan trombositopenia. Kontrasepsi oral
menyebabkan sedikit peningkatan (kementrian Kesehatan RI, 2011)
3. Aktivitas Fisik
Aktivitas fisik dapat menyebabkan perubahan kadar substrat dan
enzim pada laju endap darah, hemoglobin dan hitung sel darah. Aktifitas fisik
dapat menyebabkan shift volume antara kompartemen di dalam pembuluh
darah dan interstitial, kehilangan cairan karena berkeringat, dan perubahan
kadar hormon. Akibatnya akan terjadi perbedaan besar antara kadar glukosa
darah di arteri dan vena, serta terjadi perubahan konsentrasi gas darah, asam
urat, kreatinin, creatin kinase, GOT, LDH, hemoglobin, hitung sel darah dan
produksi urine.
Olahraga
berat
dapat
menguras
energi
yang
menghasilkan
49
yang
dimaksud
adalah
trauma
yang
menyebabkan
peningkatan
waktu
perdarahan
petekia/ekimosis
akan
dapat
50
Stress yang bersifat konstan dan terus menerus akan mempengaruhi kerja
kelenjar adrenal dan tiroid dalam memproduksi hormon. Adrenalin, tiroksin,
dan kortisol sebagai hormon utama stress akan naik jumlahnya dan
berpengaruh secara signifikan terhadap system homeostasis. Kortisol atau
biasa disebut dengan steroid hormon mempengaruhi sebagian besar dari
system pertahanan tubuh, termasuk sel darah putih dan molekul-molekul lain
yang bertanggung jawab terhadap system imunitas. Perasaan cemas
merupakan salah satu respon individu dalam menghadapi stress.
Klasifikasi
stress
menurut
Stuart
dan
Sundeen
(2005)
52
BAB III
PENUTUP
A. SIMPULAN
1. Pemeriksaan darah/hematologi merupakan salah satu pemeriksaan
penunjang yang diperlukan oleh dokter untuk membantu
menegakkan diagnosis dan menyingkirkan diagnosis banding.
2. Pemeriksaan darah rutin meliputi pemeriksaan haemoglobin, hematokrit,
jumlah eritrosit, leukosit, dan trombosit.
3. Pemeriksaan hematologi lengkap (complete blood count) terdiri dari
pemeriksaan darah rutin ditambah pemeriksaan morfologi sel.
4. Hasil dari pemeriksaan darah dapat menunjukkan kondisi tubuh seseorang.
Pemeriksaan darah rutin dapat dilakukan secara manual maupun otomatis
dengan alat.
B. SARAN
1. Perlu dilakukan pengendalian faktor-faktor yang dapat mempengaruhi hasil
pemeriksaan laboratorium agar hasil yang didapatkan lebih akurat
2. Perlu adanya peningkatan pemahaman klinisi dalam hal pemeriksaan
penunjang
3. Diharapkan fasilitas pendukung untuk melakukan pemeriksaan penunjang
tersedia di seluruh wilayah Indonesia agar dokter dapat lebih mudah
menangani pasien
53
DAFTAR PUSTAKA
Adamson J W, Longo L D. 2005. Anemia and Polycythemia. In L
D Kasper, S A Fauci, L D Longo et al. Editors: Harrisons
th
Principle of Internal Medicine. Volume I. 16
ed. USA:
McGraw-Hill. p.329-336
Bakri Syamsul. 1989. Practical Hematologi. Penerbit ELBS.
th
54
55
56