Anda di halaman 1dari 7

PENDAHULUAN

Bab - 1

Pendahuluan
1.1 LATAR BELAKANG
Pembangunan Sanitasi di Indonesia telah ditetapkan dalam misi Rencana Pembangunan Jangka Panjang
Nasional (RPJPN) tahun 2005 2025 Pemerintah Indonesia. Berbagai langkah dan implementasi terhadap
implementasi Program Nasional tersebut telah pula ditetapkan pada Rencana Pembangunan Nasional Jangka
Menengah Nasional (RPJMN) tahun 2010-2014 yang difokuskan pada Percepatan Pembangunan Sanitasi
Permukiman (PPSP).
Sanitasi merupakan salah satu faktor terpenting dalam mewujudkan layanan yang terkait dengan
pengentasan kemiskinan, yang selanjutnya telah dilakukan pengembangan kebijakan, perencanaan serta
penganggaran. Kegiatan pembangunan sektor sanitasi di Indonesia saat ini telah menjadi usaha bersama yang
terkoordinir pada semua tingkatan pemerintah, organisasi berbasis masyarakat, LSM, sektor swasta dan didukung
oleh Donor.
Pada tingkat Nasional, koordinasi kebijakan dilakukan oleh Tim Teknis Pembangunan Sanitasi (TTPS)
yang merupakan usur dari lintas Departemen dan terdiri dari Badan Perencanaan Pembangunan Nasional
(BAPPENAS), Departemen Pekerjaan Umum, Departemen Keuangan, Departemen Kesehatan, Departemen
Dalam Negeri, Departemen Perindustrian dan Kementrian Lingkungan Hidup. Sebagai perwujudan komitmen
yang tinggi untuk pembangunan sektor sanitasi lokal dan penyediaan layanan sanitasi yang semakin baik di
daerah perkotaan, Pemerintah telah menyiapkan bantuan teknis kepada Pemerintah Provinsi dan
Kabupaten/Kota.
Disamping hal tersebut, Pemerintah Pusat telah mendukung dan mendorong Pemerintah Daerah untuk
dapat menyusun suatu perencanaan pembangunan sanitasi yang komprehensif dan terkoordinasi, serta
terencana untuk seluruh wilayah perkotaan dengan prioritas yang terukur, tanggap kebutuhan, berdasarkan
kondisi actual dengan melibatkan seluruh pemangku kepentingan kota.
Sebagai bagian dari pembangunan sanitasi Nasional, Pemerintah Kabupaten Pinrang pada tahun 2011,
melalui Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (BAPPEDA) telah mengikuti rangkaian kegiatan serta
mengambil langkah-langkah strategis dalam Program Nasional Percepatan Pembangaun Sanitasi Permukiman
tersebut. Upaya ini telah menempatkan Kabupaten Pinrang sebagai salah satu Kabupaten di Indonesia yang
telah ditetapkan pada tahun 2011 guna melakukan penyusunan Buku Putih Pembangunan Sanitasi dan
penyusunan Strategi Sanitasi Kabupaten/Kota (SSK).
Sanitasi sebagai salah satu aspek pembangunan memiliki fungsi penting dalam menunjang tingkat
kesejahteraan masyarakat, karena berkaitan langsung dengan kesehatan, pola hidup masyarakat, kondisi
lingkungan permukiman serta kenyamanan dalam kehidupan sehari-hari, sehingga sanitasi telah menjadi salah
satu aspek pembangunan yang menjadi prioritas dan diperhatikan. Walaupun demikian, masih sering dijumpai
bahwa aspek-aspek pembangunan sanitasi yang meliputi pengelolaan limbah cair, pengelolaan persampahan,
pengelolaan drainase dan penyediaan air bersih serta yang tidak kalah pentingnya adalah mendorong masyarakat
untuk dapat melaksanakan Pola Hidup Sehat dan Bersih (PHBS) masih berjalan sendiri dan belum terintegrasi
dengan baik. Untuk hal tersebut, melalui Buku Putih Pembangunan Sanitasi Kabupeten Pinrang, Pemerintah
Kabupaten Pinrang telah mencoba mengidentifikasi permasalahan-permasalahan sektor sanitasi, merumuskan
perencanaan dan penganggaran serta langkah-langkah strategis pendanaan dan pelaksanaan dalam percepatan
pembangunan sanitasi Kabupaten Pinrang yang dilaksanakan oleh Kelompok Kerja Percepatan Pembangunan
Sanitasi Permukiman (Pokja AMPL) dengan melibatkan seluruh Satuan Kerja Pemerintah Daerah (SKPD) terkait
dan masyarakat serta pemangku kepentigan lainnya.

BUKU PUTIH SANITASI

POKJA AMPL KAB. PINRANG

PENDAHULUAN

1.2 LANDASAN GERAK


1.2.1. Definisi Sanitasi
Sektor sanitasi merupakan salah satu pelayanan publik yang mempunyai kaitan erat dengan kemiskinan.
Pembangunan sektor sanitasi di beberapa daerah di Indonesia, seringkali kurang menjadi prioritas dibanding
sektor lainnya. Tidak memadainya pembangunan sektor sanitasi akan berdampak pada penurunan kualitas
kesehatan masyarakat dan kualitas lingkungan pada umumnya.
Sanitasi di Indonesia didefinisikan sebagai upaya membuang limbah cair domestik dan sampah untuk menjamin
kebersihan dan lingkungan hidup sehat, baik di tingkat rumah tangga maupun di lingkungan perumahan (TTPS,
2010).Di dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (2008), secara umum sanitasi didefinisikan sebagai usaha untuk
membina dan menciptakan suatu keadaan yg baik di bidang kesehatan, terutama kesehatan
masyarakat.Sedangkan pengertian yang lebih teknis dari sanitasi adalah upaya pencegahan terjangkitnya dan
penularan penyakit melalui penyediaan sarana sanitasi dasar (jamban), pengelolaan air limbah rumah tangga
(termasuk sistem jaringan perpipaan air limbah), drainase dan sampah (Bappenas, 2003).
1.2.2. Ruang Lingkup
Ruang lingkup kajian sanitasi terbagi dalam 4 (empat) subsektor, yaitu: 1) Air Limbah; 2) Persampahan;
3) Drainase; 4) PHBS yakni:
1. Air limbah (sewage) merupakan air dan cairan yang merupakan sisa dari kegiatan manusia di rumah
tangga/limbah domestik dan commercial buildy (kegiatan yang dilakukan untuk mendapatkan keuntungan)
atau industri. Pengolahan air limbah dibedakan berdasarkan sumbernya, yaitu :
a. Black water adalah air limbah rumah tangga yang bersumber dari toilet atau kakus;
b. Grey water adalah air limbah rumah tangga non kakus yang berupa buangan yang berasal dari
kamar mandi, dapur (sisa makanan) dan tempat cuci.
2. Pengolahan persampahan adalah pengolahan sisa kegiatan sehari-hari manusia dan/atau proses alam yang
berbentuk padat yang meliputi kegiatan yang sistematis, menyeluruh, dan berkesinambungan yang berupa
pengurangan dan penanganan sampah (pemilahan, pengumpulan, pengangkutan, pengolahan, dan
pemrosesan akhir) yang ditampung melalui TPS atau transfer depo ke Tempat Pembuangan Akhir (TPA).
3. Pengolahan drainase adalah optimalisasi prasarana drainase yang berfungsi untuk mengalirkan air
permukaan ke badan air yaitu sumber air permukaan tanah yang berupa sungai, danau, laut dan dibawah
permukaan tanah berupa air tanah di dalam tanah atau bangunan.
4. Perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) Adalah upaya untuk memberikan pengalaman belajar atau
menciptakan suatu kondisi bagi perorangan, keluarga, kelompok dan masyarakat, dengan
membukajalur komunikasi, memberikan informasi dan melakukan edukasi, untuk meningkatkanpengetahuan,
sikap dan perilaku, melalui Pendampingan (Advokasi), bina suasana (Social Support) dan
pemberdayaan masyarakat (Empowerment). Dengan demikian masyarakat dapat mengenali dan
mengatasi masalahnya sendiri, terutama dalam tatanan masing-masing, dan masyarakat/dapat
menerapkan cara-cara hidup sehat dengan menjaga, memelihara dan meningkatkan kesehatannya.
Wilayah kajian Buku Putih sanitasi Kab. Pinrang menyediakan data dasar mengenai kondisi obyektif Sanitasi
dan Air Minum di Kabupaten Pinrang, termasuk permasalahan serta kebutuhan sanitasi dasar dan air minum,
sehingga dokumen ini nantinya dapat diposisikan sebagai acuan yang bersifat strategis dalam perencanaan
pembangunan sanitasi.
1.2.3. Kajian Visi Misi Kab. Pinrang
Sebagaimana diketahui bahwa Visi dan Misi RPJMD Kabupaten Pinrang adalah:
Visi : Terwujudnya Masyarakat Pinrang Yang Maju, Dinamis , dan Mandiri Dengan
Pengembangan Agribisnis dan Agroindustri Yang Berwawasan Lingkungan
Misi : Secara Garis Besar Misi Kab. Pinrang di formulasikan ke dalam 3 (tiga) kluster rumusan yakni :
Bidang Pemerintan
1.
Mengoptimalkan Fungsi Kelembagaan Pemerintahan Dan Mendorong Terciptanya Sinergi
Antar Instansi Guna Meningkatkan Efektifitas Kinerja Birokrasi Dalam Memfasilitasi
Pelaksanaan Program Pembangunan Yang Selaras Dengan Dinamika Perkembangan
Masyarakat Dan Kelayakan Potensi

BUKU PUTIH SANITASI

POKJA AMPL KAB. PINRANG

PENDAHULUAN

2.

3.
4.

Memaksimalkan Tanggung Jawab, Membenahi Sistem Tata Kelola Jasa Pelayanan


Publik Dan Distribusi Kewenangan Institusi Pemerintah Daerah Di Setiap
Jenjang/Tingkatan Pemerintahan Dalam Proses Perencanaan, Pelaksanaan Dan
Pengawasan Program Pembangunan Secara Transparan Dan Akuntabel
Mengembangkan Kompetensi Dan Profesionalisme SDM Aparatur Pemerintahan Dalam
Rangka Peningkatan Mutu Kinerja Aparatur Yang Mampu Mengelola Program
Pembangunan Berorientasi Pelayanan Publik
Menyelaraskan Program Pembangunan Daerah Dengan Program Regional Provinsi
Sulawesi Selatan Berdasarkan Prinsip Koneksitas Dan Sinergi Kebijakan

Bidang Pembangunan
1. Meningkatkan Daya Jangkau Dan Mutu Infrastruktur Transportasi Untuk Membuka Isolasi
Daerah, Memperlancar Arus Barang Dan Jasa, Serta Mendukung Moblitas Masyarakat Dan
Kelangsungan Pembangunan Pusat - Pusat Pembangunan Sumber Daya Perekonomian
Daerah Yang Berbasis Masyarakat
2. Merevitalisasi Jasa Layanan Teknis Dan Penyediaan Prasarana Yang Memadai Untuk
Mendukung Pembangunan Sumber Daya Ekonomi Masyarakat
3. Meningkatkan Produktivitas Serta Nilai Tambah Produk Pertanian, Perkebunan, Kehutanan,
Dan Perikanan/Kelautan Dengan Mengedepankan Penerapan Teknologi Dan Manajemen
Yang Tepat Yang Berdampak Pada Peningkatan Pendapatan Masyarakat
4. Memantapkan Mata Rantai Dan Mekanisme Produksi Huli - Hilir Dalam Pengelolaan Sumber
Daya Perekonomian Masyarakat Dengan Mendorong Terciptanya Iklim Yang Mendukung
Dan Memiliki Daya Tarik Bagi Tumbuhnya Investasi Dan Pengembangan Dunia Usaha
5. Menumbuh Kembangkan Usaha Kecil/Menengah Non Pertanian Melalui Pembinaan Dan
Pendampingan Intensif Serta Penerapan Prinsip - Prinsip Kewirausahaan Sebagai Upaya
Penyediaan Kesempatan Kerja Serta Jaminan Kepastian Usaha Bagi Masyarakat
6. Mengoptimalkan Pengembangan Dan Pengelolaan Sumber - Sumber PAD Sesuai Dengan
Perundang-Undagngan Yang Berlaku Untuk Pencapaian Pertumbuhan Ekonomi Daerah
Sebesar Minimal 5 % Rata-Rata Pertahun
7. Meningkatkan Akses Masyarakat , Khususnya Masyarakat Yang Kurang Mampu Terhadap
Layanan Pendidikan Berkualitas Dari Semua Jenjang Pendidikan SD, SLTP, Dan SLTA
Seiring Dengan Peningkatan Mutu Dan Kesejahteraan Guru
8. Meningkatkan Akses Masyarakat Terhadap Layanan Kesehatan Yang Memenuhi Standar
Kualitas Pelayanan Kesehatan, Utamanya Bagi Kelompok Masyarakat Yang Yang Kurang
Mampu
9. Meningkatkan Keseimbangan Fungsi Spasial Dalam Berbagai Program Pembangunan
Termasuk Didalamnya Peningkatan Kualitas Lingkungan Pemukiman Dan Optimalisasi
Pemanfaatan Ruang, Lahan, Serta Keseimbangan Ekosistem Linkungan Hidup
Bidang Kemasyarakatan
1. Mengupayakan Tumbuhnya Nilai-Nilai Solidaritas Sosial Serta Menjadikan Nilai-Nilai Agama
Sebagai Nilai Utama Dalam Penciptaan Moralitas Dan Akhlak Masyarakat Sehingga
Tercipta Tatanan Masyarakat Pinrang Yang Rukun, Saling Menghormati, Aman Dan Damai
2. Meningkatkan Pemahaman, Kesadaran Dan Ketaatan Terhadap Hukum Dan HAM Bagi
Semua Lapisan Masyarakat Dan Menghormati Serta Menjunjung Tinggi Supremasi Hukum
3. Penciptaan Alam Keterbukaan Diberbagai Bidang Pekerjaan Dan Menumbuhkan Iklim
Demokrasi, Menumbuh Kembangkan Gairah Partisipasi Masyarakat Dalam Setiap Tahapan
Pembangunan, Serta Dalam Setiap Aktivitas Publik.
4. Mendukung Peran Lembaga-Lembaga Keagamaan, Lembaga-Lembaga Sosial (LSM/LPSM),
Lembaga-Lembaga Kemasyarakatan Dan Organisasi Kepemudaan Dalam Kegiatan
Pembangunan Yang Sesuai Dengan Prinsip-Prinsip Kemitraan Dan Partisipasi Publik.
Dalam Rangka Mendukung Visi dan Misi Kab. Pinrang terkhusus dalam pembangunan Lingkungan
maka Buku Putih Sanitasi ini disusun untuk memotret kondisi eksisting sanitasi eksisting kabupaten
Pinrang yang menjadi data acuan untuk membuat strategi pembangunan sanitasi kedepan.

BUKU PUTIH SANITASI

POKJA AMPL KAB. PINRANG

PENDAHULUAN

1.3 MAKSUD DAN TUJUAN


1.3.1 Maksud
Buku Putih Sanitasi Kabupaten Pinrang disusun dengan maksud menyediakan data dasar yang esensial
mengenai struktur, situasi dan kebutuhan sanitasi Kabupaten Pinrang, yang kemudian dipetakan. Pemetaan sanitasi
merupakan gambaran awal (kondisi eksisting) dan rencana dilakukannya zona-zona sanitasi ditingkat Kabupaten/kota.
1.3.2 Tujuan
Tujuan disusunnya Buku Putih Sanitasi Kabupaten Pinrang adalah memberikan panduan kebijakan Pemerintah
Kabupaten Pinrang dalam menejemen kegiatan sanitasi.
. Dengan adanya zona sanitasi akan muncul kebijakan serta prioritas dalam penanganan kegiatan
pengembangan strategi sanitasi skala kota yang didalamnya mencakup strategi sanitasi, rencana tindak dan anggaran
perbaikan maupun peningkatan sanitasi di Kabupaten Pinrang. Pada masa mendatang penerapan strategi serta
pelaksanaanya dilakukan dengan rencana tindak atau aksi dilapangan. Kemitraan dari berbagai pihak, baik masyarakat
(NGO dan NGS lokal), level kota maupun nasional sangat diperlukan dalam fase ini. Sanitasi di Indonesia memerlukan
perhatian khusus, sehingga peningkatan kepedulian dan penggalakan hidup bersih dan sehat untuk merubah
kebiasaan buruk masyarakat dalam bidang sanitasi tidak terlepas dari program ini. Kegiatan-kegiatan studi pasar untuk
mengetahui permintaan juga dilakukan. Monitoring dan evaluasi tidak bisa ditinggalkan dalam implementasi program
sehingga strategi monitoring dan evaluasi yang tepat perlu diolah dengan matang. Manfaat pengalaman nasional dalam
kerangka pemberdayaan nasional adalah: memperdalam pengkajian sektor sanitasi, mengembangkan kapasitas
pembuat kebijakan dan stakeholders, memperkuat kebijakan dan kerangka peraturan, mengembangkan kerangka
kelembagaan pada tingkat nasional, mengembangkan dan menyebarluaskan strategi atau rencana tindak serta
pedoman bagi pemerintah daerah.
1.4 METODOLOGI
Untuk lebih memahami proses dan kegiatan penyusunan Buku Putih secara menyeluruh, akan disajikan beberapa
hal penting yang berkaitan dengan aspek metodologi yang digunakan dalam penulisan ini.
1. Teknik Pengumpulan Data dan Jenis Data
Data yang diperlukan dalam penyusunan Buku Putih Sanitasi ini secara umum meliputi data primer dan data
sekunder.
a. Data Primer, adalah data yang diperoleh langsung dari sumbernya.Pada kegiatan ini data primer pada
dasarnya dikumpulkan untuk mendukung data sekunder dengan melakukan beberapa survey terkait
dengan pengelolaan sanitasi seperti: Enviromental Health Risk Assesment (EHRA), Survey peran media
dalam perencanaan sanitasi, survey kelembagaan, survey keterlibatan pihak swasta dalam pengelolaan
sanitasi, survay keuangan, survay priority setting area beresiko serta survey peran serta masyarakat dan
gender.
Pengumpulan data primer dilakukan melalui:
Teknik wawancara dengan narasumber yang terdiri dari beragam posisi yang berkaitan dengan
tugas dinas/ kantor terkait untuk klarifikasi data-data, pihak swasta, masyarakat sipil, dan tokoh
masyarakat.
Teknik angket dengan alat kuesioner
Observasi, dengan cara mengamati dan mencatat secara sistematis terhadap obyek yang diteliti.
b. Data Sekunder, adalah data data yang diperoleh dari instansi terkait dalam kegiatan.Teknik pengumpulan
data sekunder dengan studi dokumenter yaitu mempelajari arsip dan dokumen yang berkaitan dengan
aktivitas program masing-masing dinas/ kantor terkait, baik langsung maupun tidak langsung, misalnya
yang berupa data statistik, proposal, laporan, foto dan peta.
2. Pengumpulan Data
Proses seleksi dan kompilasi data sekunder berada dalam tahap ini. Teknik kajian dokumen dipergunakan tim
untuk mengkaji data. Banyak dokumen kegiatan program yang mampu memberikan informasi mengenai apa
yang terjadi di masa lampau yang erat kaitannya dengan kondisi yang terjadi pada masa kini.

BUKU PUTIH SANITASI

POKJA AMPL KAB. PINRANG

PENDAHULUAN

1.5 DASAR HUKUM DAN KAITANNYA DENGAN DOKUMEN PERENCANAAN LAIN


Didalam penyusunan Buku Putih Sanitasi Kabupaten Pinrang berpijak pada beberapa peraturan
perundang-undangan yang berlaku di tingkat nasional atau pusat, propinsi maupun daerah. Program
Pengembangan Sanitasi Indonesia di Kabupaten Pinrang didasarkan pada aturan-aturan dan produk hukum yang
meliputi:
A. Undang-Undang
1. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 2 Tahun 1966 Tentang Hygiene;
2. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 4 Tahun 1992 Tentang Perumahan dan Pemukiman;
3. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 24 Tahun 1992 Tentang Penataan Ruang;
4. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 1997 Tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup;
5. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 7 Tahun 2004 Tentang Sumber Daya Air;
6. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 2004 Tentang Pemerintah Daerah;
7. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 33 Tahun 2004 Tentang Perimbangan Keuangan Antar
Pemerintah Pusat dan Daerah;
8. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 17 Tahun 2007 Tentang Rencana Pembangunan Jangka
Panjang Nasional 2005-2025;
9. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 18 Tahun 2008 Tentang Pengelolaan Sampah;
10. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2009 Tentang Pengesahan Stockholm
Convention On Persisten Organic Pollutants.
B. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia
1. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 22 Tahun 1982 Tentang Pengaturan Air;
2. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 1990 Tentang Pengendalian Pencemaran
Air;
3. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 35 Tahun 1991 Tentang Sungai;
4. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 27 Tahun 1999 Tentang Analisis Mengenai Dampak
Lingkungan;
5. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 82 Tahun 2001 Tentang Pengelolaan Kualitas Air dan
Pengendalian Pencemaran Air;
6. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 69 Thn 1996 Tentang Pelaksanaan Hak dan Kewajiban
serta bentuk dan Tata Cara Peran serta Masyarakat dalam Penataan Ruang.
C. Peraturan Presiden Republik Indonesia
Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 7 Tahun 2005 Tentang Rencana Pembangunan Jangka
Panang Menengah Nasional (RPJM) Tahun 2004-2009;
D. Keputusan Presiden Republik Indonesia
1. Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 10 Tahun 2000 Tentang Badan Pengendalian Dampak
Lingkungan;
2. Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 123 Tahun 2001 Tentang Tim Koordinasi Pengelolaan
Sumber Daya Air;
3. Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 83 Tahun 2002 Tentang Perubahan atas Keputusan
Presiden Republik Indonesia Nomor 123 Tahun 2001 Tentang Tim Koordinasi Pengelolaan Sumber
Daya Air;
4. Keputusan Presiden Republik Indonesia No. 62 Tahun 2000 Tentang Koordinasi Penataan Ruang.
E. Keputusan Menteri
1. Keputusan Menteri Lingkungan Hidup Republik Indonesia Nomor 35/MENLH/7/1995 Tentang Program
Kali Bersih;
2. Keputusan Menteri Lingkungan Hidup Republik Indonesia Nomor 17 Tahun 2001 Tentang Jenis Usaha
dan atau kegiatan yang wajib dilengkapi degan AMDAL;
3. Keputusan Menteri Lingkungan Hidup Republik Indonesia Nomor 112 Tahun 2003 Tentang Baku Mutu
Air Limbah Domestik.

BUKU PUTIH SANITASI

POKJA AMPL KAB. PINRANG

PENDAHULUAN

4.
5.
6.

Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 12 Tahun 2007 Tentang Dokumen Pengelolaan
dan Pemantauan Lingkungan Hidup Bagi Usaha dan atau Kegiatan yang Tidak Memiliki Dokumen
Pengelolaan Lingkungan Hidup;
Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 86 Tentang Pedoman Pelaksanaan Lingkungan
Hidup dan Upaya Pemantauan Lingkungan Hidup;
Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 1205/Menkes/Per/X/2004 Tentang Pedoman
Persyaratan Kesehatan Pelayanan Sehat Pakai Air (SPA).

F. Petunjuk Teknis
1. Petunjuk Teknis Nomor KDT 616.98 Ped I. Pedoman Teknis Penyehatan Perumahan;
2. Petunjuk Teknis Nomor KDT 636.728 Pet. I. Petunjuk Teknis Spesifikasi Kompos Rumah Tangga, Tata
cara Pengelolaan Sampah Dengan Sistem Daur Ulang Pada Lingkungan, Spesifikasi Area Penimbunan
Sampah Dengan Sistem Lahan Urug Terkendali Di TPA Sampah;
3. Petunjuk Teknis Nomor KDT 363.72 Pet B. Petunjuk Teknis Pembuatan Sumur Resapan;
4. Petunjuk Teknis Nomor KDT 361.728 Pet I. Petunjuk Teknis Penerapan Pompa Hidran Dalam
Penyediaan Air Bersih;
5. Petunjuk Teknis Nomor KDT 361.728 Pet I. Petunjuk Teknis Pengomposan Sampah Organik Skala
Lingkungan;
6. Petunjuk Teknis Nomor KDT 361.728 Pet I. Petunjuk Teknis Spesifikasi Instalasi Pengolahan Air Sistem
Berpindah pindah (Mobile) Kapasitas 0.5 Liter/detik;
7. Petunjuk Teknis Nomor KDT 627.54 Pan I. Panduan dan Petunjuk Praktis Pengelolaan Drainase
Perkotaan;
8. Petunjuk Teknis Nomor KDT 363.728 Pet D. Pedoman Teknis Tata Cara Sistem Penyediaan Air Bersih
Komersil Untuk Permukiman;
9. Petunjuk Teknis Nomor KDT 363.728 Pet D. Petunjuk Teknis Tata Cara Penoperasian Dan
Pemeliharaan Instalasi Pengolahan Air Limbah Rumah Tangga Non Kakus;
10. Petunjuk Teknis Nomor KDT 307.14 Man P. Manual Teknis Saluran Irigasi;
11. Petunjuk Teknis Nomor KDT 307.14 Man P. Manual Teknis MCK.
G. Peraturan Daerah
1. Peraturan Daerah Kabupaten Pinrang Nomr 10 Tahun 2003 tentang Pengelolaan Pembangunan
Partisipatip Kabupaten Pinrang.
2. Peraturan Daerah Kabupaten Pinrang Tahun 2008 tentang Urusan Pemerintahan yang menjadi
Kewenangan Pemerintah Kabupaten Pinrang.
3. Peraturan Daerah Kabupaten Pinrang Nomor 18 Tahun 2008 tentang Organisasi dan Tata Kerja
Lembaga Teknis Daerah Pemerintah Kabupaten Pinrang; sebagaimana telah diubah dengan Peraturan
Daerah Kabupaten Pinrang Nomor 23 Tahun 2011 tentang Perubahan atas Peraturan Daerah
Kabupaten Pinrang Nomor 18 Tahun 2008 tentang Organisasi dan Tata Kerja Lembaga Teknis Daerah
Pemerintah Kabupaten Pinrang.
4. Peraturan Daerah Kabupaten Pinrang Nomor 30 Tahun 2011 tentang Anggaran Pendapatan dan
Belanja Daerah Kabupaten Pinrang Tahun Anggaran 2012.
1.6 Sistematika Dokumen
Buku Putih Sanitasi Kabupaten Pinrang ini berisikan kajian dan pemetaan sanitasi Kabupaten Pinrang
Tahun 2012, dan merupakan gambaran awal dalam penyusunan Strategi Sanitasi Kota (SSK). Selanjutnya,
informasi yang dimuat adalah merupakan data tahun 2010 dan data-data pada tahun sebelumnya, selain itu,
dilengkapi pula hasil kajian kelembagaan serta hasil survei penilaian resiko kesehatan lingkungan/ EHRA.
Sesuai dengan format standar dalam Buku Putih, maka didalamnya dibahas sebagai berikut :
Bab 1 :
Pendahuluan
Berisikan kondisi terkini pembangunan sanitasi yang telah dilakukan, hasil yang telah diperoleh, dan
menggambarkan mekanisme perencanaan serta pelaksanaan pembangunan sanitasi selama ini
yang telah dilakukan berdasarkan pemanfaatan sumber daya yang telah dimanfaatkan.

BUKU PUTIH SANITASI

POKJA AMPL KAB. PINRANG

PENDAHULUAN

Bab 2 :

Bab 3 :

Bab 4 :

Bab 5 :

Gambaran Umum Wilayah


Menggambarkan kondisi fisik Kabupaten Pinrang, letak geografi, topografi dan kondisi geohidrologi
dengan batas-batas administrasinya; jumlah penduduk dengan kepadatan, sebarannya; sarana
prasarana pendidikan; sarana prasarana kesehatan; kondisi sosial masyarakat; kondisi ekonomi
dan perekonomian masyarakat; visi dan misi Kabupaten Pinrang ; institusi dan organisasi Pemda;
dan arah pengembangan pembangunan Kabupaten Pinrang serta rencana tata ruang dan wilayah
kota.
Profile Sanitasi Wilayah
Berisikan kondisi riil secara umum kesehatan lingkungan Kabupaten Pinrang, kesehatan dan pola
hidup masyarakat, kuantitas dan kualitas air yang dapat diakses masyarakat, pembuangan limbah
cair rumah tangga, pembuangan limbah padat/sampah, saluran drainase lingkungan, pencemaran
udara, pembuangan limbah industri dan limbah medis.
Program Sanitasi Saat ini dan Yang di Rencanakan
Menjelaskan mengenai Rencana Pengembangan dan Pembangunan Sektor Sanitasi yang sedang
dan akan dijalankan, berdasarkan Perencanaan Pembangunan yang saat ini masih berjalan
(RPJMD) Kabupaten Pinrang yang ada, meliputi Visi dan Misi sanitasi, Strategi Penanganan Sanitasi
Kabupaten Pinrang, Rencana Peningkatan Pengelolaan Limbah Cair, Sampah, Saluran Drainase
Lingkungan, Rencana Pembangunan Penyediaan Air Minum, dan Rencana Peningkatan Kampanye
PHBS
Indikasi Permasalahan dan Posisi Pengelolaan Sanitasi
Beisikan hasil kesepakatan Pokja Sanitasi Kabupaten Pinrang berdasarkan kajian, analisis, obervasi
dan survei lapangan serta merupakan indikasi dan opsi-opsi yang dapat diambil dalam menyusun
SSK (Strategi Sanitasi Kota), yang diambil dari kompilasi dan analisis data sekunder serta analisis
data primer di area berisiko tinggi.

BUKU PUTIH SANITASI

POKJA AMPL KAB. PINRANG

Anda mungkin juga menyukai