Anda di halaman 1dari 19

BAB I

PENDAHULUAN
Lidah merupakan salah satu organ penting pada tubuh manusia yang
memiliki banyak fungsi. Lidah memiliki peran dalam proses pencernaan,
mengisap, menelan, persepsi rasa, bicara, respirasi, dan perkembangan
rahang. Lidah dapat mencerminkan kondisi kesehatan seseorang sehingga
digunakan sebagai indikator untuk mengetahui kesehatan oral dan
kesehatan umum pasien. Terdapat variasi anatomi tertentu pada lidah yang
membuat proses menyusui menjadi terganggu.1
Kelainan kongenital adalah suatu kelainan pada struktur maupun
fungsi yang ditemukan pada bayi ketika dilahirkan. Salah satu kelainan
yang dapat terjadi pada bagian lidah bayi adalah ankyloglossia atau yang
biasanya disebut dengan tongue tie. Kelainan ini ditandai dengan frenulum
yang pendek yang dapat mengganggu gerak dari lidah, sehingga
mengakibatkan terbatasnya gerakan lidah. Selain gangguan gerakan lidah,
ankyloglossia juga menyebabkan kurang efektifnya kemampuan bayi dalam
menghisap ASI yang dapat mengakibatkan gagal tumbuh dikarenakan
kurangnya nutrisi yang diasup dan juga kesulitan lain seperti anak mudah
lelah, ketika menyusu seringkali melukai payudara ibu.2
Hasil studi epidemiologis menunjukkan kejadian ankyloglossia
terjadi sekitar 1.7 4.3 % pada bayi baru lahir. Mayoritas penderita
1

ankyloglossia adalah anak laki laki, dengan perbandingan 3:1 dengan


anak perempuan. Ankyloglossia terjadi karena gagalnya proses apoptosis
frenulum lingual dalam masa pertumbuhan yang mengakibatkan frenulum
tetap menempel dengan kuat pada bagian bawah lidah. Di lihat dari
keparahannya ankyloglossia dibagi menjadi 4 derajat, yaitu derajat 1
ankyloglossia ringan, dengan fungsi lidah yang dapat ditoleransi, biasanya
dilakukan observasi dan diharapkan seiring dengan bertumbuhnya anak
maka frenulum tersebut diharapkan akan menyusut dengan sendirinya,
sedangkan derajat 4 adalah ankyloglossia berat dimana fungsi dari lidah
sangat terganggu dimana perlu dilakukan tindakan pembedahan untuk
mengembalikan fungsi lidah.3
Anak dengan ankyloglossia cenderung tidak datang dengan keluhan
anak tetapi lebih sering dengan keluhan ibu akan adanya lecet poada puting
susu dikarenakan cara menyusui dari anak. Terapi yang diberikan pada bayi
ankyloglossia tidak sama, tergantung dari derajat keparahannya dan usia.3

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. ANATOMI LIDAH
Lidah adalah suatu organ otot kompak yang ditutupi oleh
lapisan pelindung dari epitel skuamosa berlapis. Lidah memiliki
peran yang penting dalam proses penelanan, pengecapan dan bicara.
Dorsum lidah mempunyai banyak tonjolan-tonjolan mukosa yang
membentuk papila-papila. Ada 4 tipe papila pada dorsum lidah :
papila filiformis, papila fungiformis, papila sirkumvalata dan papila
foliata. Papila filiformis merupakan papila terkecil dan berjumlah
paling banyak. Papila itu berupa batang-batang ramping, seperti
rambut, bertanduk, tampak berwarna merah, merah muda atau putih
tergantung pada derajat iritasi yang dialami lidah. Papila fungiformis
lebih sedikit jumlahnya, warna merahnya lebih cerah dan
diameternya lebih lebar dibandingkan dengan papila filiformis.
Papila fungiformis tidak bertanduk, berbentuk bulat atau jamur dan
sedikit menonjol. Papila ini juga berisi kuncup-kuncup pengecap.
Papila ini paling banyak terdapat di tepi lateral dan ujung anterior
dari lidah. Kadang-kadang papila fungiformis mengandung pigmen
coklat, terutama melanoderm. 2

Papila sirkumvalata adalah papila terbesar yang tampak


sebagai papula-papula berwarna merah muda 2 sampai 4 mm. Papula
tersebut dikelilingi oleh suatu parit sempit dan juga berisi kuncupkuncup pengecap. Papila-papila ini berjumlah 6 sampai 12 dan
tersusun dalam suatu deretan berbentuk V di sepanjang ujung-ujung
sulkus di sisi posterior dorsum lidah. Papila-papila tersebut secara
anatomis membagi lidah menjadi 2 bagian yang tidak sama, 2/3
anterior dan 1/3 posterior. Pada sisi lateral daerah posterior lidah
terdapat papila foliata. Papila-papila ini seperti daun yang menonjol
mengarah seperti lipatan-lipatan vertikal. Terkadang tonsil lingual
yang meluas ke daerah ini dari akar dorsal posterior lidah dapat salah
disebutkan sebagai papila foliata. 2

Gambar 1. Papila-papila pada lidah dan Lingual frenulum2


Banyak kondisi yang dijumpai pada lidah termasuk kedalam
istilah

anomali

lidah.

Beberapa

kelainan

tersebut

tidak

menunjukkan gambaran yang berarti yang cukup sering terjadi


sehingga dapat dianggap sebagai suatu variasi normal. Beberapa
kelainan menunjukkan kondisi klinis yang nyata pada lidah, pada
beberapa kasus, dapat membantu untuk menentukan sejumlah
kelainan yang diturunkan, dan sekelompok kondisi lainnya yang
membuktikan bahwa kelainan lidah dapat disebabkan oleh berbagai
kelainan.salah satunya adalah lidah pendek.3,4,5
Istilah lidah pendek sebenarnya bukan karena ukuran lidah yang
benar-benar pendek, melainkan untuk menggambarkan gangguan
frenulum (jaringan ikat yang menghubungkan dasar lidah dengan
ujung lidah bagian bawah/tali lidah). Dalam bahasa kedokteran
disebut dengan ankyloglossia atau disebut dengan nama lain tongue
tie.4,5

B. DEFINISI
Tongue-tie (ankyloglossia) adalah suatu kelainan bawaan
pada organ mulut yang menyebabkan terbatasnya pergerakan lidah
dan mulut. Kelainan ini umumnya menimpa bayi baru lahir,
khususnya pada bayi laki-laki dan dapat berdampak kepada cara
makan, menelan, berbicara, bahkan menyusui.1
Tongue-tie (ankyloglossia) adalah suatu kondisi dimana dasar
lidah melekat pada dasar mulut melalui frenulum (tali lidah) yang
tebal, kencang, atau pendek yang menyebabkan gerakan lidah
5

menjadi sangat terbatas. Tongue tie sering dikenal sebagai tali lidah
pendek, meskipun istilah tersebut kurang tepat. Tongue tie memiliki
derajat yang bervariasi.6
Tongue-tie, ankyloglosia

atau tali lidah pendek adalah

kelainan bawaan yang terjadi pada pita lidah atau tali jaringan ikat
yang menghubungkan dasar lidah dengan

ujung lidah bagian

bawah. Tali ini dapat tebal dan kurang elastis ataupun tipis dan
elastis. Bila tali lidah pendek dapat menyebabkan lidah berbentuk
seperti

jantung pada saat di julurkan. Kondisi tongue-tie juga

dikenal

sebagai

ankyloglossia.

Jenis

yang

paling

mudah

diidentifikasi adalah ketika selaput tali lidah yang dimiliki bayi


pendek sehingga membatasi atau menghambat aktivitas lidah bayi,
karena seharusnya tali lidah ini tidak terikat. Sampai saat ini
gangguan Tongue tie masih menjadi perdebatan di kalangan
kedokteran baik tentang dampak bagi kesehatan dan perlu tidaknya
dilakukan tindakan operasi bedah.6,7
Tongue tie merupakan kelainan congenital yang disebabkan
oleh frenulum (pengikat lidah) pendek. Hal ini menyebabkan
mobilitas lidah terbatas. Faktor keturunan berperan pada tongue tie.
Frenulum adalah suatu lipatan mukosa yang menghubungkan
bagian bawah lidah dan dasar mulut. Anatomi frenulum juga sangat
bervariasi. Pada tongue tie, frenulum biasanya tebal, kencang, atau
pendek dan bisa menempel hingga ujung lidah.8
6

Gambar. Frenulum lingual pada keadaan tongue tie.


C. PREVALENSI
Penelitian membuktikan bahwa insidensi (kejadian) tongue tie
ini terjadi pada 4 12% bayi, dan mengalami kecenderungan makin
meningkat. Lebih sering terjadi pada pria dengan rasio pria : wanita
= 3 : 1.2
D. ETIOLOGI
Pada kondisi normal, sepotong selaput bernama lingual
frenulum yang terletak di sisi bawah lidah terhubung dengan bagian
lantai mulut. Namun pada tongue-tie atau ankyloglossia, bentuk
lingual frenulum lebih pendek dan melekat pada sisi bawah ujung
lidah dan lantai mulut sehingga penderitanya tidak bisa menjulurkan
lidah keluar dengan baik.5
Penyebab pasti lingual frenulum yang tidak terpisah saat lahir
seperti pada kondisi normal belum diketahui hingga saat ini. Namun
pada beberapa kasus sudah terjadi, penyakit ini bisa berkaitan
dengan faktor genetik tertentu dan menurun di keluarga.4

Tongue tie ini dicurigai dipengaruhi oleh genetik/keturunan.


Menurut Han (2012) penelitian pada 149 bayi TT menunjukkan 67%
pada laki-laki dan 33% pada perempuan sehingga terlihat terkait gen
X. Menurut Klockers (2009), TT dipengaruhi oleh autosomal
dominan.3
Tongue tie dapat merupakan bagian dari kumpulan kelainan
bawaan atau berdiri sendiri. Sebagian besar tongue-tie

merupakan

kelainan yang berdiri sendiri.2


E. GEJALA KLINIS
Gejala yang dapat kita temui pada ibu diantaranya :
Lecet, melepuh, perdarahan puting;
Saluran (duktus) tersumbat;
Rasa tidak nyaman saat menyusui;
Kurang tidur (karena bayi harus mendapat perawatan yang
efisien, dengan kompensasi menyusui yang lebih sering,
termasuk pada malam hari);
Sariawan / mastitis.
Gejala yang dapat kita lihat pada bayi diantaranya :
Kesulitan menempel;
Merekatkan atau mengunyah puting;
Kenaikan berat badan yang kurang (poor weihgt gain) atau
berat badan turun;
Air liur berlebihan;
Tersedak susu atau mengeluarkan payudara untuk menghirup
udara.

Perlekatan mulut bayi yang buruk dan cara menghisap pada


payudara yang kurang baik, atau terdengar bunyi klik pada
saat bayi menyusu.
ASI yang diperoleh bayi sedikit.
Kenaikan berat badan bayi lambat, bayi rewel dan sering
kolik, dan bayi cenderung lama saat menyusu (bisa lebih dari
1 jam).
Frekuensi menyusu lebih sering, bisa dalam atau kurang
dari 1 jam bayi ingin menyusu kembali. Pemeriksaan
sederhana

yang

dapat

kita

lakukan

adalah

dengan

memasukkan jari ibu ke mulut bayi, dan lihat saat mulut bayi
menghisap, apakah lidah bayi melewati gusi/tidak.[6]
Jika gejala tersebut diatas tedapat pada bayi yang sedang
menyusui atau pada payudara ibu menyusui, sebaiknya anda
langsung

menemui

konselor

konsultan

laktasi

untuk

diperiksakan. Konselor/konsultan laktasi akan coba memperbaiki


dulu posisi dan perlekatan menyusui. Bila hal ini tidak
membantu, maka pada lidah bayi perlu dilakukan tindakan
frenotomi.11

F. KLASIFIKASI
9

Tongue tie dibagi menjadi 2 :


1. Tongue Tie Anterior
Tongue tie anterior merupakan kondisi dimana frenulum
lingualis terlihat jelas terletak di dekat atau tepat di ujung lidah.
Lidah bayi berbentuk seperti takik, mudah terlihat sehingga
mudah didiagnosis dan bisa mengganggu bicara.6
2. Tongue Tie Posterior
Tongue tie posterior ini lebih sulit dikenali, karena sulit
terlihat dan butuh dipalpasi. Pada pemeriksaan teraba jaringan
frenulum yang pendek, tebal dan sangat fibrosa pada dasar lidah
di lantai mulut sehingga lidah sulit terangkat ke atas. 6
Tongue tie posterior dengan frenulum lingualis tertanam di
jaringan submukosa ini sangat berbahaya karena membuat bayi
sulit menyusu. Tidak tampak adanya jaringan frenulum lingualis.
Harus diraba. 6

Gambar 3. Tongue tie anterior dan tongue tie posterior


Tipe tongue tie menggunakan klasifikasi Kotlow (2011)
berdasarkan jarak antara ujung lidah dengan perlekatan
frenulum:
Tipe I

: Mild ankyloglossia (12 16 mm)

(terlihat perlekatan minimal)


Tipe II : Moderate (8 11 mm) (perlekatan di jaringan gusi)

10

Tipe III : Severe (3 7 mm) (perlekatan masuk


hingga papilla anterior)
Tipe IV : Complete (kurang dari 3 mm)
(perlekatan pada palatum durum atau area pailla).
[6]

Gambar 4. Tipe 1,2,3,4 tongue tie


G. DIAGNOSIS
Diagnosis tongue-tie didapatkan melalui pemeriksaan dari sisi
ibu maupun pemeriksaan fisik pada bayi atau anak. Dokter akan
menanyakan pada ibu apakah merasakan kesulitan saat menyusui,
atau memberi makan anak, dan sebaliknya. Dokter juga akan
bertanya tentang keterbatasan pergerakan lidah yang dialami anak

11

dan apakah anak mengeluarkan suara yang berbeda saat berbicara


atau melakukan kegiatan terkait lainnya. 5
Pada bayi atau anak, dokter dapat melakukan pemeriksaan
fisik untuk menganalisis seberapa baik kemampuan lidah bergerak
atau bekerja berdasarkan beberapa aspek penilaian.
Pemeriksaan Fisik :
Lihat kondisi mulut saat bayi membuka mulutnya secara lebar dan
sempit, apakah lidah bisa terlihat dan bagaimana posisinya dari
gusi.
Amati ketika lidah terangkat, apakah membentuk U, V dan
apakah ada takik di ujung lidah.
Amati apakah tampak adanya groove di tengah lidah saat menangis.
Tampak adanya blister di bibir bayi akibat bibir kurang bisa terputar
keluar.
Lakukan palpasi: ukur jarak maksimal ujung tengah lidah diatas
mandibula saat lidah terangkat, nilai dinamika gerakan lidah,
groove yang hilang timbul, seberapa jauh lidah menjulur
(normalnya > 1 cm dari bibir bawah), nilai derajat gigitan bayi.
Evaluasi hisapan bayi :
Normalnya bayi akan menghisap dengan gerakan yang mengalir
halus dan kedua sisi lidah mampu melingkupi jari pemeriksa. Bayi

12

dengan tongue tie biasanya sering menggigit, sering tersedak, sering


terasa sentuhan gusi bagian bawah, kurang kuat menghisap.
Evaluasi transfer ASI :
Bayi dengan tongue tie sering hanya menggigit saat melekat, sering
tertidur saat menyusu, sering jeda istirahat antar-hisapan, pipi
kempot, sering mengunyah, genggaman tangan dekat wajahnya,
sering melepas payudara saat menyusu.
Saat menyusu sering terdengar bunyi cup cup cup, tersedak,
menyedot udara akibat sekat bibir tidak bisa rapat. Sedotan udara ini
menyebabkan aerofagia sehingga bayi kembung dan kolik.
Tampak ASI sering bocor keluar dari sisi bibir atau hidung. Bayi
menyusu lama.
Hisapan aktif bayi yang baik harusnya ritmis dan gerakannya
terlihat berjalan diantara irama gerakan otot serta kerangka wajah.
Alis dan pundak tampak rileks, tubuh perlahan rileks dengan
genggaman tangan terbuka dengan rileks. 5
H. TERAPI
Sebagian besar bayi atau anak dengan tongue tie tidak
memerlukan pengobatan. Apabila anak mengalami tongue tie dan
tidak ada keluhan dalam pemberian ASI, anak dapat diobservasi (just
wait and see) karena frenulum dapat teregang dan menjadi lentur
dengan sendirinya. Apabila terdapat masalah menyusui, perlu
dilakukan evaluasi yang komprehensif oleh dokter anak. Terapi

13

masalah menyusui pada bayi tongue tie terdiri dari terapi non-bedah
dan bedah. 5
a)Terapi non-bedah
Upaya perbaikan proses menyusui seperti perbaikan posisi dan
perlekatan. Sebaiknya lakukan konsultasi dengan konselor laktasi
untuk membantu proses menyusui. Diperlukan kerja sama antara
ibu, konselor laktasi, dan dokter anak untuk keberhasilan terapi. [5]
b)Terapi bedah
Frenotomy
Prosedur pembedahan tongue-tie ini menggunakan
gunting yang telah disterilkan agar sisi bawah lidah tidak
terlalu menempel dengan dasar mulut sehingga lidah dapat
bergerak dengan lebih leluasa. Prosedur ini berlangsung
cepat dan umumnya tidak terjadi pendarahan besar. Hal ini
disebabkan tidak adanya pembuluh darah atau ujung saraf
pada lingual frenulum. Biasanya bayi dapat langsung
menyusu setelah prosedur dilakukan.
Frenotomy dapat dilakukan dengan atau tanpa
pembiusan dan bisa dilakukan di rumah sakit ataupun di
ruang praktik dokter. Komplikasi yang diakibatkan oleh
prosedur ini juga tergolong jarang, termasuk kemungkinan
frenulum yang menempel kembali ke sisi bawah atau dasar
lidah. Kemungkinan lainnya yaitu infeksi atau pendarahan,
dan kerusakan pada lidah atau kelenjar air liur.

14

Segera setelah frenotomi selesai dilakukan, bayi


langsung disusui oleh ibu. Ibu akan terasa nyaman saat
menyusu dan ASI yang diperoleh bayi lebih banyak.
Perdarahan hanya sedikit sekali dikarenakan pada frenulum
jarang terdapat pembuluh darah kecil/kapiler, perdarahan
terjadi hanya sekitar 1-2 tetes, dan luka setelah frenotomi
akan sembuh kurang dari 1 minggu.
Prosedur frenotomi sangat aman dan mudah serta
faktor resiko infeksi pada luka irisan sangat kecil. Tindakan
bedah yang dilakukan tergolong

sangat ringan dan

sederhana. Yaitu dengan cara membebaskan tali jaringan


ikat.
Pada bayi yang masih sangat muda tidak perlu
pembiusan. Sedangkan pada anak usia lebih dari satu tahun
harus dilakukan pembiusan. Frenotomy adalah prosedur
sederhana dan biasanya tidak ada komplikasi.
Untuk bayi yang sangat muda (kurang dari enam
minggu-tua), hal itu dapat dilakukan di klinik dokter.
Anestesi umum dapat dianjurkan ketika frenulectomy
dilakukan pada anak yang lebih tua. Namun dalam
beberapa kasus, hal itu dapat dilakukan di praktek dokter di
bawah anestesi lokal. 9,10,11
Frenuloplasty

15

Prosedur frenuloplasty dilakukan dengan pembiusan


umum dan menggunakan perlengkapan operasi yang lebih
lengkap. Prosedur ini dilakukan pada lingual frenulum
yang lebih tebal atau pada kasus yang lebih rumit sehingga
tidak memungkinkan untuk ditangani dengan prosedur
frenotomy.
Pada prosedur ini frenulum dilepaskan, lalu luka
ditutup dengan jahitan yang akan menyatu ke dalam bekas
luka seiring proses penyembuhan. Pasien mungkin akan
memerlukan terapi paskaoperasi untuk melatih pergerakan
lidah

dan

membantu

mengurangi

risiko

timbulnya

komplikasi berupa jaringan parut.


Komplikasi frenuloplasty tergolong langka, selain
jaringan parut akibat pembiusan dan prosedur operasi yang
dilakukan, kondisi yang serupa dengan komplikasi
frenotomy juga dapat terjadi. 5
Tindakan

bedah

untuk

mengkoreksi

tongue-tie

dapat

dipertimbangkan pada bayi yang mengalami kesulitan dalam


menyusu dan anak dengan gangguan artikulasi kata-kata. Kesulitan
dalam menyusu ditandai dengan luka pada puting payudara ibu dan
kenaikan berat badan anak yang tidak normal. 9,10,11

16

Orang tua yang memiliki anak usia kurang dari 1 tahun


dengan tongue-tie perlu berkonsultasi dengan dokter anak mengenai
kemungkinan efek jangka panjang tongue-tie sehingga mereka dapat
menentukan tindakan apa yang akan dilakukan. 9,10,11

I. KOMPLIKASI
Tongue-tie dapat menyebabkan beberapa komplikasi, antara
lain gangguan perkembangan organ mulut bayi, gangguan menyusu,
makan atau mengunyah jenis makanan tertentu, menelan, atau
kemampuan berbicara. 8
Pada anak yang memiliki tongue-tie, beberapa suara yang
dihasilkan saat berbicara akan berbeda, seperti kesulitan melafalkan
huruf-huruf r, s, z, th, d, dan t. Kondisi ini biasa
dinamakan dengan cadel. Selain itu, beberapa kegiatan yang
melibatkan organ mulut juga mungkin akan sulit dilakukan, seperti
memainkan alat musik tiup. 5
Selain itu, tongue-tie dapat menyebabkan kebersihan mulut
yang buruk. Hal ini terjadi karena sulitnya membersihkan kotoran di
dalam mulut. Dengan begitu, kerusakan gigi dan gingivitis dapat
terjadi. [5]
Selain kepada bayi, proses menyusui yang terhambat akibat
tongue-tie turut berpengaruh kepada ibu. Selain rasa sakit pada
puting payudara, bayi akan kesulitan mengisap susu yang akan
17

berdampak kepada berkurangnya asupan nutrisi yang didapatkan,


serta pada perkembangan sang bayi. Lama-kelamaan, tongue-tie juga
bisa menyebabkan terbentuknya jarak antara dua gigi depan bawah.
5,6

DAFTAR PUSTAKA
1. D M B Hall, M J Renfrew. Tongue Tie. Arch Dis Child 2005;
90: 1211-1215.
2. Newborn Tongue Tie : Prevalence and Effect on BreastFeeding. http://www.jabfp.org.
3. Congenital Tongue Tie and Its Impact On Breastfeeding.
American Academy of Pediatrics.
4. Antony, VV., Khan, R. Management Of Ankyloglossia. IOSR
Journal of Dental and Medical Sciences (IOSR-JDMS). eISSN: 2279-0853, p-ISSN: 2279-0861. Volume 6, Issue 4
(May June 2013), pp 31-33. From www.iosrjournals.org.
5. Kupietzky, A., Eyal, Botzer. Ankyloglossia In The Infant and
Young Child :Clinical Suggestions For Diagnosis and
Management. J Clinical Section Departmen of Pediatric
Dentistry. 27:1, 2005. From www.aapd.org.
6. Darshan, H.E., Pavithra, P.M. Tongue Tie : From Confusion to
Clarity-A Review. International Journal of dental Clinics
2011:3(1): 48-51. ISSN 0975-8437.
7. Lalakea ML, Messner AH (2003). Ankyloglossia: does it
matter?. Pediatr. Clin. North Am. 50 (2): 38197.

18

8. Harris EF, Friend GW, Tolley EA (1992). Enhanced


prevalence of ankyloglossia with maternal cocaine use. Cleft
Palate Craniofac. J. 29 (1): 726.
9. Ruffoli R, Giambelluca MA, Scavuzzo MC, et al. (2005).
Ankyloglossia:

morphofunctional

investigation

in

children. Oral diseases 11 (3): 1704.


10. Lakalea ML., Messner AH. Ankyloglossia: does it matter?
Pediatr Clin N Am 2003;50:381-97
11. Ballard JL, Auer CE, Khoury JC. Ankyloglossia: assessment,
incidence, and

effect of frenuloplasty on the breastfeeding

dyad. Pediatrics 2002,110:e63.

19

Anda mungkin juga menyukai