Makalah Hipertensi Cva
Makalah Hipertensi Cva
Disusun Oleh :
FKK 1 KELOMPOK 2
1.
2.
3.
4.
5.
Indah Irawati
Kuni Zuka Abidah
Merisa Setyara
Nabila Karsan
Ni Luh Ayu Guna P.
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS SETIA BUDI
SURAKARTA
2016
18144357A
18144358A
18144359A
18144360A
18144361A
BAB I
PENDAHULUAN
Dewasa ini masyarakat sudah tidak asing lagi mendengar kata Hipertensi.
Hipertensi merupakan salah satu penyakit yang umum dijumpai di masyarakat, dan
merupakan penyakit yang terkait dengan sistem kardiovaskuler. Hipertensi memang
bukan penyakit menular, namun kita juga tidak bisa menganggapnya sepele,
selayaknya kita harus senantiasa waspada. Tekanan Darah tinggi atau Hipertesi dan
arterosclerosis (pengerasan arteri) adalah dua kondisi pokok yang mendasari banyak
bentuk penyakit kardiovaskuler. Lebih jauh, tidak jarang tekanan darah tinggi juga
menyebabkan gangguan ginjal. Sampai saat ini, usaha-usaha baik untuk mencegah
maupun mengobati penyakit hipertensi belum berhasil sepenuhnya, hal ini
dikarenakan banyak faktor penghambat yang mempengaruhi seperti kurang
pengetahuan tentang hipertensi (pengertian, klasifikasi, tanda dan gejala, sebab akibat,
komplikasi) dan juga perawatannya.
Saat ini, angka kematian karena hipertensi di Indonesia sangat tinggi.
Hipertensi merupakan penyebab kematian nomor 3 setelah stroke dan tuberkulosis,
yakni mencapai 6,7% dari populasi kematian pada semua umur di Indonesia.
Hipertensi merupakan gangguan sistem peredaran darah yang menyebabkan kenaikan
tekanan darah di atas normal, yaitu 140/90 mmHg. Hasil Riset Kesehatan Dasar
(Riskesdas) Balitbangkes tahun 2007 menunjukan prevalensi hipertensi secara
nasional
mencapai
31,7%
(Kementerian
Kesehatan
Republik
Indonesia).
Dari jumlah itu, 60% penderita hipertensi berakhir pada stroke. Sedangkan sisanya
pada jantung, gagal ginjal, dan kebutaan. Sementara di dunia Barat, hipertensi justru
banyak menimbulkan gagal ginjal, oleh karena perlu diadakan upaya-upaya untuk
menekan angka peyakit hipertensi terlebih bagi penderita hipertensi perlu diberikan
perawatan dan pengobatan yang tepat agar tidak menimbukan komplikasi yang
semakin parah.
BAB II
DASAR TEORI
1. Pengertian Hipertensi
Hipertensi atau sering disebut dengan tekanan darah tinggi termasuk salah
satu penyakit pembuluh darah (vascular disease). Definisi hipertensi menurut
Ganong (2010), Guyton (2014), WHO (2013) and JNC VIII adalah suatu keadaan
dimana terjadi peningkatan tekanan darah didalam arteri diatas 140/90 mmHg
pada orang dewasa dengan sedikitnya tiga kali pengukuran secara berurutan.
Pembuluh darah merupakan saluran tertutup yang mengalirkan darah dari jantung
ke jaringan dan kembali lagi ke jantung melalui paru-paru. Semua pembuluh
darah dilapisi oleh sel endotel yang mensekresikan berbagai zat yang
dapat
darah dan memaksa jantung untuk bekerja lebih berat karena tekanan yang
lebih tinggi.Selain itu, karbon monoksida dalam asap rokokmenggantikan
iksigen dalam darah. Hal ini akan menagakibatkan tekana darah karena
jantung dipaksa memompa untuk memasukkan oksigen yang cukup kedalam
organ dan jaringan tubuh.
f. Stress juga sangat erat merupakan masalah yang memicu terjadinya hipertensi
dimana hubungan antara stress dengan hipertensi diduga melalui aktivitas
saraf simpatis peningkatan saraf dapat menaikan tekanan darah secara
intermiten (tidak menentu). Stress yang berkepanjangan dapat mengakibatkan
tekanan darah menetap tinggi.
5. PATOFISIOLOGI
A. Patogenesis
yang
neuron
aldosteron
oleh tubulus ginjal dan menyebabkan peningkatan volume cairan intra vaskuler
yang menyebabkan hipertensi.
Autoregulasi merupakan penyesuaian fisiologis organ tubuh terhadap
kebutuhan dan pasokan darah dengan mengadakan perubahan pada resistensi
terhadap aliran darah dengan berbagai tingkatan perubahan kontraksi/dilatasi
pembuluh darah. Bila tekanan darah turun maka akan terjadi vasodilatasi dan jika
tekanan darah naik akan terjadi vasokonstriksi. Pada individu normotensi, aliran
darah otak masih tetap pada fluktuasi Mean Atrial Pressure (MAP) 60-70 mmHg.
Bila MAP turun di bawah batas autoregulasi, maka otak akan mengeluarkan
oksigen lebih banyak dari darah untuk kompensasi dari aliran darah yang
menurun. Bila mekanisme ini gagal, maka akan terjadi iskemia otak dengan
manifestasi klinik seperti mual, menguap, pingsan dan sinkop. Pada penderita
hipertensi kronis, penyakit serebrovaskuar dan usia tua, batas ambang autoregulasi
ini akan berubah dan bergeser ke kanan pada kurva,sehingga pengurangan aliran
B.
D.
E.
Manifestasi Klinik
Manifestasi klinis hipertensi krisis berhubungan dengan kerusakan organ
target yang ada. Tanda dan gejala hipertensi krisis berbeda-beda setiap pasien.
Pada pasien dengan hipertensi krisis dengan perdarahan intrakranial akan
dijumpai keluhan sakit kepala, penurunan tingkat kesadaran dan tanda neurologi
fokal berupa hemiparesis atau paresis nervus cranialis. Pada hipertensi
ensefalopati didapatkan penurunan kesadaran dan atau defisit neurologi fokal.
Pada pemeriksaan fisik pasien bisa saja ditemukan retinopati dengan perubahan
arteriola, perdarahan dan eksudasi maupun papiledema. Pada sebagian pasien
yang lain manifestasi kardiovaskular bisa saja muncul lebih dominan seperti;
angina, akut miokardial infark atau gagal jantung kiri akut. Dan beberapa pasien
yang lain gagal ginjal akut dengan oligouria dan atau hematuria bisa saja terjadi.
6. SASARAN dan TUJUAN TERAPI
a. Sasaran terapi yaitu adalah penurunan tekanan darah.
b. Tujuan umum pengobatan hipertensi adalah :
Penurunan mortalitas dan morbiditas yang berhubungan dengan hipertensi.
Mortalitas dan morbiditas ini berhubungan dengan kerusakan organ target
(misal: kejadian kardiovaskular atau serebrovaskular, gagal jantung, dan
penyakit ginjal. Mengurangi resiko merupakan tujuan utama terapi hipertensi,
dan pilihan terapi obat dipengaruhi secara bermakna oleh bukti yang
menunjukkan pengurangan resiko. Target nilai tekanan darah yang di
rekomendasikan dalam JNC VII :
- Kebanyakan pasien < 140/90 mm Hg
- Pasien dengan diabetes < 130/80 mm Hg
Untuk sebagian besar pasien hipertensi, terapi dimulai secara bertahap, dan
target tekanan darah tercapai secara progresif dalam beberapa minggu. Dianjurkan
untuk menggunakan obat antihipertensi dengan masa kerja panjang atau yang
memberikan efikasi 24 jam dengan pemberian sekali sehari. Pilihan apakah memulai
terapi dengan satu jenis obat antihipertensi atau dengan kombinasi tergantung pada
tekanan darah awal dan ada tidaknya komplikasi. Jika terapi dimulai dengan satu jenis
obat dan dalam dosis rendah, dan kemudian tekanan darah belum mencapai target,
maka langkah selanjutnya adalah meningkatkan dosis obat tersebut, atau berpindah ke
antihipertensif lain dengan dosis rendah. Efek samping umumnya bisa dihindari
dengan menggunakan dosis rendah, baik tunggal maupun kombinasi. Sebagian besar
pasien memerlukan kombinasi obat antihipertensi untuk mencapai target tekanan
darah, tetapi terapi kombinasi dapat meningkatkan biaya pengobatan dan menurunkan
kepatuhan pasien karena jumlah obat yang harus diminum bertambah (Yogiantoro,
2006).
1.
Beta
blocker,
juga
dikenal
sebagai beta-blocking
antagonist (antagonis beta), adalah agen yang menghambat aksi dari reseptor
beta-adrenergik, yang memodulasi fungsi jantung, fungsi pernafasan, dan
pelebaran pembuluh darah
2.
ACE inhibitor sebagai obat darah tinggi atau hipertensi adalah dengan cara
menghambat pembentukan angiotensin II yang merupakan vasokonstriktor kuat,
dengan demikian darah tinggi atau hipertensi dapat diturunkan. Enzim konversi
angiotensin (ACE) merupakan bagian dari sistem Renin-Angiotensin-Aldosteron.
ACE merupakan suatu enzim yang bertugas mengkonversi atau mengubah
angiotensin I menjadi angiotensin II. Angiotensin II merupakan vasokonstriktor
penting. Angiotensin II menyebabkan vaskonstriksi, baik perifer maupun koroner.
Angiotensin II juga meningkatkan pelepasan hormon-hormon simpatis dan
aldosteon. Oleh karena itu angiotensin II juga menyebabkan efek inotropik dan
kronotropik positif. Selain itu, angiotensin II meningkatkan adhesi dan agregasi
trombosit, merangsang hipertrofi ventrikel, dan meningkatkan proses inflamasi.
Akibat penghambatan ACE secara kompetitif kadar angiotensin II baik lokal
maupun dalam sirkulasi menurun. Hormon-hormon simpatis seperti noradrenalin
dan adrenalin juga menurun. Efek golongan obat ACE inhibitors adalah
vasodilatasi, terutama arteri perifer. Vasodilatasi juga terjadi pada arteri koroner.
Pada pasien gagal jantung, ACE inhibitors juga menyebabkan dilatasi vena.
3.
Golongan Angiotensin Receptor
Blocker (ARB) seperti valsartan dan
candesartan bekerja mirip dengan ACE inhibitor sebagai obat darah tinggi atau
hipertensi, yakni dengan cara menghambat ikatan antara angiotensin II dengan
reseptornya.
4.
Beta bloker : Obat ini bekerja dengan cara menghambat reseptor beta di
jantung, menurunkan denyut jantung dan kebutuhan oksigen otot jantung, serta
mengurangi ekskresi renin.
5.
Ca Chanel bloker : Menghambat secara selektif masuknya ion Ca ke dalam sel
otot jantung dan pembuluh darah vaskuler, sehingga mendilatasi arteri utama
jantung, dan meningkatkan pengiriman oksigen ke otot jantung dengan
menghambat spasme arteri koroner
D. Monitoring
Untuk mengukur efektivitas terapi, hal-hal berikut harus di
monitor :
a. tekanan darah
b. kerusakan target organ: jantung, ginjal, mata, otak
c. interaksi obat dan efek samping
d. kepatuhan (adherence)
8. PENYELESAIAN KASUS
KASUS NO.2
H.E. adalah seorang wanita berumur 53 tahun dirawat di rumah
sakit setelah sakit kepala terburuk yang pernah ia alami.
riwayat medisnya termasuk asma saat beraktivitas, hipertensi
yang tidak terkontrol (HTN), dan hiperlipidemia. Dia tidak patuh
dalam pengobatan, dan dia tidak mengambil/menebus obat
untuk tekanan darahnya, termasuk clonidine, selama 4 hari.
Tanda-tanda vital termasuk BP 220/100 mm Hg dan HR 65
denyut/menit. Dia menerima diagnosis cerebrovascular accident
(CVA) dan hipertensi darurat (Hypertensive Emergency). Apa
pilihan terbaik manajemen untuk hipertensi darurat pasien ini?
SUBJEKTIF
Nama Pasien : H.E
Jenis Kelamin : Wanita
Usia : 53 tahun
Riwayat penyakit : Asma dan hipertensi yang kurang terkontrol
Riwayat pengobatan : obat untuk hipertensi dan clonidine
Dirawat di rumah sakit setelah sakit kepala terburuk yang
pernah ia alami. Dia tidak patuh dalam pengobatan.
OBJEKTIF
BP : 220/100 mmHg
HR : 65x/menit
Normal: 80-100x/menit
ASSESMENT
PROBLEM
MEDIK
hipertensi
SUBJEKTIF
OBJEKTIF
BP:
-hipertensi
yang
darurat
220/100m
kurang
(Hypertens terkontrol. mHg
-sakit
ive
Emergency kepala
HR:65x/me
terburuk
)
nit
yang
pernah ia
alami.
TERAPI
DRP
clonidin
Terapi kurang
tepat
PLAN
Berdasarkan data subjektif yang tersedia, untuk pengobatan
hipertensi pasien tersebut menggunakan clonidine, namun
pasien tidak patuh dalam pengobatan sehingga hipertensi tidak
terkontrol dengan baik. Tekanan darah yang tinggi dan tidak
terkontrol dengan baik dapat menimbulkan bahaya yang dapat
mengancam
(Hypertensive
jiwa
salah
satunya
Emergency).
yaitu
Hipertensi
hipertensi
darurat
darurat
adalah
satu
jam
dengan
memberikan
obat-obatan
anti
hipertensi intravena.
Ny. H. E menunjukkan kerusakan organ target dari HTN
(hipertensi tidak terkontrol) dalam bentuk cerebrovascular
accident. Nicardipine adalah pilihan yang tepat untuk pasien Ny.
H.E karena efek dari pengeblokan kalsium channel akan
mengurangi BP dan berpotensi mengurangi vasospasme pada
arteri serebral, yang dapat menyebabkan iskemia lebih lanjut
atau aktivitas kejang. Meskipun labetalol merupakan pilihan
yang efektif dan Drug of Choice untuk mengobati pasien
hipertensi darurat, tetapi Ny. H.E memiliki sejarah asma dan HR
rendah,
membuat
labetalol
kurang
ideal
untuk
pilihan
H.E. Obat infus secara kontinyu yang lebih baik untuk mudah
mencapaian efek dalam keadaan darurat hipertensi.
1. TERAPI FARMAKOLOGI
Pengobatan hipertensi darurat (Hypertensive Emergency)
Terapi hipertensi emergensi harus disesuaikan setiap
individu
tergantung
pada
kerusakan
organ
target.
dapat
disesuaikan
dengan
pemantauan
untuk
menjaga
tekanan darah.
Pemberian Oral:
Immediate Release
Dosis awal: 20 mg secara oral 3 kali sehari
Dosis pemeliharaan: 20-40 mg secara oral 3 kali sehari
Sustained Release
Dosis awal: 30 mg secara oral dua kali sehari
Dosis pemeliharaan: 30 sampai 60 mg secara oral dua kali
sehari
2. TERAPI NON FARMAKOLOGI
Menerapkan gaya hidup sehat bagi setiap orang sangat penting untuk
mencegah tekanan darah tinggi dan merupakan bagian yang penting dalam
penanganan hipertensi. Disamping menurunkan tekanan darah pada pasienpasien dengan hipertensi, modifikasi gaya hidup juga dapat mengurangi
berlanjutnya tekanan darah ke hipertensi pada pasien-pasien dengan tekanan
darah prehipertensi. Modifikasi gaya hidup yang penting yang terlihat
menurunkan tekanan darah adalah mengurangi berat badan untuk individu
yang obes atau gemuk; mengadopsi pola makan DASH (Dietary Approach to
Stop Hypertension) yang kaya akan kalium dan kalsium; diet rendah natrium;
aktifitas fisik; dan mengkonsumsi alkohol sedikit saja.
3. EVALUASI OBAT TERPILIH
Indikasi
-
Pengobatan
darurat
pada
krisis
hipertensi
akut
selama
operasi.
-
Hypertensive emergencies.
Kontraindikasi:
-
Pasien
dengan
dugaan
hemostatis
tidak
lengkap
setelah
perdarahan intrakranial.
-
tahap
akut.
Tekanan
int
rakranial
akan
terus
meningkat.
-
Pasien
dengan
riwayat
medis
hipersensitivitas
terhadap
nicardipine HCl.
Cara kerja :
Nicardipine HCl menunjukkan efek vasodilatasi dengan
menghambat masuknya Ca++ ke dalam vaskular sel otot polos.
Aksi antagonis Ca++ nicardipine HCl 30.000 kali lebih kuat pada
vaskular otot polos daripada vaskular otot jantung dan selektivitas
vaskular nicardipine HCl lebih tinggi dibandingkan dengan antagonis
Ca++ lain.
Farmakokinetika:
Farmakokinetika nicardipine HCl injeksi adalah linear dalam rentang
dosis
0,5-40
mg/jam.
Pada
penghentian
infus,
konsentrasi
model
nonkompartemen
adalah
8,3
l/kg.
Efek
dianjurkan.
Pasien tidak boleh mengkonsumsi obat lebih sering dari frekuensi yang telah
beristirahat.
Obat disimpan disimpan pada tempat yang aman, bersih serta terhindar dari
kosong.
Kapsul extended-release sebaiknya diminum bersama dengan
makanan yang tidak mengandung lemak, tidak boleh dikunyah
pada
dada/jantung)
tidak
berkurang
ketika
disertai
kerusakan
organ
target.
Hipertensi
dengan
memberikan
obat-obatan
anti
hipertensi
Guyton AC, Hall JE. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Edisi 11.
Penterjemah: Irawati, Ramadani D, Indriyani F. Jakarta: Penerbit Buku
Kedokteran EGC, 2006