Anda di halaman 1dari 24

LAPORAN FARMAKOTERAPI SISTEM SARAF, RENAL, KARDIOVASKULAR

HIPERTENSI DARURAT (Hypertensive Emergency)


Dengan type of emergency CVA

Disusun Oleh :
FKK 1 KELOMPOK 2
1.
2.
3.
4.
5.

Indah Irawati
Kuni Zuka Abidah
Merisa Setyara
Nabila Karsan
Ni Luh Ayu Guna P.

FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS SETIA BUDI
SURAKARTA
2016

18144357A
18144358A
18144359A
18144360A
18144361A

BAB I
PENDAHULUAN
Dewasa ini masyarakat sudah tidak asing lagi mendengar kata Hipertensi.
Hipertensi merupakan salah satu penyakit yang umum dijumpai di masyarakat, dan
merupakan penyakit yang terkait dengan sistem kardiovaskuler. Hipertensi memang
bukan penyakit menular, namun kita juga tidak bisa menganggapnya sepele,
selayaknya kita harus senantiasa waspada. Tekanan Darah tinggi atau Hipertesi dan
arterosclerosis (pengerasan arteri) adalah dua kondisi pokok yang mendasari banyak
bentuk penyakit kardiovaskuler. Lebih jauh, tidak jarang tekanan darah tinggi juga
menyebabkan gangguan ginjal. Sampai saat ini, usaha-usaha baik untuk mencegah
maupun mengobati penyakit hipertensi belum berhasil sepenuhnya, hal ini
dikarenakan banyak faktor penghambat yang mempengaruhi seperti kurang
pengetahuan tentang hipertensi (pengertian, klasifikasi, tanda dan gejala, sebab akibat,
komplikasi) dan juga perawatannya.
Saat ini, angka kematian karena hipertensi di Indonesia sangat tinggi.
Hipertensi merupakan penyebab kematian nomor 3 setelah stroke dan tuberkulosis,
yakni mencapai 6,7% dari populasi kematian pada semua umur di Indonesia.
Hipertensi merupakan gangguan sistem peredaran darah yang menyebabkan kenaikan
tekanan darah di atas normal, yaitu 140/90 mmHg. Hasil Riset Kesehatan Dasar
(Riskesdas) Balitbangkes tahun 2007 menunjukan prevalensi hipertensi secara
nasional

mencapai

31,7%

(Kementerian

Kesehatan

Republik

Indonesia).

Dari jumlah itu, 60% penderita hipertensi berakhir pada stroke. Sedangkan sisanya
pada jantung, gagal ginjal, dan kebutaan. Sementara di dunia Barat, hipertensi justru
banyak menimbulkan gagal ginjal, oleh karena perlu diadakan upaya-upaya untuk
menekan angka peyakit hipertensi terlebih bagi penderita hipertensi perlu diberikan
perawatan dan pengobatan yang tepat agar tidak menimbukan komplikasi yang
semakin parah.

BAB II
DASAR TEORI
1. Pengertian Hipertensi
Hipertensi atau sering disebut dengan tekanan darah tinggi termasuk salah
satu penyakit pembuluh darah (vascular disease). Definisi hipertensi menurut
Ganong (2010), Guyton (2014), WHO (2013) and JNC VIII adalah suatu keadaan
dimana terjadi peningkatan tekanan darah didalam arteri diatas 140/90 mmHg
pada orang dewasa dengan sedikitnya tiga kali pengukuran secara berurutan.
Pembuluh darah merupakan saluran tertutup yang mengalirkan darah dari jantung
ke jaringan dan kembali lagi ke jantung melalui paru-paru. Semua pembuluh
darah dilapisi oleh sel endotel yang mensekresikan berbagai zat yang

dapat

mempengaruhi diameter pembuluh darah, perbaikan luka pada pembuluh darah


dan pembentukan pembuluh darah baru. Struktur pembuluh darah meliputi
jaringan ikat di lapisan luar (tunika adventisia), jaringan elastik diantara lapisan
luar dan media (lamina elastika eksterna), otot polos di lapisan tengah (tunika
Media), jaringan elastik diantara lapisan intima dan media (lamina elastika
interna) dan lapisan dalam (tunika intima). Otot-otot tersebut diinervasi oleh
serabut saraf noradrenergik yang berfungsi sebagai vasokonstriktor dan persarafan
kolinergik sebagai vasodilator. Pembuluh darah dapat teregang oleh karena ejeksi
jantung saat sistol dan jaringan elastik akan mengembalikan pembuluh darah
kebentuk semula saat diastol (Ganong, 2010).
Pengukuran tekanan darah dilakukan sesuai dengan standar BSH (British
Society of Hypertension) secara manual dengan menggunakan alat yang disebut
sphygmomanometer air raksa. Selain itu, pengukuran tekanan darah juga bisa
dilakukan dengan menggunakan tensimeter digital yang telah dikalibrasi. Kedua
alat tersebut mengukur tekanan darah yang dinyatakan dalam satuan mmHg.
Tekanan darah dapat diukur setelah pasien duduk tenang selama 5 menit. Pada
saat pemeriksaan lengan disangga dan tensimeter diletakkan setinggi jantung.
Manset yang dipakai harus disesuaikan sedikitnya melingkari 80% lengan atas.
Hipertensi krisis merupakan salah satu kegawatan dibidang neurovaskular
yang sering dijumpai di instalasi gawat darurat. Hipertensi krisis ditandai dengan
peningkatan tekanan darah akut dan sering berhubungan dengan gejala sistemik
yang merupakan konsekuensi dari peningkatan darah tersebut. Ini merupakan

komplikasi yang sering dari penderita dengan hipertensi dan membutuhkan


penanganan segera untuk mencegah komplikasi yang mengancam jiwa.
Hipertensi emergensi (darurat) terjadi Peningkatan tekanan darah sistolik
>180 mmHg atau diastoik > 120 mmHg secara mendadak disertai kerusakan
organ target. Hipertensi emergensi harus ditanggulangi sesegera mungkin dalam
satu jam dengan memberikan obat-obatan anti hipertensi intravena. Hipertensi
urgensi (mendesak) Peningkatan tekanan darah seperti pada hipertensi emergensi
namun tanpa disertai kerusakan organ target. Pada keadaan ini tekanan darah
harus segera diturunkan dalam 24 jam dengan memberikan obat-obatan anti
hipertensi oral.
2. Epidemiologi
Di Amerika, diperkirakan 1 dari 4 orang dewasa menderita hipertensi.
Apabila penyakit ini tidak terkontrol,akan menyerang target organ, dan dapat
menyebabkan serangan jantung, stroke, gangguan ginjal, serta kebutaan. Dari
beberapa penelitian dilaporkan bahwa penyakit hipertensi yang tidak terkontrol
dapat menyebabkan peluang 7 kali lebih besar terkena stroke, 6 kali lebih besar
terkena congestive heart failure dan 3 kali lebih besar terkena serangan jantung.
Menurut WHO dan the International Society of Hypertension (ISH), saat ini
terdapat 600 juta penderita hipertensi diseluruh dunia, dan 3 juta di antaranya
meninggal setiap tahunnya. Tujuh dari setiap 10 penderita tersebut tidak
mendapatkan pengobatan secara adekuat.
3. Klasifikasi
Berdasarkan etiologinya, hipertensi dapat diklasifikasikan menjadi
hipertensi primer (esensial) dan hipertensi sekunder. Hampir lebih dari 90-95 %
kasus hipertensi merupakan hipertensi primer. Hipertensi primer adalah hipertensi
dengan penyebab yang tidak diketahui (Guyton 2006). Hipertensi sekunder
disebabkan oleh penyakit lain. Hanya sekitar 10-15% kasus hipertensi merupakan
hipertensi sekunder dari penyakit komorbid atau obta-obatan tertentu yang dapat
meningkatkan tekanan darah. Banyak penyebab hipertensi sekunder baik endogen
maupun eksogen. Disfungsi renal akibat penyakit ginjal kronis atau penyakit
renovaskuler adalah penyebab sekunder yang paling sering. Obat-obat tertentu
baik secara langsung atau tidak dapat menyebabkan hipertensi. Apabila penyebab
sekunder dapat diidentifikasi, maka dengan menghentikan obat yang bersangkutan

atau mengobati kondisi komorbid yang menyertainya sudah merupakan tahap


pertama dalam penanganan hipertensi sekunder.
Disamping itu, terdapat klasifikasi hipertensi menurut JNC VIII yang
didasarkan pada rata-rata pengukuran dua tekanan darah atau lebih pada dua atau
lebih kunjungan klinis untuk pasien dewasa (umur > 18 tahun). Klasifikasi
tekanan darah mencakup empat kategori dengan nilai normal pada tekanan darah
sistolik (TDS) <120 mmHg dan tekanan darah diastolic (TDD) < 80 mmHg.
Prehipertensi tidak dianggap kategori penyakit tetapi mengidentifikasikan pasien
dengan tekanan darahnya cenderung meningkat ke klasifikasi hipertensi dimasa
yang akan datang.
JNC VIII mengklasifikasi hipertensi untuk usia > Tabel 2.1. klasifikasi Hipertensi
untuk usia 18 Tahun , klasifikasi hipertensi tersebut dapat kita lihat pada tabel
2.1. berikut:

Hipertensi krisis merupakan salah satu kegawatan dibidang


neurovaskular yang sering dijumpai di instalasi gawat darurat.
Hipertensi krisis ditandai dengan peningkatan tekanan darah akut
dan sering berhubungan dengan gejala sistemik yang merupakan
konsekuensi dari peningkatan darah tersebut. Ini merupakan
komplikasi yang sering dari penderita dengan hipertensi dan
membutuhkan penanganan segera untuk mencegah komplikasi
yang mengancam jiwa.Terdapat perbedaan dari beberapa sumber
mengenai definisi peningkatan darah akut. Definisi yang paling
sering dipakai adalah:
A. Hipertensi emergensi (darurat)
Peningkatan tekanan darah sistolik >180 mmHg atau diastoik >
120 mmHg secara mendadak disertai kerusakan organ target.

Hipertensi emergensi harus ditanggulangi sesegera mungkin dalam


satu jam dengan memberikan obat-obatan anti hipertensi intravena.
B. Hipertensi urgensi (mendesak)
Peningkatan tekanan darah seperti pada hipertensi emergensi
namun tanpa disertai kerusakan organ target. Pada keadaan ini
tekanan darah harus segera diturunkan dalam 24 jam dengan
memberikan obat-obatan anti hipertensi oral.
4. Faktor Resiko
a. Faktor usia sangat berpengaruh terhadap hipertensi karena dengan
bertambahnya umur maka semakin tinggi mendapat resiko hipertensi. Insiden
hipertensi makin meningkat dengan meningkatnya usia. Ini sering disebabkan
oleh perubahan alamiah di dalam tubuh yang mempengaruhi jantung,
pembuluh darah dan hormon.
b. Jenis kelamin juga sangat erat kaitanya terhadap terjadinya hipertensi dimana
pada masa muda dan paruh baya lebih tinggi penyakit hipertensi pada laki-laki
dan pada wanita lebih tinggi setelah umur 55 tahun, ketika seorang wanita
mengalami menopause.
c. Riwayat keluarga juga merupakan masalah yang memicu masalah terjadinya
hipertensi hipertensi cenderung merupakan penyakit keturunan. Jika seorang
dari orang tua kita memiliki riwayat hipertensi maka sepanjang hidup kita
memiliki kemungkinan 25% terkena hipertensi.
d. Garam dapur merupakan faktor yang sangat dalam patogenesis hipertensi.
Hipertensi hampir tidak pernah ditemukan pada suku bangsa dengan asupan
garam yang minimal. Asupan garam kurang dari 3 gram tiap hari
menyebabkan hipertensi yang rendah jika asupan garam antara 5-15 gram
perhari, prevalensi hipertensi meningkat menjadi 15-20%. Pengaruh asupan
garam terhadap timbulnya hipertensi terjadai melalui peningkatan volume
plasma, curah jantung dan tekanan darah.
e. Merokok merupaka salah satu faktor yang dapat diubah, adapun hubungan
merokok dengan hipertensi adalah nikotin akan menyebabkan peningkatan
tekana darah karena nikotin akan diserap pembulu darah kecil dalam paru-paru
dan diedarkan oleh pembulu dadarah hingga ke otak, otak akan bereaksi
terhadap nikotin dengan member sinyal pada kelenjar adrenal untuk melepas
efinefrin (Adrenalin). Hormon yang kuat ini akan menyempitkan pembulu

darah dan memaksa jantung untuk bekerja lebih berat karena tekanan yang
lebih tinggi.Selain itu, karbon monoksida dalam asap rokokmenggantikan
iksigen dalam darah. Hal ini akan menagakibatkan tekana darah karena
jantung dipaksa memompa untuk memasukkan oksigen yang cukup kedalam
organ dan jaringan tubuh.
f. Stress juga sangat erat merupakan masalah yang memicu terjadinya hipertensi
dimana hubungan antara stress dengan hipertensi diduga melalui aktivitas
saraf simpatis peningkatan saraf dapat menaikan tekanan darah secara
intermiten (tidak menentu). Stress yang berkepanjangan dapat mengakibatkan
tekanan darah menetap tinggi.
5. PATOFISIOLOGI
A. Patogenesis

Menurut Smeltzer & Bare (2002) mengatakan bahwa mekanisme

yang

mengontrol konstriksi dan relaksasi pembuluh darah terletak di pusat vasomotor


pada medulla oblongata di otak dimana dari vasomotor ini mulai saraf simpatik
yang berlanjut ke bawah korda spinalis dan keluar dari kolomna medulla ke
ganglia simpatis di torax dan abdomen, rangsangan pusat vasomotor dihantarkan
dalam bentuk impuls yang bergerak ke bawah melalui
Pada titik ganglion ini

neuron

sistem saraf simpatis.

preganglion melepaskan asetilkolin yang

merangsang serabut saraf paska ganglion ke pembuluh darah, dimana dengan

melepaskannya norepinefrine mengakibatkan konstriksi pembuluh darah. Faktor


seperti kecemasan dan ketakutan dapat mempengaruhi respon pembuluh darah
terhadap rangsang vasokonstriktif yang menyebabkan vasokonstriksi pembuluh
darah akibat aliran darah yang

ke ginjal menjadi berkurang atau menurun dan

berakibat diproduksinya renin, renin akan merangsang pembentukan angiostensin


I yang kemudian diubah

menjadi angiostensin II yang merupakan

vasokonstriktor yang kuat yang merangsang sekresi aldosterone oleh korteks


adrenal dimana hormon

aldosteron

ini menyebabkan retensi natrium dan air

oleh tubulus ginjal dan menyebabkan peningkatan volume cairan intra vaskuler
yang menyebabkan hipertensi.
Autoregulasi merupakan penyesuaian fisiologis organ tubuh terhadap
kebutuhan dan pasokan darah dengan mengadakan perubahan pada resistensi
terhadap aliran darah dengan berbagai tingkatan perubahan kontraksi/dilatasi
pembuluh darah. Bila tekanan darah turun maka akan terjadi vasodilatasi dan jika
tekanan darah naik akan terjadi vasokonstriksi. Pada individu normotensi, aliran
darah otak masih tetap pada fluktuasi Mean Atrial Pressure (MAP) 60-70 mmHg.
Bila MAP turun di bawah batas autoregulasi, maka otak akan mengeluarkan
oksigen lebih banyak dari darah untuk kompensasi dari aliran darah yang
menurun. Bila mekanisme ini gagal, maka akan terjadi iskemia otak dengan
manifestasi klinik seperti mual, menguap, pingsan dan sinkop. Pada penderita
hipertensi kronis, penyakit serebrovaskuar dan usia tua, batas ambang autoregulasi
ini akan berubah dan bergeser ke kanan pada kurva,sehingga pengurangan aliran
B.

darah dapat terjadi pada tekanan darah yang lebih tinggi


Etiologi
1. Hipertensi esesnsial atau hipertensi primer
Hipertensi ini merupakan hiperensi yang tidak diketahui penyebabnya atau
disebut juga hipertensi idiopatik. Banyak faktor yang mempengaruhinya yaitu
jenis kelamin, genetik, usia, lingkungan, system reninangiotensin dan system
saraf otonom. Faktor lainnya yaitu merokok, konsumsi garam berlebih, alkohol,
obesitas, stress, dan kurang berolahraga / aktivitas fisik.
2. Hipertensi sekunder
Hipertensi ini terdapat sekitar 5% kasusdari semua prevalensi hipertensi.
Penyebab spesifiknya diketahui misalnya penyakit ginjal akut, nefritis kronis,
penyakit poliaritis, diabetes nefropatis, hipertensi pada kehamilan, kelalinan
neurologi, obat dan lain-lain.

Faktor penyebab hipertensi intinya terdapat perubahan vascular, berupa


disfungsi endotel, remodeling, dan arterial striffness. Namun faktor penyebab
hipertensi emergensi dan hipertensi urgensi masih belum dipahami. Diduga
karena terjadinya peningkatan tekanan darah secara cepat disertai peningkatan
resistensi vaskular. Peningkatan tekanan darah yang mendadak ini akan
menyebabkan jejas endotel dan nekrosis fibrinoid arteriol sehingga membuat
C.

kerusakan vaskular, deposisi platelet, fibrin dan kerusakan fungsi autoregulasi.


Gejala
1. Peningkatan tekanan darah > 140/90 mmHg, Sakit kepala, Pusing / migrain,
Rasa berat ditengkuk , Sukar tidur, Mata berkunang kunang, Lemah dan lelah,
Muka pucat (Kurt, 2000). Tandadan gejala yang sering dihubungkan dengan
hipertensi seperti keringat berlebihan, kejang otot, sering berkemih, dan denyut

D.

jantung cepat dan tidak beraturanatau palpitasi.


Diagnosis
Kemampuan dalam mendiagnosis hipertensi emergensi dan urgensi harus
dapat dilakukan dengan cepat dan tepat sehingga dapat mengurangi angka
morbiditas dan mortalitas pasien. Anamnesis tentang riwayat penyakit
hipertensinya, obat-obatan anti hipertensi yang rutin diminum, kepatuhan minum
obat, riwayat konsumsi kokain, amphetamine dan phencyclidine. Riwayat
penyakit yang menyertai dan penyakit kardiovaskular atau ginjal penting
dievaluasi. Tanda-tanda defisit neurologic harus diperiksa seperti sakit
kepala,penurunan kesadaran, hemiparesis dan kejang. Pemeriksaan laboratorium
yang diperlukan seperti hitung jenis, elektrolit, kreatinin dan urinalisa. Foto
thorax, EKG dan CT- scan kepala sangat penting diperiksa untuk pasien-pasien
dengan sesak nafas, nyeri dada atau perubahan status neurologis. Pada keadaan
gagal jantung kiri dan hipertrofi ventrikel kiri pemeriksaan ekokardiografi perlu
dilakukan. Berikut adalah bagan alur pendekatan diagnostik pada pasien
hipertensi:

E.

Manifestasi Klinik
Manifestasi klinis hipertensi krisis berhubungan dengan kerusakan organ
target yang ada. Tanda dan gejala hipertensi krisis berbeda-beda setiap pasien.
Pada pasien dengan hipertensi krisis dengan perdarahan intrakranial akan
dijumpai keluhan sakit kepala, penurunan tingkat kesadaran dan tanda neurologi
fokal berupa hemiparesis atau paresis nervus cranialis. Pada hipertensi
ensefalopati didapatkan penurunan kesadaran dan atau defisit neurologi fokal.
Pada pemeriksaan fisik pasien bisa saja ditemukan retinopati dengan perubahan
arteriola, perdarahan dan eksudasi maupun papiledema. Pada sebagian pasien
yang lain manifestasi kardiovaskular bisa saja muncul lebih dominan seperti;
angina, akut miokardial infark atau gagal jantung kiri akut. Dan beberapa pasien

yang lain gagal ginjal akut dengan oligouria dan atau hematuria bisa saja terjadi.
6. SASARAN dan TUJUAN TERAPI
a. Sasaran terapi yaitu adalah penurunan tekanan darah.
b. Tujuan umum pengobatan hipertensi adalah :
Penurunan mortalitas dan morbiditas yang berhubungan dengan hipertensi.
Mortalitas dan morbiditas ini berhubungan dengan kerusakan organ target
(misal: kejadian kardiovaskular atau serebrovaskular, gagal jantung, dan
penyakit ginjal. Mengurangi resiko merupakan tujuan utama terapi hipertensi,
dan pilihan terapi obat dipengaruhi secara bermakna oleh bukti yang
menunjukkan pengurangan resiko. Target nilai tekanan darah yang di
rekomendasikan dalam JNC VII :
- Kebanyakan pasien < 140/90 mm Hg
- Pasien dengan diabetes < 130/80 mm Hg

- Pasien dengan penyakit ginjal kronis < 130/80 mm Hg


7. STRATEGI TERAPI
Manajenem penurunan tekanan darah pada pasien dengan hipertensi
urgensi tidak membutuhkan obat-obatan parenteral. Pemberian obat-obatan oral
aksi cepat akan memberi manfaat untuk menurunkan tekanan darah dalam 24 jam
awal Mean Arterial Pressure (MAP) dapat diturunkan tidak lebih dari 25%. Pada
fase awal standard goal penurunan tekanan darah dapat diturunkan sampai
160/110 mmHg. Penggunaan obat-obatan anti-hipertensi parenteral maupun oral
bukan tanpa risiko dalam menurunkan tekanan darah. Pemberian loading dose
obat oral anti-hipertensi dapat menimbulkan efek akumulasi dan pasien akan
mengalami hipotensi saat pulang ke rumah. Optimalisasi penggunaan kombinasi
obat oral merupakan pilihan terapi untuk pasien dengan hipertensi urgensi.
A. Guideline Terapi
Algoritma penanganan hipertensi menurut JNC 7 (2003) :

B. Terapi Non Farmakologi


Menerapkan gaya hidup sehat bagi setiap orang sangat penting untuk
mencegah tekanan darah tinggi dan merupakan bagian yang penting dalam
penanganan hipertensi. Semua pasien dengan prehipertensi dan hipertensi
harus melakukan perubahan gaya hidup. Disamping menurunkan tekanan
darah pada pasien-pasien dengan hipertensi, modifikasi gaya hidup juga dapat
mengurangi berlanjutnya tekanan darah ke hipertensi pada pasien-pasien
dengan tekanan darah prehipertensi. Modifikasi gaya hidup yang penting yang
terlihat menurunkan tekanan darah adalah mengurangi berat badan untuk
individu yang obes atau gemuk; mengadopsi pola makan DASH (Dietary
Approach to Stop Hypertension) yang kaya akan kalium dan kalsium; diet
rendah natrium; aktifitas fisik; dan mengkonsumsi alkohol sedikit saja.

Pada sejumlah pasien dengan pengontrolan tekanan darah cukup baik


dengan terapi satu obat antihipertensi; mengurangi garam dan berat badan
dapat membebaskan pasien dari menggunakan obat. Program diet yang mudah
diterima adalah yang didisain untuk menurunkan berat badan secara perlahanlahan pada pasien yang gemuk dan obes disertai pembatasan pemasukan
natrium dan alkohol. Untuk ini diperlukan pendidikan ke pasien, dan dorongan
moril.
C. Terapi Farmakologi

Jenis-jenis obat antihipertensi untuk terapi farmakologis hipertensi yang


dianjurkan oleh JNC 7 adalah:
a. Diuretika, terutama jenis Thiazide (Thiaz) atau Aldosteron Antagonist
b. Beta Blocker (BB)
c. Calcium Chanel Blocker atau Calcium antagonist (CCB)
d. Angiotensin Converting Enzym Inhibitor (ACEI)
e. Angiotensin II Receptor Blocker atau Areceptor antagonist/blocker (ARB)

Untuk sebagian besar pasien hipertensi, terapi dimulai secara bertahap, dan
target tekanan darah tercapai secara progresif dalam beberapa minggu. Dianjurkan
untuk menggunakan obat antihipertensi dengan masa kerja panjang atau yang
memberikan efikasi 24 jam dengan pemberian sekali sehari. Pilihan apakah memulai
terapi dengan satu jenis obat antihipertensi atau dengan kombinasi tergantung pada
tekanan darah awal dan ada tidaknya komplikasi. Jika terapi dimulai dengan satu jenis
obat dan dalam dosis rendah, dan kemudian tekanan darah belum mencapai target,
maka langkah selanjutnya adalah meningkatkan dosis obat tersebut, atau berpindah ke
antihipertensif lain dengan dosis rendah. Efek samping umumnya bisa dihindari
dengan menggunakan dosis rendah, baik tunggal maupun kombinasi. Sebagian besar
pasien memerlukan kombinasi obat antihipertensi untuk mencapai target tekanan
darah, tetapi terapi kombinasi dapat meningkatkan biaya pengobatan dan menurunkan

kepatuhan pasien karena jumlah obat yang harus diminum bertambah (Yogiantoro,
2006).

1.

Beta

blocker,

juga

dikenal

sebagai beta-blocking

agent atau beta

antagonist (antagonis beta), adalah agen yang menghambat aksi dari reseptor
beta-adrenergik, yang memodulasi fungsi jantung, fungsi pernafasan, dan
pelebaran pembuluh darah
2.
ACE inhibitor sebagai obat darah tinggi atau hipertensi adalah dengan cara
menghambat pembentukan angiotensin II yang merupakan vasokonstriktor kuat,
dengan demikian darah tinggi atau hipertensi dapat diturunkan. Enzim konversi
angiotensin (ACE) merupakan bagian dari sistem Renin-Angiotensin-Aldosteron.
ACE merupakan suatu enzim yang bertugas mengkonversi atau mengubah
angiotensin I menjadi angiotensin II. Angiotensin II merupakan vasokonstriktor
penting. Angiotensin II menyebabkan vaskonstriksi, baik perifer maupun koroner.
Angiotensin II juga meningkatkan pelepasan hormon-hormon simpatis dan
aldosteon. Oleh karena itu angiotensin II juga menyebabkan efek inotropik dan
kronotropik positif. Selain itu, angiotensin II meningkatkan adhesi dan agregasi
trombosit, merangsang hipertrofi ventrikel, dan meningkatkan proses inflamasi.
Akibat penghambatan ACE secara kompetitif kadar angiotensin II baik lokal
maupun dalam sirkulasi menurun. Hormon-hormon simpatis seperti noradrenalin
dan adrenalin juga menurun. Efek golongan obat ACE inhibitors adalah

vasodilatasi, terutama arteri perifer. Vasodilatasi juga terjadi pada arteri koroner.
Pada pasien gagal jantung, ACE inhibitors juga menyebabkan dilatasi vena.
3.
Golongan Angiotensin Receptor
Blocker (ARB) seperti valsartan dan
candesartan bekerja mirip dengan ACE inhibitor sebagai obat darah tinggi atau
hipertensi, yakni dengan cara menghambat ikatan antara angiotensin II dengan
reseptornya.
4.
Beta bloker : Obat ini bekerja dengan cara menghambat reseptor beta di
jantung, menurunkan denyut jantung dan kebutuhan oksigen otot jantung, serta
mengurangi ekskresi renin.
5.
Ca Chanel bloker : Menghambat secara selektif masuknya ion Ca ke dalam sel
otot jantung dan pembuluh darah vaskuler, sehingga mendilatasi arteri utama
jantung, dan meningkatkan pengiriman oksigen ke otot jantung dengan
menghambat spasme arteri koroner

D. Monitoring
Untuk mengukur efektivitas terapi, hal-hal berikut harus di
monitor :
a. tekanan darah
b. kerusakan target organ: jantung, ginjal, mata, otak
c. interaksi obat dan efek samping

d. kepatuhan (adherence)
8. PENYELESAIAN KASUS
KASUS NO.2
H.E. adalah seorang wanita berumur 53 tahun dirawat di rumah
sakit setelah sakit kepala terburuk yang pernah ia alami.
riwayat medisnya termasuk asma saat beraktivitas, hipertensi
yang tidak terkontrol (HTN), dan hiperlipidemia. Dia tidak patuh
dalam pengobatan, dan dia tidak mengambil/menebus obat
untuk tekanan darahnya, termasuk clonidine, selama 4 hari.
Tanda-tanda vital termasuk BP 220/100 mm Hg dan HR 65
denyut/menit. Dia menerima diagnosis cerebrovascular accident
(CVA) dan hipertensi darurat (Hypertensive Emergency). Apa
pilihan terbaik manajemen untuk hipertensi darurat pasien ini?
SUBJEKTIF
Nama Pasien : H.E
Jenis Kelamin : Wanita
Usia : 53 tahun
Riwayat penyakit : Asma dan hipertensi yang kurang terkontrol
Riwayat pengobatan : obat untuk hipertensi dan clonidine
Dirawat di rumah sakit setelah sakit kepala terburuk yang
pernah ia alami. Dia tidak patuh dalam pengobatan.
OBJEKTIF
BP : 220/100 mmHg

Normal: <120/80 mmHg

HR : 65x/menit

Normal: 80-100x/menit

ASSESMENT
PROBLEM
MEDIK
hipertensi

SUBJEKTIF

OBJEKTIF

BP:
-hipertensi
yang
darurat
220/100m
kurang
(Hypertens terkontrol. mHg
-sakit
ive
Emergency kepala
HR:65x/me
terburuk
)
nit
yang
pernah ia
alami.

TERAPI

DRP

clonidin

Terapi kurang

tepat

PLAN
Berdasarkan data subjektif yang tersedia, untuk pengobatan
hipertensi pasien tersebut menggunakan clonidine, namun
pasien tidak patuh dalam pengobatan sehingga hipertensi tidak
terkontrol dengan baik. Tekanan darah yang tinggi dan tidak
terkontrol dengan baik dapat menimbulkan bahaya yang dapat
mengancam
(Hypertensive

jiwa

salah

satunya

Emergency).

yaitu

Hipertensi

hipertensi
darurat

darurat
adalah

Peningkatan tekanan darah sistolik >180 mmHg atau diastoik >


120 mmHg secara mendadak disertai kerusakan organ target.
Hipertensi emergensi harus ditanggulangi sesegera mungkin
dalam

satu

jam

dengan

memberikan

obat-obatan

anti

hipertensi intravena.
Ny. H. E menunjukkan kerusakan organ target dari HTN
(hipertensi tidak terkontrol) dalam bentuk cerebrovascular
accident. Nicardipine adalah pilihan yang tepat untuk pasien Ny.
H.E karena efek dari pengeblokan kalsium channel akan
mengurangi BP dan berpotensi mengurangi vasospasme pada
arteri serebral, yang dapat menyebabkan iskemia lebih lanjut
atau aktivitas kejang. Meskipun labetalol merupakan pilihan
yang efektif dan Drug of Choice untuk mengobati pasien
hipertensi darurat, tetapi Ny. H.E memiliki sejarah asma dan HR
rendah,

membuat

labetalol

kurang

ideal

untuk

pilihan

mengobati gejala. Dan Second-line Drugs yaitu Enalaprilat dan


Nitroprusside, namun efek antihipertensi dari enalaprilat yang
tergantung pada aktivitas renin pasien, yang tidak diketahui
dalam kasus ini. Oleh karena itu, mungkin lebih sulit untuk
mengontrol efek menurunkan BP daripada dengan obat yang
memiliki efek yang lebih konsisten pada individu. Selain itu,
sifat bolus obat tidak ideal untuk konsisten mengendalikan BP
dengan penurunan 25% di MAP. Sedangkan Nitroprusside
memiliki efek samping kesulitan bernafas atau sesak nafas
yang mungkin dapat memperparah asama yang diderita Ny.

H.E. Obat infus secara kontinyu yang lebih baik untuk mudah
mencapaian efek dalam keadaan darurat hipertensi.

1. TERAPI FARMAKOLOGI
Pengobatan hipertensi darurat (Hypertensive Emergency)
Terapi hipertensi emergensi harus disesuaikan setiap
individu

tergantung

pada

kerusakan

organ

target.

Manajemen tekanan darah dilakukan dengan obat-obatan


parenteral secara tepat dan cepat. Tingkat ideal penurunan
tekanan darah masih belum jelas, tetapi penurunan Mean
Arterial Pressure (MAP) 10% selama 1 jam awal dan 15%
pada 2-3 jam berikutnya. Penurunan tekanan darah secara
cepat dan berlebihan akan mengakibatkan jantung dan
pembuluh darah orak mengalami hipoperfusi. Selanjutnya
untuk pemeliharaan dapat dilanjutkan dengan pemberian
oral.
Nicardipine adalah obat yang digunakan dengan atau tanpa
obat lain untuk mengobati tekanan darah tinggi (hipertensi).
Menurunkan tekanan darah tinggi akan membantu mencegah
stroke, serangan jantung, dan masalah ginjal. Nicardipine
disebut sebagai penghambat saluran kalsium. Ia bekerja
dengan membuat rileks pembuluh darah sehingga darah
dapat mengalir lebih mudah.
Dosis dan cara pemberian
Hypertensive emergencies:
Pemberian IV
Nicardipine HCl diencerkan dengan NaCl 0,9% atau glukosa
5% untuk mendapatkan konsentrasi larutan nicardipine HCl
0,01-0,02% (0,1-0,2 mg/ml). Larutan diberikan secara infus
drip intravena dengan kecepatan 0,5-6,0 mcg/kg/menit.
Larutan diberikan dengan dosis 0,5 mcg/kg/menit sampai
nilai tekanan darah yang diinginkan tercapai dan selanjutnya

dapat

disesuaikan

dengan

pemantauan

untuk

menjaga

tekanan darah.
Pemberian Oral:
Immediate Release
Dosis awal: 20 mg secara oral 3 kali sehari
Dosis pemeliharaan: 20-40 mg secara oral 3 kali sehari
Sustained Release
Dosis awal: 30 mg secara oral dua kali sehari
Dosis pemeliharaan: 30 sampai 60 mg secara oral dua kali
sehari
2. TERAPI NON FARMAKOLOGI
Menerapkan gaya hidup sehat bagi setiap orang sangat penting untuk
mencegah tekanan darah tinggi dan merupakan bagian yang penting dalam
penanganan hipertensi. Disamping menurunkan tekanan darah pada pasienpasien dengan hipertensi, modifikasi gaya hidup juga dapat mengurangi
berlanjutnya tekanan darah ke hipertensi pada pasien-pasien dengan tekanan
darah prehipertensi. Modifikasi gaya hidup yang penting yang terlihat
menurunkan tekanan darah adalah mengurangi berat badan untuk individu
yang obes atau gemuk; mengadopsi pola makan DASH (Dietary Approach to
Stop Hypertension) yang kaya akan kalium dan kalsium; diet rendah natrium;
aktifitas fisik; dan mengkonsumsi alkohol sedikit saja.
3. EVALUASI OBAT TERPILIH

Indikasi
-

Pengobatan

darurat

pada

krisis

hipertensi

akut

selama

operasi.
-

Hypertensive emergencies.

Dosis dan cara pemberian


Hypertensive emergencies:
Nicardipine HCl diencerkan dengan NaCl 0,9% atau glukosa 5%
untuk mendapatkan konsentrasi larutan nicardipine HCl 0,01-0,02%
(0,1-0,2 mg/ml). Larutan diberikan secara infus drip intravena
dengan kecepatan 0,5-6,0 mcg/kg/menit. Larutan diberikan dengan
dosis 0,5 mcg/kg/menit sampai nilai tekanan darah yang diinginkan
tercapai dan selanjutnya dapat disesuaikan dengan pemantauan
untuk menjaga tekanan darah.
Pemberian Oral:
Immediate Release
Dosis awal: 20 mg secara oral 3 kali sehari
Dosis pemeliharaan: 20-40 mg secara oral 3 kali sehari
Sustained Release
Dosis awal: 30 mg secara oral dua kali sehari
Dosis pemeliharaan: 30 sampai 60 mg secara oral dua kali sehari

Kontraindikasi:
-

Pasien

dengan

dugaan

hemostatis

tidak

lengkap

setelah

perdarahan intrakranial.
-

Pasien dengan peningkatan tekanan intrakranial pada stroke


serebrum

tahap

akut.

Tekanan

int

rakranial

akan

terus

meningkat.
-

Pasien

dengan

riwayat

medis

hipersensitivitas

terhadap

nicardipine HCl.
Cara kerja :
Nicardipine HCl menunjukkan efek vasodilatasi dengan
menghambat masuknya Ca++ ke dalam vaskular sel otot polos.
Aksi antagonis Ca++ nicardipine HCl 30.000 kali lebih kuat pada
vaskular otot polos daripada vaskular otot jantung dan selektivitas
vaskular nicardipine HCl lebih tinggi dibandingkan dengan antagonis
Ca++ lain.
Farmakokinetika:
Farmakokinetika nicardipine HCl injeksi adalah linear dalam rentang
dosis

0,5-40

mg/jam.

Pada

penghentian

infus,

konsentrasi

nicardipine HCl menurun dengan cepat, hingga setidaknya 50%


selama dua jam pertama setelah infus dihentikan. Konsentrasi
plasma meningkat dengan laju perlahan setelah beberapa jam
pertama dan mencapai steady state pada 24-48 jam. Bersihan
plasma total (Cl) adalah 0,4 l/jam.kg, dan volume distribusi (Vd)
menggunakan

model

nonkompartemen

adalah

8,3

l/kg.

Efek

nicardipine pada tekanan darah mempunyai korelasi signifikan


dengan konsentrasi plasma.
Nicardipine HCl dimetabolisme secara cepat dan luas di hati.
Nicardipine HCl terikat kuat dengan protein (>95%) dalam plasma
manusia dengan rentang konsentrasi yang luas
Efek samping:
Pengobatan darurat pada krisis hipertensi akut selama operasi.
Efek samping utamanya adalah takikardia.

4. KOMUNIKASI, INFORMASI DAN EDUKASI


- Memberitahu pasien maupun keluarga pasien akan bahaya hipertensi darurat.
- Obat diminum secara rutin.
- Memberikan motivasi kepada pasien dan keluarga pasien bahwa hipertensi
-

memang harus selalu mengontrol tekanan darahnya.


Pasien tidak boleh mengkonsmsi obat antihipertensi melebihi dosis yang telah

dianjurkan.
Pasien tidak boleh mengkonsumsi obat lebih sering dari frekuensi yang telah

ditetapkan oleh dokter.


Selama mengkonsumsi obat antihipertensi sebisa mungkin pasien kemudian

beristirahat.
Obat disimpan disimpan pada tempat yang aman, bersih serta terhindar dari

sinar matahari langsung.


Kapsul nicardipine bisa diminum bersama dengan makanan
yang tidak mengandung lemak ataupun dalam keadaan perut

kosong.
Kapsul extended-release sebaiknya diminum bersama dengan
makanan yang tidak mengandung lemak, tidak boleh dikunyah

dan harus ditelan secara utuh.


Hindari minum jus anggur ataupun makan buah anggur 1 jam

sebelum atau 2 jam sesudah minum obat nicardipine.


Hindari minuman yang mengandung alkohol dan kopi.
Sebaiknya diskusikan dengan dokter yang merawat jika ingin

menggunakan garam pengganti yang mengandung kalium.


Sebaiknya kontrol secara teratur ke dokter yang merawat,
periksa laboratorium dan tekanan darah untuk menentukan

respon obat nicardipine.


Segera hubungi dokter yang merawat jika keluhan angina
(sakit

pada

dada/jantung)

tidak

berkurang

ketika

menggunakan nicardipine, nadi / detak jantung tidak teratur,


nafas pendek, bengkak, pusing, konstipasi / sembelit, mual /
hipotensi. - Jangan berhenti menggunakan obat nicardipine
sebelum konsultasi dengan dokter yang merawat.
5. MONITORING DAN EVALUASI
a. Monitoring
- Tekanan darah harus dimonitor secara ketat selama dan
setelah pemberian nicardipine iv dihentikan.
- Nadi dan kemungkinan efek samping yang dialami.
b. Evaluasi

Setelah pemberian obat maka perlu dilakukan pemantauan kadar obat


dalam plasma serta efektifitas obat terhadap pasien.
9. PERTANYAAN
1. Bedanya antara hipertensi biasa sama hipertensi emergency apa dan
bagaimana terapinya apakah berbeda juga? ( Alfiah Khumaida / 18144354A)
Jawaban: kalau hipertensi emergency adalah Peningkatan tekanan
darah sistolik >180 mmHg atau diastoik > 120 mmHg secara
mendadak

disertai

kerusakan

organ

target.

Hipertensi

emergensi harus ditanggulangi sesegera mungkin dalam satu


jam

dengan

memberikan

obat-obatan

anti

hipertensi

intravena. Untuk terapinya tergantung pada organ target yang


mengalami kerusakan.
2. Mengapa Kapsul nicardipine bisa diminum bersama dengan
makanan yang tidak mengandung lemak ataupun dalam
keadaan perut kosong? (Mufit Nur K./ 19133710A)
Jawaban:
karena tergantung pada sifat fsikakimia obat
tersebut, nicardipine baik dikonsumsi pada saat perut kosong
maupun dengan makanan. Namun sebaiknya tidak bersamaan
dengan makanan yang mengandung lemak karena akan
mempengaruhi absorbsi dari obat tersebut, sehingga akan
berpengaruh pada kadar obat dalam darah yang akan
menurunkan efek terapi obat tersebut.
10. DAFTAR PUSTAKA
- Ganong, W.F. 2010. Review of Medical Physiology,Ganongs
.23rd edition. New York: The McGraw-Hill Companies.Inc
-

Guyton AC, Hall JE. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Edisi 11.
Penterjemah: Irawati, Ramadani D, Indriyani F. Jakarta: Penerbit Buku
Kedokteran EGC, 2006

Anda mungkin juga menyukai