PENDAHULUAN
Akne vulgaris adalah suatu kondisi inflamasi umum pada pada unit
polisebaseus yang terjadi pada remaja dan dewasa muda yang ditandai dengan
komedo, papul, pustul, nodul.1 Penyakit peradangan kronis pada folikel
pilosebasea yang dapat sembuh sendiri dan merupakan salah satu kondisi kulit
yang paling umum mempengaruhi lebih dari 85% remaja dan dimulai saat
pubertas dan sering berlanjut sampai dewasa.2 Lebih dari 2 juta orang dengan
keluhan akne vulgaris mengunjungi dokter setiap tahun, khususnya rentang usia
15-19 tahun.3
Sebagian besar kasus akne ditandai dengan lesi berbentuk pleomorfik,
yang terdiri dari komedo, papula, pustula, dan nodul dengan berbagai tingkat dan
keparahan.3 Penderita biasanya mengeluhkan erupsi kulit pada pada tempat-tempat
predileksi, yakni muka, bahu, leher, dada, punggung bagian atas dan lengan
bagian atas oleh karena kelenjar sebasea pada daerah yang aktif. 4 Lesi peradangan
jerawat dapat menyebabkan luka permanen, keparahan akne vulgaris juga
tergantung pada penundaan dalam mengobati jerawat.5
Akne vulgaris merupakan salah satu penyakit kulit yang menjadi masalah
bagi remaja dan dewasa muda. Penyakit ini tidak fatal, namun cukup merisaukan
karena mengurangi tingkat percaya diri dan dapat meningkatkan insiden
kecemasan sampai depresi.6 Oleh karena itu identifikasi faktor pencetus dan
pemilihan pengobatan yang tepat diperlukan dalam penatalaksanaan pasien Akne
vulgaris. Umumnya upaya pengaturan diet dilakukan karena adanya body image
yang negatif, yaitu pandangan terhadap tubuh dan penampilan diri yang tidak
sempurna.6,7
Dalam pengamatan epidemiologi di Amerika Serikat, menunjukkan peran
diet di negara Barat dalam pengembangan saat ini berhubungan dengan kejadian
akne vulgaris. Pola diet di negara barat adalah kebiasaan diet yang dipilih oleh
banyak orang di negara-negara maju dan berkembang. Hal ini ditandai dengan
asupan yang tinggi daging merah, makanan manis, makanan tinggi lemak, dan
1
biji-bijian olahan. Hal ini juga biasanya berisi produk-lemak tinggi susu, minuman
tinggi gula, dan asupan lebih tinggi dari daging olahan.1
Diet dengan kadar indeks glikemik tinggi dapat menjadi konstributor yang
signifikan terhadap peningkatan prevalensi kejadian akne vulgaris di negaranegara barat. Konsumsi berlebihan dari diet karbohidrat yang mengandung indeks
glikemik tinggi pada remaja dapat menyebabkan hiperinsulinemia akut yang
mempengaruhi pertumbuhan epitel folikular, keratinisasi dan sekresi sebasea.1
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1.
Definisi
Akne vulgaris adalah gangguan inflamasi dari folikel pilosebasea
yang disebabkan oleh beberapa faktor dan gambaran klinis yang khas dan
merupakan penyakit multi-faktorial dengan penyebab yang berpusat pada
interaksi antara folikel hiper-keratinisasi, dan kolonisasi dari bakteri
Propionibacterium acnes.8,9
Akne vulgaris merupakan suatu penyakit keradangan kronis dari
folikel pilosebasea yang ditandai adanya komedo, papul, kista, dan
pustula.7 Tempat predileksinya adalah pada daerah yang padat kelenjar
sebasea seperti wajah, bahu, dada bagian atas dan punggung.10
2.2.
Epidemiologi
Karena hampir setiap orang pernah megalami penyakit ini, maka
sering dianggap sebagai kelainan kulit yang timbul secara fisiologis.
Kligman mengatakan bahwa tidak ada seorang pun (artinya 100%), yang
sama sekali tidak pernah menderita penyakit ini. Umumnya insidens
terjadi pada sekitar umur 14-17 tahun pada wanita, 16-19 tahun pria dan
pada masa itu lesi yang dominan adalah komedo dan papul dan jarang
terlihat lesi beradang.10
Pria dan wanita mempunyai mengembangkan akne yang sama.
wanita muda memiliki kemungkinan untuk mengalami akne dengan durasi
yang lebih lama karena perubahan hormonal yang berhubungan dengan
siklus menstruasi dan bisa juga disebabkan oleh kosmetik. 1 Pada wanita
muda terjadinya akne vulgaris bisa mendahului menarche (masa premenstruasi). Setelah masa remaja kelainan ini berangsur berkurang, namun
terkadang pada wanita akne vulgaris menetap sampai dekade umur 30-an
atau bahkan lebih. Meskipun pada pria umumnya akne vulgaris lebih cepat
3
Etiologi
Etiologi akne vulgaris masih belum diketahui. Akne vulgaris
merupakan penyakit yang dipengaruhi atau dicetuskan oleh banyak faktor.
5
Disamping itu tiap pasien dapat memiliki banyak faktor pencetus yang
Faktor intrinsik :
1. Genetik
Akne memiliki peranan genetik, pola penurunannya tidak
mengikuti Hukum Mendel, tetapi bila kedua orangtua pernah
menderita akne berat pada masa remajanya, anak-anak mereka akan
memiliki kecenderungan serupa pada masa pubertas. Meskipun tidak
mengancam jiwa, akne mempengaruhi kualitas hidup dan memberi
dampak sosial pada penderitanya. 4
2. Ras
Diketahui pula bahwa ras Oriental ( Jepang, Cina, Korea) lebih
jarang menderita akne vulgaris dibanding dengan ras Kaukasia (Eropa,
Amerika).10
3. Hormonal
Pada masa remaja, akne biasanya disebabkan oleh peningkatan
hormon seks, terutama hormon androgen yang meningkat selama masa
pubertas.
Peningkatan
hormon
sebelum
menstruasi
dapat
terganggu
sehingga
menyebabkan
hormon
androgen
Faktor ekstrinsik :
1. Stres
5
dengan
lemak
tak
jenuh
(unsaturated
fats).2
karbohidrat
menghasilkan
tinggi
peningkatan
akan
glukosa
cepat
darah
dicerna,
dan
sehingga
meningkatnya
Patogenesis
Akne Vulgaris diketahui mempunyai empat dasar patogenesis yaitu
(1). Produksi sebum yang meningkat; (2). Hiperproliferasi folikel
pilosebasea; (3). Kolonisasi Propionibacterium acnes; dan (4). Proses
inflamasi. Kombinasi faktor-faktor tersebut mempengaruhi proses
pembentukan akne vulgaris.7,12,13
folikel.
Bahan-bahan
keratin
mengisi
folikel
sehingga
dalam
sebum,
karena
merupakan
nutrisi
bagi
4. Produksi inflamasi
Propionibacterium
acnes
diduga
berperan
penting
acnes
mengarah
ke
pelepasan
mediator
sinus. 14 Lesi yang khas terdiri dari nodulus yang bersambung, yaitu
suatu masa besar berbentuk kubah berwarna merah dan nyeri. Nodul
ini mula-mula padat, tetapi kemudian dapat melunak mengalami
fluktuasi dan regresi, dan sering meninggalkan jaringan parut. 15
2.6.
Gejala Klinis
Akne vulgaris mempunyai tempat predileksi di wajah dan leher
(99%), punggung (60%), dada(15%) serta bahu dan lengan atas. Kadangkadang pasien mengeluh gatal dan nyeri. Sebagian pasien merasa
terganggu secara estetis atau kosmetik. Kulit pada penderita akne vulgaris
cenderung lebih berminyak atau sebore, tetapi tidak semua orang dengan
sebore disertai akne vulgaris.12
Efloresensi akne berupa : komedo hitam (terbuka) dan putih
(tertutup), papul, pustul, nodus, kista, jaringan parut, perubahan
pigmentasi. Komedo terbuka (black head) dan komedo tertutup (white
head) merupakan lesi non inflamasi, papul, pustul, nodus dan kista
merupakan lesi inflamasi. 12
11
2.7.
Lesi
komedo < 20, atau
Lesi inflamasi < 15,
atau
Total lesi < 30
Akne Sedang
50, atau
Total lesi 30 - 125
Akne Berat
13
2.8.
Diagnosis Banding
1. Erupsi Akneformis
Biasanya berupa papula, vesikel berkelompok, lokalisasi seluruh
tubuh.8 Dibedakan dengan akne dari gambaran klinis dan etiologinya.
Pada erupsi akneiformis gambaran klinis berupa papul dan pustul
yang timbul mendadak tanpa adanya komedo dihampir seluruh tubuh,
dapat disertai demam. Erupsi akneiformis disebakan oleh obat-obatan
seperti kortikosteroid, INH, fenobarbotal dan lain sebagainya.15
14
2. Akne Rosasea
Adalah peradangan kronis kulit, terutama wajah dengan
predileksi di hidung dan pipi. Gambaran klinis berupa eritema, papul,
pustul, nodul, kista, talengiektasi dan tanpa komedo biasanya lebih
merah dan khas, daerah hidung dan pipi. 8,15
3. Folikulitis
Peradangan
folikel
rambut
yang
disebabkan
oleh
Staphylococcus sp. Gejala klinisnya rasa gatal dan rasa gatal di daerah
rambut berupa makula eritema disertai papul atau pustul yang
ditembus oleh rambut.
15
15
2.9.
Penatalaksanaan
Penatalaksanaan akne vulgaris bervariasi dan terbagi menjadi 2
yaitu penatalaksanaan secara umum dan secara medikamentosa. Secara
umum yaitu dengan menhindari pemencetan lesi dengan non higienis,
memilih kosmetik yang non komedogenik, dan lakukan perawatan kulit
wajah. Sedangkan secara medikamentosa dibagi menurut derajat
keparahan dari akne vulgaris itu sendiri. Sebagian besar akne ringan
sampai sedang membutuhkan terapi topikal. Akne sedang sampai berat
menggunakan kombinasi terapi topikal dan oral. 4
1. Terapi Lokal
Pembersihan merupakan hal yang penting dalam pengobatan
akne, dilakukan dua kali sehari dengan pembersih yang lembut diikuti
dengan perawatan akne. Pembersih yang mengandung benzoil
16
b.
c.
dan iritasi. 3
Asam azelaic tersedia dengan resep dalam krim 20% atau 15% gel.
Asam dicarboxcylic ini memiliki fungsi sebagai antimikroba dan
komedolitik, serta bekerja sebagai inhibitor kompetitif dari enzim
tirosinase yang dapat menurunkan kejadian post inflamatory
hiperpigmentasi. Hal ini umumnya ditoleransi dengan baik,
17
kehamilan. 3
Antibiotik topikal
3. Sistemik
Antibiotik sistemik diberikan pada akne derajat sedang sampai
dengan berat, pada pasien akne vulgaris yang tidak respon terhadap
pemberian antibiotik topikal, dan pada pasien dengan akne vulgaris
luas yang mengenai permukaan tubuh selain wajah. Antibiotik
sistemik pada akne vulgaris bekerja sebagai antibakteri, antiinflamasi,
dan imunomodulator. Antibiotik ini terbukti dapat menghambat enzim
lipase bakteri dan menurunkan produksi asam lemak bebas. Terapi
antibiotik yang efektif dapat mengurangi populasi Propionibacterium
acnes sebesar <90%. 4
a.
18
c.
hanya
pada
pasien
dengan
peradangan
akne
e.
karena
efek
anti-inflamasinya
bukan
karena
sifat
antimikroba. 3
f.
20
nodulokistik
yang
dibutuhkan
untuk
mengurangi
4. Hormonal
Tujuan dari terapi hormonal adalah untuk melawan efek
androgen pada kelenjar sebaceous. Hal ini dapat dicapai dengan antiandrogen, atau agen yang dirancang untuk mengurangi produksi
androgen endogen oleh ovarium atau kelenjar adrenal, termasuk
kontrasepsi oral, glukokortikoid, atau gonadotropin-releasing hormone
(GnRH) agonis. 3
a.
b.
Gonadotropin-Releasing Hormone.
2.10.
Pecegahan
Pencegahan akne dapat dilakukan dengan menghindari faktorfaktor pemicunya. Melakukan perawatan kulit wajah dengan benar,
menerapkan pola hidup sehat mulai dari makanan, dan olah raga. 4
Bersama dengan terapi antiakne standar, bisa juga dengan
menghindari semua produk olahan susu dan makanan dengan indeks
glikemik tinggi, minimal 6 bulan. Suplementasi vitamin A dapat
mengurangi sumbatan pori pada individu yang kekurangan asupan vitamin
A. Makanan mengandung asam lemak esensial omega 3 dapat mengurangi
inflamasi. 4
Penderita akne, terutama wanita sering merasa sulit untuk
meninggalkan kebiasaannya dalam memakai produk kosmetik. Oleh
karena itu, perlu diberikan edukasi yang baik mengenai bahaya pengunaan
kosmetik yang berganti ganti, mudah dilaksanakan dan murah dengan
memakai pembersih dan pelembab yang non-abrasif dan menghindari
pemakaian produk kosmetik yang meyebabkan timbulnya akne. 4
22
2.11.
Komplikasi
Hampir semua lesi akne meninggalkan makula eritema setelah
resolusi atau penyembuhan. Di kulit dengan jenis yang lebih gelap,
hiperpigmentasi pasca inflamasi dapat bertahan berbulan - bulan setelah
resolusi. Pada beberapa individu, lesi akne dapat menyebabkan jaringan
parut. 3
23
BAB 3
KESIMPULAN
24
25
DAFTAR PUSTAKA
Indrawaty,
dan
Lestari.
Perbandingan
Konsumsi
Lemak
27
28