1
TERMODINAMIKA-PEMICU 3 (PROSES SIKLIK)
MAKALAH TERMODINAMIKA
PEMICU 3: PROSES SIKLIK
Home Group 13
(1406607754)
(1406607855)
Citra Noviasari
(1406569882)
Fikri Averous
(1406607792)
M. Luthfi Shidqi
(1406531870)
(1406552824)
MAKALAH
2
TERMODINAMIKA-PEMICU 3 (PROSES SIKLIK)
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas penyertaannya
dalam penulisan makalah ini, sehingga makalah ini terselesaikan dengan baik. Tujuan dari
pembuatan makalah ini adalah pemenuhan tugas dari mata kuliah Termodinamika di Departemen
Teknik Kimia, Universitas Indonesia. Ucapan terima kasih kami sampaikan pihak-pihak yang
telah membantu kami dalam pengerjaan makalah ini, terutama untuk Ibu Wulan sebagai dosen
pembimbing kelas Termodinamika yang telah banyak memberikan bimbingan dan arahan serta
membantu dalam proses pembelajaran sehingga kami dapat bekerja sama untuk saling
mengerjakan dan menyempurnakan makalah ini.
Kami berharap dengan adanya makalah ini, kami dapat semakin memperkaya ilmu
pengetahuan kami di bidang Teknik Kimia khususnya tentang termodinamika, dan dapat
memenuhi tugas dari mata kuliah Termodinamika ini. Meski penulis mengerjakan makalah ini
dengan kerja keras yang besar, penulis juga menyadari bahwa makalah yang telah kami buat ini
masih jauh dari sempurna. Oleh karenanya, kami mohon kritik dan saran dari pembaca agar kami
dapat memperbaiki kesalahan-kesalahan yang ada dalam makalah ini dan meminimalisir terjadi
kesalahan di makalah selanjutnya.
Depok, 24 Maret 2016
Penulis
MAKALAH
3
TERMODINAMIKA-PEMICU 3 (PROSES SIKLIK)
DAFTAR ISI
Kata Pengantar
Daftar Isi
Soal Nomor 1
Soal Nomor 2
11
Soal Nomor 3
14
Soal Nomor 4
17
Daftar Pustaka24
MAKALAH
4
TERMODINAMIKA-PEMICU 3 (PROSES SIKLIK)
Turbin
Pompa
Cair Jenuh
21 oC
Air pendingin
Pembahasan:
MAKALAH
5
TERMODINAMIKA-PEMICU 3 (PROSES SIKLIK)
Diketahui:
T1 = 21oC
P3 = P2 = 400 psia = 27,759 bar
T3 = 220oF
W = 2 MW
Asumsi:
1. Setiap komponen siklus dianalisis sebagai control volume dalam kondisi tunak/steady
state.
2. Semua proses oleh fluida kerja adalah irreversible dengan efisiensi turbin 85% dan
efisiensi pompa 90%.
3. Turbin dan pompa beroperasi secara adiabatic.
4. Efek energi kinetik dan potensial diabaikan.
Langkah pengerjaan:
a. Menentukan tekanan keluaran turbin
Tekanan saat keluar turbin akan bernilai sama, dengan tekanan saat masuk kondenser dan
tekanan saat masuk kondenser bernilai sama dengan tekanan saat keluar dari kondenser,
maka:
Pout = Pin condenser = Pout condenser
Tekanan keluar kondenser didapatkan melalui tabel saturated A10 (Moran ed 6) pada suhu
21C. Maka didapatkan tekanan keluaran turbin dengan melakukan interpolasi sebagai
berikut:
2120
X 5,7160
=
2420 6,45665,7160
X =5 , 90
MAKALAH
6
TERMODINAMIKA-PEMICU 3 (PROSES SIKLIK)
MAKALAH
7
TERMODINAMIKA-PEMICU 3 (PROSES SIKLIK)
=v 1 ( p 2 p 1 )
=8,182 x 10 X ( 27,7595,90 )
10 N / m
1 kJ
1 MPa 10 3 N . m
=1 , 77 kj/kg
=h 2h 1
h 2=78,67+1,77
h 2=80 , 44 kj /kg
Nilai h2 yang kita dapatkan merupakan nilai dari proses irreversible yang disimbolkan
dengan s. Untuk mendapatkan nilai h 2 yang sesungguhnya, bisa dengan menggunakan
nilai efisiensi dari pompa:
=
h 2 sh 1
h2h 1
0,90=
80,4478,67
h278,67
h 2=80,636 kj/kg
MAKALAH
8
TERMODINAMIKA-PEMICU 3 (PROSES SIKLIK)
kj
kg
kj
kg
MAKALAH
9
TERMODINAMIKA-PEMICU 3 (PROSES SIKLIK)
bisa didapatkan nilai h4 (nilai entalpi saat saturated vapor) dengan interpolasi berikut:
2120
h 4258,36
=
2420 260,45258,36
h 4=258 , 88 kj/kg
nilai diatas merupakan nilai dari irreversibilitas yang disimbolkan dengan huruf (s). Oleh
karena itu digunakanlah rumus efisiensi dari turbin, untuk mendapatkan nilai h4 yang
sesungguhnya:
=
h3h4
h3 h4 s
0,85=
315,84h 4
315,84258,88
h 4=267,424 kj/kg
Wt=h 3h 4
MAKALAH
10
TERMODINAMIKA-PEMICU 3 (PROSES SIKLIK)
Wt=315,84267,424
Wt=48,416 kj/kg
Qout =188,754
kj
kg
m=
siklus
W
( h 3h 4 ) ( h 2h 1 )
7.2 106 kJ /h
( 315,84267,424 )(80,63678,67)
m=150458,41
k /hg 1,5 x 105 kg /h
MAKALAH
11
TERMODINAMIKA-PEMICU 3 (PROSES SIKLIK)
p= m(
h2h 1)
W
Q
=
(48,4161,77)1,5 x 105
x 100
( 235,204)1,5 x 105
=19,8 20
Umumnya efisiensi siklus rankine berkisar antara 30-40%, akan tetapi hasil yang
didapatkan kurang dari hasil pada umumnya. Oleh sebab itu ide dari siklus ini kurang
dapat diterapkan. Maka agar ide ini dapat diterapkan, kita dapat meningkatkan efisiensi
siklus rankine dengan beberapa cara,diantaranya dengan pemanasan ulang dan
pemanasan lanjut.
a) Pemanasan ulang
Merupakan modifikasi lanjut dari pemanasan lanjut. Pada sistem ini, uap pada
fasa superheated yang memasuki turbin pertama akan dipanaskan kembali pada generator
uap. Setelah dilakukan pemanasan ulang. Uap masuk ke turbin kedua dan proses ekspansi
berlangsung sehingga fluida kerja mencapai tekanan condenser. Dengan melakukan
reheat, efisiensi dari sistem akan meningkat karena tekanan boiler akan lebih tinggi
sehingga temperature penambahan energi akan meningkat. Kualitas uap yang memasuki
condenser juga akan meningkat.
MAKALAH
12
TERMODINAMIKA-PEMICU 3 (PROSES SIKLIK)
b) Pemanasan Lanjut
Karena tidak ada batasan untuk uap jenuh pada bagian masuk turbin, energi bisa
ditambahkan lebih lanjut melalui proses perpindahan kalor ke uap, sehingga mencapai
kondisi uap panas lanjut. Kombinasi boiler dan pemanas lanjut dikenal sebagai generator
uap.
Gambar diagram TS diatas menunjukkan siklus rankine ideal dengan uap panas
lanjut di bagian masuk turbin : siklus 1-2-3-4-1. Siklus dengan pemanasan lanjut
memiliki temperature rata rata yang lebih tinggi karena ada penambahan panas
dibandingkan dengan siklus tanpa pemanasan lanjut, sehingga efisiensi termalnya pun
lebih tinggi. Selain itu, kualitas pada bagian keluar turbin kondisi 2 lebih besar
MAKALAH
13
TERMODINAMIKA-PEMICU 3 (PROSES SIKLIK)
dibandingkan dengan kondisi 2, dimana kondisi 2 dan 2 adalah kondisi fluida yang
keluar dari turbin tidak dengan pemanasan lanjut dan dengan pemanasan lanjut. Oleh
sebab itu, pemanasan lanjut juga memiliki tendensi menghilangkan masalah kualitas uap
yang rendah pada bagian keluar turbin. Dengan pemanasan lanjut yang memadai, kondisi
bagian keluar turbin dapat mencapai daera superheated vapor.
2. High pressure steam (stream 1) at a rate of 1000 kg/h initially at 3.5 MPa and 350 C
is expanded in a turbine to obtain work. Two exit streams leave the turbine. Exiting
stream 2 is a 1.5 MPa and 225 C and flows at 100 kg/h. Exiting stream 3 is at 0.79
MPa and is known to contain a mixture of saturated vapor and liquid. A (negligible)
fraction of stream 3 is bled through a throttle value to 0.10 MPa and is found to be
120 C (stream 4). The measured output of the turbine is 100 kW.
Pembahasan:
Stream 3
Gambar 5. Gambar sistem (turbin)
Diketahui :
Stream 1
KPa)
Terdapat Liquid +
Vapor
Stream 4
MAKALAH
14
TERMODINAMIKA-PEMICU 3 (PROSES SIKLIK)
T = 350oC
m = 1000 kg/h
Stream 2
Ditanya:
Langkah pengerjaan:
Memperhatikan Stream 3
Terdapat L + V
P = 0.79 Mpa
Dengan memiliki data tekanan (P) maka dapat dicari nilai T, H liquid, Hvapor pada Steam
table, antara lain :
T = 170oC
Hliquid = 718 kj/kg
Hvapo = 2767 kj/kg
Memperhatikan stream 4
Untuk Pstream 4 = 100 KPa, Tstream 4 = 120oC
Dengan menggunakan steam table, diperoleh H4 = 2716 kj/kg
Stream 3 dan stream 4 melewati valve yang sama sehingga memiliki H=0
MAKALAH
15
TERMODINAMIKA-PEMICU 3 (PROSES SIKLIK)
Terdapat L+V
P = 0,79 MPa
Tstream 3 = 1700C
X = 0,975
Ws = -100KW
MAKALAH
16
TERMODINAMIKA-PEMICU 3 (PROSES SIKLIK)
Menghitung nilai Q
m. H
= Q + Ws
- m1. H1 + m2 . H2 + m3,4 . H3 = Q + W
-(1000.316,5) + (100.2861,5)+(900.2716) = Q + (-100)
[3106500 + 286150 + 2444400] [1jam/3600s] = Q 100
Q = 4,4 kw = 4,4 kj/s = 15950 kj/h
Maka, nilai dari rate of heat transfer (Q) = 15950 kj/h
3. Anda diminta merancang sistem refrigerasi dengan siklus kompresi uap dengan
refrigeran air. Ditargetkan suhu penguapannya 10C dan suhu kondensasinya 50C.
Ekspansi dengan menggunakan expansion valve. Kompresor mempunyai efisiensi
76% dibanding proses isentropic. Kapasitas refrigeransi 1200kW. (a) Dengan
mengabaikan pressure drop di evaporator dan di kondensor, tentukanlah tekanantekanan pada sistem. (b) Perkirakanlah power kompresor. (c) Tentukanlah jumlah
air yang disirkulasikan sebagai refrigerant. (d) Berapakah COP sistem refrigerasi
ini. (e) Pada mesin refrigerasi siklus kompresi uap, fungsi kondensor dan
evaporator bisa dibalik dengan mengubah arah aliran refrigerant. Dengan
demikian, mesin ini bisa berfungsi sebagai pendingin di musim panas dan pemanas
di musim dingin. Menurut anda, bagaimana hal ini bisa terjadi?
Pembahasan:
Diketahui:
MAKALAH
17
TERMODINAMIKA-PEMICU 3 (PROSES SIKLIK)
Asumsi:
s1 = s2
p2 = p3
MAKALAH
18
TERMODINAMIKA-PEMICU 3 (PROSES SIKLIK)
h3 = h4
p1 = p4
QL = 1200 kW
h1 = 2519.2 kJ/kg
h4 = h3 = 209.34 kJ/kg
QL
m=
( h1h4 )
m=
1200 kJ / s
( 2519.2209.34 ) kJ / kg
m=0.52
kg /s
Sehingga,
W =m
( h2h 1)
W =0.52 kg /s ( 2914.5952519.2 ) kJ /kg
MAKALAH
19
TERMODINAMIKA-PEMICU 3 (PROSES SIKLIK)
W =205.6054 kW
W 205.6054 kW
=270.53 kW
Dengan efisiensi 76%, W = =
76
c) Tentukanlah jumlah air yang disirkulasikan sebagai refrigerant
Dengan basis 1 detik
m=m
t
m=0.52
kg
1s
s
m=0.52 kg
MAKALAH
20
TERMODINAMIKA-PEMICU 3 (PROSES SIKLIK)
b) On the included P H diagram, draw the process assuming that two-third of the
heat is absorbed in the freezer section and the remainder in the refrigerator
section. Number the various streams using the same numbering as in a).
Proses siklik sesuai nomor gambar yang berada di bawah. Penjelasan sebagai berikut
No 1 2
No 2 3
No 3 4
No 4 5
: Proses evaporasi pertama pada refrigerator section (evaporator 1), proses ini
akan berlangsung dalam kondisi isobarik dan isotermal. Pada kasus di soal,
pendinginan yang terjadi pada refrigerator section (evaporator 1) ini adalah 1/3
dari keseluruhan pendinginan.
No 5 6
MAKALAH
21
TERMODINAMIKA-PEMICU 3 (PROSES SIKLIK)
ke evaporator 2 dengan mengacu pada suhu dan tekanan jenuh dari freezer
section (evaporator 2) yang digunakan.
: Proses evaporasi kedua pada freezer section (evaporator 2), proses ini akan
berlangsung dalam kondisi isobarik dan isotermal. Pada kasus di soal,
pendinginan yang terjadi pada freezer section (evaporator 2) ini adalah 2/3 dari
keseluruhan pendinginan.
3
2
5
1
4
6
No 6 1
MAKALAH
22
TERMODINAMIKA-PEMICU 3 (PROSES SIKLIK)
T 1 =20
. Dengan
suhu tersebut, dapat dicari nilai tekanan jenuh melalui table appendix mengenai Sifat
Refrigeran Jenuh 134a (uap-cair) : Tabel Temperatur. Dengan menggunakan suhu
sebagai acuan (satuan SI), didapatkan nilai tekanan jenuh, entalpi, dan entropi yaitu :
P1=12,949 psia 13 psia
H 1=98,81 Btu / lbm 100 Btu/lbm
S 1=0,225
Btu
Btu
0,23
lbm R
lbm R
(2) Poin 2 dapat ditentukan dengan mengikuti gradient garis mengenai entropi (S) pada
diagram P H
isentropik, sehingga entropi kondisi 1 sama dengan entropi kondisi 2 yaitu sebesar
S 2=S1=0,23
Btu
lbm R .
Entropi kondisi 1 sama dengan entropi kondisi 2 secara teoritisnya. Dengan begitu maka
pada kondisi akhir kompresi teoritis berhenti pada tekanan kondensor yaitu
dan entalpi
H 2 teoritis=123 Btu/lbm
dan
140 psia
suhu teoritis tersebut dapat ditemukan menggunakan tabel appendix mengenai Sifat
Uap Refrijeran Panas Lanjut 134a dengan informasi P dan S yang telah dimiliki.
Namun pada kenyataannya, pada kasus diketahui bahwa kompresor yang digunakan
memiliki efisiensi 0,5 atau 50%. Dengan data efisiensi tersebut maka kondisi akhir
sesungguhnya dari proses kompresi dapat ditemukan.
MAKALAH
23
TERMODINAMIKA-PEMICU 3 (PROSES SIKLIK)
H teoritis
H aktual
H 2 teoritis H 1
H 2aktual H 1
0,5=
123100
H 2 aktual 100
H 2 aktual=146 Btu/lbm
140 psia
146 Btu /lbm , maka dengan menggunakan tabel appendix untuk panas lanjut
tabel appendix, didapat nilai tekanan jenuh dan nilai entalpi yaitu sebesar :
P2=P3=138,83 psia 140 psia
H 3=44,23 Btu /lbm 45 Btu/lbm
Proses kondensasi bermula dari superheated vapor yang dihasilkan oleh kompresor
yang kemudian didinginkan (suhu diturunkan) hingga terbentuk saturated vapor. Saat
mencapai saturated vapor proses kondensasi tetap dilanjutkan hingga seluruh refrigeran
uap berubah menjadi refrigerant cair sehingga pada proses ini terjadi perubahan fasa
(uap menjadi cair).
(4) Pada poin 4 ini, saturated liquid yang dihasilkan dari kondensasi akan melewati throttle
valve dan mengalami ekspansi. Pada proses ekspansi nilai entalpinya adalah tetap (H =
MAKALAH
24
TERMODINAMIKA-PEMICU 3 (PROSES SIKLIK)
0). Fungsi throttle valve yaitu mengatur kondisi (suhu dan tekanan) refrigerant yang
akan memasuki evaporator 1, maka ekspansi akan berhenti (kondisi 4) saat refrigerant
telah mencapai suhu refrigerator section (evaporator 1) yaitu 40 .
(5) Pada poin 5, suhu refrigerant sama dengan suhu di poin 4 yaitu
40
karena
mengalami proses evaporasi dimana proses ini berlangsung secara isobaric dan
isothermal. Dengan menggunakan tabel appendix, didapat nilai tekanan jenuh dan nilai
entalpi yaitu sebesar :
P5=49,738 psia 50 psia
Pada kasus diketahui bahwa 2/3 pendinginan terjadi pada freezer section (evaporator 2)
dan sisanya, yaitu 1/3 terjadi pada refrigerator section (evaporator 1). Dengan informasi
pendinginan pada refrigerator section (evaporator 1) tersebut, dapat diketahui entalpi
pada kondisi 5 menggunakan rumus kualitas:
H 5=[ H l ] T
evapotor 1
+ x ( [ H v ]T
evaporator 1
[ H l ]T
[ H l ]T
evapotor 1
evaporator 1
1
H 5=45+ (10045)
3
H 5=63 Btu/lbm
Data
[ H l ]T
evapotor 1
dan
40 , tekanan
MAKALAH
25
TERMODINAMIKA-PEMICU 3 (PROSES SIKLIK)
(6) Poin 6 merupakan keluaran dari throttle valve kedua. Karena nilai enthalpy tetap (sama
H 6=H 5=63
Btu
lbm . Ekspansi kedua ini akan berhenti pada saat
MAKALAH
26
TERMODINAMIKA-PEMICU 3 (PROSES SIKLIK)
DAFTAR PUSTAKA
ASME Steam Table-Compact Edition. Properties of Saturated and Superheated Steam in US
Cengel, Yunus. 2010. Thermodynamics: An Engineering Approach, 5th edition. New York:
McGraw Hill.
Himmelblau, David Mautner.1996. Basic Principles and Calculations in Chemical Engineering,
3rd edition. New Jersey : Prentice Hall PTR.
Moran, Michael J., Howard N. Saphiro. 2010. Fundamental of Engineering Thermodynamics,
3rd edition. Asia: John Wilet & Sons Pte Ltd.
Rajput, R.K. 2010. A Textbook of Engineering Thermodynamic, 4th edition. New Delhi : Laxmi
Publications.
Smith, J.M., H.C. Van Ness, and Abbott, MM. 1996. Introducing to Chemical Engineering
Thermodynamics, 5th edition. New York : McGraw Hill.
Smith, J.M., H.C. Van Ness, and Abbott, MM. 2001. Introducing to Chemical Engineering
Thermodynamics, 6th edition. New York : McGraw Hill.