Anda di halaman 1dari 9

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah


Industri pariwisata adalah salah satu sektor yang saat ini tengah
digandrungi dan menjadi komoditi non migas yang sangat diandalkan di suatu
negara dalam menerima pendapatan devisa. Sektor pariwisata telah banyak
dikembangkan di berbagai negara. Kegiatan wisata terjadi karena adanya
keterpaduan

antara

berbagai

fasilitas

yang

saling

mendukung

dan

berkesinambungan serta mempunyai peranan yang sama pentingnya yang sering


disebut juga komponen wisata (Suyitno, 1994: 24). Oleh karena itu, setiap negara
bersaing secara ketat dengan cara perbaikan dan peningkatan sarana dan prasarana
penunjang kegiatan wisata serta promosi yang dilakukan secara gencar dengan
harapan

memperoleh

tingkat

kunjungan

wisatawan

yang

tinggi

demi

meningkatnya penerimaan devisa.


Indonesia sebagai negara kepulauan atau negara maritim yang terdiri dari
gugusan lebih dari 17.000 pulau yang dihuni oleh beragam ras, suku, dan etnis
yang berbeda-beda. Masing-masing daerah tersebut memiliki keunggulan dan
kekhasan tersendiri. Indonesia merupakan negara kepulauan yang kaya akan
sumber daya alam. Hal ini merupakan modal untuk mengembangkan industri
pariwisata dengan memanfaatkan potensi alam dan budaya yang besar.
Pemandangan alam gunung, lembah, air terjun, hutan, sungai, danau, goa, dan
pantai merupakan sumber daya alam yang memiliki potensi besar untuk area
wisata alam. Dengan demikian, perekonomian negara dapat meningkat seiring
meningkatnya sektor pariwisata (Chalid Fandeli, 1995: 7).
Keberhasilan pembangunan sektor pariwisata nasional sangat didukung
oleh peran dan program peningkatan serta pengembangan potensi pariwisata
diseluruh wilayah Indonesia. Selain itu, sumber daya manusia juga diakui sebagai
salah satu komponen yang dianggap vital dalam pembangunan kepariwisataan.
Hampir setiap tahap dan elemen dari industry tersebut memerlukan sumber daya

manusia untuk mengelolanya. Singkatnya, peran sumber daya manusia sangat


menentukan eksistensi dari dunia pariwisata. (Pitana dan Diarta, 2009).
Pemberdayaan masyarakat merupakan proses perubahan struktur yang
harus muncul dari masyarakat, dilakukan oleh masyarakat, dan hasilnya ditujukan
untuk kesejahteran masyarakat. Proses perubahan tersebut berlangsung secara
alamiah dengan asumsi bahwa setiap anggota masyarakat sebagai pelaku-pelaku
social yang ikut dalam proses perubahan tersebut.
Strategi yang memungkinkan dalam upaya pemberdayaan sumber daya
manusia dalam bidang pariwisata adalah pengembangan pariwisata berbasis
masyarakat yang secara konseptual memiliki salah satu ciri unik yaitu pariwisata
berbasis masyarakat menemukan rasionalitasya dalam property dan ciri-ciri unik
dan karakter yang lebih unik diorganisasi dalam skala kecil, jenis pariwisata ini
pada dasarnya merupakan, secara ekologis aman dan tidak banyak menimbulkan
dampak negatif seperti yang dihasilkan oleh jenis pariwisata yang konveensional
(Nasikun, 2000:26-27).
Pariwisata berbasis masyarakat sebagai sebuah pendekatan pemberdayaan
yang melibatkan dan meletakkan masyarakat sebagai pelaku penting dalam
konteks paradigma baru pembangunan yakni pembangunan yang berkelanjutan
(sustainable development paradigma) pariwisata berbasis masyarakat merupakan
peluang untuk menggerakkan segenap potensi dan dinamika masyarakat, guna
mengimbangi peran 5 pelaku usaha pariwisata skala besar. Pariwisata berbasis
masyarakat tidak berarti merupakan upaya kecil dan lokal semata, tetapi perlu
diletakkan dalam konteks kerjasama masyarakat secara global. Pariwisata berbasis
masyarakat adalah pariwisata dimana masyarakat atau warga setempat
memainkan peranan penting dan utama dalam pengambilan keputusan
mempengaruhi dan memberi manfaat terhadap kehidupan dan lingkungan mereka
(Sunyoto Usman, 2008: 56).
Salah satu bentuk perencanaan yang partisipatif dalam pembangunan
pariwisata adalah dengan menerapkan Community Based Tourism (CBT) sebagai
pendekatan

pembangunan.Definisi

dari

CBT

yaitu

pariwisata

yang

menghitungkan aspek keberlanjutan lingkungan, social, dan budaya. CBT


merupakan alat pembangunan komunitas dan konsrvasi lingkungan. Dengan kata

lain, CBT merupakan alat untuk mewujudkan pembangunan pariwisata yang


berkelanjutan (Suansri, 2003: 14).
Kabupaten Mamuju merupakan salah satu kabupaten dalam Provinsi
Sulawesi Barat. Kabupaten ini memiliki luas wilayah sebesar 5.054,19 km2 yang
secara administratif terbagi ke dalam 11 kecamatan. Kabupaten Mamuju memiliki
daya tarik wisata yang menjadi primadona bagi para pengunjung khususnya pada
kegiatan snorkeling dan diving.
Pulau Karampuang menjadi salah satu daya tarik wisata unggulan yang
terdapat di Kabupaten Mamuju Provinsi Sulawesi Barat. Pulau Karampuang
terkenal akan keindahan lautnya. Pulau ini memiliki luas sekitar 6,21 km 2 atau
kurang lebih 3,88% dari luas Kabupaten Mamuju.
Selain pesona alamnya bawah laut yang memukau, lokasi Pulau
Karampuang cukup strategis sehingga sangat mudah untuk dijangkau. Pulau
Karampuang terletak sekitar 3 km dari kota Mamuju Provinsi Sulawesi Barat.
Waktu tempuh 15-20 menit dari pelabuhan Mamuju,pengunjung sudah bisa
sampai di Pulau Karampuang dengan menggunakan perahu motor.
Selain itu Pulau Karampuang dijadikan sebagai hutan kota, dan
pemerintah setempat telah memberdayakan pulau ini sebagai salah satu destinasi
wisata. Atraksi yang ditawarkan Pulau Karampuang yaitu wisata pantai disekitar
pulau, keindahan bawah laut yang berupa terumbu karang dan biota laut yang
indah dan juga hutan yang tepat berada ditengah-tengah pulau.
Namun apabila melihat kondisi aktual dari Pulau Karampuang saat ini,
masih banyak fasilitas penunjang yang masih perlu dibenahi atau kurang memadai
seperti, gazebo yang kurang memadai, kurangnya toilet umum bersih, dam
kurangnya penerangan pada saat malam hari.
Melihat dari kondisi tersebut maka Dinas Pariwisata Kabupaten Mamuju
sebagai motivator utama dari perkembangan dari industri pariwisata, dibutuhkan
peranannya baik dalam mengelolah maupun memasarkan produk-produk
pariwisata agar dapat menjadi sumber pendapatan yang pontensial bagi PAD
Kabupaten Mamuju. Dengan berbagai kebijakannya, diharapkan pemerintah
daerah mampu merangkul berbagai pemangku kepentingan atau stakeholder demi
mendukung Pulau Karampuang sebagai daya tarik wisata unggulan yang berdaya
saing dan berkelanjutan bertumpu pada pemberdayaan masyarakat.

Berdasarkan uraian tersebut, maka menjadi peneliti mengangkat judul


Konsep CBT dalam pengembangan daya tarik wisata Pulau Karampuang
Kabupaten Mamuju Provinsi Sulawesi Barat.
1.2 Rumusan Masalah
1.2.1 Bagaimana upaya pemerintah Kabupaten Mamuju dalam mengembangkan
1.2.2

pariwisata berbasis masyarakat (Community Based Tourism)?


Apakah saja faktorfaktor pendukung dan penghambat

dalam

pengembangan pariwisata berbasis masyarakat di Pulau Karampuang


1.2.3

Kabupaten Mamuju?
Bagaimana konsep pengembangan pariwisata berbasis masyarakat di
Pulau Karampuang Kabupaten Mamuju?

1.3 Batasan Masalah


1.3.1 Upaya pemerintah Kabupaten Mamuju dalam mengembangkan pariwisata
1.3.2

berbasis masyarakat.
Faktor pendukung dan penghambat dalam pengembangan pariwisata

1.3.3

berbasis masyarakat di Pulau Karampuang.


Konsep pengembangan pariwisata berbasis masyarakat di Pulau
Karampuang Kabupaten Mamuju.

1.4 Tujuan Penelitian


1.4.1 Untuk mengetahui upaya pemerintah Kabupaten Mamuju dalam
1.4.2

mengembangkan pariwisata berbasis masyarakat.


Untuk mengetahui faktor penghambat dan faktor pendukung dalam
pengembangan pariwisata berbasis masyarakat di Pulau Karampuang

1.4.3

Kabupaten Mamuju.
Untuk mengetahui konsep pengembangan pariwisata berbasis masyarakat
yang di Pulau Karampuang Kabupaten Mamuju.

1.5 Manfaat Penelitian


Beberapa kegunaan yang dapat diambil dalam kegiatan ini adalah sebagai
berikut:
1.5.1 Bagi Pemerintah, penelitian ini diharapkan nantinya mampu menjadi
bahan pertimbangan Pemerintah Daerah Kabupaten Mamuju dalam
1.5.2

penataan dan pengelolaan daya tarik wisata berbasis masyarakat.


Bagi Masyarakat, diharapkan agar hasil penelitian ini menjadi sumbangan
kepada masyarakat dalam menambah pengetahuan dan keterampilan

1.5.3

secara luas.
Bagi Penulis, diharapkan agar penelitian ini menjadikan penambah
pengalaman dan wawasan baru dalam kegiatan pengelolaan organisasi
terutama dalam sektor pariwisata. Selain itu, memperoleh pengalaman
nyata dan mengatuhui secara langsung situasi dan kondisi yang nantinya
yang akan menjadi bidang garapannya.

1.6 Metode Penelitian


Dalam penelitian ini, metode penelitian yang digunakan oleh peneliti
adalah jenis penelitian kualitatif. Dengan memanfaatkan wawancara terbuka
untuk memperoleh dan memahami informasi, pandangan, dan perilaku
individu atau sekelompok orang.
Sugiyono (2005) mendefinisikan metode penelitian kualitatif adalah
metode penelitian yang digunakan untuk meneliti pada kondisi obyek alamiah,
(sebagai lawannya adalah eksperimen) dimana peneliti adalah sebagai
instrumen kunci, tekhnik pengumpulan data dilakukan secara trianggulasi
(gabungan), analisis data bersifat induktif, dan hasil penelitian kualitatif lebih
menekankan makna dari pada generalisasi.

1.6.1

Objek dan Lokasi Penelitian


Penelitian ini mengambil lokasi di Kantor Dinas Pariwisata
Kabupaten Mamuju dan terjun langsung di Pulau Karampuang yang
menjadi objek penelitian. Dari Agustus hingga September 2016.

1.6.2 Jenis dan Sumber Data


1.6.2.1 Data Sekunder
Data Sekunder yaitu data yang diperoleh dari bahan dokumen,
bahan laporan atau catatan penting lainnya yang ada hubungannya dengan
penyusunan skripsi ini.
1.6.2.2 Data Primer
Data Primer yaitu data yang diperoleh dengan melakukan
penelitian langsung terhadap obyek penelitaian melalui wawancara,
kuesioner,dan observasi.

1.6.3

Teknik Pengambilan Sampel


Pengambilan sumber data/ subjek penelitian ini menggunakan
teknik purpose sampling yaitu pengambilan sumber data/ subjek yang
didasarkan pada pilihan penelitian tentang aspek apa dan siapa yang
dijadikan fokus pada saat situasi tertentu dan saat ini terus-menerus
sepanjang penelitian, sampling bersifat purposive yaitu tergantung pada
tujuan fokus suatu saat (Nasution, 2006 : 29). Dalam hal ini penentuan
sumber/subjek penelitian berdasarkan atas informasi apa saja yang
dibutuhkan.
Sedangkan menurut Sugiyono (2009: 54) Purpose Sampling adalah
tekhnik pengambilan sumber data/ subjek penelitian dengan pertimbangan
tertentu.

Caranya

yaitu,

peneliti

memilih

orang

tertentu

yang

dipertimbangkan akan memberikan data yang diperlukan, selanjutnya


berdasarkan data atau informasi yang diperoleh dari sumber data
sebelumnya itu, peneliti dapat menetapkan sumber data/ subjek peneltian
lainya yang dipertimbangkan akan memberikan data lebih lengkap.
1.6.4 Definisi Operasional Variabel
1.6.4.1 Community Based Tourism
Definisi CBT (Community Based Tourism) adalah suatu konsep
pendekatan yang lebih mengutamakan masyarakat lokal sebagai objek
dalam pembangunan pariwisata.
1.6.4.2 Pengembangan Pariwisata
Pengembangan pariwisata adalah suatu upaya yang dilakukan dalam
meningkatkan tingkat kunjungan wisatawan di suatu destinasi atau daya
tarik wisata seperti dengan adanya perbaikan sarana dan prasarana
pendukung kegiatan wisata, peningkatan infrastruktur, dsb.

1.6.4.3 Daya Tarik Wisata


Menurut UU No.10 Tahun 2009 tentang Kepariwisataan, menyebutkan
definisi dari daya tarik wisata adalah segala sesuatu yang memiliki
keunikan, keindahan dan nilai yang berupa keanekaragaman kekayaan
alam, budaya dan hasil buatan manusia yang menjadi sasaran atau tujuan
kunjungan wisatawan.
1.6.5

Teknik Analisis Data


Dalam penelitian ini penyusun mengunakan teknik analisis data
yang bersifat kualitatif, artinya data diperoleh dari dokumen berupa
jawaban atau keterangan bukan berupa angka-angka. Sedangkan teknik
analisa yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis deskriptif
kualitatif, yaitu data yang diperoleh dikumpulkan, dikelompokkan, atau
diinterpretasikan

berdasarkan

sifat

data

dan

kemudian

diadakan

interpretasi terhadap data yang didasarkan pada fakta serta didukung oleh
pemikiran yang kritis untuk memperoleh hasil yang berbobot.

DAFTAR PUSTAKA
Badan Pusat Statistik Kabupaten Mamuju 2016.
Chalid Fandeli. (1995). Dasar-dasar Manajemen Kepariwisataan Alam.
Yogyakarta: Liberty.
Nasikun. 2000. Sistem Sosial Indonesia. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.
Nasution S. (2006). Metode Research. Jakarta: Bumi Aksara.
Pitana, I Gde dan Diarta, I Ketut Surya. 2009. Pengantar Ilmu Pariwisata.
Yogyakarta: Penerbit ANDI.
Suansri, Potjana. 2003. Community Based Tourism Handbook. Thailand: REST
Project.
Sugiyono. (2009). Memahami Penelitian Kualitatif. Bandung: Alfabeta.
Sunyoto Usman. (2008). Pembangunan dan Pemberdayaan Masyarakat.
Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Suryo Sakti Hadiwijoyo. 2012. Perencanaan Pariwisata Pedesaan Berbasis
Masyarakat. Yogyakarta: Graha Ilmu.
Suyitno. (1994). Perencanaan Pariwisata. Yogyakarta: Kanisius.
Undang-Undang No.10 Tahun 2009 Tentang Keoariwisataan.
Nur Rika Puspitasari. 2012. PEMBERDAYAAN MASYARAKAT MELALUI
PENGEMBANGAN OBYEK WISATA OLEH KELOMPOK SADAR
WISATA

DEWABEJO

DI

DESA

BEJIHARJO,

KECAMATAN

KARANGMOJO, KABUPATEN GUNUNGKIDUL. Skripsi Fakultas Ilmu


Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta. Yogyakarta.
Husain,

Mirsyad.

2013.

PENGEMBANGAN

EKOWISATA

PULAU

KARAMPUANG KABUPATEN MAMUJU. Skripsi Fakultas Tekhnik


Universitas Hasanuddin. Makassar

Anda mungkin juga menyukai