Anda di halaman 1dari 34

Definisi Batuan Sedimen Karbonat

Batuan sedimen karbonat merupakan batuan dengan kandungan material


karbonat lebih dari 50 % yang tersusun atas partikel karbonat klastik yang
tersemenkan atau karbonat kristalin hasil presipitasi langsung.

Gambar : Jenis Batuan Sedimen Karbonat (Batugamping)


Secara umum batuan karbonat ini mengandung fase primer, sekunder dan
butiran reworked. Fase primer ini merupakan mineral presipitasi yang dihasilkan
oleh organisme, sementara mineral karbonat sekunder dihasilkan oleh presipitasi
alami non organik yang terjadi saat proses diagenesis berlangsung. Material
reworked ini sama dengan mekanisme yang terjadi pada batuan terigen klastik
yaitu hasil abrasi pelapukan batuan sebelumnya.

I Gusti Made Sukmawan (410014052)

Komponen Penyusun Batuan Sedimen Karbonat


Ada 4 komponen penyusun batuan sedimen karbonat yaitu skeletal
grain, non skeletal, micrite dan semen/sparit.

Skeletal grain
Merupakan butiran cangkang penyusun batuan karbonat yang terdiri dari

seluruh mikrofosil, butiran fosil ataupun pecahan dari fosil-fosil makro. Cangkang
ini merupakan allochem yang paling umum dijumpai dalam batugamping.

Gambar : Skeletal Grain berupa Fosil

Non skeletal grain


Merupakan komponen yang bukan berasal dari tubuh fosil atau murni hasil

presipitasi, terdiri atas ooid dan pisoid, peloid, pellet serta aggregat dan intraklast.
o Ooid adalah butiran karbonat yang berbentuk bulat atau elips yang
mempunyai satu atau lebih struktur lamina yang konsentris dan
mengelilingi inti. Inti penyusun biasanya partikel karbonat atau butiran
kuarsa. Ooid memiliki ukuran butir <2 mm dan apabila memiliki
ukuran >2 mm disebut pisoid.

I Gusti Made Sukmawan (410014052)

Gambar : Ooid dalam Sayatan Tipis


o Peloid merupakan butiran karbonat yang berbentuk bulat, elipsoid atau
meruncing yang tersusun oleh micrite dan tanpa struktur internal
ukuran dari peloid antara 0,1 - 0,5 mm.

Gambar : Peloid
o Pellet merupakan partikel berukuran <1 mm berbentuk spheris atau
elips dengan komposisi CaCO3. Secara genetic pellet merupakan
kotoran dari organisme.

I Gusti Made Sukmawan (410014052)

Gambar : Pellet dalam Sayatan Tipis


o Aggregat merupakan kumpulan dari beberapa macam butiran karbonat
yang tersemen bersama-sama oleh semen mikrokristalin atau
tergabung akibat material organik. Sedangkan intraklas ialah fragmen
dari sedimen yang sudah terlitifikasi atau setengah terlitifikasi yang
terjadi akibat pelepasan air lumpur pada daerah pasang surut/tidal flat.

Gambar : Aggregat dan Intraklast dalam Sayatan Tipis

I Gusti Made Sukmawan (410014052)

Micrite
Merupakan matriks yang biasanya berwarna gelap. Pada batugamping

hadir sebagai butir yang sangat halus. Micrite memiliki ukuran butir kurang dari 4
mikrometer. Micrite dapat mengalami alterasi dan dapat tergantikan oleh mosaik
mikrospar yang kasar.

Gambar : Micrite dalam Sayatan Tipis

Semen/sparit
Merupakan material halus yang menjadi pengikat antar butir dan mengisi

rongga pori yang terendapkan setelah fragmen dan matriks. Semen dapat berupa
kalsit, silika, sulfat atau oksida besi.

Gambar : Semen dalam Sayatan Tipis


Tekstur Batuan Sedimen Karbonat
I Gusti Made Sukmawan (410014052)

Ada 3 unsur yang mempengaruhi tekstur batuan sedimen karbonat yaitu


grain, massa dasar (matriks) dan semen.

Sortasi/pemilahan
Seperti halnya dalam batupasir derajat sortasi dalam batuan karbonat

merupakan fungsi dari mean grain size. Sebagai contohnya adalah dalam suatu
kasus sebagai berikut; bila semua material karbonat disusun oleh fosil, jadi hanya
satu sifat saja, maka sortasi akan bagus. Dan sebaliknya apabila material karbonat
umunya disusun oleh sebagaian fosil dan semen maka sortasinya buruk.

Rounding/kebundaran
Proses pembundaran di hasilkan oleh banyak factor yang kompleks dan

salah satunya adalah fosil yang merupakan indicator yang bagus untuk
menentukan daya abrasi.
Contoh ooid dan pellet sejak semula berada dalam keadaan bulat hingga tidak
dapat dipakai untuk menghitung dalam evaluasi pembundaran oleh abrasi dalam
suatu contoh batuan. Interklast pada umumnya mempunyai sifat amat lemah
I Gusti Made Sukmawan (410014052)

hingga akan cepat menjadi bundar, hal ini juga tidak dapat dipakai untuk
mengadakan evaluasi pembundaran oleh abrasi.
Dalam butiran yang sebagian besar mengandung ooid, pellet, atau interklast,
proses pembundaran dari setiap asosiasi fosil dapat dipakai sebagai indicator dari
tingkat keefektifan proses abrasi dari suatu lingkungan pengendapan. Akan tetapi
juga akan dijumpai banyak kesukaran yaitu dalam mengevaluasi pembundaran
dari proses abrasi karena banyak diantara fosil tersebut mempunyai bentuk yang
membulat seperti ecninodermata dan foraminifera. Kemungkinan proses
pembundaran dari cangkang-cangkang hanya akan terjadi di daerah pantai karena
di daerah pantai inilah terjadi proses pembundaran yang efektif oleh aktifitas
gelombang.
Klasifikasi Batuan Sedimen Karbonat
Klasifikasi yang sering digunakan untuk penentuan nama batuan sedimen
karbonat yaitu klasifikasi Folk (1959), Dunham (1962) yang kemudian
dikembangkan menjadi klasifikasi Embry & Klovan (1971).

Klasifikasi Folk (1959)


Dasar klasifikasi Folk (1959) yang dipakai dalam membuat klasifikasi ini

adalah bahwa proses pengendapan pada batuan karbonat sebanding dengan


batupasir, begitu juga dengan komponen-komponen penyusun batuannya, yaitu :
Allochem, sama dengan pasir atau gravel pada batupasir. Ada empat macam
allochem yang umum dijumpai yaitu intraklas, oolit, fosil dan pellet
Microcrystalline calcite ooze, sama dengan matrik pada batupasir. Disebut juga
micrite (mikrit) yang tersusun oleh butiran berukuran 1-4 mikrometer.
Sparry calcite (sparit), sama sebagai semen. Pada umumnya dibedakan dengan
mikrit karena kenampakannya yang sangat jernih. Merupakan pengisi rongga
antar pori.

I Gusti Made Sukmawan (410014052)

Gambar : Klasifikasi Folk (1959)

Klasifikasi Dunham (1962)


Didasarkan pada tekstur deposisi dari batugamping. Karena menurut

Dunham, dalam sayatan tipis, tekstur deposisional merupakan aspek yang tetap.
Kriteria dasar dari tekstur deposisi yang diambil Dunham (1962) berbeda dengan
Folk (1959).
Dasar yang dipakai oleh Dunham untuk menentukan tingkat energi adalah fabrik
batuan. Bila batuan bertekstur mud supported diinterpretasikan terbentuk pada
energi rendah karena Dunham beranggapan lumpur karbonat hanya terbentuk
pada lingkungan yang berarus tenang. Sebaliknya Dunham berpendapat bahwa
batuan dengan fabrik grain supported terbentuk pada energi gelombang kuat
sehingga hanya komponen butiran yang dapat mengendap.
Batugamping dengan kandungan beberapa butir (<10 %) di dalam matriks lumpur
karbonat disebut mudstone, dan bila mudstone tersebut mengandung butiran tidak
saling bersinggungan disebut wackestone. Lain halnya bila antar butirannya saling
bersinggungan disebut packstone atau grainstone; packstone mempunyai tekstur
grain-supported dan biasanya memiliki matriks mud. Dunham memakai istilah
boundstone untuk batugamping dengan fabrik yang mengindikasikan asal-usul
komponennya yang direkatkan bersama selama proses deposisi (misalnya :
pengendapan lingkungan terumbu). Dalam hal ini boundstone ekuivalen dengan
istilah biolithite dari Folk.

I Gusti Made Sukmawan (410014052)

Klasifikasi Dunham (1962) memiliki kemudahan dan kesulitan. Kemudahannya


adalah tidak perlunya menentukan jenis butiran dengan detail karena tidak
menentukan dasar nama batuan. Kelebihan yang lain dari klasifikasi ini adalah
dapat dipakai untuk menentukan tingkat diagenesis karena apabila sparit
dideskripsi maka hal ini bertujuan untuk menentukan tingkat diagenesis.
Kesulitan adalah di dalam sayatan petrografi, fabrik yang menjadi dasar
klasifikasi kadang tidak selalu terlihat jelas karena di dalam sayatan hanya
memberi kenampakan dua dimensi, oleh karena itu harus dibayangkan bagaimana
bentuk amensi batuannya agar tidak salah dalam penafsirannya.

Gambar : Klasifikasi Dunham (1962)

Klasifikasi Embry dan Klovan (1971)


Merupakan pengembangan dari klasifikasi Dunham (1962 dengan

membagi batugamping menjadi dua kelompok besar yaitu autochtonous limestone


dan allochtonous limestone berupa batugamping yang komponen-komponen
penyusunnya tidak terikat secara organis selama proses deposisi.

I Gusti Made Sukmawan (410014052)

Gambar : Klasifikasi Embry dan Klovan (1971)


Pembagian allochtonous dan autochtonous limestone oleh Embry dan
Klovan (1971) telah dilakukan oleh Dunham (1%2) hanya saja tidak terperinci.
Dunham hanya memakainya sebagai dasar pengklasifikasiannya saja antara
batugamping yang tidak terikat (packstone, mudstone, wackestone, grainstone)
dan terikat (boundstone) ditegaskan. Sedangkan Embry dan Klovan (1971)
membagi lagi boundstone menjadi tiga kelompok yaitu framestone, bindstone,dan
bafflestone, berdasarkan atas komponen utama terumbu yang berfungsi sebagai
perangkap sedimen. Selain itu juga ditambahkan nama kelompok batuan yang
mengandung komponen berukuran lebih besar dari 2 cm >10 %. Nama yang
mereka berikan adalah rudstone untuk component-supported dan floatstone untuk
matrix supported.

I Gusti Made Sukmawan (410014052)

LINGKUNGAN PENGENDAPAN

Lingkungan Laut
batuan karbonat dilaut bisa terbentuk diberbagai tempat mulai dari laut

transisi sampe deep basin (laut dalam). perhatikan skema yang dibuat oleh Wilson
(1975) dalam Raymond (2002).

diagram yang menunjukan penampang lingkungan lingkunga tempat


diendapkannya berbagai jenis batuan karbonat di laut (transisi sampe laut
dalam) menurut Wilson (1975), Read (1980) dalam Raymond (2002)
terdapat sembilan lingkungan pengendapan dari marine carboante rock yang
diketahui dari rekaman geologi (Bathurst 1975, J.L Wilson, 1975; J.F Read,
1980), lingkungan lingkungan ini adalah: basin, slope, ramps, shelf margin,
foreslope, reefs, dan carbonte builds up lainnya, open shelves, shoals, dan
platform marine environment. tiap lingkungan ini dicirikan oleh KEHADIRAN
fasies karbonat yang khas: litofasies, struktur, dan foisl yang hadir (seperti pada
I Gusti Made Sukmawan (410014052)

penjelasn tabel yang menyertai gambar 9.4 diatas). dua konfigurasi batas
kontinental yang hadir adalah satu dimana ada reef dan lereng curam di depanya
(ke arah laut dalam) kedua contental rise dengan carbonate ramp (paparan atau
lantai laut tempat carbonate ini mengendap liat ilustrasi diatas).
sesuai ilustrasi diatas kita bagi batuan karbonat (berdasarkan lingkunganya)
menjadi batuan (karbonat) basinal (basinal rock), slope rock, dan platform, shoal,
shelf, dan ramp carbonate rock.
basinal rock ini adalah kelompok batuan karbonat yang mengisi laut dalam,
dicirikan oleh thin bedded (lapisan tipis), berlaminasi, berwarna gelap (uunya
karboant halus mudstone dan wackestone). seringkali hadir bersama laminasi
(intercalated) dan interbeded (berselang seling) dengan mudrock. secara lokal
memiliki beberapa bed dengan ketebalan masif (Enos, 1974). maka tak heran
fasies karbonat ini dibeberapa kasus terkadang berasosiasi dengan endapan
turbidit (karena sama sama dikaki lereng laut dalam) yaitu fasies laminasi dari
turbidit non karbonat (C dan D) kontak selaras dengan faseis Tabc turbidit ke arah
distalnya. juga fasies Tbde turbidit (juga dengan fasies F olistrtorstomal mud dan
grain supported diamictite dan breccia yang juga hadir bersama basial carbonate
rock, dekat dengan batas cekungan (kata Fisher, 1969)). interbeded chert juga
hadir di lokasi ini (yah sama sama basinal rock om udah pada ke karsam kan?).
fosil bisa hadir disini meski dominan planktonik, bnetik juga bisa hadir dari laut
dangkal diangkut oleh arus turbidit (Boggs, 415). Hal hal yang aneh lagi bisa
hadir dari batuan karbonat yang diendapkan di lingkungan laut dalam disepanjang
spreading center dan seamount (gunung api laut dalam) dimana sedimen karbonat
yang ada disini mengisi lava bantal basaltik (dikenal sebagai interpillow
limestone gue gak tau siapa yang bikin istilah) atau layer tipis yang mentutupi
batuan ultramafic) jelas sekali karbonat yang disini semua rata rata non biogenik
(karena gak ada makhluk hidup yang bisa hidup disini kalo ada pasti dewa!).
adapun gamping merah yang kita liat singkapannya di melange rock karsam ini
belum banyak penjelasan bagaimana originnya, ada yang bilang karena
pigmentasi hematit oleh mikroba yang hadir disitu selama proses diagenesis

I Gusti Made Sukmawan (410014052)

(kaerna kita tahu karboanat pasti larut kalau melewati CCD jadi strukturnya harus
berubah agar kristalnya stabil) ada yang bilang murni diagensis tok dan yang lain
lainnya (semoga ada yang mau riset tentang ini.. ditunggu bos ditunggu
heoloho heoloho heoloho!).
Slope rock, slope (lereng) mencirikan batas transisi antara laut dangkal (shelf)
dan laut dalam (basin). sedimentasi karbonat di slope ini menghasilkan
batugamping mudstone dan wackestone, dengan grainstone secara lokal
(McLlreath, 1977, Cook dan Taylor, 1977, dalam Boggs 2006). Kabonat
countourite juga bisa hadir dalam bentuk perlapsisan tipis (thin bedded),
grainstone dan lime mudstone yang terpilah baik, secara lokal juga ada struktur
hardground yang menutupi. Berbeda dengan batuan yang hadir dibawahnya
(basinal rock), dimana submarine fan atau carbonate slope aprone tempat tubuh
endapan sedimen ini berada dicirikan oleh breksi karbonat, debris flow
(olistostromal) limestone, dan carbonate yang analog dengan faseis ala Mutti dan
Ricci-Lucchi (1972) fan facies yaitu A, C, F, dan G (J.E Sanders dan Friedman,
1967). Fasies A secara umum tebal dan masif, grainsupported conglomreate, dan
grainstone (karbonat). Grainstone di sikuen bouma hadir dalam bentuk perlapisan
tipes dari fasies C, dan berselang seling dengan lime mud dari fasies G (mutti
ricci). Fasies F nya diisi oleh bauan berupa breksi dan diamiktit. Klas, blok, atau
slab yang ada diisi oleh batuan berukuran cobble hingga boulder yang disusun
oleh pecahan reef, batuan shelf dengan ukuran beragam (bahkan ada yang sampe
ratuan meter) (Davies, 1997). Fragmen yang hadir diisi oleh lime mud (Mullins
dan Cook, 1986).
Batuan platform, shoal, shelf, dan ramp. Carbonate ramp dicirikan oleh adanya
permukaan lereng yang sangat landai memanjang dari shoer (pantai) sampai ke
tepi cekungan tanpa ada perubahan lereng mendadak (kemiringannya bertambah)
(Ahr, 1973; J.F Read, 1980a dalam Raymond 2002). Ramps lope secara khas
nilainya kurang dari 1. Batuan di ramp ini biasanya lebih terang sampai gelap,
berlapis tipis sampai tebal, skeletal grainstone, packstone, wackestone, dan lime
mudstone (J.F Read, 1980)

I Gusti Made Sukmawan (410014052)

Bagian butiran yang lebih kasar, lebih tebal, sedikit sampai tidak ada muddy rock
(grainstone) berkembang di bagian ramp yang lebih dangkal, dekta dengan shore,
dan disekitar carbonate buildups, dimana aksi gelombang menjadikan lingkungan
berenergi tinggi (sehingga fine particle sejenis mud gak bisa settling or ngendap).
Burrowing (erosi akibat aktivitas biogenik yang meninggalkan strutkur jejak)
kerjaan organisme laut cukup ekstensif di litofasies yang hadir di ramp. Perlapisan
yang hadir tipis sampai berbetuk nodular dan berselingan dengan shale terbentuk
dibagian yang lebih dalam dari carbonate ramp. Sebagain lainnya diisi struktur
burrow kemungkinan berstruktur gradasi atau terlaminasi (J.F Read, 1980).
Wackestone merupakan ciri yang hadir dalam carbonate mound (reef itu sendiri).
Ciri perbedaan petrologi antara ramp dan batuan shelf adalah, di lingkungan ramp,
sfasies grainstone dan packstone hadir kearah shore (ke pantai) sementara
litofasies yang muddy (mudstone dan kawan kawan yang halus :p) ke arah
seaward (menjauhi shore). Di shelf dan platform, gradasi berpola reverse, dan
poal butiran mengkasar keatas hadir, sementara dari reefnya sendiri bturan
mengaksar mendekati reef (tubuh moundnya) dan menghaslus ke arah darat
(terjadi jika reef hadir di shelf break). Shelf dibedakan dengan ramps karena
meiliki batas shelf yang kearah laut (seaward) yang berbeda, jika laut berupa laut
terbuka dan gelombang turbulensi badai dapat menyentuh bagian bawah
permukaan laut (shelf platform) maka dikenal sebagai shelf (atau continental
shelf), bila kemiringannya cukup siginifikan sebelum mencapai continental slope
maka dikenal sebagai ramp (bila ditumbuhi karbonat maka dikenal sebagai
carbonate ramp).

I Gusti Made Sukmawan (410014052)

(Fluegel, 1982)
batuan cenderung berwarna lebih gelap, abu abu, hijau, atau kecoklatan.
kebanyakan pegnendapan di shelf ini berada di below wave base, dimana aurs
mengangkut nutrisi bagi orannisme laut dan juga mentransportasikan sedimen
yang nantinya juga akan terperngkap dan terndapkan berama organisme ini. badai
yang datang kaang kadang juga mempengaruhi bagian dasar dari daerah shelf, dan
terbentuknya

struktur

hummocky

cross

stratification

(tempestite),

dan

fossiliferous packstone yang diendapkan oleh badai. Platform secara umum juga
adalah shelf atau daerah epicontinental yang tertutup oleh laut, yang menjadi
lingkungan tempat diendapkannya mateiral pasir dan beberapa lapisan karbonat
yang menutupinya (Irwin, 1965). air di platform adalah air laut, tapi terdapat
variasi salinitas. burrow umum dijumpai disini tapi alga yang paling melimpah
(Wilson, 1975). subenvironment di platform disi oleh sasnd flat, shoals, dan
carbonate buildups. batuannya berwarna gelap sampai agak terang, secara lokal
batuan karbonatnya bertekstur skeletal, grainstone, packstone, wackestone, dan
mudstone yang semuanya dibentuk di platofrm. grainstone dan packstone
terbentuk di shoal dan internshoal (sandflat) melalui reworking ombak dari
material karbonat yang sudah ada sebelumnya. skeletal grainstone dan packstone

I Gusti Made Sukmawan (410014052)

dapat hadir sebagai respon terhadap aktivitas badai dan perubahan muka air laut
(Sageman, 1996). litofoasies wackestone-mudstone dapat terbentuk diberbagai
carbonate buildups dan area di intershoal. batuan yang hadir dapat mengandung
pelletal, oolitic, dan skeletal. Carbonat Buildups (reef or terumbu), tersusun dari
cangkang organisme yang terperangkap hadir disitu membentuk framework
batuan karbonat (terumbu) berukuran pasir atau mud yang dibawa dari hasil
rusaknya alga dan organisme marine lainnya. maka butiran karbonat yang lebhi
kasar seperti boundstone- foatstone, bafflestone, framestone, dan crustonerudstone merupakan penciri penciri karbonat jenis ini. selain itu mekroba juga
membantu pembentukan framework ini menjadi padat (rigid) pada beberapa
buildups (Lehrmann, 1999). di mud mound, atau termasuk build up juga (cuma
lebih halus), cavity filling hadir membentuk tekstur wackestone. peloid hadir
dalam mudstone, packstone juga hadir dalam tipe buildups. Pada platform laut
terbuka yang jarang, selama fase level laut hihgstand, batugamping stromatolitik
dan dolostone terbentuk. stromatolit dicirikan oleh layer layer dengan ketebalan
seragam (isopahcous lamination diistilahkan oleh Raymond) yang tersusun oleh
kalsit atau dolomit. Shoals hadir di platform, shelves, dan ramps. di shoal ini,
fauna asli dapat terbatas dibandingin sama yang hadir di daerah latform sand flat.
kehadiran fosil yang ada kemudngkinan hasil rework daeir lingkungan lau tyang
lain seperti fossiliferous granstione (coquinas). shoal ini dalam batasan definitif
adalah lingkungan laut yang dangkal, dan aksi ombak sangat intens disini dalam
merework sedimen. batuan yang ada disini berwarana cerah (terang), fosiliferous
(skeletal) grainstone dan oolitic grainstone, plus packstone secara lokal bisa hadir
(Newell, Purdie, Imbrie, 1960). struktur cross bedding merupakan ciri yang umum
yang dibawa oleh ombak yang membawa sedimen rework tadi (Wilson, 1975).
Dibagian dangkal dari shelf dan ramp, tidal channel dapat hadir memotong
lingkungan lingkungan ini. channel ini akan terisi oleh packstone intraclast (P.M.
Harris, 1985). Reef dan Builup on bank, shelf, dan batas platform (dibagian tepi
shelf sebelum laut dalam). Bagian tepi dari shelf ini dicirikan dengan adanya reef
atau carbonate buld up atau mound. carbonate build up ini berasosiasi dengan
sedimen karbonat lain, juga dengan batuan sedimen silisiklastik di delta, fan delta,
beach, dan tidal flat (Wilson, 1975). marginal carbonate ini trmasuk bank margin,

I Gusti Made Sukmawan (410014052)

ramp belts and shoal, reefs, and mounds. Reef ini jenis carbonate buildup yang
dicirikan oleh: (1) litolgoi yang berbeda engan area disekitarnya, (2)
penampangnya lebih tebal dari batuan di area sekitarnya yang terbentuk
bersamaan, (3) secara signifikan kaya akan komponen organik, (4) bukti adanya
aktivitas arus (yang mempengaruhi tekstur di dalamnya) (Heckel, 1974).
Linkungan reef ini adalah lingkunga yang kompleks, dimana terjadi kombinasi
lingkungan berenergi tinggi dan rendah, hasilnya membentuk keberagaman
sedimen, strukturnya, jenis litologi yang hadir (Krebs dan Mounjoy, 1972).
Karena berbagai jenis linkungan yang hadir termasuk reef core, lagoonal areas (di
reef body), dan reef lank (foreslope), akan menghasilkan berbagai jenis batuan,
berbagai tipe bed, dan ketebalannya (Raymond, 2002). core reef ini diisi oleh
boundstone dengan warna yang terang (Shellstone, bafflestone, bindstone),
bergatung pada jenis organisme yang mengisinya dan lokasi dari reef ini (beach,
platform, ramp). bed yang tebal (masif) tersusun oleh lime mudstone, packstone,
dan grainstone, termasuk peloidal dan oolitic type, hadir dalam layer layer dan
lensa lensa diantara massa bounstone. di daerah lagoon atau reef flat, tipe batuan
dan litofasises yang hadir disini sama dengan yang ada di shoal. stromatolitic
layer hadir secara lokal, namun, dapat berselingan (interbed) dengan litofasies
lagoonal. floatstone dan rudstone dengan skeletal grainstone matrik hadir dimana
seimen reef flat dirework oleh gelombang atau arus (Viau, 1983). di reef flank
(foreslope), batuannya cerah-gelap-agak gelap (shaded), batuannya termasuk
mudstone,

wackestone,

skeltal

grainstone,

skeletal

packstone,

rudstone,

boundstone, breksi, dan carbonate olistostromal diamictite. bed yang ada beragam
dari tipis ampe tebel. beberapa grainstone dan packstone menunjukan pola foreset
bedding (J. L. Wilson, 1975).

I Gusti Made Sukmawan (410014052)

penampang melintang lingkungan reef serta litofasies yang mengisinya


mound ini berbeda dari reef, dimana reef ini merupakan suatu tubuh batuan
karbonat dengan susunan framework kasar. mound ini lebih halus fragmen
penyusunya alias dominan mud sebagai framework yang menyusunnya. carbonate
Cmound lebih dominan frameworknya disusun oleh cyanobacteria. Mound ini
Beddingnya tipis sampai massive, di flank dari mound ini hasil reworking (oleh
arus misalnya) akan terbentuk juga tekstur yang kasar seperti packstone dan
grainstone (Toomey dan Babcock, 1983).
batuan di mound ini berwarna gelap sampai terang dan umumnya berwarna abu
atau coklat (Raymond, 2002).

I Gusti Made Sukmawan (410014052)

contoh penampang mound berumur permian di new mexico AS.

Karbonat di Lingkungan Transisi


batuan karbonat yang terbenuk di linkgungan transisi termasuk daerah

intertidal dan subtidal di pantai, di teluk dan laggon, dan di sabkha. batuannya
termasuk ke alam beachrock, berbagai jenis tidal flat, mudstone sampai
grainstone, dan evaporit. Aktivitas evaporasi juga menjadi faktor pening dalam
mengontrol pengendapan karbonat di daerah ini. secara spesifik juga persipitasi
karbonat inorganik menjadi yang paling mungkin terjadi di area dengan tingkat
evaporasi tinggi. umumnya daerah dengan salinitas bervariasi di lingkungan
transisi menyebabkan distribusi organik juga tidak begitu banyak di daerah
transisi. tapi beberapa mikroba dapat hadir disini. secara lokal moluska
jumlahnya cukup berlimpah. Tidal flat, bay, dan lagoonal rock batuan karbonat
di tidal flat, bay dan lagoon bervariasi karakternya sebagai fungsi dari energi dari
lingkungan yang spesifik. tidal flat secara khas memiliki kondisi lingkungan
dengan energi low sampa moderate dan berada pada laut yang yang terlindung,
maka daerah ini akan dipengaruhi oleh tiga aktivitas tidal (pasang) supratidal,
intertidal, dan subtidal yang secara tidak langsung membentuk lingkungan (zona)
masing masing. Struktur yang hadir termasuk lapoisan yang tipis, alternasi bed
karbonat dan shale (ribbon rock); cross laminasi, irregular, dan tipis; kemudian
ada juga flat dan pebble round conglomeratic bed; mudcrack, burrow dan mineral
evaporoti cast, dan mold; laminasi stromatolitic, dan tepee structure (Hardie,
1977) itu kira kira struktur struktur yang ada di daerah ini. Batuan supratidal
secara khas berbeda, memilki struktur mudcrack, dan stormatolitic layering,

I Gusti Made Sukmawan (410014052)

struktur fenestrae juag hadir, tapi boundstone juga bisa hadir hingga konglomerat
dan breksi yang ikat oleh alga (kata Raymond, bagaimana prosesnya wallahualam
katanya sih ketika terjadi badai yang tadinya dominan mudstone yang dibentuk
algal malt dan terjadi rework oleh badai). dolostone chert berasoiasi dengan
proses alterasi diagenetik dari sedimen dipermukaan. hingga ke zona subsurface
dari daerah tidal flat. Berbagai warna termasuk merah, oren, kuning, coklat, abu
abu, dan putih dapat ditemui pada batuan di zona supratidal ini. Batuan intertidal
dan subtidal memiliki warna dan struktur yang berbeda. batuan intertidal secara
khas memiiki keterbelan yang tebal sampai sedang dengan tekstur wackestone dan
grainstone dari terang sampai jelas dan tidak memiliki laminasi. karena laminasi
dirusak oleh aktivitas burrowing. secara lokal hadir struktur struktur tertentu
seperti stromatolitic laminatin, hardground, dan fenestrae umum terjadi. beberapa
konglomerat intraklas konglomerat dan breksi juga hadir di zona intertidal (N.P
James, 1984). Batuan subtidal cenderng lebih gelap, mungkin karena tingginya
kandungan organiknya, dan mereka hampir tidak memiliki struktur sedimen.
skeletal lime mudstone, packstone, dan grainstone dapat hadir, tapi fosil yang
hadir biasanya tidak asli dari sini (rework). di subtidal-tidal channel, dengan arus
yang cukup kuat menghasilkan lag deposit (semacam clast supported
conglomerate) pada endapan ini ada juga fosil dalam bentuk floatsonte,
wackestone, packstone dan grainsonte (Shin, 1983 dalam raymond, 2002).
struktur cross bedding umum dijumpai selain itu ada juga point bar yang hadir
dalam tidal channel (Wilson, 1975).

di bay dan lagoon (laut tertutup), air

umumnya

sedimen

lebih

tenang

dan

yang

diendapkan

akan

lebih halus.lime mudstone, skeletal dan pelletal lime mudstone, wackestone,


packstone, dan grapestone secara khas hadir di lingkungan ini (Gebelein, 1973).
struktur yang lebih kasar seperti oolitic grainstone, skeletal packstone dan
wackestone dapat hadir pada daerah disekitarnya dengan arus yang kuat, dan
fauna (skeletal) kemungkinan sifatnya lokal (organiseme disekitar lagooon).
batuan lagoon umumnya berlaminasi atau tidak terlaminasi dan mungkin juga
terbioturbasi, tapi fauna yanghadir umumnya terbatas variasi dan keragamannya
dan aslinitasnya cukup tinggi (Ginsburg, 1956). dolostone dan stromatolit hadir
secara lokal (P.M Harris, 1985). Sabkha rock, sabhka ini merupakan jenis zona

I Gusti Made Sukmawan (410014052)

supratidal yang hanya hadir pada daerah kering dan semikering (semiarid).
dicirikan adanya batuan di sekitar mudflat, termasuk stromatolitic cryptalgal
boundstone, grainstone, dan pebble breccia dan konglomerat, tapi umumnya diisi
oleh evaporit (anhidrit, evaporit, dolostone dll). dolostone dan gipsum dalam
bentuk nodul hadir secara lokal dalam batuan dolomitik (Hardie, 1986). red beds
juga hadir disini, hanya pada daerah sekitar tidal flats. secara struktural red beds
ini berlaminasi, tak teratur, atau memiliki nodul. Beach rock dan beachrock,
beach adalah daerah dengan kemiringan yang hampir datar biasanya dibatasi oleh
garis pantai dan tebing batu di bagian belakangnya, diisi oleh klastika kasar
dengan sortasi baik. secara umum beach environment dibagi dua bagian foreshore
dan backshore. foreshore termasuk daerah antara high dan low tide. backshore,
suatu zona supratidal (dimana hanya mampu disentuh air jika pasang terjadi).
batuan yang ada dibleakang ini bisa saja hadir dan tidak hadir.
batuan di foreshore secara karakteristik merupakan grainstone. memiliki struktur
paralel laminasi, low-high angle crossbeds, dan vertical burrow (Multer, 1977).
seluruh fosil cangkang dapat terakumulasi menjadi grainstone, tapi hadir juga
bersamanya komponen non skeletal seperti ooid, intraklas dengan kebundaran
baik, termasuk juga klastika algal grain dan bioklastik seperti foraminifera,
moluska, koral, briozoa, dan echinodermata.
intraklas besar di beachrock atau keystone vugs merupakan jenis struktur
sedimen yang hampir mirip fenestrae structure (seperti dijelasin diatas), cuma
lebih terjadi pada butiran sedimen yang kasar, larut terus keisi pasir (biasanya) or
sparit (semen kalsit). struktur ini merupakan indikatro yang baik terhadap
petrogenesisi batuan di foreshore yang membentuk grainstone (Inden dan Moore,
1983). struktur struktur lainnya yang hadir di batuan foreshore ini ada cross bed
grainstone yang kemiringnanya cukup miring berasosiasi bersama fasies
supratidal. Beachrock merupakan istilah untuk batuan foreshore grainstone atau
konglomerat yang tersementasi oleh kalsit di pantai, langsung setalah pegendapan
terjadi (Ginsburg, 1953). batuan umumnya mengandung beberapa ciri dari
granstone foreshore, secara khas juga ada cross bedding yang ngisi. tapi struktur

I Gusti Made Sukmawan (410014052)

ini kadang bisa rusak karena intensitas arus yang kuat dan aktivitas biogenik.
(Jones dan Goodbody, 1984). Bagian dari supratidal dan beach area juga ada
istilah berm dan dune grainstone. disini ada laminasi lokal (wind driven) dibawa
angin membentuk ripple corssbeds. ketika batuan ini tersementasi akan
membentuk semen dengan pola kubik (kristalnya) kemungkinan ini garam (halit)
non karbonat (garam garam banyak di laut kan om?). layer cangkang secara lokal
bisa hadir, menunjukan aktivitas badai yang membentuk shell lags di berm, hadir
membentuk berm grainstone.

Batuan Karbonat Kontinental (karbonat di darat)


Batuan karbonat yang terbentuk di lingkungan kontinental (darat)

termasuk diantarnaya berjenis grainstone (yang originnya wind driven), alluvial


carbonte rock, lacustrine carbonate rock, spring deposits (dikenal juga travertine),
dan caliche. dari semua jenis jenis yang disebutin yang paling melimpah
jumlahnya di setting kontinen adalah lacustrine carbonate, kenapa danau? karena
dialah yang punya genangan air paling banyak, dan memiliki setting lingkungan
mirip laut maka ekosistemnya pas dan cocok buat organisme organisme penghasil
karbonat.
karbonat di danau kurang lebih mirip di laut (shelf) mereka juga punya lingkunga
shelf, shore, dan lain lain. detritus karbonat di danau ditransportasikan oleh arus
yang datang membawa fasies karbonat kasar (grain, wacke, di bagian shelf
dangkal), dan terkadang juga dijumpai marl (napal) dibagian lebih dalam di danau
(bagian tengah atau bagian yang lebih dalam dari danau). varved atau batuan
terlaminasi juga umum. stromatolitik dan algal baoundstone hadir di lingkungan
yang lebih dangkal, di daerah danau dengan temperatur sedang sampai tropis,
khususnya pada lake margin. fasies shore termasuk lime mudstone, grainstone,
dan packstone, yang juga secara lokal oolite dan atau bioklastik.

I Gusti Made Sukmawan (410014052)

Batuan karbonat alluvial


Merupakanjenis batuan kaya karbonat berupa shale, batupasir, dan

konglomreat yang menjadi ciri khas hasil proses fluvial dan lluvial. seperti pada
batuan di kondisi wilayah kering (arid), dimana klas karbonat extrabasinal
ditransportasikan oleh angin dan air, dan presipitasi karboant inorganik dan
biokimia di endapkan di alluvial fan juga berasosiasi dengn danu (terkadang) (E.
Nickel, 1985).
carbonate dune sands, biasanya bertstruktur cross bed, laminasi, dan secara lokal
terdapat grainstone berstruktur ripple marked (McKee dan Ward, 1983). dune ini
terbentuk di backshore area atau di coastal desert sand field (pantai yang kering
jadi bukan murni aeolian di gurun tapi pantai kering di daerah gurun yang dekat
laut). terkadang susah membedakan yang memang aeolian origin dengan yang di
shore origin. (Raymond, 2002).
Travertine, adalah batuan yang konsetnris, warna warni (*:D), terkadadang
disebut tufa (vuggy travertine) merupakan jenis batuan karbonat yang terbentuk
hasil presipitasi larutan karbonat yang dibawa oleh mata air, umumnya mata air
panas. silahkan maen ke mata air panas kalo ada endapan batuan warnanya putih
dan ngecos (setelah di tes ama HCL) itulah travertine. ketika air tanah (atau juga
mata air panas) melewati formasi batuan karbonat atau batuan dengan semen
karbonat maka akan ada karbonat yang larut dalam air, ketika air ini sampai di
permukaan (temperatur menurun) maka terbentuklah presipitasi karbonat dan
karbonatpun mengendap. begitcyu sob ceritanya..
caliche merupakan batuan dengan warna cerah sampai ternag, chalky, miciritic
(batuan karboant bertekstur sangat halus mirip mudstone lah), yang terbetnuk
hasil dari evaporasi dan presipitasi kalsit dalam tanah, sedimen (lepas) atau batuan
yang sudah ada sebelumnya (Bretz dan Horberg, 1949). caliche ini terbentuk hasil
presepitasi karbonat di material lepas (tanah) yang belum terkompaksi dan
terbentuk di permukaan. air tanah yang ada ditanah akan mampu membuat

I Gusti Made Sukmawan (410014052)

karbonat yang ada ditanah larut dan terpresipitasi secara lokal membentuk caliche.
caliche ini umumnya mengandung urat sparit, dan dapat juga mengandung pisolit,
rizolit, oolit, peloid, atau nodul, mengenai mekanisme bagaimana keterbentukan
coated grain ini dalam daerah yang kering (tanah karena biasanya dijumpai di
lingkungan berair)

I Gusti Made Sukmawan (410014052)

KOMPOSISI
Unsur kimia utama batugamping dikuasai oleh kalsium, magnesium,
karbon dan oksigen. Kalium sebagai kation utama (Ca +2) dan magnesium (Mg+2);
Fe, Mn dan Zn umumnya sebagai kation yang berjumlah sedikit. Anion yang
utama adalah CO32-, namun anion seperti SO42- , OH-, F- dan Cl- dapat juga hadir
dalam jumlah yang terbatas. Unsur/elemen jejak (trace elemen) yang biasa
dijumpai pada batuan karbonat meliputi B, Ba, P, Mg, Ni, Cu, Fe, Zn, Mn, V, Na,
U, Sr, Pb, K. Konsentrasi elemen jejak tersebut tidak hanya dikontrol oleh
minerologi batuan, tetapi juga dikontrol oleh jenis dan kelimpahan relatif butiran
cangkang

fosil

dalam

batuan.

Banyak

organisme

menghimpun

dan

menggabungkan elemen jejak tersebut ke dalam struktur cangkangnya.

Komposisi Mineral
Mineral penyusun batuan karbonat terbagi dalam tiga kelompok utama:

kelompok kalsit, kelompok dolomit dan kelompok aragonit (Tabel 6.1). Di antara
mineral karbonat dalam Tabel 6.1, hanya kalsit, dolomit dan aragonit yang
merupakan mineral utama dalam batugamping dan dolomit (batudolomit).
Aragonit bahkan merupakan penyusun utama batuan karbonat yang berumur
Kenozoikum dan karbonat moderen. Siderit dan ankerit sering sebagai semen dan
konkresi dalam beberapa batuan sedimen, tetapi jarang sebagai penyusun utama
dalam batuan karbonat. Mineral karbonat lain dalam Tabel 6.1 jarang dijumpai
dalam batuan karbonat.

MINERAL

SISTEM

KRISTAL
KELOMPOK KALSIT
Kalsit

Rombohedral

KOMPOSISI

KETERANGAN

KIMIA
CaCo3

Menguasai batugamping pada


batugamping,khususnya yang lebih

Magnesit

--

MgCo3

tua dari Tersier


Tidak umum pada batuan sedimen,
tetapi terbentuk pada endapan
evaporasi

I Gusti Made Sukmawan (410014052)

Rodosit

--

MnCo3

Tidak umum di batuan sedimen,


dapat terjadi di sedimen yang kaya
akan Mn berasosiasi dengan Fe-

Siderit

--

FeCo3

silikat
Terbentuk sebagai semen dan
konkresi pada serpih dan batupasir,
umum pada endapan batubesi
(ironstone) juga pada batuan
karbonat teralterasi oleh larutan

Smitsonit

--

ZnCo3

kaya Fe
Tidak umum pada batuan sedimen,
hadir berasosiasi dengan bijih Zn
dalam batugamping

KELOMPOK DOLOMIT
Dolomit

--

CaMg(Co3)2

Menguasai batudolomit, umumnya


juga berasosiasi dengan kalsit dan

Ankerit

--

Ca(Mg,Fe,Mn)

mineral evavorasi
Jauh lebih jarang dari pada dolomit,

(Co3)2

terbentuk di sedimen kaya Fe,


sebagai sedimen butiran atau
konkresi

KELOMPOK ARAGONIT
Aragonit

Ortorombik

CaCo3

Umum dijumpai pada sedimen


karbonat Resen, cepat peralterasi

Kerusit

--

PbCo3

menjadi kalsit
Terbentuk pada supergene lead ores

Strontianit

--

SrCo3

Terbentuk pada urat-urat pada

BaCo3

batugamping
Terbentuk dalam urat-urat yang

Witerit

--

berasosiasi dengan galena


Tabel 6.1: Mineral yang umum dijumpai pada batuan karbonat (disederhanakan
dari Boggs, 1992)

I Gusti Made Sukmawan (410014052)

Pengenalan tiga mineral utama batuan karbonat (kalsit, aragonit dan


dolomit) menjadi hal yang sangat penting dalam mempelajari komposisi batuan
karbonat. Akan tetapi, pengenalan itu sering mengalami kesulitan, baik secara
kasatmata (mata telanjang) maupun dengan bantuan mikroskop. Pengenalan
mineral karbonat akan jauh lebih mudah dilakukan dengan bantuan
teknik staining danetching. Sebagai contoh, dengan teknik staining aragonit akan
tampak hitam dengan larutan Fiegl (Ag2SO4+MnSO4), kalsit menunjukkan warna
merah bila bereaksi dengan larutan alizarin merah. Untuk lebih rinci tentang
teknik staining dan etching ini dapat baca pada Tucker (1988).

Proses Diagenesa Batuan Sedimen Karbonat


Proses diagnesa sangat berperan dalam menentukan bentuk dan karakter
akhir batuan sedimen yang dihasilkannya. Proses diagenesa akan menyebabkan
perubahan material sedimen. Perubahan yang terjadi adalah perubahan fisik,
mineralogi dan kimia. Pada batuan karbonat, diagenesa merupakan proses
transformasi menuju batugamping atau dolomit yang lebih stabil. Faktor yang
menentukan karakter akhir produk diagenesa antara lain :
1.

Komposisi sedimen mula-mula

I Gusti Made Sukmawan (410014052)

2.

Sifat alami fluida interstitial dan pergerakannya

3.

Proses kimia dan fisika yang bekerja selama diagenesa

Dengan melihat faktor-faktor tersebut dapat diketahui bahwa batuan karbonat


dengan komposisi utama kalsit akan mengalami proses diagenesa yang berbeda
dibandingkan dengan batuan karbonat yang berkomposisi dominan aragonit
maupun juga dolomit. Lingkungan pelarutan dan lithifikasi yang berbeda, misal di
lingkungan air laut dan air tawar akan menghasilkan batuan yang berbeda.
Demikian juga halnya dengan tekstur semen dan butiran batuan, juga akan
bervariasi bergantung pada tekanan dan temperatur lingkungan diagenesanya.
Lingkungan diagenesa yang berbeda akan memiliki proses kimia dan fisika yang
relatif berbeda pula, sehingga produk diagenesanya pun akan berbeda. Hal inilah
yang dapat dijadikan indikator untuk mengetahui lingkungan diagenesa yang
bersangkutan. Ada beberapa lingkungan diagenesa beserta produknya, yaitu:
1.

Marine (dicirikan oleh kehadiran semen aragonit, High Mg-Calcite)

2.

Lagoon (dicirikan oleh adanya dolomititsasi akibat proses evaporasi)

3.

Phreatic (dicirikan oleh kehadiran kalsit hasil pelarutan)

4.

Vadose (dicirikan oleh kehadiran kalsit hasil pelarutan)

5.

Burial (dicirikan oleh kehadiran kalsit hasil pelarutan tekanan/pressure


solution

Secara umum penggambaran diagenesa batuan karbonat adalah sebagai berikut:

I Gusti Made Sukmawan (410014052)

Sumber: http://www.geol.umd.edu/~hcui/Teaching/DiagenesisHuanCui.pdf

Proses-proses diagenesa batuan karbonat meliputi:

Pelarutan (Dissolution)
Merupakan proses melarutnya komponen karbonat yang terjadi saat fluida

pori tidak jenuh (undersaturated) oleh mineral-mineral karbonat. Pelarutan akan


terbantu oleh adanya mineral yang bisa larut (mineral karbonat yang tidak stabil
seperti aragonit dan Mg-calcite), serta nilai pH yang rendah (lingkungan menjadi
asam). Fluida air pori yang ada dalam ruang antar butiran pada batuan karbonat
biasanya akan sangat agresif melarutkan karbonat jika terkandung konsentrasi
gas CO2 yang disumbangkan oleh lingkungan sekitar (misalnya karbon dan
oksigen yang dilepaskan oleh jasad oganik). Pelarutan karbonat kurang banyak
terjadi di lingkungan laut. Tapi justru banyak terjadi pada lingkungan darat atau
manapun yang ada perkolasi (rembesan) dari air meteorik (air hujan maupun air
tawar). Bentang alam karst merupakan hasil dari proses pelarutan batuan
karbonat. Pembentukkannya dipengaruhi oleh proses pelarutan yang sangat tinggi
di bandingkan dengan batuan di tempat lainnya dimanapun. Proses pelarutan
tersebut umumnya dibarengi dengan proses-proses lainnya seperti runtuhan,
transport dalam bentuk larutan melalui saluran bawah tanah, juga longsoran dan
amblesan dipermukaan. Pelarutan yang terjadi secara terus menerus, pada
akhirnya menciptakan bentukan alam yang sangat beragam. Proses pelarutan
tersebut dapat digambarkan dalam reaksi kimia yaitu :
CaCO3

(batu gamping)

CO2+H2O ==> Ca2- + 2HCO3(air hujan)

(larutan batu gamping)

Salah satu bentangan Karst yang ada di Indonesia yaitu Kawasan Karst Gunung
Sewu, dimana daerah ini memiliki topografi Karst yang terbentuk oleh proses
pelarutan batuan kapur. Kabupaten Wonogiri merupakan bagian dari bentangan
Karst Gunung Sewu yang dimana daerah ini memiliki topografi karst yang
terbentuk oleh proses pelarutan batuan kapur.

I Gusti Made Sukmawan (410014052)

Secara umum, pelarutan karena pergerakan air melewati batuan karbonat akan
melarutkan mineral karbonat yang dilewatinya, maka imbasnya: (1) air akan
berubah kimianya (karena adanya konsentrasi ion karbonat di dalamnya), (2) air
akan masuk ke litologi berbeda atau sebaliknya air datang membawa material
asing dari batuan lain sebelum menerobos karbonat dan membawa sistem baru,
(3) perilaku pelarutan bergantung pada variabel kontrol kelarutannya (misalnya P,
T, Eh, PCO2, dll) (Raymond, 2002).
Pelarutan karbonat lebih intensif terjadi di daerah permukaan, sedangkan hal
sebaliknya terjadi di daerah bawah permukaan. Hal ini disebabkan karena
peningkatan temperatur pada kedalaman cenderung akan menurunkan tingkat
kelarutan karbonat. Kelarutan karbonat akan meningkat di kedalaman atau
dimanapun asalkan ada penambahan gas CO2 dalam air pori (yang bisa saja
berasal dari hasil pembusukan jasad organisme yang tertimbun), maka meskipun
temperatur meningkat kalau terdapat konsentrasi gas CO2dalam air pori, mineralmineral karbonat yang ada tetap akan larut.
Berikut adalah gambar sayatan batuan karbonat yang memperlihatkan bentukan
akibat proses pelarutan:

Sumber: http://www.psrd.hawaii.edu/Oct96/PAH.html

Sementasi (Cementation)
Merupakan proses presipitasi yang terjadi pada saat lubang antar pori

batuan karbonat terisi oleh fluida jenuh karbonat. Dalam proses ini butiran-butiran
sedimen direkat oleh material lain yang terbentuk kemudian, dapat berasal dari air
I Gusti Made Sukmawan (410014052)

tanah atau pelarutan mineral-mineral dalam sedimen itu sendiri. Proses ini
merupakan proses diagenetik yang penting untuk semua jenis batuan sedimen,
termasuk didalamnya batuan karbonat. Di lantai laut, sementasi terjadi di air
hangat dalam pori dari butiran ruangan antar butiran karbonat. Di meteoric realm
(lingkungan meteorik dimana pengaruh air yang hadir hanya dari hujan saja)
sementasi juga hadir disini, semennya dominan kalsit. Meskipun kondisi yang
mengontrol sementasi pada kedalaman kurang dipahami pasti, tapi beberapa
faktor dapat diketahui mengontrol hal ini. Air pori, peningkatan temperatur, dan
penurunan tekanan parsial dari karbondioksida merupakan faktor-faktor yang
diperlukan untuk presipitasi semen kalsit ini. Pada proses sementasi ini diperlukan
suplai kalsium karbonat secara mutlak. Sifat sementasi ini berlawanan dengan
pelarutan, dimana sementasi membuat mineral semen (karbonat) terpresipitasi,
sementara pelarutan akan merusak struktur mineral yang telah terbentuk.

Dolomitisasi (Dolomitization)
Merupakan proses penggantian mineral-mineral kalsit menjadi dolomit.

Dolomit mempunyai komposisi CaMg(CO3)2 dan secara kristalografi serupa


dengan kalsit, namun lebih besar densitasnya, sukar larut dalam air, dan lebih
mudah patah (brittle). Secara umum, dolomit lebih porous dan permeable
dibandingkan

limestone.

Dalam

proses

dolomitisasi,

kalsit

(CaCO3)

ditransformasikan menjadi dolomite (CaMg(CO3)2) menurut reaksi kimia :


2CaCO3 + MgCl3 ==> CaMg(CO3)2 + CaCl2
Menurut para ahli, batugamping yang terdolomitasi mempunyai porositas yang
lebih besar dari pada batugamping itu sendiri. Dolomitisasi bisa terjadi dilaut
dangkal-campuran fresh dan sea water, tidal flat, di danau, lagoon, dll, apalagi
kalau ada batuan yang mengandung Mg yang dilewati sungai-sungai dan
membawanya ke lingkungan dimana batu gamping berada atau terjadi.

Aktivitas Organisme (Microbial Activity)


Aktifitas organisme akan mempercepat atau memacu terjadinya proses

diagenesis lainnya. Organisme yang menyebabkan proses ini merupakan

I Gusti Made Sukmawan (410014052)

organisme yang sangat kecil (mikrobia) dimana aktivitas jasad renik sangat
berhubungan dengan proses dekomposisi material organik. Proses dekomposisi
material organik akan mempengaruhi pH air pori sehingga mempercepat
terjadinya reaksi kimia dengan mineral penyusun sedimen. Aktifitas mikrobia
antara lain fermentasi, respirasi, pengurangan nitrat, besi, sulfat dan pembentukan
gas metana. Organisme dalam lingkungan pengendapan karbonat merework
sedimen dalam bentuk jejak boring, burrowing, dan sedimen-ingesting activity
(memakan dan mencerna sedimen). Aktivitas ini akan merusak struktur sedimen
yang berkembang pada sedimen karbonat dan meninggalkan jejak-jejak
aktivitasnya saat organisme ini beraktivitas. Kebanyakan bioturbasi terjadi pada
sedikit di bawah permukaan pengendapan, setelah pengendapan material sedimen
dengan kedalaman beberapa puluh sentimeter. Proses ini akan membentuk
kenampakan yang khas pada batuan sedimen yang disebut struktur sedimen.
Semua jenis organisme kecil macam fungi bakteri, dan alga, membentuk
microboring dalam fragmen skeletal dan butiran karbonat lainnya yang berukuran
besar. Boring dan presipitasi mikrit dapat intensif di lingkungan yang berair
hangat dimana butiran karbonat menjadi berkurang dan terubah menjadi mikrit,
proses pada kondisi ini dikenal sebagai mikritisasi (Boggs, 2006). Di beberapa
kasus, aktivitas organisme ini dapat meningkatkan kompaksi batuan dan biasanya
merusak struktur sedimen yang halus seperti paralel laminasi (Purdy, 1965).
Selama proses ini beberapa organisme melepaskan material presipitasi yang bisa
menjadi fase semen dalam batuan (Raymond, 2002).

Mechanical Compaction
Merupakan proses diagenesa yang terjadi akibat adanya peningkatan

tekanan overburden. Seperti halnya pada batuan silisiklastik, kompaksi terjadi


karena adanya pembebanan sedimen yang berada diatasnya. Proses kompaksi ini
menyebabkan berkurangnya porositas batuan, karena terjadi juga thining
(penipisan) dari bed (perlapisan batuan) pada kedalaman dangkal. Seiring
bertambahnya kedalaman, tekanan juga akan bertambah, sedangkan porositas
karbonat berkurang sampai setengahnya atau lebih (porositas saat batuan

I Gusti Made Sukmawan (410014052)

mengendap) sekitar 50-60% pada kedalaman sekitar 100 m (Boggs, 2006). Proses
kompaksi ini terjadi karena adanya gaya berat/gravitasi dari material-material
sedimen yang semakin lama semakin bertambah sehingga volume akan berkurang
dan cairan yang mengisi pori-pori akan bermigrasi ke atas, menyebabkan
hubungan antar butir menjadi lebih lekat dan juga air yang dikandung dalam pori
terperas keluar.. Kompaksi menyebabkan berkurangnya porositas batuan karena
adanya rearangement (penyusunan ulang) dari butiran butiran yang jarang (tidak
bersentuhan) menjadi saling bersentuhan atau makin rapat. Ketika sedimen
pertama kali terendapkan tentu saja berupa material lepas (loose) dan sifatnya
porous (berpori), ketika kompaksi terjadi material lepas ini akan menjadi lebih
rapat dan padat yang otomatis akan mengurangi porositasnya.
Berikut adalah gambaran butiran sedimen karbonat sebelum dan sesudah
mengalami kompaksi:

Sumber: http://thekoist.files.wordpress.com/2012/07/rearangement-butiranakibat-kompaksi.jpg

Chemical Compaction
Pada kedalaman burial sekitar 200-1500 m, kompaksi kimia dari sedimen

karbonat dimulai. Tekanan larutan pada kontak antar butiran seperti pada
diagenesa sedimen klastik lainnya akan melarutkan permukaan butiran mineral
dan pada karbonat dapat membentuk kontak bergerigi. Pada skala yang lebih
besar pressure solution pada batuan karbonat membentuk pola bergerigi (zig-zag)
yang kita kenal sebagai struktur styolite. Styolite umumnya hadir pada batuan

I Gusti Made Sukmawan (410014052)

karbonat berbutir halus. Jadi pressure solution pada batuan karbonat diikuti
perkembangan strktur styolite, mencirikan hilangnya porositas dan thining
(penipisan) dari bed (perlapisan batuan).
Pada batuan karbonat terkadang tidak mengalami semua proses diagenesa
tersebut, namun biasanya justru hanya melalui beberapa proses diagenesa saja.
Proses diagnesa ini akan sangat berperan dalam menentukan bentuk dan karakter
akhir batuan sedimen yang dihasilkannya.

Daftar Pustaka :

Boggs, Sam. 2009. Petrology of Sedimentary Rocks. New York: Cambridge

University Press
http://thekoist.files.wordpress.com/2012/07/rearangement-butiran-akibat-

kompaksi.jpg
http://www.psrd.hawaii.edu/Oct96/PAH.html
https://hasangf.wordpress.com/2014/03/31/proses-proses-diagenesa-

batuan-karbonat/
https://riancr.wordpress.com/

I Gusti Made Sukmawan (410014052)

Anda mungkin juga menyukai