Anda di halaman 1dari 2

1.

Fraktur Pelvis
- Stable Ring Injury : Pasien tidak mengalami syok berat namun merasakan nyeri saat mencoba
berjalan. Terdapat nyeri tekan yang terlokalisasi namun jarang terdapat kerusakan pada organ
-

bagian dalam dari pelvis. Foto polos pelvis dapat memperlihatkan fraktur.
Unstable Ring Injury : Pasien biasanya mengalami syok berat, mengalami nyeri yang hebat
dan tidak dapat berdiri. Pasien juga tidak dapat buang air kecil. Nyeri tekan biasanya
menyebar dan merasakan sangat nyeri saat bergerak. Salah satu dari tungkai mungkin akan

mengalami anastesi karena cedera nervus sciatic.


Haemodynamic Instability : Fraktur akibat benturan keras pada pelvis merupakan cedera yang
sangat serius dan memiliki risiko kerusakan organ visceral, organ intraabdomen, dan
perdarahan retroperitoneal, syok, sepsis dan ARDS. Pasien harus diperiksa secara berulang
untuk mencari tanda hilangnya darah dan hipovolemik.
Penanganan tidak perlu menunggu diagnosis pasti, sangat penting untuk mengatur prioritas
dan bertindak sesuai informasi yang ada sambil menunggu diagnosis pasti. Penanganan dalam
konteks ini merupakan kombinasi dari diagnosis dan pengobatan.
Enam pertanyaan yang harus ditanyakan dan jawabannya dapat menentukan tindakan :
1. Apakah airway aman?
2. Apakah ventilasi paru adekuat?
3. Apakah pasien kehilangan darah?
4. Apakah terdapat cedera intraabdomen?
5. Apakah terdapat cedera pada kantong kemih atau uretra?
6. Apakah fraktur pelvis stabil atau tidak stabil?
Pasien dengan cederan berat, langkah pertama yang harus dipastikan adalah jalan napas
aman dan ventilasi tidak terganggu, resusitasi harus dimulai segera dan mengontrol
perdarahan yang aktif. Pasien kemudian secepatnya diperiksa untuk mencari multiple fraktur
dan jika perlu, fraktur yang terasa nyeri harus di spalak dan x-ray pelvis harus segera
dilakukan. Pada pasien dengan cedera yang sangat berat, eksternal fiksasi secepat mungkin

merupakan cara efektif untuk mengurangi perdarahan dan mengatasi syok.


2. Fraktur Femur
Pemasangan traksi disertai dengan spalak merupakan pertolongan pertama pada pasien
dengan fraktur batang femur. Hal ini dilakukan pada tempat terjadinya kecelakaan dan sebelum
pasien dipindahkan.
Hubungan antara fraktur batang femur dengan cedera lainnya, termasuk kepala, dada,
abdomen dan pelvis, meningkatkan potensi berkembangnya emboli lemak, ARDS dan kegagalan
mullti organ. Risiko dari komplikasi sistemik dapat dikurangi dengan stabilisasi fraktur segera.
Konsekuensi dari pasien dengan cedera multiple, terutama pasien dengan trauma dada berat harus
dilakukan stabilisasi dengan memasang fiksasi ekternal. Indikasi untyuk dilakukan traksi adalah :
1. Fraktur pada anak-anak
2. Kontraindikasi terhadap anastesi
3. Kurangnya kemampuan petugas atau fasilitas untuk dilakukan internal fiksasi
3. Fraktur Tibia
Dalam pengaruh anestesi, dilakukan aspirasi pada sendi dan secara perlahan diubah kedalam
posisi ekstensi penuh. Seringkali, fragmen fraktur kembali ke posisi semula dan pada hasil x-ray

terlihat bahwa fraktur berkurang. Sepanjang lutut tetap dalam keadaan ekstensi penuh, elevasi
fragmen dalam jumlah kecil dapat diterima jika terdapat blok terhadap ekstensi penuh atau
fragmen tulang masih bergeser, operasi untuk reduksi penting untuk dilakukan. Fragmen biasanya
berukuran lebih besar dari yang diperkirakan. Biasanya ditahan dengan menggunakan screw kecil.

Anda mungkin juga menyukai