Anda di halaman 1dari 22

LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN

KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH I


A. Konsep Dasar Penyakit
1. Konsep perubahan patologis
Kondisi patologis arteri coroner ini ditandai dengan penimbunan
lipid abnormal atau bahan lemak dan jaringan fibrosa pada dinding
pembuluh darah yang mengakibatkan perubahan struktur dan fungsi arteri
serta penurunan aliran darah ke jantung.
Penyakit arteriosclerosis mungkin disebabkan akibat kelainan
metabolise lipid, koagulasi darah, dan keadaan biofisika, serta biokimia
dinding arteri. Meskipun terdapat perbedaan pendapat antara beberapa ahli
mengenai bagaimana arteriosclerosis terjadi, namun telah disepakati
bahwa arteriosclerosis merupakan penyakit progresif, dapat dicegah, dan
pada beberapa kasus dapat dihilangkan.
2. Definisi
Aterosklerosis adalah penyakit kardiovaskular dicirikan oleh akumulasi
abnormal zat lemak atau berlemak dan jaringan fibrosa di dinding
pembuluh darah. Zat ini menyumbat atau mempersempit lumen,
mengurangi aliran darah ke miokardium. Aterosklerosis melibatkan
respons inflamasi berulang sehingga mencederai dinding arteri dan pada
akhirnya mengubah sifat struktural dan biokimia dinding arteri.
Gangguan vaskular yang membuat sumbatan dan penyempitan
pembuluh darah coronary artery dan menyebabkan berkurangnya aliran
darah dan supply oksigen ke otot jantung disebut sebagai CAD ( McCance
& Huether, 2005).

3. Etiologi

Penyebab tersering Coronary Artery Disease (CAD) adalah :


1.
2.
3.
4.
5.

Penyempitan lumen progresif akibat pembesaran plak.


Perdarahan pada plak ateroma
Pembentukan trombus yang diawali agregrasi trombosit
Embolisasi trombus / fragmen plak
Spasme arteria koronaria

Adapun faktor resiko yang dapat menyebabkan Coronary Artery Disease


(CAD) :
1.
a.
b.
c.
d.
e.
f.
g.
h.
i.
j.
k.

Faktor resiko yang dapat dimodifikasi


Kolesterol darah tinggi (hiperlipidemia)
Merokok sigaret, penggunaan tembakau
Peningkatan tekanan darah
Hiperglikemia (diabetes melitus)
Sindrom metabolik
Obesitas
Stress
Penggunaan kontrasepsi oral
Menopause
Kepribadian seperti kompetitif, agresif, ambisius
Geografi, insidensi lebih tinggi pada daerah industri

2. Faktor yang tidak dapat dimodifikasi


a. Riwayat keluarga positif ( kerabat derajat satu dengan penyakit
kardiovaskular di usia 55 tahun atau kurang untuk pria dan usia 65
tahun atau kurang untuk wanita).
b. Usia (lebih dari 45 tahun untuk pria, lebih dari 55 tahun untuk
wanita).
c. Jenis kelamin (pria mengalami penyakit kardiovaskular pada usia
lebih dini dibandingkan wanita).
d. Ras (insidensi lebih tinggi pada Afro-Amerika dibandingkan
Kaukasia).
4. Patofisiologi
Aterosklerosis dimulai ketika kolesterol berlemak tertimbun di intima
arteri besar sehingga disebut ateroma/plak yang akan mengganggu
absorbasi nutrien oleh sel-sel endotel yang menyusun lapisan dinding
pembuluh darah dan menyumbat aliran darah karena timbulan menonjol ke

lumen pembuluh darah. Endotel pembuluh darah yang terkena

akan

mengalami nekrotik dan menjadi jaringan parut sehingga lumen menjadi


semakin sempit dan berdinding kasar menyebabkan aliran darah terhambat
atau terhenti, kecuali sejumlah kecil aliran kolateral dari pembuluh
disekitarnya. Daerah otot yang sama sekali tidak mendapat aliran atau
mendapat begitu sedikitnya aliran sehingga tidak dapat mempertahankan
fungsi otot jantung, dikatakan mengalami infark. Seluruh proses ini
disebut infark miokardium.
Segera setelah mulai timbul infark, sejumlah kecil darah kolateral
meresap ke dalam daerah infark, dan hal ini bersama dengan dilatasi
progresif pada pembuluh darah lokal, menyebabkan daerah tersebut
dipenuhi oleh darah yang terbendung. Secara bersamaan, serat otot
memakai sisa akhir oksigen dalam darah, sehingga hemoglobin menjadi
tereduksi secara total menjadi berwarna biru gelap. Daerah yang
mengalami infark menjadi berwarna coklat kebiru-biruan dan pembuluh
darah dari daerah tersebut tampak mengembang walaupun aliran darahnya
kurang. Pada tingkat lanjut, dinding pembuluh manjadi sangat permeabel
dan membocorkan cairan, jaringan menjadi edematosa, dan sel otot
jantung mulai membengkak akibat berkurangnya metabolisme selular.
Dalam waktu beberapa jam tanpa penyediaan darah, sel-sel akan mati.
Pathway
Ateroskelosis atau Spasme Pembuluh Darah Coroner

Penyempitan pembuluh darah koroner

Iskemik pada arteri koroner

Hipoksia otot jantung

Metabolisme anaerob

Asam laktat meningkat


Reseptor saraf nyeri
terangsang

Asidosis

Fungsi ventrikel terganggu :

Kontraksi miokardium berkurang


Serabut-serabut memendek
Daya dan kecepatan kontaksi berkurang
Gerakan dinding miokardium abnormal

Nyeri daerah dada

Merangsang katekolamin
Vasokontriksi Perifer
Gangguan rasa nyaman
nyeri

Perubahan hemodynamic
(TD & Nadi meningkat ringan)

Cardiak output menurun

Penurunan curah
jantung

Tekanan jantung menningkat

Tekanan pada paru-paru

Sesak napas

Intoleransi aktifitas

MRS

Kurang pengetahuan

Ansietas

5. Tanda dan Gejala


Gejala dan komplikasi terjadi sesuai dengan lokasi dan derajat
penyempitan lumen arteri, pembentukan trombus, dan obstruksi aliran
darah ke miokardium. Gejala mencakup:
a. Iskemia
b. Nyeri dada : angina pektoris
c. Gejala atipikal berupa iskemia miokardium (sesak napas, mual, dan
d.
e.
f.

lemah)
Infark miokardium
Distrimia, kemantian mendadak.
Diaporesis

6. Pemeriksaan diagnostik
Prosedur diagnostic

yang

paling

sering

digunakan

untuk

menegakkan diagnosis ganguan pada system kardiovaskular adalah


pemeriksaan laboratorium, hemodinamika, radiografik, dan pemeriksaan
yang menggunakan prosedur grafik.
Elektrokardiogram (EKG)
Pemeriksaan

aktifitas

listrik

jantung

atau

gambaran

elektrokardiogram (EKG) adalah pemeriksaan penunjang untuk memberi


petunjuk adanya PJK. Dengan pemeriksaan ini kita dapat mengetahui
apakah sudah ada tanda-tandanya. Dapat berupa serangan jantung
terdahulu, penyempitan atau serangan jantung yang baru terjadi, yang
masing-masing memberikan gambaran yang berbeda.
Foto Rontgen Dada
Dari foto rontgen dada dapat menilai ukuran jantung, ada-tidaknya
pembesaran (Kardomegali). Di samping itu dapat juga dilihat gambaran
paru. Kelainan pada koroner tidak dapat dilihat dalam foto rontgen ini.
Dari ukuran jantung dapat dinilai apakah seorang penderita sudah berada

pada PJK lanjut. Mungkin saja PJK lama yang sudah berlanjut pada payah
jantung.
Pemeriksaan laboratorium
Dilakukan untuk mengetahui kadar trigliserida sebagai factor
resiko meningkat. Dari pemeriksaan darah juga diketahui ada-tidaknya
serangan jantung akut dengan melihat kenaikan enzim jantung.
Pemeriksaan analisa gas darah (AGD), dan pemeriksaan darah lengkap.
Treadmill
Berupa ban berjalan serupa dengan alat olah raga umumnya,
namun dihubungkan dengan monitor dan alat rekam EKG. Prinsipnya
adalah merekam aktifitas fisik jantung saat latihan. Dapat terjadi berupa
gambaran EKG saat aktifitas, yang memberi petunjuk adanya PJK. Hal ini
disebabkan karena jantung mempunyai tenaga serap, sehingga pada
keadaan sehingga pada keadaan tertentu dalam keadaan istirahat gambaran
EKG tampak normal.
7. Penatalaksanaan Medis
a. penatalaksanaan pada serangan akut
Penanggulangan rasa nyeri harus dilakukan sedini mungkin
untuk mencegah aktivitas saraf simpatis, karena aktivitas saraf
simpatis, karena aktivitas saraf simpatik ini dapat menyebabkan
takikardi, vasokontriksi, dan meningkatkan tekanan darah yang pada
gilirannya dapat memperberat beban jantung dan memperluas
kerusakan miokardium.
Tujuan penatalaksanaan adalah untuk menurunkan kebutuhan
oksigen janyung dan untuk meningkatkan suplai oksigen. perawat
perlu mengetahui penatalaksanaan medis yang umum dilakukan pada
fase serangan akut, sehingga perawat dapat memberikan implikasi
keperawatan pada klien dengan IMA.

Pentalaksanaan medis pada fase serangan akut dan sebagai


berikut:
1) Penanganan nyeri
Penanganan nyeri dapat berupa terapi farmakologi yaitu:
a) morphin sulfat
b) nitrat
c) penghambat beta (beta blocker)
2) membatasi ukuran infark miokardium
Penatalaksanaan yang diberikan bertujuan untuk membatasi
ukuran infark secara selektif yang dilakukan dengan upaya
meningkatkan suplai darah dan oksigen ke jaringan miokardium
dan untuk memelihara, mempertahankan, atau memulihkan
sirkulasi.
Keempat golongan utama terapi farmakologi yang diberikan
a)
b)
c)
d)

adalah :
antikoagulan
trombolitik
antilipemik
vasodilator perifer
Antikoagulan mencegah pembentukan bekuan darah yang
dapat menyumbatkan sirkulasi. trombolik, sering disebut sebagai
penhancur bekuan darah, menyerang dan melarutkan bekuan darah.
antilipemik, juga di sebut hipolipemik atau anthiperlipemik berefek
menurunkan konsentrasi lipid dalam darah. vasodilator perifer
bertujuan untuk meningkatkan dilatasi pembuluh darah yang
menyempit karena vasospasme. secara farmakologis, obat-obatan
yang dapat membantu membatasi ukuran infark miokardium
adalah antiplatelet, dan trombolitik.

3) Pemberian oksigen
Pemberian oksigen segera dimulai saata awitan (onset) nyeri
terjadi. oksigen yang dihirup akan langsung meningkatkan saturasi
darah. efektivitas terapeutik oksigen ditentukan dengan observasi
kecepatan irama pertukaran pernapasan. terapi oksigen dilanjutkan

hingga klien mampu bernapas dengan mudah. saturasi oksigen


dalam darah secara bersamaan diukur dengan pulsa-oksimetri
4) Pembatasan aktivitas fisik.
Istirahat merupakan cara efektif untuk membatasi aktivitas
fisik. pengurangan atau penghentian saluran aktivitas pada
umumnya akan mempercepat penghentian nyeri. klien boleh diam
tidak bererak atau dipersilahkan untuk duduk atau sedikit
melakukan aktivitas.

b. Penatalaksanaan jangka panjang


Menejemen penataksanaan jangka panjang pada klien yang
mengalami angina dapat dilakukan dengan :
1) pemberian
diuretik,
biasanya
menggunakan

derivat

Chlorodiatiazide 50 mg setiap pagi


2) pemberian Nitrates, secara sublingual sangat efektif sebagai upaya
preventif serangan angina. klien dianjurkan untuk meminum
Nitrogliserin 0,40,6 mg tablet secara sublingual 3-5 menit sebelum
melakukan aktivitas atai isosorbide Dinitrat 5 mg
3) pemberian penghambat beta, yang biasanya digunakan adalah
Propanolol 10 mg setiap tiga kali sehari. penghambat beta akan
mencegah serangan angina
4) antilipemik
5) latihan fisik, bertujuan untuk memulihkan kondisi fisik, mental,
sosial, serta vokasional seseoran seoptimal mungkin (setelah
mendapat serangan jantung atau mengalami pembedahan jantung).
dengan adanya latihan fisik, klien diharapkan mampu, melakukan
aktivitas dirumah maupun pekerjaan (lingkungan) secara pribadi
6) memperpanjang masa istirahat
7) tindakan pembedahan. angina pektoris dapat menetpkan sampai
bertahun-tahun dalam bentuk serangan ringan yang stabil. namun
bila menjadi tidak stabil penyakit ini dianggap serius. episode nyeri
dada menjadi lebih lebih sering dan berat, terjadi tanpa penyebab
yang jelas. bila gejala tidak dapat dikontrol dengan terapi

farmakologis yang memadai, maka tindakan invasif seperti


angioplasti

koroner

transluminal

perkutan

(percutaneous

Transluminal Coronary Angioplasty-PTCA) atau revaskularisasi


harus dipertimbangkan untuk mengoreksi penyebab utama, baik
dengan memperbaiki sirkulasi atau memberi suplai darah baru ke
area jantung yang mengalami iskemia.

B. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan


1. Data Fokus Pengkajian
a. Riwayat Kesehatan (Anamnesa)
Keluhan utama
Keluhan utama biasanya nyeri dada, perasaan sulit
bernapas, dan pingsan.
Riwayat kesehatan sekarang
Pengkajian riwayat penyakit sekarang yang mendukung
keluhan utama dilakukan dengan mengajukan serangkaian
pernyataan mengenai nyeri dada pada klien secara PQRST yang
meliputi:
Provokating incident : nyeri setelah beraktivitas dan tidak
berkurang dengan istirahat dan setelah diberikan nitrogliserin.
Quality of pain : seperti apa nyeri yang dirasakan atau
digambarkan klien. Sifat nyeri dapat seperti tertekan, di peras atau
di remas.
Region, radiation, relief : lokasai nyeri di daerah substernal atau
nyeri di atas pericardium. Penyebaran nyeri dapat meluas hingga
area dada. Dapat terjadi nyeri dan ketidakmampuan menggerakan
bahu dan tangan.

Severity (scale) of pain : klien ditanya dengan menggunakan


rentang 0-4 atau 0-10 (visual analogue scale-VAS) dank lien akan
menilai berat nyeri yang dirasakan. Biasanya saat angina terjadi,
skala nyeri berkisar 3-4 (0-4) atau 7-10 (skala 0-10).
Time : sifat mula timbulnya nyeri (onset). Biasanya gejala nyeri
timbul mendadak. Lama timbulnya (durasi) nyeri dada umumnya
lebih dari 15 menit, nyeri oleh infark miokardium dapat timbul
pada waktu istirahat, nyeri biasanya dirasakan lebih berat dan
berlangsung lebih lama. Gejala-gejala yang menyertai infark
miokardium meliputi dyspnea, berkeringat, ansietas, dan pingsan.
Riwayat kesehatan dahulu
Data ini diperoleh dengan mengkaji apakah sebelumnya
klien pernah menderita nyeri dada, hipertensi, diabetes militus atau
hiperlipidemia. Tanyakan obat-obat yang biasa diminum oleh klien
pada masa lalu yang masih relevan pada obat-obatan anti angina
seperti nitrat dan penghambat beta serta obat-obatan antihipertensi.
Riwayat kesehatan keluarga
Kaji

tentang

keluarga,anggota

penyakit

keluarga

yang

yang

pernah

meninggal,

dialami
dan

oleh

penyebab

kematian. Penyakit jantung iskemik pada orang tua yang timbulnya


pada usia muda merupakan factor resiko utam terjadinya penyakit
jantung iskemik pada keturunannya.
Pola aktivitas sehari-hari
Kaji situasi tempat bekerja dan lingkungannya. Kebiasaan
dan pola hidup dapat dikaji misalnya minum alohol atau obat
tertentu kebiasaan merokok dikaji dengan merokok sudah berapa
lama , berapa batang perhari, dan jenis rokok. Data biografi juga

merupakan adat yang perlu diketahui , nama , umur, jenis kelamin,


tempat tinggal, suku dan agama yang dianut oleh klien.
Data psikososial
Perubahan integritas ego terjadi bila klien menyangkal
takut mati, perasaan ajal sudah dekat, marah pada penyakit atau
perawatan yang tidak perlu, kuatir tentang keluarga pekerjaan dan
keuangan. Gejala perubahan integritas ego yang dapat dikaji adalah
klien menolak , menyangkal, cemas, kurang kontak mata, gelisah,
maah, perilaku menyerang , dan focus pada diri sendiri.

Perubahan interaksi sosoial yang dialami klien terjadi


karena stress yang dialami klien dari berbagai aspek seperti
keluarga, pekerjaan, kesuliatn biaya ekonomi atau kesulitan koping
ddengan stressor yang ada.

b. Pemeriksaan fisik
Keadaan umum
Pada pemeriksaan keadaan umum, kesadaran klien IMA biasanya
baik atau composmentis (CM) dan akan berubah sesuai tingkat
gangguan yang melibatkan perfusi system saraf pusat.
Sistem pernafasan
Klien terlihat sesak, frekuensi nafas melebihi normal dan
mengeluh sesak nafas seperti tercekik. Dispnea kardiak biasanya
ditemukkan. Sesak nafas terjadi akibat pengerahan tenaga dan
disebabkan oleh kenaikkan tekanan akhir diastolic ventrikel kiri
yang meningkatkan tekanan vena pulmonalis. Hal ini terjadi karena
terdapat kegagalan peningkatan curah darah oleh ventrikel kiri

pada saat melakukan kegiatan fisik. Dispsnea krdiak pada infark


miokardium yang kronis dapat timbul pada saat istirahat.
Sistem kardiovaskuler
Inspeksi adanya jaringan parut pada dada klien. Keluhan
lokasi nyeri biasanya di daerah substernal atau nyeri di atas
pericardium. Penyebaran nyeri dapat meluas di dada. Dapat terjadi
nyeri dan ketidakmampuan menggerakkan bahu dan tangan.
Clubbing finger sebagai respon terhadap hipoksemia arteri dimana
hormone tertentu menyebabkan dilatasi pembulu darah dari jarijari tangan dan kaki sianosis. Saat di palpasi denyut nadi perifer
melemah. Thrill pada IMA tanpa komplikasi biasanya tidak di
temukkan. Saat di auskultasi tekanan darah biasanya menurun
akibat penurunan volume sekuncup yang di sebabkan IMA. Bunyi
jantung tambahan akibat kelainan katup biasanya tidak di
temukkan pada IMA tanpa komplikasi. Saat di perkusi batas jantng
tidak mengalami pergeseran
Sistem persyarafan
Kesadaran umum klien biasanya CM. tidak di temukkan
sianosis perifer. Pengkajian objektif klien, yaitu wajah meringis,
perubahan postur tubuh, menangis, merintih, meregang dan
mengeliat yang merupakkan respon dari adanya nyeri dada akibat
infark pada miokardium.
Sistem perkemihan
Pengukuran volume output urine berhubungan dengan
intake cairan klien. Oleh karena itu, perawat perlu memonitoring
adanya oliguria pada klien dengan IMA karena merupakan tanda
awal syok kardogenik.
Sistem pencernaan

Klien biasanya mengalami mual dan muntah. Pada palpasi


abdomen di temukkan nyeri

tekan pada keempat kuadran,

penurunan peristaltic usus yang merupakkan tanda utama IMA.


Sistem muskuloskeletal
Aktivitas klien biasanya mengalami perubahan. Klien
sering merasa kelemahan, kelelahan, tidak dapat tidur, pola hidup
menetap, dan jadwal olahraga tidak teratur. Tanda klinis lain yang
di temukkan adalah takikardia, dispnea pada saat istirahat maupun
pada saat beraktivitas. Kaji higienis personal klien dengan
menanyakan apakah klien mengalami kesulitan melakukkan tugas
perawatan diri
Sistem endokrin
Tidak terdapat pembesaran kelenjar tiroid dan kelenjar
getah bening, perumbuhan badan sesuai dengan usia tidak ada
tremor pada anggota tubuh, tidak ada hiper atau hipo pigmentasi
pada area tubuh tertentu.

2. Diagnosa Keperawatan
1) Nyeri berhubungan dengan ketidakseimbangan suplai darah dan
oksigen dengankebutuhan miokardium akibat sekunder dari
penurunan suplai darah ke miokardium, peningkatan produksi asam
laktat.
2) Resiko tinggia penurunan curah jantung yang berhubungan dengan
perubahan frekuensi, irama, konduksi elektrikal.
3) Resiko tinggi ketidakefektifan pola nafas yang berhubungan dengan
pengembangan paru tidak optimal, kelebihan cairan dalam paru
akibat sekunder dari edema paru akut
4) Resiko tinggi gangguan perfusi perifer yang berhubungan
menurunnya curah jantung.

5) Intoleransi aktivitas yang berhubungan dengan penurunan perfusi


perifer akibat sekunder dari ketidak seimbangan anatar suplai
oksigen miokardium dengan kebutuhan.
6) Cemas yang berhubungan dengan rasa takut akan kematian,
ancaman, atau perubahan kesehatan
7) Ketidakefektifan koping individu

yang

berhubungandengan

prognosis penyakit, gambaran kesehatan.


8) Resiko ketidakefektifan penatalaksanaan program terapeutik yang
berhubungan dengan ketidakpatuhan terhadap aturan terapeutik,
tidak mau menerima perubahan pola hidup yang sesuai.

3. Intervensi Keperawatan
Tujuan utama intervensi yang diberikan adalah mencegah
nyeri, mengerungi resiko penurunan curah jantung, meningkatkan
kemampuan perawatan diri, mengurangi ansietas, menghindari
pemahaman yang salah terhadap sifat dasar penyakit, penyebab, dan
perawatan yang diberikan, mematuhi perogram perawatan diri dan
mencegah komplikasi.
Nyeri berhubungan dengan ketidakseimbangan suplai darah dan oksigen dengankebutuhan
miokardium akibat sekunder dari penurunan suplai darah ke miokardium, peningkatan
produksi asam laktat
Tujuan : Dalam waktu 1x24 jam terdapat penurunan respon nyeri dada
Kriteria : Secara subyektif, klien menyatakan penurunan nyeri dada, secara obyektif
didapatkan tanda vital dalam batas normal, wajah tidak meringis, tidak terjadi penurunan
perfusi perifer, produksi urine >600 ml/hari
Intervensi
Rasional
Catat karaktersitik nyeri, lokasi, intensitas, Variasi penampilan dan perilaku nyeri yang
lamanya dan penyebaran.
terjadi dianggap sebagai temuan pengkajiam
Anjurkan kepada klien untuk melaporkan Nyeri berat dapat menyebabkan syok
nyeri dengan segera.

kardiogenik yang berdampak pada kematian


mendadak.

Lakukan managemen nyeri keperawatan :

1. Atur posisi fisiologis

Posisi fisiologis dapat meningkatkan asupan


oksigen

ke

jaringan

yang

mengalami

menurunkan

kebutuhan

iskemia.
2. Istirahatkan klien
Istirahat

akan

oksigen jaringan perifer sehingga akan


menurunkan kebutuhan miokardium dan
akan meningkatkan suplai darah dan oksigen
ke miokardium yang membutuhkan oksigen
untuk menurunkan iskemia
3. Berikan oksigen tambahan dengan kanula Meningkatkan jumlah oksigen yang ada
nasal atau masker sesuai dengan indikasi

untuk

pemakaian

mengurangi

miokardium

sekaligus

ketidaknyamanan

sekunder

terhadap iskemia
4. Manajemen lingkungan: lingkungan tenang Lingkungan
dan batasi pengunjung

tenang

akan

menurunkan

stimulus nyeri ektrenal dan pembatasan


pengunjung akan membantu peningkatan
kondisi

oksigen

diruangan.

oksigen

diruangan akan berkurang apabila banyak


pengunjung yang berada diruangan.
Meningkatkan asupan oksigen sehingga akan
5. Ajarkan teknik relaksasi pernaf

menurunkan nyeri akibat sekunder dari


iskemia jaringan
Distraksi

6, Ajarkan teknik distraksi pada saat nyeri

(pengalihan

menurunkan

stimulus

perhatian)
internal

dapat
melalui

mekanisme peningkatan produksiendofrin


dan enfekalin yang dapat memblok reseptor

nyeri

sehingga

nyeri

tidak

dikirimkan

kekorteks serebri dan selanjutnya akan


menurunkan persepsi nyeri.
Manajemen sentuhan pada saat nyeri berupa
7. Lakukan manajemen sentuhan

sentuhan,

dukungan

psikologis

dapat

membantu menurunkan nyeri. Masase ringan


dapat meningkatkan aliran darah dan dengan
otomatis membantu suplai darah dan oksigen
ke area nyeri dan menurunkan sensasi nyeri.
Kolaborasi pemberian terapi farmakologis Obat-obatan
antiangina seperti :

antiangina

bertujuan

untuk

meningkatkan aliran darah baik dengan


menambahy suplai oksigen atau dengan
mengurangi kebutuhan miokardiun akan
oksigen.

Nitrat berguna untuk kontrol nyeri dengan

Antiangina ( Nitrogliserin)

efek vasodilatasi koroner.

Analgesik
intravena)

Morphin

2-5

mg Menurunkan nyeri hebat, memberikan


sedasi, dan mengurangi kerja miokardium.
Penghambat (adrenegik) beta menghambat

Penghambat beta seperti Atenolol, reseptor beta1 untuk pengontrol nyeri


melalui efek hambatan rangsang simpatis
Tonormin,
Pindolol
(Visken),
dengan demikian mengurangi denyut
Propanololl(inderal)
jantung,. Obat-obatan ini dipakai sebagai
antiangina,

antiaritma,

antihipertensi.Penghambat
sebagai

antiangina

denyut

jantung

miokardium,

obat

beta

karena
dan
ini

dan
efektif

mengurangi
kontraktilitas

efektif

dalam

mengendalikan

angina

varian

dengan

merelaksasikan arteri koroner dan dalam


meredakan angina klasik dengan mengurangi
kebutuhan oksigen.
Kolaborasi pemberian terapi farmakologis Antikoagulan dipakai untuk menghambat
antikoagulan :

pembentukan bekuan darah. Tidak seperti


trombolitik, obat ini tidak melarutkan bekuan

Heparin

yang sudah ada tetapi bekerja sebagai


pencegahan

pembentukan

Antikoagulan dipakai

bekuan

baru.

pada klien yang

memiliki gangguan pembuluh arteri dan vena


yang membuat mereka beresiko tinggi untuk
pembentukan bekuan darah.
Heparin adalah antikoagulan pilihan yang
membantu
Kolaborasi

pemberian

obat

mempertahankan

integritas

jantung.
terapi Trombolitik menghancurkan trombus dengan

farmakologis trombolitik.

mekanisme
plasminogen

fibrinolitik
menjadi

mengubah

plasmin,

yang

menghancurkan fibrin didalam bekuan darah


Kolaborasi

pemberian

nonfarmakologis:

terapi
Angioplasti koroner transluminal perkutan

(Angioplasti

Koroner adalah usaha untuk memperbaiki aliran darah

Transluminal Perkutam)

arteri koroner dengan menghancurkan plak

PTCA

atau ateroma yang telah tertimbun dan


mengganggu aliran darah ke jantung.
Tandur pintas arteri koroner bertujuan untuk

CABG

meningkatkan

asupan

suplai

darah

ke

miokardium dengan mengganti alur pintas.

Resiko tinggi penurunan curah jantung yang berhubungan dengan perubahan frekuensi,
irama, konduksi elektrikal.

Tujuan : dalam waktu 2x 24 jam tidak terjadi penurunan curah jantung


Kriteria : Hemodinamika stabil (tekanan darah dalam batas normal, curah jantung kembali
meningnkat, asupan dan keluaran

sesuai, irama jantung tidak menunjukan tanda-tanda

disritmia), produksi urine >600 ml/hari


Intervensi
Rasional
Ukur tekanan darah, bandingkan pemeriksaan Hipotensi dapat terjadi akibat disfungsi
darah kedua lengan, ukur dalam keadaan ventrikel, hipertensi juga fenomena umum
berbaring,

duduk,

atau

berdiri

bila berhubungan dengan nyeri cemas yang

memungkinkan.

mengakibatkan

Evaluasi kualitas dan kesamaan nadi.

katekolamin.
Penurutan curah jantung mengakibatkan

Auskultasi

dan

catat

terjadinya

jantungS3/S4

terjadinya

pengeluaran

menurunnya kekuatan nadi.


bunyi S3bberhubungan dengan gagal

jantung

kronis atau gagal mitra yang disertai infark


berat. S4 berhubungan dengan iskemika,
kekuatan ventrikel, atau hipertensi pulmonal.
Menunjukan gangguan aliran darahdalam

Auskultasi dan catat murmur

jantung akibat kelainan katup,kerusakan


Pantau frekuensi jantung dan irama.

septum, atau vibrasi otot papilaris.


Perubahan frekuensi dan irama jantung dapat

menunjukan adanya komplikasi disritmia.


Berikan makanan dengan porsi sedikit tapi Makanan dengan posi besar dapat
sering dan mudah dikunyah, batasi asuhan meningkatkan kerja miokardium. kafein
kafein

dapat merangsang langsung ke jantung


sehingga meningkatkan drekuensi jantung.

Kolaborasi:

pertahankan

heparin (IV) sesuai indikasi


pantau data laboratorium

jalur

IV

jantung, GDA dan elektrolit

pemberian Jalur yang paten penting untuk penberiab


obat darurat.
enzim Enzim dapat digunakan untuk memantau
perluasan

infark,

perubahan

elektrolit

berengaruh terhadap irama jantung.

Resiko kekambuhan yang berhubungan dengan ketidakpatuhan terhadap aturan terapeutik,

tidak mau menerima perubahan pola hidup yang sesuai.


Tujuan : Dalam waktu 1x24 jam klien mengenal faktor-faktor yang menyebabkan
peningkatan resiko kekambuhan.
Kriteria evaluasi : klien secara subjektif menyatakan bersedia dan termotivasi untuk
melakukan aturan terapeutik jangka panjang dan mau menerima perubahan pola hidup yang
efektif, klien mampu mengukang faktor-faktor resiko kekambuhan.
Intervensi
Rasional
Identifikasi
faktor
yang
mendukung Keluarga terdekat baik suami/istri atau anak
pelaksanaan terapeutik.

yang mampu menerima penjelasan dapat


menjadi pengawas klien dalam menjalankan
pola hidup yang efektif selama klien di rumah
dan memiliki waktu yangg optimal dalam

Berikan

penjelasan

menjaga klien.
penatalaksanaan Setelah mengalami serangan akut, perawat

terapeutik lanjutan.

perlu menjelaskan penatalaksanaan lanjutan


dengan tujuan dapat:

membatasi ukuran infark


menurubkan nyeri dan kecemasan
mencegah aritmia dan komplikasi

Berikan penjelasan tentang:

pemakaian obat Nitrogliserin.

Meminum obat Nitrogliserin (veno dilatasi


perifer dan koroner) 0,4/0,6 mg tablet secara
sublingual 3-5 menit sebelum melakukan
aktivitas

bertujuan

untuk

mengantisifasi

serangan

angina.

klien dianjurkan untuk selalu membawa obat


tersebut setiap keluarrumah walaupun klien
tidak merasakan gejala angina.

perubahan pola aktivitas

Exertion.

aktifitas

merupakan

presipitasi

yang

berlebihan

serangan

angina

kembali. klien dianjurkan untuk mengurangi


kualitas kegiatan fisik dari yang biasa klien

lakukan sebelum gejala angina.


Konsumsi banyak makanan yang terbuat dari
tepung

pendidikan kesehatan tentang diet

merupakan

salah

satu

faktor

pretisipasi serangan angina. aktivitas yang


dilakukan setelah makan yang cukup banyak
dapat meningkatkan resiko angina. klien
dianjurkan agar beraktivitas minimal satu jam
setelah makan. pemberian makanan sedikit
tapi sering akan mempermudah saluran
pencernaan dalam mencerna makanan sangat
dianjurkan pada klien setelah mengalami
serangan angina.

merokok akan meningkatkan adhesi


trombosit

sehingga

merangsang

pembentukan trombus pada arteri

hindari merokok

koroner
hemoglobin lebih mudah berikatan
dengan

karbon

dibandingkan

monoksida

dengan

oksigen

sehingga akan menurunkan asupan

oksigen secara umum.


nikotin dan tar mempunyai respon
terhadap
vasokontriktor

sekresi

hormon

sehingga

akan

meningkatkan beban kerja jantung.


Klien dianjurkan untuk menghindari terpaan
angin dan suhu yang sangat dingin dengan
tujuan serangan angina dapat di hindari.

Penutupan hidung dan mulut saat klien


membuka pintu dapat mengurangi terpaan

anin yang masuk ke saluran pernapasan.

hindari dingin

menganjurkan klien mengunakan selimut


saata tidur dapat mengontrol suhu yang baik
bagi klien.
Klien dianjurkan untuk menghindari manuver
dinamik (lihat kembali pembahasan pada bab
2) seperti berjongkok, mengejan, dan terlalu
lama menahan napas yang merupakan faktor

presipitasi

timbulnya

melakukan

defekasi,

mengkonsumsi

hindari menuver dinamik

angina.
klien

laksatif

dalam
dianjrkan

agar

dapat

mempermudah pola defekasi klien.


Jika hubungan seksual berupakan salah satu
faktor presipasi angina pada klien, maka
sebelum melakukan aktivitas seksual klien,
dianjurkan

meminum

Nitrogliserin

atau

sedatif atau keduannya. pengaturan aktivitas


fisik

yang

minimal

pada

klien

ketika

melakukan aktivitas seksual harus dijelaskan

pendidikan

kesehatan

tentang

termasuk pada pasangannya.

hubungan seksual
Konsumsi

garam

yang

tinggi

akan

meningkatkan dan memperberat serangan


angina karena akan meningkatkan tekanan
darah. pemberian obat diuretik dilakukan
untuk mempercepat penurunan garam dalam
sirkulasi.

Serangan angina lebih sering terjadi pada

pembatasan asupan garam

klien

yang

mengalami

kecemasan,

ketegangan, eforia, atau kegembiraan yang


berlebihan. pemberian obat sedatifringan
seperti Diazepin dapat mengurangi respons
lingkungan yang memberi dampak stres
emosional. klien dianjurkan untuk melakukan
curah pendapat pada perawat dengan tujuan

untuk

stres emosional

mengurangi

ketegangan

kecemasan.
Dapat membantu meningkatkan motivasi

Beri dukungan secara psikologik

klien dalam mematuhi aturan terapeutik.

Daftar Pustaka
Brunner & Suddart. 2011. Keperawatan Medikal Bedah edisi 12. Jakarta :
Penerbit

dan

Buku Kedokteran EGC

Muttaqin,A. 2009. Asuhan Keperawatan Klien dengan Sistem Kardiovaskular.


Jakarta: Salemba Medika
Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa Medis dan NANDA NIC-NOC 2015

Anda mungkin juga menyukai