Anda di halaman 1dari 10

C.

Penelitian Korelasional
1. Pengertian
Metode berasal dari Bahasa Yunani methodos yang berarti cara atau jalan
yang ditempuh. Sehubungan dengan upaya ilmiah, maka, metode menyangkut
masalah cara kerja untuk dapat memahami objek yang menjadi sasaran ilmu yang
bersangkutan (wikipedia, 2015) Menurut Rothwell & Kazanas dalam Apipah
(2013) metode adalah cara, pendekatan, atau proses untuk menyampaikan
informasi. Menurut Sugiyono (2014) Metode adalah cara ilmiah untuk
mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu. Sedangkan penelitian
adalah suatu proses penyelidikan secara sistematis yang ditujukan pada
penyediaan informasi untuk menyelesaikan masalah-masalah (Cooper & Emory,
dalam Apipah, 2013). Penulis menyimpulkan metode penelitian adalah proses
ilmiah yang sistematis yang bertujuan untuk mendapatkan dan sehingga dapat
memahami obyek yang menjadi sasaran ilmu.
Penelitian korelasi atau korelasional adalah suatu penelitian untuk
mengetahui hubungan dan tingkat hubungan antara dua variabel atau lebih tanpa
ada upaya untuk mempengaruhi variabel tersebut sehingga tidak terdapat
manipulasi variabel (Faenkel dan Wallen, 2008) Sementara Suryabrata (2012),
mengemukakan penelitian korelasional melibatkan pengumpulan data untuk
menentukan apakah, dan untuk tingkatan apa, terdapat hubungan antara dua atau
lebih variabel yang dikuantitatifkan. Tingkatan hubungan diungkapkan sebagai
suatu koefesien korelasi, yaitu alat statistik untuk menerangkan keeratan
hubungan antara dua variabel atau lebih.
Dapat disimpulkan bahwa penelitian korelasi adalah penelitian yang
dilakukan untuk mengetahui hubungan antara variable tanpa adanya manipulasi
variable baik variable kontrol ataupun variable bebas.
2. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian korelasional menurut Suryabrata (1994:24) adalah untuk
mendeteksi sejauh mana variasi-variasi pada suatu faktor berkaitan dengan
variasi-variasi pada satu atau lebih faktor lain berdasarkan pada koefisien korelasi.
Sedangkan menurut Gay dalam Emzir (2007:38); Tujuan penelitian korelasional

adalah untuk menentukan hubungan antara variabel, atau untuk menggunakan


hubungan tersebut untuk membuat prediksi.
Dapat disimpulkan Tujuan utama penelitian korelasional adalah untuk
menjelaskan fenomena penting melalui identifikasi hubungan diantara variabelvariabelnya. Khususnya dalam psikologi perkembangan dimana penelitian
eksperimental sulit didesain secara khusus, sehingga pada umumnya dipelajari
melalui analisis hubungan antara beberapa varibel.
3. Prosedur Penelitian
Menurut Gay (1981) studi hubungan dan studi prediksi mempunyai karakteristik
unik yang membedakan keduanya, proses dasar keduanya sama. Lebih lanjut ia
menjelaskan prosedur dasar penelitian korelasional yang meliputi:
1)
2)
3)
4)

Pemilihan masalah
Pemilihan sampel dan pemilihan instrument
Memilih desain dan prosedur
Menganalisa data serta interpretasi

4. Karakteristik Penelitian Korelasional


Karakteristik penelitian korelasional antara lain :

Penelitian macam ini cocok dilakukan bila variabel-variabel yang diteliti


rumit dan/atau tak dapat diteliti dengan metode eksperimental atau tak dapat
dimanipulasi.

Studi macam ini memungkinkan pengukuran beberapa variabel dan saling


hubungannya secara serentak dalam keadaan realistiknya.

Output dari penelitian ini adalah taraf atau tinggi-rendahnya saling hubungan
dan bukan ada atau tidak adanya saling hubungan tersebut.

Dapat digunakan untuk meramalkan variabel tertentu berdasarkan variabel


bebas.

5. Jenis-jenis Penelitian Korelasional


1) Penelitian Hubungan
Penelitian hubungan, relasional, atau korelasi sederhana (seringkali hanya
disebut korelasi saja) digunakan untuk menyelidiki hubungan antara hasil
pengukuran terhadap dua variabel yang berbeda dalam waktu yang bersamaan.
Penelitian ini bertujuan untuk menentukan tingkat atau derajat hubungan antara

sepasang variabel (bivariat). Lebih lanjut, penelitian jenis ini seringkali menjadi
bagian dari penelitian lain, yang dilakukan sebagai awal untuk proses penelitian
lain yang kompleks. Misalnya, dalam penelitian korelasi multivariat yang meneliti
hubungan beberapa variabel secara simultan pada umumnya selalu diawali dengan
penelitian hubungan sederhana untuk melihat bagaimana masing-masing variabel
tersebut berhubungan satu sama lain secara berpasangan.
Dalam penelitian korelasi sederhana ini hubungan antar variabel tersebut
ditunjukkan oleh nilai koefisien korelasi. Nilai koofisien korelasi merupakn suatu
alat statistik yang digunakan untuk membantu peneliti dalam memahami tingkat
hubungan tersebut. Nilai koefisien bervariasi dari -1,00 sampai +1,00 diperoleh
dengan menggunakan teknik statistik tertentu sesuai dengan karakter dari data
masing-masing variabel.
Pada dasarnya, desain penelitian hubungan ini cukup sederhana, yakni
hanya dengan mengumpulkan skor dua variabel dari kelompok subjek yang sama
dan kemudian menghitung koefisien korelasinya. Oleh karena itu, dalam
melakukan penelitian ini, pertama-tama peneliti menentukan sepasang variabel
yang akan diselidiki tingkat hubungannya. Pemilihan kedua variabel tersebut
harus didasarkan pada teori, asumsi, hasil penelitian yang mendahului, atau
pengalaman bahwa keduanya sangat mungkin berhubungan.
2) Penelitian Prediktif
Dalam pelaksanaan di bidang pendidikan, banyak situasi yang
menghendaki dilakukannya prediksi atau peramalan. Pada awal tahun ajaran baru,
misalnya, setiap sekolah karena keterbatasan fasilitas, seringkali harus menyeleksi
para pendaftar yang akan diterima menjadi calon siswa baru.
Penelitian korelasi jenis ini memfokuskan pada pengukuran terhadap satu
variabel atau lebih yang dapat dipakai untuk memprediksi atau meramal kejadian
di masa yang akan datang atau variabel lain (Borg & Gall dalam Abidin, 2010).
Penelitian ini sebagaimana penelitian relasional, melibatkan penghitungan
korelasi antara suatu pola tingkah laku yang kompleks, yakni variabel yang
menjadi sasaran prediksi atau yang diramalkan kejadiannya (disebut kriteria), dan
variabel lain yang diperkirakan berhubungan dengan kriteria, yakni variabel yang

dipakai untuk memprediksi (disebut prediktor). Teknik yang digunakan untuk


mengetahui tingkat prediksi antara kedua variabel tersebut adalah teknik analisis
regresi yang menghasilkan nilai koefisien regresi, yang dilambangkan dengan R.
Perbedaan yang utama antara penelitian relasional dan penelitian jenis ini
terletak pada asumsi yang mendasari hubungan antar variabel yang diteliti. Dalam
penelitian relasional, peneliti berasumsi bahwa hubungan antara kedua variabel
terjadi secara dua arah atau dengan kata lain, ia hanya ingin menyelidiki apakah
kedua variabel mempunyai hubungan, tanpa mempunyai anggapan bahwa variabel
yang muncul lebih awal dari yang lain. Oleh karena itu, kedua variabel biasanya
diukur dalam waktu yang bersamaan. Sedang dalam penelitian prediktif, di
samping ingin menyelidiki hubungan antara dua variabel, peneliti juga
mempunyai anggapan bahwa salah satu variabel muncul lebih dahulu dari yang
lain, atau hubungan satu arah. Oleh karena itu, tidak seperti penelitian relasional,
kedua variabel diukur dalam waktu yang berurutan, yakni variabel prediktor
diukur sebelum variabel kriteria terjadi, dan tidak dapat sebaliknya.
3. Korelasi Multivariat
Teknik untuk mengukur dan menyelidiki tingkat hubungan antara
kombinasi dari tiga variabel atau lebih disebut teknik korelasi multivariat. Ada
beberapa teknik yang dapat digunakan, dua diantaranya yang akan dibahas di sini
adalah: regresi ganda atau multiple regresion dan korelasi kanonik.
Regresi ganda. Memprediksi suatu fenomena yang kompleks hanya
dengan menggunakan satu faktor (variabel prediktor) seringkali hanya
memberikan hasil yang kurang akurat. Dalam banyak hal, semakin banyak
informasi yang diperoleh semakin akurat prediksi yang dapat dibuat (Mc Millan
& Schumaker dalam Abidin, 2010), yakni dengan menggunakan kombinasi dua
atau lebih variabel prediktor, prediksi terhadap variabel kriteria akan lebih akurat
dibanding dengan hanya menggunakan masing-masing variabel prediktor secara
sendiri-sendiri.

Dengan

demikian,

penambahan

jumlah

prediktor

akan

meningkatkan akurasi prediksi kriteria.


Korelasi kanonik. Pada dasarnya teknik ini sama dengan regresi ganda,
dimana beberapa variabel dikombinasikan untuk memprediksi variabel kriteria.

Akan tetapi, tidak seperti regresi ganda yang hanya melibatkan satu variabel
kriteria, korelasi kanonik melibatkan lebih dari satu variabel kriteria. Korelasi ini
berguna untuk menjawab pertanyaan, bagaimana serangkaian variabel prediktor
memprediksi serangkai variabel kriteria? Dengan demikian, korelasi kanonik ini
dapat dianggap sebagai perluasan dari regresi ganda,dan sebaliknya, regresi
berganda dapat dianggap sebagai bagian dari korelasi kanonik (Pedhazur dalam
Abidin, 2010). Seringkali korelasi ini digunakan dalam penelitian eksplorasi yang
bertujuan untuk meentukan apakah sejumlah variabel mempunyai hubungan satu
sama lain yang serupa atau berbeda.
6. Arah Korelasi
Arah dari hubungan antar variabel dapat dibedakan atas dua jenis, yaitu
hubungan yang sifatnya satu arah yang dinyatakan korelasi positif dan hubungan
yang sifatnya berlawanan arah dinyatakan sebagai korelasi negatif. Arah korelasi
positif apabila dua variabel atau lebih yang berhubungan tersebut berjalan paralel
atau menunjukkan arah yang sejalan. Arah korelasi negatif apabila dua variabel
atau lebih yang berkorelasi tersebut berjalan dengan arah yang berlawanan,
bertentangan atau sebaliknya. Arah hubungan antara variabel yang dianalisis
dengan korelasi dapat diamati melalui suatu peta atau diagram yang merupakan
Peta Korelasi. Dalam peta korelasi dapat dilihat sebaran titik koordinat antara
pasangan-pasangan kasus atau data yang dikorelasikan sehingga hasilnya
dinyatakan sebagai Diagram Pencaran Titik (Scatter Diagram). Ciri yang
terkandung dalam peta korelasi sebagai berikut.
a. Jika korelasi antara variabel X dan variabel Y merupakan korelasi positif
maksimal atau korelasi positif tertinggi atau korelasi positif sempurna, maka
pencaran titik yang terdapat pada peta korelasi, apabila dihubungkan antara
satu dengan yang lain, akan membentuk satu garis lurus yang condong ke
arah kanan.
b. Jika korelasi antara variabel X dan variabel Y merupakan korelasi negatif
maksimal atau korelasi negatif tertinggi atau korelasi negatif sempurna maka
pencaran titik yang terdapat pada peta korelasi akan membentuk satu garis
lurus dengan yang condong ke arah kiri.

c. Jika korelasi antara variabel X dan variabel Y termasuk korelasi positif yang
tinggi atau kuat, maka pencaran titik yang terdapat pada peta korelasi sedikit
atau beberapa mulai menjauhi garis lurus, yaitu titik-titik tersebut terpencar
atau berada di sekitar garis lurus tersebut dengan kecondongan ke arah kanan.
d. Jika korelasi antara variabel X dan variabel Y termasuk korelasi negatif yang
tinggi atau kuat, maka pencaran titik yang terdapat pada peta korelasi itu
sedikit menjauhi garis lurus dengan kecondongan ke arah kiri.

Gambar 1. Peta Korelasi yang menggambarkan korelasi positif dan


korelasi negatif
7. Bentuk Korelasi
Dalam penelitian korelasional, terdapat empat macam bentuk dari
korelasional.
a.

Zero korelasional
Tidak ada hubungan antara variabel x dan y. Biasanya terjadi ketika x naik y
kadang naik atau turun.

b.

Positive korelasional
Hubungan antar variabel X dan Y searah. Semakin tinggi nilai pada variabel X,
semakin tinggi pula nilai pada var Y.

c.

Negatif korelasional
Hubungan anatar variabel X dan Y berlawanan. Semakin tinggi nilai pada
variabel X, semakin turun nilai pada variabel Y.

d.

Non linear/ curvalinear

Jika perubahan nilai pada suatu variabel diikuti perubahan pada variabel lain,
namun pada suatu titik perubahan bergerak secara berlawanan.

(a)

(b)

(c)

(d)

Gambar 2. Bentuk-bentuk korelasi


8. Koofisien Korelasi
Koefesien korelasi ialah pengukuran statistik kovarian atau asosiasi antara
dua variabel. Besarnya koefesien korelasi berkisar antara +1 s/d -1. Koefesien
korelasi menunjukkan kekuatan (strength) hubungan linear dan arah hubungan
dua variabel acak. Kuatnya hubungan antara variabel dinyatakan dalam koefisien
korelasi. Koefisien korelasi positif terbesar = 1 dan koefisien korelasi negatif
terbesar adalah - 1, sedangkan yang terkecil adalah 0. Bila besarnya antara dua
variabel atau lebih itu mempunyai koefisien korelasi = 1 atau -1, maka hubungan
tersebut sempurna. Dalam arti kejadian-kejadian pada variabel yang satu akan
dapat dijelaskan atau diprediksikan oleh variabel yang lain tanpa terjadi kesalahan
(error). Makin kecil koefisien korelasi, maka akan semakin besar error untuk
membuat prediksi. Sebagai contoh, bila hubungan bunyinya burung Prenjak
mempunyai koefisien korelasi sebesar 1, maka dapat diramalkan setiap ada bunyi
burung Prenjak maka dipastikan akan ada tamu. Tetapi kalau koefisien
korelasinya kurang dari satu, setiap ada bunyi burung Prenjak belum tentu ada
tamu, apa lagi koefisien korelasinya mendekati 0.
Besarnya koefisien korelasi dapat diketahui berdasarkan penyebaran titiktitik pertemuan antara dua variabel misalnya X dan Y. Bila titik-titik itu terdapat
dalam satu garis, maka koefisien korelasinya =1 atau -1. Bila titik-titik itu

membentuk lingkaran, maka koefisien korelasinya = 0. Penyebaran hubungan dua


variabel untuk berbagai koefisien bila digambarkan dalam diagram pencar
(scatterplot) dapat dilihat pada gambar 7.3a, 7.3b, dan 7.3c.

Koefesien Korelasi
Gambar 3. Diagram Pencar (scatterplot) berdasarkan koofisien korelasi
Untuk memudahkan melakukan interpretasi mengenai kekuatan hubungan
antara dua variabel penulis memberikan kriteria sebagai berikut (Suryabrata,
2012) :
0

: Tidak ada korelasi antara dua variabel

>0 0,25

: Korelasi sangat lemah

>0,25 0,5 : Korelasi cukup


>0,5 0,75 : Korelasi kuat
>0,75 0,99 : Korelasi sangat kuat
1

: Korelasi sempurna

8. Teknik Analisis Korelasional


Teknik analisa korelasional ialah teknik analisa statistik mengenai
hubungan antar dua variabel atau lebih. Adapun tujuan analisis adalah:
a. Ingin mencari bukti (berlandaskan pada data yang ada), apakah memang
benarr antara variabel yang satu dengan variabel yang lain terdapat
atau korelasi.

hubungan

b. Ingin menjawab pertanyaan apakah hubungan antar variabel itu (jika memang
ada hubungannya), termasuk hubungan yang kuat, cukupan ataukah lemah.
c. Ingin memperoleh kejelasan dan kepastian (secara matematis), apakah
hubuungan antar variabel itu perupakan hubungan yang berarti atau
meyakinkan (signifikan) ataukah hubungan yang tidak berarti atau tidak
meyakinkan.
1). Korelasi Product Moment
Korelasi ini dilakukan jika sepasang variabel kontinu, memiliki korelasi.
Jumlah pengamatan variabel X dan Y harus sama, atau kedua nilai variabel
tersebut berpasangan. Semakin besar nilai koefisien korelasinya maka akan
semakin besar pula derajat hubungan antara kedua variabel. Korelasi Pearson
biasanya pada hubungan yang berbentuk linier (keduanya meningkat atau
keduanya menurun). Koefisien korelasi ini tidak menunjukkan adanya hubungan
kausal antar variabelnya.
2). Korelasi Spearman
Jika pengamatan dari 2 variabel X dan Y adalah dalam bentuk skala
ordinal, maka derajat korelasi dicari dengan koefisien korelasi spearman.
Prosedurnya terdiri atas:
1. Atur Pengamatan dari kedua variabel dalam bentuk ranking.
2. Cari beda dari masing-masing pengamatan yang sudah berpasangan.
3. Hitung koefisien korelasi Spearman.
3). Korelasi Rank Kendall
Analisis korelasi rank Kendall digunakan untuk mencari hubungan dan
menguji hipotesis antara dua variabel atau lebih, bila datanya berbentuk ordinal
atau ranking. Kelebihan metode ini bila digunakan untuk menganalisis sampel
berukuran lebih dari 10 dan dapat dikembangkan untuk mencari koefisien korelasi
parsial
Daftar Pustaka
Abidin,

2008.

Penelitian

Korelasional.

Muhammad Zainal Abidin


September 2010.

(artikel).

Dalam http:

PersonalBlog.htm. di akses

//www.

tanggal 25

Atmodjo, J. T. 2005. Modul Penelitian Korelasi (artikel). Jakarta: Fikom


Universitas Mercubuana Jakarta.
Emzir. 2007. Metodologi Penelitian Pendidikan Kuantitatif dan Kualitatif. Jakarta
: Raja Grafindo Persada.
______2009. Metodologi Penelitian Pendidikan Kualitatif dan Kuantitatif.
Jakarta: PT Raja Grafindo Pergoda.
Fraenkel, J.R dan Wellen, N.E. 2008. How to Design and Evaluate research in
Education. New York: McGraw-Hill.
https://id.wikipedia.org/wiki/Metode diakses pada tanggal 23 September 2016
pukul 14.24
McMilan, J dan Schumacher, S. 2003. Research in Education. New York:
Longman.
Sugiyono. 2014. Metode Penelitian Kombinasi. Bandung. Alfabeta
Sukardi. 2004. Metodologi Penelitian Pendidikan Kompetensi dan Praktiknya.
Jakarta: Bumi Aksara.
Suryabrata, S. (2012). Metodologi Penelitian. Jakarta: Rajawali Press.
Syamsuddin dan Vismaia S. Damaianti. 2009. Metodologi Penelitian Pendidikan
Bahasa. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Anda mungkin juga menyukai