Anda di halaman 1dari 8

BAB II

LANDASAN TEORI

1. Definisi Adaptor
Adaptor sering juga disebut sebagai catu daya adalah sebuah rangkaian yang berguna
untuk mengubah tegangan sumber input AC yang tinggi menjadi tegangan output DC rendah
tertentu yang berguna sebagai konverter listrik untuk piranti yang biasanya memerlukan
tegangan lebih rendah dari tegangan sumber.

Power Source AC

Catu Daya

Beban

(PLN/Genset)

AC to DC

Electronic Device

Diagram alur catu daya yang diperoleh dari sumber daya listrik AC

Rangkaian catu daya terdiri dari rangkaian komponen semikonduktor dan komponen
elektronika lainnya. Nilai output pada catu daya bisa diatur tergantung dengan nilai pada
komponen elektronika yang disesuaikan dengan kebutuhan pada beban.
Untuk konversi arus AC ke arus DC tegangan rendah terdapat dua cara yang biasa
digunakan pada catu daya yaitu Power Supply Linear dan Switch-Mode Power Supply
(SMPS). Pada Power Supply Linear Cara kerja dari power supply ini adalah mengubah
tegangan AC menjadi tegangan AC lain yang lebih kecil dengan bantuan Transformator.
Tegangan ini kemudian disearahkan dengan menggunakan rangkaian penyearah tegangan, dan
dibagian akhir ditambahkan kapasitor sebagai pembantu menyearahkan tegangan sehingga
tegangan DC yang dihasilkan oleh power supply jenis ini tidak terlalu bergelombang.
Selain menggunakan dioda sebagai penyearah, rangkaian lain dari jenis ini
menggunakan regulator tegangan sehingga tegangan yang dihasilkan lebih baik daripada
rangkaian yang menggunakan dioda. Power Supply jenis ini dapat menghasilkan tegangan DC
yang bervariasi antara 0 30 Volt dengan arus antara 0 5 Ampere.

2. Pengertian Switched-Mode Power Supply (SMPS)


SMPS mempunyai dua buah arti kata, yaitu Power Supply artinya suatu peralatan yang
berfungsi untuk menyediakan sumber daya listrik yang cocok dengan suatu peralatan. Pada
umumnya sumber listrik yang tersedia adalah tegangan ac 220V sedangkan tegangan yang
dibutuhkan untuk suatu peralatan umumnya adalah tegangan DC. Regulator Switching adalah
suatu sirkit elektronik yang berfungsi untuk membuat agar tegangan keluaran stabil terhadap
perubahan-perubahan seperti, tegangan masukan yang tidak konstan, arus beban yang tidak
konstan, temperature ruangan yang tidak konstan.
Catu daya lebih modern, SMPS atau sering disebut sistem PWM (Pulse Width
Modulator), mengolah tegangan DC dengan penyearahkan AC pada tegangan jala 220 Volt.
Tegangan DC volt tinggi ini kemudian disambungkan (switch) ke trafo lewat transistor. Di sisi
sekunder tegangan diturunkan lalu disearahkan lagi, dan sebelum diberikan sebagai keluaran,
dilewatkan tapis frekuensi tinggi dan kapasitor perata.
Hampir semua power supply saat ini menggunakan SMPS, hal ini karena regulator
switching mempunyai beberapa keuntungan jika dibanding dengan regulator linear, seperti :

Lebih ringan dan ukuran lebih kecil. Regulator linear membutuhkan trafo 50Hz yang
mempunyai inti besi yang berat. Makin besar daya (Watt) makin besar dan berat
ukuran tranfonya. Sedang SMPS menggunakan frekwensi diatas 20Khz. Makin tinggi

frekwensi switching, maka ukuran tranfo dan kapasitor filter semakin kecil.
Lebih efisien pemakaian daya listrik. Regulator switching lebih sedikit menghasilkan

panas, berarti lebih sedikit daya listrik yang hilang.


Range tegangan masukan yang lebih lebar. SMPS mempunyai toleransi range
tegangan masukan yang lebar. Dengan tegangan masukan bervariasi antara dc
150~300V (atau tegangan ac antara 90~265V), switching regulator masih mampu
memberikan tegangan keluaran yang stabil.
Seperti pada keterangan diatas pada SMPS tidak lagi memerlukan sebuah trafo yang

ukurannya besar, namun memakai trafo ukuran kecil yang berfrekuensi tinggi, itulah alassan
kenapa alat elektronik sekarang ukurannya lebih kecil jika dibanding dahulu termasuk adaptor
sekarang.

3. Bagian-Bagian SMPS
4

Bagian-bagian SMPS terlihat mirip seperti halnya Power Supply Linear, namun ada
beberapa perbedaan penempatan dan penambahan bagian yang tidak terdapat pada Power
Supply Linear, bisa dilihat pada bagan dibawah :

SMPS secara garis besar meliputi kerja

Penyerahan merubah tegangan masukan AC menjadi tegangan keluaran DC.


Voltage transformation merubah tegangan dc menjadi tegangan keluaran yang sesuai

dengan kebutuhan
Filtering menghilangkan denyut (ripple) pada tegangan keluaran
Regulasi membuat agar besarnya tegangan keluaran stabil terhadap perubahan

tegangan masukan dan perubahan beban.


Isolasi mengisolasi bagian sekunder dari bagian primer, dengan tujuan agar chasis

bagian sekunder kalau dipegang tidak timbul bahaya kena sengatan listrik.
Proteksi mampu melindungi peralatan dari tegangan keluaran yang over dan
melindungi power supply dari kerusakan jika terjadi suatu kesalahan.

Bagian-bagian pokok dari rangkaian SMPS


A. Rectifier

Penyearah gelombang (rectifier) adalah bagian dari power supply / catu daya
yang berfungsi untuk mengubah sinyal tegangan AC (Alternating Current) menjadi
tegangan DC (Direct Current). Komponen utama dalam penyearah gelombang adalah
diode yang dikonfiguarsikan secara forward bias. Pada dasarnya konsep penyearah
gelombang dibagi dalam 2 jenis yaitu, Penyearah setengah gelombang

(Half Wave

Rectifier) dan penyearah gelombang penuh (Full Wave Rectifier).


a. Penyearah setengah gelombang (Half Wave Rectifier)

Gambar 2.1 rangkaian rectifier half wave


Penyearah setengah gelombang (half wave rectifer) hanya menggunakan 1 buah
diode sebagai komponen utama dalam menyearahkan gelombang AC. Prinsip kerja dari
penyearah setengah gelombang ini adalah mengambil sisi sinyal positif dari gelombang
AC dari transformator. Pada saat transformator memberikan output sisi positif dari
gelombang AC maka diode dalam keadaan forward bias sehingga sisi positif dari
gelombang AC tersebut dilewatkan dan pada saat transformator memberikan sinyal sisi
negatif gelombang AC maka dioda dalam posisi reverse bias, sehingga sinyal sisi negatif
tegangan AC tersebut ditahan atau tidak dilewatkan.

b. Penyearah gelombang penuh (Full Wave Rectifier).

Gambar 2.2 rangkaian rectifier full wave


Prinsip kerja dari penyearah gelombang penuh dengan 4 diode diatas dimulai
pada saat output transformator memberikan level tegangan sisi positif, maka D1, D4 pada
posisi forward bias dan D2, D3 pada posisi reverse bias sehingga level tegangan sisi
puncak positif tersebut akan di leawatkan melalui D1 ke D4. Kemudian pada saat output
transformator memberikan level tegangan sisi puncak negatif maka D2, D4 pada posisi
forward bias dan D1, D2 pada posisi reverse bias sehingan level tegangan sisi negatif
tersebut dialirkan melalui D2, D4.
Jenis penyearahan pada umumnya menggunakan metode full wave bridge
rectifier, yang mempunyai kelebihan pada tingginya isolasi antara tegangan DC yang
dihasilkan dengan tegangan AC masukan. Tetapi, karena pada SMPS output
transformator yang mempunyai frekuensi tinggi sehingga cukup hanya menggunakan
penyearah half wave.
B. Line Filter
Line filter befungsi sebagai filter tegangan masukan, tujuan utamanya untuk
menghilangkan frekuensi-frekuensi liar dari line/jala-jala listrik (selain frekuensi
tegangan AC masukan) yang dimungkinkan bisa mengganggu kerja dari smps. Line filter
dibentuk dari induktor-induktor dan kapasitor-kapasitor yang dipasang secara seri
terhadap tegangan masukan.
Tegangan masukan sekitar 220VAC setelah disearahkan dan melalui kapasitor
berubah menjadi sekitar 1,4 x 220 = 308VDC. Jika elko pada penyearah kering, tegangan

308VDC tersebut menjadi tidak tercapai sekaligus terdapat ripple. Akibat terburuknya
adalah smps menjadi lebih panas (karena berusaha menstabilkan output dan terganggu
bentuk pulsanya oleh DC ripple). Cara termudah mendeteksi ini adalah dengan mengukur
tegangan 308V-nya atau munculnya suara mendecit/mengerik pada trafo utama.
C. Start Up
Di awal sudah disinggung bahwa smps menggunakan frekuensi kerja antara 30
s/d 40 KHz. Karena frekuensi tersebut tidak ditemukan pada tegangan DC, maka sistem
smps harus membuat/menggenerasikan sendiri pulsa/denyut tersebut. Metode paling
sering ditemukan adalah dengan metode self oscilating (osilasi sendiri). Pada jenis ini,
rangkaian smps ibarat sebagai rangkaian osilator frekuensi daya tinggi. Tidak jarang juga
ditemukan smps yang menggunakan IC untuk membuat pulsa tersebut, misalnya
TDA8380, TEA2261, STR-group dll.
Dalam setiap sistem osilator, dibutuhkan tegangan awal/pemicu yang berfungsi
sebagai pemicu awal rangkaian osilator untuk berosilasi. Tegangan pemicu ini muncul
beberapa saat setelah smps mendapat tegangan masukan (AC in). Besar tegangan pemicu
ini tergantung dari jenis rangkaian smps yang digunakan (contoh, pada STR-F665x
osilator akan bekerja jika tegangan pemicu sudah mencapai 16V). Karena sifatnya hanya
sebagai pemicu, tegangan ini tidak dipakai lagi ketika smps sudah bekerja. Pada
umumnya, tegangan pemicu diambil dari 308V dengan melalui R atau transistor start up.
D. Switch
Switcher berfungsi sebagai penswitch utama transformator menggunakan
transistor. Karakteristik switcher harus mampu menahan arus kolektor/drain yang cukup
besar untuk menahan tegangan pada lilitan primer transformator. Arus ini bukan arus
konstan melainkan arus sesaat tergantung lebar pulsa yang menggerakkan. Selain
kemampuan arus, transistor switcher harus mempunyai frekuensi kerja yang cukup untuk
diperkerjakan sebagai switcher.
E. Voltage Transformation

Gambar 2.3 Skema trafo step down


Pada rangkaian yang membutuhkan tegangan lebih kecil sumber, catu daya
menggunakan transformator step down untuk menurunkan tegangan. Pada sistem power
supply konvensional yang menggunakan trafo, supaya tranformator bisa me-transform
(memindah) daya dari primer ke sekunder, trafo harus diberi masukan yang berpulsa.
Masukan trafo power supply jenis konvensional dihubungkan secara langsung dengan
tegangan masukan yang berbentuk AC, karena hanya tegangan AC yang mempunyai
denyut/frekuensi (polaritasnya berganti-ganti dengan periode tertentu). Kekurangan
utama jenis konvensional adalah ukuran dari tranformator yang dipakai. Semakin rendah
desain frekuensinya, semakin besar ukuran trafonya, walaupun dengan daya keluaran
yang sama.
Pada desain trafo konvensional dengan input 220VAC/50Hz dan output 12VA,
ukuran inti trafo sekitar 3 X 6 cm, jika seandainya dibuat trafo dengan input
220VAC/100Hz dengan output sama (12VA), mungkin ukuran inti dari trafonya menjadi
setengah dari ukuran sebelumnya, atau, ukuran inti yang sama tetapi jumlah gulungan
menjadi setengah dari sebelumnya. Kesimpulannya, frekuensi dari tegangan masukan
menentukan ukuran dan desain dari trafo.
Pada sistem SMPS, pada umumnya bekerja pada frekuensi antara 30 s/d 40
KHz. Sehingga tidak heran jika trafo pada smps menjadi lebih ringkas. Karena frekuensi
kerjanya yang tinggi tersebut, inti dari trafonya tidak lagi menggunakan plat besi tetapi
sudah menggunakan ferit (besi oksida) yang notabene mempunyai kemampuan
magnetisasi dan demagnetisasi lebih cepat daripada besi biasa.
F. Rectifier Secondary
Tegangan pada sekunder transformator bukan dalam bentuk AC, melainkan DC
yang berbentuk pulsa. tegangan yang muncul pada sekunder trafo disearahkan dan difilter

untuk menghasilkan tegangan DC sekunder. Karakteristik penyearah/dioda harus


mempunyai berjenis fast rectifier. Misalnya UF4002 (bukan 1N4002). Fast rectifier
dimaksudkan untuk mampu menyearahkan pulsa dengan frekuensi tinggi.
G. Line Filter Secondary
Kapasitor pada filter secondary perata cukup menggunakan ukuran beberapa
ratus uF, karena frekuensi tegangan yang keluar dari trafo cukup tinggi (tergantung
frekuensi kerja smps).

10

Anda mungkin juga menyukai