Anda di halaman 1dari 25

Makalah

Neraca Massa dan Energy II


Neraca massa single phase system

Di susun oleh :
Nama : Faisal tanjung(21114021)
Samuel
Aprianto
Jur/smt/kls : T. Kimia / IV / B1

UNSERA 2015/2016

KATA PENGANTAR

Dengan mengucapkan puji dan syukur, penulis persembahkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa
yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya. Oleh karena itu, penulis berhasil menyusun
sebuah Makalah neraca massa single phase system . Maksud dan tujuan dari penyusunan
makalah ini adalah untuk memenuhi tugas neraca massa dan energy 2 .
Pada kesempatan kali ini, penulis mengucapkan terima kasih kepada Bpk. Sjahrul Hadi, ST ,
M.Pd Selaku Dosen mata kuliah neraca massa dan energy 2 . Tak lupa juga penulis berterima
kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam proses pembuatan makalah ini.
Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, penulis
mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun demi perbaikan makalah ini. Harapan
penulis semoga makalah ini bermanfaat bagi pembaca.

Cilegon, Juni 2016

Penulis

Daftar isi
Bab 1 Pendahuluan .....1
Latar belakang ....1
Bab 2 Pembahasan .....2
...2
....2
....2
.....3
i 5
...5
...10
..12
.20
.22
..................................23
.... 27
...29
..30
..35
.......35
...35
....36
....37

BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang

BAB 2
Single phase system (Sistem Fasa Tunggal)
Dalam perhitungan peneracaan yang sering dijumpai adalah laju alir molar atau
massa.Namun demikian, laju alir volume sering juga dijumpai dalam persoalan peneracaan. Pada
industri laju alir suatu zat pada kenyaatannya jarang menggunakan satuan massa atau mol,
karena pengukuran pada kedua unit tersebut mahal. Pengukuran dalam satuan laju volumetrik
lebih sederhana dan murah. Oleh sebab itu untuk pengetahuan tentang hubungan konversi dari
massa atau mol menjadi volume perlu diketahui. Harus dipahami bahwa volume tidaklah selalu
kekal dalam suatu proses. Dalam perhitungan jangan mengasumsikan volume karena akan
mmberikan perhitungan yang tidakvalid. Namun apabila diharuskan untuk menggunakan asumsi
dalam volume, maka langkah selanjutnya harus merubah satuan tersebut menjadi massa atau
mol. Sistem nyata dan Ideal Sifat-sifat fluida nyata (gas dan cairan) dan padatan sulit
digambarkan secara akuratdalam matematik, tetapi kita sering menggunakan model matematik
yang ideal untuk menggambarkan sifat-sifatnya. Dalam proses pemodelan tersebut biasanya
hanya mempertimbangkan yang ideal dengan batasan-batasan atau anggapan-anggapan
tertentu.Perumusan sistem yang ideal ini akan menghasilkan rumus matematik yang sederhana.
Sistem yang ideal ini tidak selalu akurat untuk kondisi tertentu atau senyawa kimia tertentu,
namun kita dapat menghitung penyimpangan yang mungkin terjadi antara sistem yang ideal
dengan nyata. Sistem nyata terdiri dari molekul-molekul yang berinteraksi melalui gaya
intramolekul. Gaya tolak-menolak atau tarik menarik sangat sukar dalam pemodelan fluida atau
padatan, oleh sebab itu selalu diambil sistem ideal sebagai rujukan. Sebagai contoh, gas dianggap
ideal (gas ideal) bila tidak ada gaya antara molekul. Bila campuran gas atau cairan, dapat
dianggap semua gaya antara molekul tidak ada. Namun tidak semua anggapan ini dapat diterima,
maka diharuskan menggunakan model yang lebih rumit.

Gas Ideal
Gas ideal diasumsikan tidak ada interaksi antara molekul-molekul. Kerapantan gas adalah
kecil dibanding cairan atau padatan, sehingga molekul-molekul terpisah dalam gas. Meskipun
demikian, dalam percobaan menunjukkan bahwa pada kerapatan yang tinggi tekanan P dan
voluma V berbeda untuk gas yang berbeda. Akan tetapi PV selalunya identik untuk semua gas
pada suhu yang sama. Karena perkalian sama terhadap suhu, maka dapat dirumuskan sebagai
berikut:
Pv = RT atau PV = nRT dimana V = v.n atau v =V/n Persamaan gas ideal ini sangat cocok pada
suhu kamar dan tekanan dibawah atm tetapi tidak sesuai digunakan bila gas mendekati titik
kondensasi atau mendekati titik kritis. Konstanta gas ideal (R) dalamberbagai satuan sebagai
berikut:
R = 8.314 J/mol K = 1.987 cal/mol K = 10.l73 psia ft3 /lbmol R = 8.314 m3 Pa/mol K =82.06 cm3
atm/mol K
Aplikasi Hukum Gas Ideal Zat dalam fase gas ada dua jenis persoalan umum yang muncul untuk
membuat hubungan massa, tekanan, suhu dan volume. Jenis pertama adalah hubungan tekanan,
temperature dan volume. Sebagai contoh, volume spesifik gas dapat ditentukan pada suhu dan
tekanan tertentu. Bila berubah kondisi, dua dari tiga variabel keadaan akhir dapat ditentukan,
dalam hal ini tidakdiperlukan unuk mengetahui berat gas. Persamaan n mol gas ideal untuk dua
kondisi berbeda dapat dituliskan:
p1V1= nRT1 dan p2V2 = nRT2 apabila kedua persamaan dapat digabungkan
menjadi:

p1V 1
p1V 2

T2
T1

Persamaan ini dapat digunakan langsung pada berbagai kuantitas gas.


Jenis kedua, berat gas dan dua variabel lain diketahui, sehingga variabel ketiga dapat
dihitung. Atau sebaliknya dapat dihitung berat gas, bila diketahui suhu, tekanan dan

volume gas.
Tekanan Gage.
Semua alat ukur tekanan gas selalu dalam tekanan Gage. Untuk memperoleh tekanan
absolut, maka tekanan gage harus ditembah dengan tekanan atmosfer. Contoh, bila
diketahui tekanan gas 10 psig, maka tekanan absolutnya adalah 10 + 14,7 = 24,7 psi.
Dimana 1 atm = 14,7 psi .
Kerapatan dan spesific gravity gas
Kerapatan gas adalah berat gas per satuan volume, sedangkan specific gravity didefinisikan
sebagai perbandingan kerapatan gas dengan udara pada suhu dan tekanan yang sama.
Contoh 1:
Berapa volume molar gas ideal pada STP? STP = standard temperature and pressure,atau T =
273.15 K dan P = 1.0 atm.
Penyelesaian
v = RT/P = (0.08206 l.atm/(mol K)(273.15 K)/(1 atm) = 22.4 L/mol
Contoh 2:
Berapa kerapatan gas ideal pada 300 K dan 1 atm bila kerapatan gas pada STP adalah 1.0kg/m ?
Penyelesaian
PV = nRT = mRT/M sehingga PM = mRT/V =nRT
Dapat ditulis kembali (P M) / (P M) = (2n2RT ) / (2n1RT ), maka akhirnya diperoleh:
2=1(T 1/T2 )Selanjutnya 2= (1 g/L)(273.15/300) = 0.91 kg/m .3
Contoh : Hitung volume (l) 100 g gas nitrogen pada 23 C dan 3 psig dengan asumsi gas ideal.
Jawab:

Hitung banyak mol gas N2 : n = 100 g N /28 g/mol = 3,57 mol M2


Konversi: 1 Atm = 14,7 psi , maka tekanan P = 3 + 14,7 = 17,7 psia = 17,7/14,7= 1,2 atm
0,0820
Gunakan hukum gas ideal: V

296 k
( atm
mol )

3.57 mol
nRT
=
P

Campuran Gas Ideal


Pada campuran gas ideal juga diabaikan interaksi molekul. Bila pada campuran gas terdiri
dari gas sejumlah molekul gas nA dan B, maka tekanan parsialnya dan volume komponen murni
dapat dituliskan sebagai berikut:
A = tekanan parsial nA mol gas A yang sama dengan volume total V pada suhu T
B = tekanan parsial nB mol gas B yang sama dengan volume total V pada suhu T
Karena total volume V sama, maka tekanan total P campuran gas menurut hukum Dalton
adalah:
PA+PB= nART/V + nBRT/V = (nA+nB)RT/V = nRT/V = P
Sehingga , P =Pi dan PA /P = (nART /V) / (nRT/V) = nAP= yA
Dimana yi adalah fraksi mol komponen i dalam fase gas.
Menurut Hukum Amagat: volume total campuran gas adalah sama dengan penjumlahan
volume gas-gas murni atau:
V = Va + Vb + Vc
Volume komponen gas murni dapat dituliskan menjadi:

VA= na V
Dalam perhitungan neraca yang melibatkan campuran gas sering dikenal denga istilah
berat molekul rata-rata.
Contoh:
Hitung berat molekul rata-rata dari campuran gas berikut:
CO2 = 13,1 %, O2 = 7,7% dan N2 = 79,2 %
Untuk 1 mol campuran gas terdiri dari:

Perubahan volume dengan perubahan komposisiKasus ini dapat terjadi apabila melibatkan satuan
operasi seperti penyerapan gas,pengeringan, penguapan. Penting dilakukan
perhitungancampurangas karena ada penambahan atu pengurangan komposisi gas karena proses
Tersebut.Biasanya perhitungan diawali dengan membasiskan kompoisi kesatuan mol,
Kemudian dikomversikan menjadi volume pada kondisi suhu dan tekanan yang telah ditentukan.
Contoh:
Gas hasil pembakaran pembakaran ( N2 = 79,2; O2 = 7,2 dan CO 2= 13,6%) dilewatkan
ke evaporator pada suhu 200 C dan tekanan 743 mm Hg. Air diuapkan, sehingga
komposisi gas meninggalkan evaporator menjadi N2 = 48,3; O = 4,4; CO = 8,3 dan H2O= 39%)
Hitung:
a. Volume gas meninggalkan evaporator untuk tiap 100 ft3 gas masuk

b. Berat air yang diuapkan per 100 ft3 gas masuk


Penyelesaian
Basis: 1 mol gas masuk:
N2=0,792 mol
O2=0,072
CO2= 0,136
Volume total (743 mmHg, 200oC) dapat dihitung:
p = 743/760 = 0,978 atm
T = 200 + 273 = 473 K
R = 82,1 cc-atm/K

1 mol gas ini masuk ini mempunyai komposisi sebanyak 61% gas yang meninggalkan
evaporator.
Gas keluar = 1/0,61 = 1,64 mol
Jadi air keluar = 1,64 1 = 0,64 mol
Volume gas keluar pada kondisi : p = 740/760 = 0,973 atm; T = 358K dan R 82,1 cc-atm/K.

( nA . nB .nC ) RT
=
P

( 0,792. 0,072 .136+ 0,64 ) x 82,1 x 358


0,973

= 49500ml = 1,75ft3

volume gas meninggalkan evaporator per 100ft gas masuk = (1,75 x 100)/1,40
= 125 ft3

Berat air keluar evaporator = 0,64 x 18 = 11,5 gr = 0,0254 lb


Berat airkeluar evaporator/100 ft3 gas masuk = (0,0254 x 100)/1,4 = 1,81 lb

Contoh :
Cairan aseton (C3H6O) diumpan dengan laju 400 l/mnt pada kotak pemanas, kemudian
cairan tersebut diuapkan dengan menggunakan aliran gas N2 . Gas yang meninggalkan
pemanas diencerkan lagi dengan aliran gas nitrogen lain dengan laju 419 m3 (STP)/mnt.
Campuran gas tersebut ditekanan sehingga tekanan total Pg = 6,3 atm pada suhu 325 C.Pada
kondisi tersebut tekanan parsial aseton dalam aliran pa= 501 mmHg. Tekanan atmosfer 763
mmHg.
a.Hitung komposisi aliran meninggalkan kompresor
b.Berapa laju alir mole nitrogen yang masuk ke evaporator bila suhu dan tekananaliran 27 C dan
Pg= 475 mmHg
Penyelesaian:

Asumsikan berlaku gas ideal. Berdasarkan diagram alir di atas maka yang akan dihitung
adalah:

q2 (Dari laju alir volume yang diberikan dan table kerapatan cairan aseton)
q3 (Dari hokum gas ideal)
ya = (p /P a)
q4 (Neraca aseton keseluruhan)
q1 (neraca mol keseluruhan)
V1 (Hukum gas ideal)
Hitung laju alir molar aseton
Dari Tabel B1 pada Appendix B (Felder & Rouseau) kerapatan cairan aseton
0,792 g/cm = 792 g/liter, sehingga:

Menentukan fraksi mol dari tekanan parsial


Aliran meninggalkan kompresor:

p=
sehingga :

menghitung q3 dari informasi PVT

neraca mol keseluruhan

neraca mol kseluruhan :

Gas Nyata
Bila gas bersuhu rendah dan tekanan naik,maka hokum gas ideal tidak dapat
menerangkan kelakuan gas. Perkalian Pv dari suatu gas berbeda untuk setiap komponen
pada tekanan tinggi, tetapi pada tekanan rendah perkalian menjadi sama untuk setiap zat,
seperti diperlihatkan pada gambar dibawah ini. Keadaan ini terjadi disebabkan pada
kerapatanrendahinteraksiantaramolekul-molekuldiabaikan, karenajarakantaramolekul-molekul
besar.
PV

Alasan bahwa persamaan gas ideal valid pada kerapatan sangat rendah adalah pada
kondisi ini volume molekul dapat diabaikan terhadap volume gas dan interaksi molekulmolekul dapat diabaikan. Van der Waals (1873) mencoba mengembangkan dua asumsi
ini dengan mempostulasi bahwa tekanan ril gas akan sama dengan gas ideal dikurangi
kaya kontraksi per s tuan luas yang disebabkan oleh tarik menarik antar molekul.
P = PIG -a/v2
Dan bahwa volume actual molar akan sama dengan volume yang ditempati oleh gas ideal
ditambah dengan volume molekulmolekul itu sendiri, atau
v = v IG +b Kedua persamaan diatas dapat disusun menjadi:
PIG= P + a/v dan v IG= v - b
Kemudian ganti persamaan ini untuk PIG dan v IG
kedalam persamaan gas ideal, makaakan diperoleh persamaan van der Waals. Berbagai bentuk
persamaan van der Waals ditunjukkan seperti dibawah ini:

Persamaan Keadaan Kubik


Dapat dikatakan bahwa persamaan keadaan van der Waals (vdw) adalah kubik.
Persamaan pertama diatas dapat disusun sehingga diperoleh:
Pv3 - (Pb + RT)v 2+ av - ab = 0
Tetapi persamaan kubik mempunyai tiga buah akar. Sehingga pada T dan P tertentu dapat
memberikan tiga volume molar yang berbeda. Bagaimana terjadi tiga v harga yang
berbeda pada T dan P yang sama?
Untuk menjawab ini lihat gambar dibawah ini. Isotherm warna merah adalah garis suhu
yang diperoleh dari persamaan vdw. Setiap titik pada garis dihasilkan menetapkan
volume molar dan menghitung tekanan dari persamaan vdw. Dari gambar menunjukkan
suhu dibawah isoterm puncak Tc ada sebanyak 3 volume pada tekanan yang sama,
dengan kata lain ada tiga akar bilangan ril untuk volume bila diselesaikan persamaan vdw
untuk P dan T tertentu.

Pada suhu isotherm puncak hanya diperoleh satu akar ril, sedangkan dua titik lainnya
adalah bilangan imaginer. Titik bilangan ril ini disebut dengan temperature kritis Tc , dan
tekanan maksimum dimana masih diperoleh tiga buah bilangan ril disebut tekanan kritis
Pc , dan volume molar fluida pada titik ini disebut volume kritis vc.
Pada titik kritis semua unsur berada pada keadaan dispersi molekular yang hampir . Maka dapat
dianggap bahwa sifat-sifat termodinamika dan fisis unsur-unsur itu mirip. Keadaan kritis untuk
transisi gas-cairan adalah sekumpulan kondisi fisis yang pada kondisi itu densitas dan sifat sifat
lain dari cairan dan uap tersebut menjadi identik. Volume molar cairan VL sama dengan volume
molar uap Vv , dimana pada titik ini tidak ada perbedaan antara cairan dan uap.Pada titik kritis
berlaku hubungan (dP/dv)T= 0 = (d2P/dv2 ) . Dari persamaan ini T memberikan dua persamaan
yang dapat Digunakan untuk mengevaluasi a dan b pada persamaan vdw. Dari kedua
persamaan ini akan diperoleh harga a dan b dalam variabel T dan P
yaitu: a = (27/64)(R2Tc2)/Pc

b= RTc / 8Pc .

Persamaan Keadaan yang Lazim Digunakan


Persamaan keadaan van der Waals tidak lama digunakan oleh para insinyur untuk menghitung
gas ril. Namun persamaan ini harus diperkenakan sebagai koreksi pertmana terhdap persamaan
gas ideal. Ada beberapa persamaan keadaan lain yang sering digunakan untuk tujuan
perhitungan teknik. Persamaan yang kerap digunakan antara lain persamaan Benedict-WebbRubin (BWR),Redlich-Kwong (RK) dan modifikasi Soave Redlich-Kwong (SRK). Persamaan
Keadaan Virial
Bentuk persamaan:

Koefisien B(T) dan C(T) masing-masing disebut koefisien virial kedua dan ketiga.
Bila B = C = D = ..= 0, maka persamaan menjadi hukum gas ideal. Benedict-Web-

Rubin melakukan pendekatan untuk memudahkan perhitungan ini, dengan memodifikasi


persamaan diatas menjadi:

Contoh Soal:
2 mol N2 ditempatkan dalam tanki 3 liter pada suhu -150 C. Perkirakan tekanan tangki
menggunakan persamaan gas ideal dan BWR.
Penyelesaian:
v = V/n = 3 liter/2 mol = 1,5 mol/l dan T = 123 K
Dari persamaan gas ideal belaku:
Pideal= RT/v = 0,08206(123)/1,5 = 6,73 atm
Substitusi konstanta N2 dari tabel diatas ke persamaan BWR, diperoleh:
B = -0,11092, C = -0,01278, D = 2,692 x 10 , E = 4,3 x 10-5-61+B/v + C/v + D/v24+E/v
=0,9205
Masukkan kepersamaan BWR diperoleh:
P = (RT/v)( 1 + B/v + C/v2 + D/v4+E/v5 ) = 6,73 x 0,92 = 6,19 atm
Persamaan Soave-Redlich-Kwong (SRK) Persamaan ini adalah modifkasi persamaan kubik
yaitu:
P = RT/(v-b) -a/v(v+b)

Dimana , a dan b adalah parameter dependen sistem. Parameter a dan b dapat ditentukan
dari hubungan :
a = 0,42747R T /P2c2c2
b = 0,08664RTc /Pc dimana Tc = suhu kritis dan P tekanan kritis (data dapat dilihat App-B
Felder) Parameter dari persamaan SRK diperoleh dari data eksperimen. Untuk
mendapatkannya diawali dari faktor asentrik Pitzer yang mencerminkan kerumitan dan
kepolaran molekul gas. Harga telah diperoleh Reid, Prausnitz dan Sherwood. Kemudian
dilakukan perhitungan dengan menggunakan rumus berikut:

Contoh soal:
Silinder gas mempunyai volume 2,5 m3 mengandung 1 k-mol CO2 pada 200K. Gunakan
persamaan SRK untuk memperkirakan tekanan gas (atm).
Penyelesaian:
Volume spesifik: v = V/n = (2,5 m3 /1k-mol)(1 kmol/1000) = 2,5 x 10-3m3 /mol.
Dari Tabel B.1 diperoleh: Pc = 72,9 atm (7,38 x 106Pa), Tc = 304,2 K, dari tabel faktor
asentrik Pitzer diperoleh = 0,225. Parameter persamaan keadaan SRK dapat dihitung:

sehingga diperoleh: m = 0,826 dan = 1,34


Persamaan SRK dapat digunakan untuk menghitung tekanan tangki.

Deviasi antara volume gas menggunakan persamaan ideal dan SRK sebanyak 12%
Memperkirakan volume pada suhu dan tekanan tertentu menggunakan persamaan kubik
memerlukan kaedah coba-coba. Tahapan prosedur lihat App.A.2,salah satunya menggunakan
kaedah Newton.
Contoh soal:
Aliran gas CO2 pada 200K dan 6,8 atm diumpan ke proses pada laju 100 kmol/jam.
Gunakan persamaan keadaan SRK untuk memperkirakan laju alir gas.
Penyelesaian:
Parameter SRK sama dengan contoh di atas.
Persamaan keadaan SRK : P = RT/(v-b) -a/v(v+b)
dapat ditulis kembali mejadi:

Substitusi semua yang telah diketahui ke persamaan ini diperoleh:

f(v) dalam satuan Pa dan v = m3 /mol. Perkiraan awal v diperoleh dari persamaan gas ideal
yaitu:

Bila disubstitusikanke persamaan ini, maka diperoleh: f(v) = 7,66 x 104, gunakan kaedah
Newton untuk memperkirakan v yang diperoleh dari turunan f(v):

Dan akan di peroleh harga v baru dengan menggunakan rumus :

Dengan menggunakan perhitungan secara interasi di peroleh :

Persamaan Keadaan Faktor Kompresibilitas

Persamaan keadaan dapat diperoleh dari modifikasi sederhana persamaan gas ideal yaitu
PV = znRT atau Pv = z RT
Koefisien z disebut faktor kompresibilitas dan persamaan ini disebut persamaan keadaan
faktor kompresibilitas. Bila z = 1, maka sifat gas menyerupai gas ideal.
Faktor kompresibilitas tergantung pada suhu dan tekanan gas. Nilai z(T,P) untuk udara,
Ar, CO2 , CO, H2 , CH4 , N2 , O2
dan uap dapat dilihat pada Perry, Chemical Engineering Handbook.
Contoh soal:
200kg N2 ditempatkan pada tangki tertutup pada -100 C. Tekanan gauge pada tangki 79atm.
Perkirakan volume tangki dengan menggunakan faktor kompressibilitas.
Penyelesaian:
Gunakan konversi menggunakan kondisi STP

Dari Perry halaman 3-113, z untuk N2 pada -100oC(173 K) dan 80 atm sekitar 0,73,

Maka :

sehingga :

Memperkirakan Faktor Kompresibilitas Akan lebih mudah bila harga z pada suhu dan tekanan
tertentu adalah sama untuk semua gas, sehingga grafik atau tabel z(T,P) tunggal dapat digunakan
untuk semua perhitungan PVT.

DAFTAR PUSTAKA

Http//:sribd.neraca massa single phase


E.book elementary principles of chemical processes 3
Http//: makalah-neraca-massa-USU

LAMPIRAN
Konstanta untuk beberapa gas yang digunakan dalam persamaan Benedict-Web-Rubin
dapat dilihat pada tabel berikut:

Gambar berikut adalah grafik kompresibilitas yang umum.

Anda mungkin juga menyukai