Energi yang tersimpan dalam tubuh makhluk hidup ada yang keluar dan ada yang masuk.
Keluar masuknya energi yang tersimpan dalam tubuh makhluk hidup dalam suatu ekosistem
disebut dengan produktivitas ekosistem yang dapat dibedakan menjadi produktivitas primer dan
produktivitas sekunder. Di dalam ekosistem, energi mengalir dari matahari hingga ke organisme
pengurai. Hanya organisme autotrof yang dapat memanfaatkan energi secara langsung
melalui proses fotosintesis. Organisme autotrof ini disebut sebagai produsen karena menyediakan
energi dalam bentuk makanan untuk konsumen 1 selanjutnya energi tersebut dimanfaatkan oleh
konsumen II, konsumen III, danseterusnya hingga berakhir pada organisme pengurai.
Produktivitas primer menunjukkan banyaknya energi cahaya yang diubah menjadi energi kimia
oleh organisme autotrof dalam suatu ekosistem. Sedangkan produktivitas sekunder menunjukkan
laju pengubahan energi kimia yang tersimpan dalam konsumen menjadi biomassa baru
(Setyowati dan Furqonita,2007).
Laju pengubahan energi kimia pada makanan yang dimakan oleh konsumen ekosistem
menjadi biomassa baru mereka sendiri disebut produktivitas sekunder ekosistem. Di sebagian
besar ekosistem, herbivora hanya mampu memakan sebagian kecil bahan tumbuhan yang
dihasilkan, dan herbivora tidak dapat mencerna seluruh senyawa organik yang ditelannya. Hanya
energi kimia yang disimpan sebagai pertumbuhan (atau produksi keturunan) oleh herbivora yang
tersedia sebagai makanan bagi konsumen sekunder. Ekosistem alamiah yang umumnya kelihatan
hijau, ekosistem tersebut mengandung banyak sekali tumbuh-tumbuhan, hal tersebut
menandakan bahwa banyak produktivitas primer bersih tidak diubah menjadi produktivitas
sekunder (Campbell et al.,2002).
Produktivitas primer adalah laju penyimpanan energi oleh produsen yang terjadi melalui
proses fotosintesis. Ukuran produksi atau produktivitas dapat dinyatakan dengan kilokalori per
meter persegi per tahun (kcal/m2/th). Selain itu juga dapat dinyatakan dengan gram berat kering
per meter persegi per tahun (gr/m2/th). Dalam produktivitas primer ada Produktivitas primer
bruto (kasar) dan Produktivitas primer neto (bersih).
Produktivitas sekunder adalah kecepatan energi kimia mengubah bahan organik
menjadi simpanan energi kimia baru oleh organisme heterotrof. Laju penyimpanan materi
organik oleh konsumen disebut sebagai produktivitas sekunder. Untuk produktivitas
sekunder tidak dibedakan menjadi produktivitas bersih dan produktivitas kasar, karena
konsumen hanya menggunakan energi makanan yang dihasilkan oleh produsen, kemudian
mengubahnya menjadi jaringan tubuh konsumen dengan satu proses yang menyeluruh.
Jumlah energi yang mengalir dalam aras heterotrofik adalah analog dengan produksi
kasar pada aras autotrofik, dan ini disebut asimilasi.
Carlisle Daren M. & Clements William H. (2003) menyatakan bahwa produksi
sekunder merupakan fungsi pengukuran dinamika populasi, termasuk didalamnya proses
yang terjadi pada level individu, populasi maupun ekosistem. Produksi sekunder adalah
ukuran komposit sebuah kepadatan populasi biota, biomassa dan pertumbuhan selama
kurun waktu tertentu (Rose Lori Valentine, Rypel Andrew L, Layman Craig A 2011).
Hewan-hewan herbivora yang mendapat bahan-bahan organik dengan memakan
fitoplankton merupakan produsen kedua di dalam sistem rantai makanan. Hewan-hewan
karnivora yang memangsa binatang herbivora adalah produsen ketida begitu seterusnya
rentetan-rentetan karnivora-karnovora yang memangsa karnivora yang lain, merupakan
tingkat ke empat, kelima dan sampai pada tingkat yang lebih tinggi (sehingga dinamakan
trofik level) dalam sistem rantai makanan. Perpindahan ikatan organik dari satu trofik
a.
b.
c.
d.
level ke trofik level berikutnya merupakan suatu proses yang relatif tidak efisien. Di laut
bebas dan banyak tempatdi daratan efisien perpindahannya dari satu tingkat ke tingkat
berikutnya dipercaya hanya sebesar kira-kira 10%. Itu berarti bahwa dari 100 unit bahan
organik yang diproduksi oleh produsen pertama hanya 10 unit yang dapat dimanfaatkan
oleh produsen kedua, 1 unit oleh produsen ketiga dan demikian seterusnya yang terjadi di
sepanjang rantai makanan ini.
Produktivitas sekunder dapat digunakan sebagai sumber protein hewani bagi
manusia. Manusia di dalam hidupnya tidak hanya memerlukan karbohidrat saja, tetapi
juga memerlukan protein serta lipida. Keperluan terhadap protein dan lipida tersebut
harus dicukupinya melalui produktivitas sekunder. Protein dan lipida nabati saja tidak
akan mencukupi bagi keperluan manusia, bahkan manusia memerlukan asam amino
tertentu yang tidak terdapat dalam tubuh tumbuhan, tetapi hanya terdapat pada tubuh
hewan. Dengan demikian, untuk memenuhi kebutuhan hidup maka manusia tidak hanya
memakan nasi dan sayur saja, tetapi juga butuh daging, buah-buahan dan lain sebagainya.
Jadi produktivitas sekunder juga mempunyai arti penting bagi kehidupan manusia.
Energi kimia dalam bahan organik yang berpindah dari produsen ke organisme
heterotrop (konsumen primer) dipergunakan untuk aktivitas hidup dan hanya sebagian
yang dapat diubah menjadi energi kimia yang tersimpan di dalam tubuhnya sebagai
produktivitas bersih. Demikian juga perpindahan energi ke konsumen sekunder dan
tersier akan selalu menjadi berkurang. Perbandingan produktivitas bersih antara trofik
dengan trofik-trofik di atasnya dinamakan efisiensi ekologi. Diperkirakan hanya sekitar
10% energi yang dapat ditransfer sebagai biomassa dari trofik sebelumnya ke trofik
berikutnya.
Energi makanan yang tersedia bagi konsumen merupakan produktivitas primer. Energi
tersebut tidak berarti bahwa energi yang tersedia dapat dimanfaatkan secara keseluruhan oleh
konsumen. Berikut akan diberikan beberapa contoh :
Tumbuhan. Tidak semua bagian tumbuhan dimakan oleh hewan, tetapi ada bagian yang tidak
dimakan, seperti : kayu dan cabang. Dalam kayu terkandung energi tetapi tidak dimakan oleh
herbivora.
Ulat hanya memakan daun yang memiliki umur tertentu.
Burung memakan biji-bijian atau buah saja.
Hewan ternak hanya akan memakan bagian rumput yang masih muda dan daun-daunnya saja.
Kemampuan pencernaan (metabolisme) berbagai jenis konsumen pada dasarnya berbedabeda. Belalang hanya mampu mengasimilasi 30% materi dan energi dari rumput yang
dimakannya. Sedangkan tikus hanya mampu mengasimilasi 85-90%. Populasi konsumen
mempunyai kemampuan untuk mengubah energi yang dikonsumsinya juga berbeda-beda.
Invertebrata misalnya; menggunakan sebanyak 79% dari energi yang diasimilasi untuk
metabolisme, dan 21% sisanya disimpan dalam tubuhnya. Sedangkan vertebrata menggunakan
98% dari energi yang diasimilasinya untuk metabolisme. Jadi Invertebrata justru mampu
mengubah energi lebih besar menjadi biomasa dibandingkan dengan Vertebrata. Hal tersebut di
atas menunjukkan bahwa adanya efisiensi penangkapan energi yang berbeda-beda dari satu
makhluk dengan makhluk lainnya meskipun mereka secara bersama-sama menempati aras yang
sama.
DAFTAR PUSTAKA
Campbell, N. A., J. B. Reece, L. G. Mitchell. 2002. Biologi (terjemahan), Edisi kelima Jilid 3. Penerbit Erlangga. Jakarta.
Carlisle Daren M. & Clements William H. 2003. Growth and secondary production of aquatic
insects along a gradient of Zn contamination in Rocky Mountain streams. J. N. Am. Benthol.
22(4): 582597.
Jordan, F. 1985. Nutrient Cycling in Tropical Forest Ecosystem. John Willey Sons.
Mcnaughton, S.J., L. L. Wolf. 1998. Ekologi Umum (terjemahan), Edisi kedua. Gadjah Mada
University Press. Yogyakarta.New York.
Rose Lori Valentine, Rypel Andrew L, Layman Craig A. 2011. Community secondary production as a
measure of ecosystem function: a case study with aquatic ecosystem fragmentation. Bulletin of
Marine Science. 87 (4): 913-937.
Setyowati,T. dan D. Furqonita. 2007. Biologi Interaktif. Jakarta: Azka Press.
Campbell, N. A., J. B. Reece, L. G. Mitchell. 2002. Biologi (terjemahan), Edisi kelima Jilid 3.
Penerbit Erlangga. Jakarta.
Dedi, S. 2009. Pertumbuhan, Produktivitas dan Biomassa, Fungsi dan Peranan. Dari
http://web.ipb.ac.id/Dedi_s download tanggal 20 Desember 2010.
Mcnaughton, S.J., L. L. Wolf. 1998. Ekologi Umum (terjemahan), Edisi kedua. Gadjah Mada
University Press. Yogyakarta.