PNEUMONIA
OLEH :
Eka Pranatalenta
1161050199
PEMBIMBING :
Dr. Taheng Sebayang, Sp.A
BAB I
PENDAHULUAN
Infeksi saluran pernapasan menjadi penyebab angka kematian dan kesakitan
yang tinggi di dunia. Sekitar 80% dari seluruh kasus baru praktek umum berhubungan
dengan infeksi saluran napas yang terjadi di masyarakat atau di dalam rumah sakit.
Pneumonia yang merupakan bentuk infeksi saluran napas bawah akut di parenkim
paru dijumpai sekitar 15-20%.
Pneumonia adalah suatu radang pada parenkim paru. Proses peradangan
tersebut terbanyak disebabkan oleh mikroorganisme (bakteri, virus, dan jamur), selain
itu dapat juga disebabkan oleh faktor-faktor lain (inhalasi bahan kimia atau makanan,
radiasi, dll).
Insidensi pneumonia di Indonesia menurut WHO pada tahun 2007 adalah
65,9%.2 Di RSUD Dr. Soetomo Surabaya didapatkan data sekitar 180 pneumonia
dengan angka kematian antara 20 - 35%. Pneumonia menduduki peringkat keempat
dari sepuluh penyakit terbanyak yang dirawat per tahun.
Pneumonia dapat terjadi secara primer atau merupakan tahap lanjutan dari
infeksi saluran pernapasan lainnya. Penyebab pneumonia sulit ditemukan dan
memerlukan waktu beberapa hari untuk mendapatkan hasilnya, sedangkan pneumonia
dapat menyebabkan kematian bila tidak segera diobati, maka pada pengobatan awal
pneumonia diberikan antibiotik secara empiris.
Tercatat bakteri sebagai penyebab tersering pneumonia pada dewasa dan anak
besar adalah Streptococcus pneumonia dan Haemophilus influenza. Insidensi
pneumonia di negara-negara yang sedang berkembang pada anak kurang dari 5 tahun
diperkirakan sekitar 30% dengan angka mortalitas yang tinggi. Penyakit ini masih
merupakan masalah kesehatan yang mencolok walaupun ada berbagai kemajuan
dalam bidang antibiotik. Hal di atas disebabkan oleh munculnya organisme
nosocomial (didapat dari rumah sakit) yang resisten terhadap antibiotik. Adanya
organisme-organisme baru dan penyakit seperti AIDS (Acquired Immunodeficiency
Syndrome) yang semakin memperluas spektrum dan derajat kemungkinan terjadinya
pneumonia.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Pneumonia
2.1.1. Definisi
Pneumonia adalah inflamasi yang terjadi pada jaringan parenkim paru.
Sebagian besar pneumonia disebabkan oleh infeksi mikroorganisme. Akan tetapi, ada
penyebab noninfeksius, seperti aspirasi, benda asing, hidrokarbon, dan lain-lain.7,8
2.1.2. Epidemiologi
Pneumonia menduduki peringkat pertama sebagai penyebab morbiditas dan
mortalitas tertinggi pada anak, terutama usia di bawah 5 tahun (balita). 7,8 Setiap
tahunnya, diperkirakan seperlima kematian anak di seluruh dunia atau sekitar 2 juta
anak balita meninggal akibat pneumonia. Di Indonesia sendiri, berdasarkan survey
kesehatan nasional (SKN) tahun 2001, diperkirakan terdapat 27,6 % kematian bayi
dan 22,8 % kematian balita yang disebabkan oleh penyakit respiratorik, terutama
pneumonia.8
Haemophilus influenzae tipe B, dan Staphylococus aureus. Pada anak yang lebih
besar dan remaja, sering juga ditemukan Mycoplasma pneumoniae, selain bakteribakteri yang disebutkan sebelumnya. 8 Pada anak dengan infeksi HIV, pneumonia
sering disebabkan oleh Mycobacterium tuberculosis, mycobacterium atipikal,
Salmonella, Escherichia coli, dan Pneumocystis jirovecii.7
Terdapat beberapa faktor risiko yang menyebabkan tingginya angka mortalitas
pneumonia pada anak balita, yaitu pneumonia pada masa bayi, berat lahir rendah,
tidak mendapat imunisasi, tidak mendapat ASI yang adekuat, malnutrisi, defisiensi
vitamin A, tingginya jumlah kolonisasi bakteri patogen di nasofaring, dan tingginya
pajanan polusi udara.8
Virus juga merupakan penyebab utama infeksi saluran napas bawah pada bayi
dan anak berusia < 5 tahun. Kejadian pneumonia viral paling tinggi pada di antara
usia 2 dan 3 tahun, kemudian menurun seiring bertambahnya usia. Virus yang paling
sering menyebabkan pneumonia adalah virus influenza dan respiratory syncytial virus
(RSV), terutama pada anak berusia < 3 tahun. Virus lain yang menjadi penyebab
tersering pnemonia adalah virus parainfluenza, adenovirus, rhinovirus, dan
metapneumoniavirus.
Usia
pasien
dapat
memberikan
gambaran
penyebab
pneumonia.7
Kelompok usia
Neonatus
(<
bulan)
1 - 3 bulan
Febril
Afebril
Patogen tersering
1 Streptococcus grup B, Escherichia coli, bakteri Gram negatif
lain, Streptococcus pneumoniae, Haemophilus influenzae
RSV, virus respiratorik lain, S. pneumoniae, H. influenzae
Chlamydia trachomatis, Mycoplasma hominis, Ureaplasma
3 - 12 bulan
urealyticum, CMV
RSV, virus respiratorik lain, S. pneumoniae, H. influenzae, C.
2 5 tahun
Chlamydophila
pneumoniae,
S.
aureus,
5 18 tahun
streptococcus grup A
M. pneumoniae, S. pneumoniae, C. pneumoniae, H. infuenzae,
> 18 tahun
2.1.4. Patogenesis
Saluran napas bawah dijaga tetap steril dengan mekanisme pertahanan
fisiologis, termasuk klirens mukosiliar, kandungan sekresi normal, seperti
imunoglobulin A (IgA), dan
pertahanan imunologis paru yang membatasi invasi organisme patogen adalah melalui
makrofag yang ada di alveolus dan bronkiolus, IgA sekretori, dan imunoglobulin lain.8
Mula-mula terjadi edema akibat reaksi jaringan yang mempermudah
proliferasi dan penyebaran kuman ke jaringan sekitarnya. Bagian paru yang terkena
mengalami konsolidasi, yaitu terjadi sebukan sel PMN, fibrin, eritrosit, cairan edema,
dan sitemukannya kuman di alveoli. Stadium ini disebut stadium hepatisasi merah.
Selanjutnya, deposisi fibrin semakin bertambah, terdapat fibrin dan leukosit PMN di
alveoli dan terjadi proses fagositosis yang cepat. Stadium ini disebut stadium
hepatisasi kelabu. Selanjutnya jumlah makrofag meningkat di alveoli, sel akan
mengalami degenerasi, fibrin menipis, kuman dan debris menghilang. Stadium ini
disebut stadium resolusi.8
Pneumonia viral biasanya disebabkan oleh penyebaran infeksi sepanjang
saluran napas, disertai kerusakan langsung pada epitel respiratorik, mengakibatkan
obstruksi jalan napas karena edema, sekresi abnormal, dan debris selular. Ukuran
saluran napas yang kecil pada anak kecil menyebabkan rentan terkena infeksi berat.
Atelektasis, edema interstisial, dan mismatch ventilasi-perfusi yang menyebabkan
hipoksemia sering menyertai obstruksi jalan napas. Infeksi virus juga dapat
mengakibatkan infeksi bakteri sekunder karena mengganggu mekanisme pertahanan
normal tubuh, mengubah sekresi, dan mengubah flora bakteri.8
Proses patologis dari penumonia bakterial tergantung dari jenis patogen. M.
pneumoniae menempel pada epitel, menghambat kerja silia, dan mengakibatkan
destruksi sel dan respon inflamasi di lapisan submukosa. Ketika infeksi berlanjut,
pengumpulan debris sel, sel inflamasi, dan mukus akan mengobstruksi saluran napas,
dengan penyebaran infeksi sepanjang pohon bronkial, seperti pada pneumonia viral.8
S. pneumoniae menyebabkan edema lokal yang turut membantu proliferasi
bakteri dan penyebarannya ke bagian paru sekitar, yang mengakibatkan pneumonia
lobaris.8
Streptococcus grup A mengakibatkan infeksi yang difus dengan pneumonia
interstisial. Secara patologis, terjadi nekrosis mukosa trakeobronkial, pembentukan
eksudat yang masif, edema, dan perdarahan lokal, dengan ekstensi ke septum
interalveolar, dan keterlibatan pembuluh limfa dan kemungkinan yang lebih besar
melibatkan pleura.8
2.1.5. Manifestasi Klinis
Pneumonia bakterial dan viral sering diawali dengan gejala infeksi saluran
napas atas, seperti rinitis dan batuk, selama beberapa hari. Pada pneumonia viral,
demam sering ditemukan, dengan temperatur yang lebih rendah dari pneumonia
bakterial. Takipneu merupakan manifestasi klinis yang paling konsisten dari
pneumonia. Peningkatan usaha bernapas terlihat dari retraksi interkosta, subkosta, dan
suprasternal, napas cuping hidung, dan penggunaan otot bantu pernapasan. Infeksi
berat dapat disertai sianosis dan kelelahan pernapasan, terutama pada bayi. Auskultasi
dada dapat terdengar ronkhi dan wheezing, tetapi sering sulit menentukan asal suara
napas tambahan ini pada bayi yang masih kecil. Pneumonia viral seringkali tidak
dapat dibedakan secara klinis dari pneumonia yang disebabkan oleh Mycoplasma dan
bakteri lainnya.7,8
Pneumonia bakteri pada dewasa anak yang lebih tua biasanya timbul secara
tiba-tiba dengan menggigil yang diikuti oleh demam tinggi, batuk, dan nyeri dada.
Pada anak yang lebih tua dan remaja, gejala saluran napas atas yang singkat diikuti
dengan demam menggigil yang muncul tiba-tiba disertai dengan pernapasan yang
cepat, batuk kering, ansietas, dan delirium.7,8
Temuan dari pemeriksaan fisik tergantung dari tahap pneumonia. Pada awal
penyakit, dapat ditemukan penurunan suara napas, ronkhi, dan crackles sering
terdengar di daerah paru yang terkena pneumonia. Dengan penambahan konsolidasi
dan komplikasi seperti efusi, empiema, atau pyopneumotoraks, perkusi yang redup
dapat ditemukan dan suara napas menghilang. Nyeri abdomen biasa ditemukan pada
pneumonia di lobus bawah. Hati dapat teraba membesar karena terdorong oleh
diafragma akibat hiperinflasi paru. Kaku kuduk, tanpa adanya meningitis, dapat
ditemukan terutama pada pneumonia lobus kanan atas.8
Gambaran klinis pneumonia pada bayi dan anak bergantung pada beratringannya infeksi, tetapi secara umum adalah sebagai berikut:7
Gejala infeksi umum, yaitu demam, sakit kepala, gelisah, malaise, penurunan
nafsu makan, keluhan gastrointestinal seperti mual, muntah atau diare;
kadang-kadang ditemukan gejala infeksi ekstrapulmoner.
Gejala gangguan respiratori, yaitu batuk, sesak, retraksi dada, takipnea, napas
cuping hidung, air hunger, merintih, dan sianosis.
Uji serologis
Uji serologik untuk mendeteksi antigen dan antibodi pada infeksi bakteri tipik
mempunyai sensifitas dan spesifitas yang rendah. Akan tetapi, untuk deteksi
infeksi virus dan bakteri atipik, peningkatan IgM dan IgG dapat
mengonfirmasi diagnosis.8
Pemeriksaan mikrobiologis
Pemeriksaan ini tidak rutin dilakukan kecuali pada pneumonia berat yang
dirawat di RS. Spesimen dapat berasal dari usab tenggorok, sekret nasofaring,
bilasan bronkus, darah, pungsi pleura, atau aspirasi paru. Diagnosis dikatakan
definitif bila kuman ditemukan dari darah, cairan pleura, atau aspirasi paru.
Pada anak besar dan remaja, spesimen dapat berasal dari sputum, baik untuk
pewarnaan Gram maupun kultur.8
etiologi
pneumonia.
Penebalan
peribronkial,
infiltrat
berusia di bawah 2 bulan, gejalanya dapat berupa malas minum, kejang, kesadaran
menurun, stridor, mengi, dan demam/badan terasa dingin.8
Berikut ini adalah klasifikasi pneumonia menurut WHO:5,8
1) Bayi dan anak berusia 2 bulan 5 tahun
a. Pneumonia berat
-
b. Pneumonia
-
Napas cepat dengan kriteria: > 50 x/menit (2 bulan -1 tahun) atau > 40
x/menit (>1-5 tahun)
2) Bukan pneumonia
-
Tidak perlu dirawat, tidak perlu antibiotik, hanya perlu obat penurun
panas
b. Bukan pneumonia
-
Tidak perlu dirawat, tidak perlu antibiotik, hanya perlu obat penurun
panas
2.1.8. Tatalaksana
Sebagian besar pneumonia pada anak tidak perlu dirawat. Indikasi dirawat
terutama berdasarkan pada berat-ringannya penyakit, misalnya toksis, distres
pernapasan, tidak mau makan/minum, atau ada penyakit dasar yang lain, komplikasi,
dan terutama mempertimbangkan usia pasien.
Dasar tatalaksana pneumonia rawat inap adalah pengobatan kausal dengan antibiotik
yang sesuai, serta tindakan suportif. Antipiretik dan analgetik dapat diberikan untuk
menjaga kenyamanan pasien dan mengontrol batuk. Nebulisasi dengan 2 agonis
dan/atau NaCl dapat diberikan untuk memperbaiki mucociliary clearance. Antibiotik
intravena diberikan pada pasien pneumonia yang tidak dapat menerima obat per oral
(misal karena muntah) atau termasuk dalam derajat pneumonia berat. Antibiotik
intravena yang dianjurkan adalah ampisilin dan kloramfenikol, co-amoxiclav,
ceftriaxone,
cefuroxime,
dan
cefotaxime.
Pemberian
antibiotik
oral
harus
2.1.9 Komplikasi10,11
Komplikasi pneumonia diakibatkan penyebaran langsung infeksi bakteri ke dalam
rongga toraks (efusi pleura, empiema, perikarditis) atau bakteremia dan penyebaran
Kedokteran
Kristen
Nama Lengkap
Eka Pranatalenta
NIM
1161050199
Rumah Sakit
RSUD Tarakan
Gelombang Periode
Tanda Tangan
K. IDENTITAS PASIEN
Nama Lengkap
: An. DP
Tanggal Lahir
: 30 Juli 2013
Umur
: 3 tahun 01 bulan
Jenis Kelamin
: Laki-laki
Agama
: Islam
Pendidikan
: Belum sekolah
Alamat
Agama : Islam
Pendidikan : D3
Pekerjaan : Swasta
Agama : Islam
Pendidikan : D3
Pekerjaan : Swasta
Ibu
Kehamilan
o Perawatan Antenatal :
Trimester I 1x/bulan di Puskesmas
Trimester II 1x/bulan di Puskesmas
Trimester III 1x/bulan di Puskesmas
o Penyakit Kehamilan : Tidak ada
Kelahiran
o Tempat Lahir : Puskesmas
o Penolong persalinan : Bidan
o Cara persalinan : Spontan
o Penyulit : o Masa gestasi : Cukup bulan
Keadaan Bayi
o Berat badan lahir : 3,1 kg
o Panjang badan : 49 cm
o Lingkar kepala : 33 cm
o Langsung menangis
o Warna kulit : Merah
o Nilai APGAR : Ibu os tidak mengetahui
o Kelainan bawaan : Tidak ada
Tengkurap
: 4 bulan
Duduk
: 6 bulan
Berdiri
: 10 bulan
Berjalan
: 12 bulan
Berbicara
: 14 bulan
RIWAYAT IMUNISASI
Vaksin
Dasar (Umur)
Ulangan (Umur)
BCG
1 bulan
DPT / DT
2 bulan
4 bulan
6 bulan
POLIO
0 bulan
2 bulan
4 bulan
CAMPAK
9 bulan
24 bulan
HEPATITIS B
0 bulan
2 bulan
6 bulan
6 bulan
MMR
TIPA
RIWAYAT MAKANAN
Umur/bulan/frekuensi ASI / PASI
Buah
/ Bubur susu
Biskuit
02
ASI
24
ASI
46
ASI
68
ASI / PASI
8 10
ASI / PASI
10 12
ASI / PASI
Nasi tim
Nasi / pengganti
3x sehari, piring
Sayur
Daging
1x seminggu, potong
Telur
Ikan
2x seminggu, potong
Tahu
2x seminggu, 1 potong
Tempe
2x seminggu, 1 potong
Susu
Lain-lain
Ayah
o
o
o
o
Ibu
o
o
o
o
Perkawinan
: Pertama
Umur saat menikah : 25 tahun
Konsanguitas
:Keadaan kesehatan : Sehat
Perkawinan
: Pertama
Umur saat menikah : 23 tahun
Konsanguitas
:Keadaan kesehatan : Sehat
RIWAYAT PENYAKIT
- Keluhan utama
SMRS
-
Keluhan tambahan
sepanjang hari. Sesak napas yang dialami tanpa disertai nyeri dada ataupun
kebiruan pada wajah pasien. Sebelumnya pasien sempat demam selama 2
hari. Demam dirasakan terus menerus sepanjang hari. Ibu pasien juga
mengatakan bahwa pasien batuk kering sejak 2 hari SMRS. Batuk dirasakan
terus menerus. Dahak berwarna putih tanpa disertai darah. Pilek sejak 2 hari
SMRS. Pilek terus menerus disertai keluarnya lendir/ ingus berwarna bening.
Awal mulanya ibu pasien mengatakan bahwa pasien sempat kecapekan lalu
mengalami demam dan batuk pilek selama 2 hari, lalu keesokan harinya
timbul sesak napas. Pasien sebelumnya sudah diberi obat penurun panas oleh
orang tua pasien namun belum ada perbaikan. Tidak ada mual, tidak ada
muntah, tidak ada sakit perut, tidak ada penurunan kesadaran. Buang air besar
tidak ada keluhan. Buang air kecil tidak ada keluhan. Ayah pasien merupakan
perokok aktif namun menurut pengakuan ibu pasien, ayah pasien jarang
merokok di lingkungan rumah.
-
PEMERIKSAAN FISIK
Keadaan umum
Kesadaran
: compos mentis
Tekanan darah
: 90/60 mmHg
Nadi
: 130 x/ menit
Nafas
: 35 x/ menit
Suhu
: 38 oC
Tinggi Badan
: 98 cm
Berat Badan
: 18 kg
Kulit
Kepala
Rambut
Mata
Telinga
Hidung
Mulut
: Bibir
Leher
Lidah
Tonsil
Faring
Dada
Dinding dada
Paru-paru
Jantung
Inspeksi
Palpasi
Perkusi
: sonor-sonor
Auskultasi
:
Inspeksi
Palpasi
Perkusi
Auskultasi
Abdomen
Inspeksi
Palpasi
Perkusi
Auskultasi
Genitalia
Ekstremitas
Atas
Bawah
PEMERIKSAAN NEUROLOGIS
I : Tidak dilakukan
II : Tidak dilakukan
III : Tidak dilakukan
IV : Tidak dilakukan
V : Tidak dilakukan
VI : Tidak dilakukan
VII : Tidak dilakukan
VIII : Tidak dilakukan
IX : Tidak dilakukan
X : Tidak dilakukan
XI : Tidak dilakukan
XII : Tidak dilakukan
Refleks fisiologis : tidak dilakukan
Refleks patologis : tidak dilakukan
PEMERIKSAAN LABORATORIUM
Leukosit
: 10.1 x 103 /L
Eritrosit
: 4,24 x 106 /L
Hemoglobin
: 11,4 g/dL
Ht
: 32,9 %
MCV
: 77,6 fL
MCH
: 26,9 pg
MCHC
: 34,7 g/dL
Trombosit
: 311 x 103 /L
Lymfosit
: 15,4 %
Monosit
: 2,9 %
Neutrofil
: 77,7 %
LYM #
: 1,5 x 103
MXD #
: 0,8 x 103
NEUT #
: 7,8 x 103
RDW
: 14,6 %
PDW
: 9,2 fL
MPV
: 8,2 fL
P-LCR
: 8,4 %
RINGKASAN
Anamnesis
Pasien datang ke IGD RSUD Tarakan dibawa oleh ibunya karena sesak napas sejak 1
hari SMRS. Menurut ibu pasien, pasien sesak napas terus menerus sepanjang hari.
Sesak napas yang dialami tanpa disertai nyeri dada ataupun kebiruan pada wajah
pasien. Demam terus menerus 2 hari SMRS disertai batuk kering dan pilek. Pasien
memiliki ayah yang merokok aktif. Riwayat sesak napas (+).
Pemeriksaan fisik
Tanda vital :
Keadaan umum
Kesadaran
: compos mentis
Tekanan darah
: 90/60 mmHg
Nadi
: 130 x/ menit
Nafas
: 35x/ menit
Suhu
: 38oC
Mata
Telinga
Hidung
Tenggorokan
: Tonsil
Faring
Dada
Dinding dada
Paru-paru
:
Inspeksi
Palpasi
Abdomen
Perkusi
: sonor-sonor
Auskultasi
PEMERIKSAAN LABORATORIUM
Leukosit
: 10.1 x 103 /L
Eritrosit
: 4,24 x 106 /L
Hemoglobin
: 11,4 g/dL
Ht
: 32,9 %
MCV
: 77,6 fL
MCH
: 26,9 pg
MCHC
: 34,7 g/dL
Trombosit
: 311 x 103 /L
Lymfosit
: 15,4 %
Monosit
: 2,9 %
Neutrofil
: 77,7 %
LYM #
: 1,5 x 103
MXD #
: 0,8 x 103
NEUT #
: 7,8 x 103
RDW
: 14,6 %
PDW
: 9,2 fL
MPV
: 8,2 fL
P-LCR
: 8,4 %
Diagnosis kerja
Diagnosis banding
: Pneumonia
: TB Paru
- Asma bronchiale
Pemeriksaan penunjang: Foto thorax (13 September 2016)
Penatalaksanaan :
- Rawat inap (13 September 2016; 13:30)
- IVFD DN 11 tpm
- O2 nasal kanul 2 lpm
- Paracetamol sirup 4 x 1 cth (kalau demam)
- Ceftriaxone inj. 500 mg/12 jam
- Nebulasi ventolin 1 resp./8 jam
FOLLOW UP
Follow up pagi tanggal 14 September 2016 (06.00)
PH : 1
PP : 3
S:
O:
Keadaan umum
Kesadaran
: Compos mentis
Tekanan darah
: 90/60 mmHg
Nadi
: 96 x/ menit
Nafas
: 24 x/ menit
Suhu
: 36.5oC
Mata
Telinga
Hidung
Tenggorokan
: Tonsil
Faring
Dada
Dinding dada
Paru-paru
Abdomen
Inspeksi
Palpasi
Perkusi
: sonor-sonor
Auskultasi
A : Pneumonia
P:
-
IVFD DN 11 tpm
Ceftriaxone inj 500 mg/ 12 jam
Paracetamol syr. 4x1 cth (kalau demam)
PP : 4
S:
O:
Keadaan umum
Kesadaran
: Compos mentis
Tekanan darah
: 90/60 mmHg
Nadi
: 100x/ menit
Nafas
: 24 x/ menit
Suhu
: 36.3oC
Mata
Telinga
Hidung
Tenggorokan
: Tonsil
Faring
Dada
Dinding dada
Paru-paru
:
Inspeksi
mulai berkurang
Abdomen
Palpasi
Perkusi
: sonor-sonor
Auskultasi
A : Pneumonia
P:
-
IVFD DN 11 tpm
Ceftriaxone inj 500 mg/ 12 jam
Paracetamol syr. 4x1 cth (kalau demam)
PP : 5
S:
O:
Keadaan umum
Kesadaran
: Compos mentis
Tekanan darah
: 90/60 mmHg
Nadi
: 100x/ menit
Nafas
: 24 x/ menit
Suhu
: 36.3oC
Mata
Telinga
Hidung
Tenggorokan
: Tonsil
Faring
Dada
Dinding dada
Paru-paru
:
Inspeksi
ada
Palpasi
Perkusi
: sonor-sonor
Auskultasi
Abdomen
A : Pneumonia
P:
-
IVFD DN 11 tpm
Ceftriaxone inj 500 mg/ 12 jam
Paracetamol syr. 4x1 cth (kalau demam)
Methylprednisolon 2x10 mg
PP : 6
S:
O:
Keadaan umum
Kesadaran
: Compos mentis
Tekanan darah
: 90/60 mmHg
Nadi
: 100x/ menit
Nafas
: 24 x/ menit
Suhu
: 36.4oC
Mata
Telinga
Hidung
Tenggorokan
: Tonsil
Faring
Dada
Dinding dada
Paru-paru
:
Inspeksi
ada
Abdomen
Palpasi
Perkusi
: sonor-sonor
Auskultasi
A : Pneumonia
P:
-
Vemplon
Ceftriaxone inj 500 mg/ 12 jam
Paracetamol syr. 4x1 cth (kalau demam)
PP : 7
S:
O:
Keadaan umum
Kesadaran
: Compos mentis
Tekanan darah
: 90/60 mmHg
Nadi
: 100x/ menit
Nafas
: 24 x/ menit
Suhu
: 36.3oC
Mata
Telinga
Hidung
Tenggorokan
: Tonsil
Faring
Dada
Dinding dada
Paru-paru
:
Inspeksi
ada
Abdomen
Palpasi
Perkusi
: sonor-sonor
Auskultasi
A : Pneumonia
P:
-
Vemplon
Ceftriaxone inj 500 mg/ 12 jam
Paracetamol syr. 4x1 cth (kalau demam)
PP : 8
O:
Keadaan umum
Kesadaran
: Compos mentis
Tekanan darah
: 90/60 mmHg
Nadi
: 100x/ menit
Nafas
: 24 x/ menit
Suhu
: 36.3oC
Mata
Telinga
Hidung
Tenggorokan
: Tonsil
Faring
Dada
Dinding dada
Paru-paru
:
Inspeksi
ada
Abdomen
Palpasi
Perkusi
: sonor-sonor
Auskultasi
P : BPL
-
Vemplon
Paracetamol syr. 4x1 cth (kalau demam)
DAFTAR PUSTAKA
1) Ingram RH, Braunwald E. Dyspnea and pulmonary edema. In Fauci AS, et al.
Harrisons principles of internal medicine. 17th ed. Vol II. Singapore: McGrawHill Companies, 2008.p.201-5.
2) T Nishino. Dyspnea: underlyng mechanism and treatment. Mechanism of
93.
Kliegman RM, Behrman RE, Jenson HB, Stanton BF. 18th ed. Philadelphia:
Elsevier Saunders; 2007.
8) Said M. Pneumonia. Dalam: Buku ajar respirologi anak. Ed: Rahajoe NN,
ED. Pedoman pelayanan medis ikatan dokter anak Indonesia jilid 1. Jakarta :
Pengurus Pusat Ikatan Dokter Anak Indonesia. 2010.
10) Kliegman, et al (editor). Nelson textbook of pediatrics 19th edition. Philadelphia :
Elsevier. 2011.
11) McIntosh K. Current concepts community-acquired pneumoniain children. N Engl