Rumusan Masalah
1.2.1 Apa saja macam-macam kegagalan gigi tiruan jembatan serta penyebabnya?
1.2.2 Bagaimana penatalaksanaan dari kegagalan gigi tiruan jembatan pada kasus di
skenario?
1.2
Tujuan Pembahasan
1.3.1 Menjelaskan macam-macam
1.3.2
kegagalan
gigi
tiruan
jembatan
beserta
penyebabnya
Menjelaskan penatalaksanaan dari kegagalan gigi tiruan jembatan pada kasus
di skenario
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1
Definisi
Gigi tiruan jembatan adalah suatu restorasi yang tidak dapat dilepas sendiri
oleh pasien karena dilekatkan secara permanen pada gigi asli atau akar gigi yang
merupakan pendukung utama dari alat tersebut. Gigi tiruan jembatan disebut juga
fixed bridge prosthesis atau fixed partial denture.
2.2
Tujuan Pembuatan
Tujuan pembuatan gigi tiruan adalah:
1.
2.
3.
4.
5.
2.3
Usia 20 50 tahun
2.
3.
4.
5.
6.
Jaringan pendukung alveolar baik (pembentukan akar baik, tebal, lebar, dan
divergen)
7.
Gigi abutment baik dan penempatannya seimbang dengan jumlah gigi yang
akan diganti. Desain ideal adalah 2 gigi abutment untuk mendukung 1 gigi.
Pada bagian posterior, dapat digunakan 2 gigi abutment untuk 2 gigi jika
posisinya dalam satu garis lurus.
Pemilihan gigi abutment hendaknya mempertimbangkan:
a. Vitalitas gigi
b. Status periodontal
c. Ratio mahkota-akar
d. Konfigurasi akar
e. Luas area permukaan jaringan periodontal (Hukum Ante)
f. Panjang mahkota klinis
g. Hubungan antara aksis gigi dengan arah insersi
8.
9.
10.
11.
Kontraindikasi GTJ:
1.
2.
3.
4.
5.
6.
Alveolus pendukung gigi kurang dari 2/3 akar gigi (akar tipis dan berbentuk
taper)
2.4
7.
8.
9.
Oklusi abnormal
10.
11.
12.
13.
1. Pontik
Adalah gigi buatan pengganti dari gigi atau gigi-geligi yang hilang. Dapat
dibuat dari porselen, akrilik atau logam, atau gabungan dari bahan-bahan ini.
Beberapa macam bentuk pontik adalah :
a. Hygiene /sanitary pontic
Pontik ini sama sekali tidak menempel pada edentulous ridge (menggantung)
sehingga self cleansing sangat terjamin. Biasanya untuk gigi posterior bawah.
b. Ridge lap pontic
Pontik ini tidak menempel pada permukaan palatinal/lingual, sedangkan
permukaan bukal/labialnya menempel. Keadaan ini untuk memperkecil
terjadinya impaksi dan akumulasi makanan, tetapi tidak mengabaikan factor
estetis. Ridge lap pontic digunakan pada gigi molar atas dan bawah, tetapi
lebih banyak digunakan untuk region anterior.
c. Saddle pontic
Pontik ini menutup seluruh edentulous ridge dan merupakan bentuk pontik
yang konturnya paling mirip dengan gigi asli. Dasar dari pontik berbentuk
konkaf sehingga akan sulit melakukan pembersihan.
Indikasi mahkota penuh pada gigi posterior : gigi dengan indeks karies tinggi,
terdapat kerusakan akibat karies atau fraktur sehingga tidak dapat dibuatkan
bentuk retainer lain.
b. partial veneer crown/mahkota sebagian : restorasi yang menutupi sebagian
permukaan gigi. Bagian yang tidak tertutup mahkota adalah bagian labial atau
bukal.
Indikasi: bagian labial atau bukal dalam keadaan baik, histologis, anatomis,
maupun estetis, cukup tebal untuk membuat pari-parit proksimal yang cukup
dalam memberi retensi, mempunyai mahkota klinis yang cukup panjang, besar,
dan tidak ada karies proksimal, serta kedudukannya normal (tidak malposisi).
Gigi yang cocok dibuatkan mahkota sebagian adalah gigi incisivus sentral,
premolar maksila, kaninus dan premolar kedua mandibula. Mahkota sebagian
pada gigi molar tidak dianjurkan oleh karena batas logam dengan gigi menjadi
terlampau panjang sehingga mudah terjadi karies.
c. Inlay
Kita menggunakan inlay sebagai retainer untuk GTJ yang pendek, mengganti
tidak lebih dari satu gigi pada pasien yang indeks kariesnya rendah. Gigi
abutment untuk inlay harus besar dan mempunyai mahkota cukup panjang,
masih vital, dan tidak ada karies atau tambalan di bagian servikal.
3. Konektor
Adalah bagian yang mencekatkan pontik ke retainer. Konektor dapat berupa
sambungan yang disolder, struktur cor (alumina derajat tinggi, jika terbuat dari
porselen seluruhnya).
Terdapat 2 macam konektor, yakni:
a. Rigid connector
Konektor yang tidak memungkinkan terjadinya pergerakan pada komponen
GTJ. Merupakan konektor yang paling sering digunakan untuk GTJ.
e. Intermediate/pier abutment
f. Splinted abutment
g. Double splinted
2.5
Kegagalan GTJ
Adapun beberapa bentuk kegagalan dari pemakaian gigi tiruan jembatan yang
dapat ditemukan antara lain :
a.
b.
d.
Konektor patah.
e.
Penderita mengeluh akan adanya perasaan yang tidak enak. Hal yang
dapat menyebabkan gangguan ini adalah kontak prematur atau oklusi
yang tidak sesuai, bidang oklusi yang terlalu luas dan atau penimbunan
sisa makanan antara pontik dan retainer, tekanan yang berlebih pada
gingiva. Daerah servikal yang sakit, shock termis oleh karena pasien
belum terbiasa.
f.
Retainer atau jembatan lepas dari gigi penyangga. Ada kalanya satu
jembatan yang lepas secara keseluruhan dapat disemen kembali setelah
penyebab dari lepasnya restorasi tersebut diketahui dan dihilangkan.
Jika tidak semua retainer lepas maka jembatan dikeluarkan dengan cara
dirusak dan dibuatkan kembali jembatan yang baru, jika sesuatu dan
kondisi memungkinkan
g.
h.
i.
j.
BAB III
PEMBAHASAN
3.1
Biologikal
a. Rasa tidak nyaman
b. Karies
10
c. Perforasi pulpa
d. Kerusakan periodontal
e. Masalah oklusal
f. Fraktur gigi penyangga
2.
Mekanikal
a. Fraktur gigi tiruan
b. Keausan oklusal gigi tiruan
3.
Estetik
a. Perubahan warna gigi tiruan
b. Kontur yang tidak sesuai
11
g. Retainer atau jembatan lepas dari gigi penyangga. Ada kalanya satu
jembatan yang lepas secara keseluruhan dapat disemen kembali setelah
penyebab dari lepasnya restorasi tersebut diketahui dan dihilangkan.
Jika tidak semua retainer lepas maka jembatan dikeluarkan dengan cara
dirusak dan dibuatkan kembali jembatan yang baru, jika sesuatu dan
kondisi memungkinkan
h. Jembatan kehilangan dukungan, dapat terganggu oleh karena jembatan,
luas permukaan oklusal, bentuk embrasure, bentuk retainer, kurang gigi
penyangga, trauma pada periodontium dan teknik pencetakan.
i. Kesalahan cara preparasi, preparasi yang tidak dilindungi dengan
mahkota sementara, karies yang tersembunyi, rangsangan dari semen
serta terjadinya perforasi.
j. Jembatan patah. Dapat diakibatkan oleh hubungan oleh shoulder atau
bahu yang tidak baik, teknik pengecoran yang salah serta kelelahan
bahan.
k. Kehilangan lapisan estetik.
l. Trauma oklusal.
m. Beban kunyah yang berlebihan.
n. Tekanan yang berlebihan pada jaringan lunak.
3.3
3.3.1
Perawatan Bahan
Syarat-syarat bahan secara umum adalah memiliki aspek:
1. Biologis
12
Non iritan
Non toksik
Kariostatik
2. Kelarutan
Bahan tersebut harus tahan terhadap saliva (tidak larut dalam saliva)
3. Mekanis
Memiliki daya tahan abrasi yang baik
Modulus elasticitysama dengan enamel dan dentin
4. Sifat termis
Koefisien muai panas sama dengan enamel dan dentin.
3.3.2
Perawatan Pendahuluan
Perawatan pendahuluan adalah tindakan yang dilakukan terhadap gigi, jaringan
lunak maupun keras, dalam rangka mempersiapkan mulut untuk menerima gigi tiruan.
Keberhasilan atau gagalnya gigi tiruan cekat tergantung pada beberapa faktor di
antaranya meliputi:
1. Kondisi mulut pasien
2. Keadaan periodontal gigi abutment
Tujuan perawatan pendahuluan selain untuk mengadakan sanitasi mulut, juga untuk
menciptakan kondisi oklusi normal, yang menjamin kesehatan gigi dan jaringan
pendukungnya.
13
Hal ini berguna untuk mendapatkan jaringan yang sehat pada gigi yang ada sehingga
dapat memberikan dukungan dan fungsi yang baik untuk gigi tiruan.
Mengevaluasi keadaan jaringan periodontal gigi abutment secara radiografi juga perlu
dilakukan untuk menilai apakah gigi tersebut masih dapat digunakan sebagai
penyangga atau tidak.
2. Tindakan Konservasi
Sebelum merencanakan gigi tiruan harus diketahui perbaikan yang akurat terhadap
gigi-gigi yang ada.
3. Tindakan Prostetik
Setelah semua gigi penyangga dan jaringan pendukungnya dievaluasi tahap berikutnya
adalah pembuatan gigi tiruan cekat yang baru.
Keuntungan dari perencanaan, pembuatan dan pelaksanaan persiapan di dalam mulut
yang teliti adalah sangat mendasar. Preparasi yang tepat akan mengarahkan gaya
pengunyahan, sehingga desain gigi tiruan akan mendukung satu sama lain. Gaya yang
seimbang dan didistribusikan dengan sesuai dapat membantu mempertahankan
struktur rongga mulut yang masih ada dan restorasi.
Akhirnya keadaan ini dapat menghasilkan ramalan, prognosa yang baik untuk suatu
restorasi. Setelah dilakukan perawatan pendahuluan yang baik, barulah dapat
dilakukan pengambilan cetakan pada pasien untuk pembuatan gigitiruan, karena gigi
tiruan dapat bertindak sebagai pengganti fungsi gigi yang hilang dan mengembalikan
kesehatan jaringan mulut.
3.3.3
Pemilihan Desain
Pertimbangan pemilihan desain dasar Gigi Tiruan Jembatan:
1. Desain retainer
2. Desain pontik
14
Menghilangkan karies
2.
3.
15
BAB IV
KESIMPULAN
Gigi tiruan jembatan adalah suatu restorasi yang tidak dapat dilepas sendiri
oleh pasien karena dilekatkan secara permanen pada gigi asli atau akar gigi yang
merupakan pendukung utama dari alat tersebut. Gigi tiruan jembatan dibuat untuk
mengembalikan fungsi pengunyahan, fungsi estetik, fungsi fonetik, mencegah
16
terjadinya pemindahan tempat dari gigi-gigi sekitar ruangan yang kosong dan ntuk
memelihara atau mempertahankan kesehatan gingiva.
Penggunaan gigi tiruan jembatan dapat mengalami kegagalan, di antaranya:
1.
Biologikal
Rasa tidak nyaman, karies, perforasi pulpa, kerusakan periodontal, masalah
oklusal, fraktur gigi penyangga.
2.
Mekanikal
Fraktur gigi tiruan, keausan oklusal gigi tiruan.
3.
Estetik
Perubahan warna gigi tiruan, kontur yang tidak sesuai.
Untuk kasus pada skenario, pada gigi 27, penatalaksanaannya adalah dengan
menghilangkan karies, perawatan saluran akar, dan pembuatan dowel retainer.
Sedangkan pada gigi 25 dilakukan perawatan prostetik dengan pembuatan retainer
yang baru.