Anda di halaman 1dari 25

LAPORAN KASUS

Cephalopelvic Disproportion

Dokter Pembimbing:

dr.F.X Widiarso,Sp.OG
Disusun oleh:

William Limadhy - 11.2015.345

KEPANITERAAN KLINIK OBSTETRI DAN GYNEKOLOGI


FAKULTAS KEDOKTERAN UKRIDA
PERIODE 13 Juni 20 Agustus 2016
RUMAH SAKIT MARDI RAHAYU KUDUS

KEPANITERAAN KLINIK
STATUS OBTETRI DAN GINEKOLOGI
FAKULTAS KEDOKTERAN UKRIDA

SMF PENYAKIT OBSGYN


RUMAH SAKIT MARDI RAHAYU
Nama

: William Limadhy

Nim

: 11.2015.345

Tanda Tangan

A. IDENTITAS PASIEN
Nama

: Ny. EH

Alamat

: Gribig RT 02 RW 03 Gebog Kudus

Tanggal Lahir

: 17-08-1991

Umur

: 24 tahun

Status

: Kawin

Jenis kelamin

: Perempuan

Gol.darah

: B/+

Pekerjaan

: Ibu rumah tangga

Pendidikan

: SMA

Agama

: Islam

Hamil

: GIIPIA0

HPHT

: 29/09/2016

Nama Suami

: Tn. S

Umur

: 30 tahun

Pekerjaan

: Swasta

B. PEMERIKSAAN SUBYEKTIF
Autoanamnesis dilakukan hari Rabu, 6 Juli 2016 pukul 20.45 WIB

Keluhan utama

Perut terasa kencang-kencang


Riwayat penyakit sekarang
OS datang dengan keluhan perut terasa kencang-kencang yang hilang timbul sejak 1
hari yang lalu, tidak keluar lendir darah dari vagina. Keluhan mual dan muntah sejak
trimester pertama dengan frekuensi muntah sekitar 2x/hari. BAK (+), 4 5 x/hari, warna
kuning jernih, nyeri (-). BAB (+) pada pagi hari. Gerakan janin aktif dan masih dirasakan.
OS mengaku tidak ada riwayat trauma, tidak ada riwayat minum obat obatan atau jamu.
OS memeriksakan kehamilannya secara teratur di bidan. Ini merupakan kehamilan
kedua, usia 40 minggu. Tidak ada riwayat operasi sebelumnya.
Riwayat Haid

Menarche

: 13 tahun

Siklus haid

: 28 hari

Lama haid

: 8 hari

Haid teratur, tidak nyeri

HPHT

: 29 September 2015

HPL

: 6 Juni 2016

Riwayat Perkawinan
Pernikahan 1 kali, usia 24 tahun, selama 4 tahun
Riwayat Kehamilan
ANC rutin di bidan.

Riwayat Kehamilan, Persalinan, Nifas


Anak

Tahun

ke

Umur

Jenis

Penolon

Tempat

BB, PB Riw.

Menete

Kehamilan

Persalina

Melahirka

Saat

Nifa

lahir

sampai

Baik

usia
1 tahun

n
1

2012

9 bulan

2016

Hamil ini

Partus

Dokter

Rumah sakit 2700gr

spontan

Riwayat KB
Memakai Pil KB selama 2 bulan.
Riwayat Penyakit Dahulu

Tidak pernah menderita penyakit jantung, darah tinggi, kencing manis, asma dan
alergi.

OS tidak memiliki riwayat operasi sebelumnya

Riwayat Penyakit Keluarga


Tidak ada anggota keluarga yang menderita penyakit jantung, darah tinggi, kencing manis,
asma dan alergi.
C. PEMERIKSAAN OBYEKTIF
Keadaan umum

: Tampak sakit sedang

Kesadaran

: compos mentis

Vital sign
Tekanan darah : 110/70 mmHg
Nadi

: 89 x/menit

Frek. Napas

: 20 x/menit

Suhu

: 36,4 C

BB

: 52 kg

TB

: 155 cm

Mata

: Konjungtiva Anemis -/-, Sklera Ikterik -/-

Paru-paru

: Vesikuler +/+, Wheezing -/-, Rhonki -/-

Jantung

: BJ1-BJ2 murni reguler, gallop (-), murmur (-)

Abdomen

: Tampak membuncit sesuai massa kehamilan, tampak linea


nigra

Ekstremitas

: Edema -/-

Status Obstetri
Pemeriksaan Luar

o Inspeksi : perut membuncit, linea nigra (+), bekas operasi (-)


o Palpasi

TFU : 32 cm

Taksiran berat janin

Leopold I

: Teraba bagian bulat, lunak, tidak melenting (bokong)

Leopold II

: Teraba bagian memanjang dan keras di sebelah kanan

: (32-12) x 155 = 3100 gr

(PUKA)

Leopold III

: Teraba bagian bulat, keras dan melenting (kepala)

Leopold IV

: Kepala belum masuk PAP

o Auskultasi

: Denyut Jantung Janin (+) 144 x/ menit

o His

: (+) sering 1 x dalam 10 menit selama 20 detik

o PPV

:-

o Osborn Test

: (+)

Pemeriksaan Dalam : (rabu, 6 juli 2016. 20.45 wib)


o Pembukaan

: 3 cm

o KK

:+

o Effacement

: 25 %

o Portio

: Tipis Lunak

o Hodge

:I

o Point of direction

: Belum teraba

o Conjugate diagonalis

: 10cm

o Conjugate vera

: 8,5cm

Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan Laboratorium
Hemoglobin

8.1 g/dL

(N: 11,7 15,5)

Leukosit

10.90 ribu

(N: 3.600 11.000)

Hematokrit

25.10 %

(N: 30-43)

Trombosit

243.000

(N: 150.000-440.000)

Golongan darah/Rh

B/+

Waktu perdarahan/BT

1,30 menit

(N: 1-3)

Waktu pembekuan/CT

5.00 menit

(N: 2-6)

HbsAg

Negatif

Negatif

D. RINGKASAN
OS datang dengan keluhan perut terasa kencang-kencang yang hilang timbul sejak 1
hari yang lalu, tidak keluar lendir darah dari vagina. Keluhan mual dan muntah dirasakan
sejak trimester pertama dengan frekuensi muntah 2x/hari. BAK (+), 4 5 x /hari, warna
kuning jernih, nyeri (-). BAB (+) pada pagi hari. Gerakan janin aktif dan masih dirasakan.
OS mengaku tidak ada riwayat trauma, tidak ada riwayat minum obat obatan atau jamu.
OS memeriksakan kehamilannya secara teratur di bidan dan dokter. Ini merupakan
kehamilan kedua, usia 40 minggu. Tidak ada riwayat operasi sebelumnya.
Riwayat Haid

Menarche

: 13 tahun

Siklus haid

: 28 hari

Lama haid

: 8 hari

Haid teratur, tidak nyeri

HPHT

: 29 September 2015

HPL

: 6 Juni 2016

Status Obstetri

Pemeriksaan Luar

o Inspeksi : perut membuncit, linea nigra (+), bekas operasi (-)


o Palpasi
Leopold I

: Teraba bagian bulat, lunak, tidak melenting

Leopold II

: Teraba bagian memanjang dan keras di sebelah kanan

Leopold III

: Teraba bagian bulat, keras dan melenting

Leopold IV

: Kepala belum masuk PAP

o Auskultasi

: Denyut Jantung Janin (+) 144 x/ menit

o His

: (+) sering 1 x dalam 10 menit selama 20 detik

o PPV

:-

o Osborn Test

: (+)

o TFU

: 32cm

o TBJ

: (32-12) x 155 = 3100gr

Pemeriksaan Dalam :

o Pembukaan

: 3 cm

o KK

:+

o Effacement

: 25 %

o Portio

:Tebal lunak

o Hodge

:I

o Point of direction

:Belum teraba

o Conjugate diagonalis

: 10 cm

o Conjugate vera

: 8,5 cm

Diagnosis Kerja
GIIPIA0 24 tahun hamil 40 minggu
Janin 1 hidup intrauterin
Presentasi kepala U puka
Inpartu kala I fase laten

Rencana Pengelolaan
-

VT : Pembukaan 3 cm, effacement 25 % , KK (+), portio tebal lunak, presentasi


kepala U puka, Hodge I, Belum teraba

Sikap : Pengawasan 10
Evaluasi setiap 4 jam
Infus RL / D5 20 tpm
Puasa pro SC

6 Juni 2016 pukul 21.00


S : Perut terasa kencang-kencang
O :
Keadaan umum

: baik

Kesadaran

: compos mentis

Vital sign
Tekanan darah : 110/70 mmHg
Nadi

: 89 x/menit

Frek. Napas

: 20 x/menit

Suhu

: 36,4 C

VT

: Pembukaan 3 cm, effacement 25 % , KK (+), portio tebal


lunak, presentasi kepala U puka, Hodge I, Belum teraba

A :
GIIPIA0 24 tahun hamil 40 minggu
Janin 1 hidup intrauterin
Presentasi kepala U puka
Inpartu kala I fase laten
CPD
P : Persiapan SC
E. LAPORAN PERSALINAN
7 Juni 2016 pukul 00.45 dilakukan operasi sectio caesarea
Operasi Sectio Caesarea
-

Insisi abdomen di linea mediana sepanjang 10 cm di atas symphisis

Insisi diperdalam lapis demi lapis hingga peritoneum terbuka

Tampak uterus sesuai umur hamil aterm

Buka plica vesica uterina semilunar

Insisi pada Segmen bawah rahim 10 cm

Kepala bayi diluksir, terdapat lilitan tali pusat 1x di leher bayi, bayi dilahirkan kepala,
bahu, badan dan kaki

Bayi laki-laki, berat badan 3230 gram, 48 cm, Apgar score 8-9-10

Plasenta dilahirkan manual, kotiledon lengkap, infark 10%, hematom (-)

Jahit SBR dengan chromic catgut No.2 jelujur terkait

Jahit Overhecting SBR dengan Chromic catgut No.2

Kontrol perdarahan, perdarahan ()

Jahit peritoneum dengan plain catgut No.0

Jahit otot dengan plain catgut No.0

Jahit fascia dengan polysorb No.2

Jahit lemak subkutan dengan plain catgut No.1

Jahit kulit dengan nilon No.2-0 secara matras

Perdarahan selama op 300 cc

Tindakan selesai

Instruksi pasca tindakan


-

Infus RL/D5 20 tpm

Cefotaxim 2x1 gr IV

Ketorolac 3x1 amp IV

Vitamin C 1x1 amp IV

Alinamin F 2x1 amp IV

Kaltrofen sup rectal 2x1

Cek Hb post operasi

F. FOLLOW UP
Pemeriksaan Lab
Hemoglobin

7,7 g/dL

(N: 11,7 15,5)

7 Juni 2016 pukul 08.00


S : Nyeri perut bekas operasi, skala nyeri 6
O :
Keadaan umum

: baik

Kesadaran

: compos mentis

Vital sign
Tekanan darah : 120/70 mmHg
Nadi

: 88 x/menit

Frek. Napas

: 20 x/menit

Suhu

: 36,8 C

Mata

: Konjungtiva Anemis -/-, Sklera Ikterik -/-

Paru-paru

: Vesikuler +/+, Wheezing -/-, Rhonki -/-

Jantung

: BJ1-BJ2 murni reguler, gallop (-), murmur (-)

Abdomen

: TFU 2 jari dibawah pusat, kontraksi baik, BU (+)

Ekstremitas

: Edema -/-

PPV

: lochea rubra 10cc

A : PIIA0 24 tahun post SC hari I a/i CPD


P :

- Infus RL/D5 20 tpm


-

Cefotaxime 2x1 gram IV

Ketorolac 3x1 amp IV

Alinamin F 2x1 amp IV

Vitamin C 1x1 amp IV

Kaltrofen sup rectal 2x1

Minum, makan bubur halus/bubur tepung

Transfuse PRC 2 kolf

8 Juni 2016 pukul 08.00


S : Nyeri perut bekas operasi, skala nyeri 3
O :
Keadaan umum

: baik

Kesadaran

: compos mentis

Vital sign
Tekanan darah : 120/70 mmHg
Nadi

: 88 x/menit

Frek. Napas

: 24 x/menit

Suhu

: 36,5 C

Mata

: Konjungtiva Anemis -/-, Sklera Ikterik -/-

Paru-paru

: Vesikuler +/+, Wheezing -/-, Rhonki -/-

Jantung

: BJ1-BJ2 murni reguler, gallop (-), murmur (-)

Abdomen

: TFU 2 jari dibawah pusat, kontraksi baik, BU (+)

Ekstremitas

: Edema -/-

PPV

: lochea rubra 10cc

A : PIIA0 24 tahun post SC hari ke-II a/i CPD


P :

- Infus RL/D5 20 tpm


-

Cefotaxime 2x1 gram IV

Ketorolac 3x1 amp IV

Alinamin F 2x1 amp IV

Vitamin C 1x1 amp IV

Kaltrofen sup rectal 2x1

Minum, makan bubur kasar/bubur nasi

9 Juni 2016 pukul 08.00


S : Kadang kadang nyeri luka operasi ketika berbalik badan pada saat tidur
O :
Keadaan umum

: baik

Kesadaran

: compos mentis

Vital sign
Tekanan darah : 130/80 mmHg

Mata

Nadi

: 82 x/menit

Frek. Napas

: 18 x/menit

Suhu

: 36,5 C
: Konjungtiva Anemis -/-, Sklera Ikterik -/-

Paru-paru

: Vesikuler +/+, Wheezing -/-, Rhonki -/-

Jantung

: BJ1-BJ2 murni reguler, gallop (-), murmur (-)

Abdomen

: TFU 2 jari dibawah pusat, kontraksi baik, BU (+)

Ekstremitas

: Edema -/-

PPV

: lochea rubra 20cc

A : PIIA0 24 tahun post SC hari ke-III a/i CPD


P : cefixim 2x1 tab
phospargin 2x1 tab
Asam mefenamat 3x1 tab
Hemafot 1x1 tab
Edukasi : ASI eksklusif, diet gizi seimbang, imunisasi bayi, kontrol poliklinik 1
minggu
Mobilisasi pasien pulang

Tinjauan Pustaka
DEFINISI
Disproporsi sefalopelvik adalah keadaan yang menggambarkan ketidaksesuaian antara kepala
janin dan panggul ibu sehingga janin tidak dapat keluar melalui vagina. Disproporsi sefalopelvik
disebabkan oleh panggul sempit, janin yang besar ataupun kombinasi keduanya. 1
-

Pintu Atas Panggul


Pintu atas panggul dibentuk oleh promontorium corpus vertebra sacrum 1, linea
innominata, serta pinggir atas simfisis. Konjugata diagonalis adalah jarak dari pinggir
bawah simfisis ke promontorium, Secara klinis, konjugata diagonalis dapat diukur
dengan memasukkan jari telunjuk dan jari tengah yang dirapatkan menyusur naik ke
seluruh permukaan anterior sacrum, promontorium teraba sebagai penonjolan tulang.
Dengan jari tetap menempel pada promontorium, tangan di vagina diangkat sampai
menyentuh arcus pubis dan ditandai dengan jari telunjuk tangan kiri. Jarak antara ujung
jari pada promontorium sampai titik yang ditandai oleh jari telunjuk merupakan panjang
konjugata diagonalis. 1-3

Konjugata vera yaitu jarak dari pinggir atas simfisis ke promontorium yang dihitung
dengan mengurangi konjugata diagonalis 1,5 cm, panjangnya lebih kurang 11 cm.
Konjugata obstetrika merupakan konjugata yang paling penting yaitu jarak antara bagian
tengah dalam simfisis dengan promontorium, Selisih antara konjugata vera dengan
konjugata obstetrika sedikit sekali. 1-3

Gambar 1. Diameter pada Pintu Atas Panggul 3

Panggul Tengah Panggul


Ruang panggul ini memiliki ukuran yang paling luas. Pengukuran klinis panggul tengah
tidak dapat diperoleh secara langsung. Terdapat penyempitan setinggi spina isciadika.
Jarak antara kedua spina ini yang biasa disebut distansia interspinarum merupakan jarak
panggul terkecil yaitu sebesar 10,5 cm. Diameter anteroposterior setinggi spina isciadica
berukuran 11,5 cm.1-3

Pintu Bawah Panggul


Pintu bawah panggul bukanlah suatu bidang datar namun terdiri dari dua segitiga dengan
dasar yang sama yaitu garis yang menghubungkan tuber isciadikum kiri dan kanan. Pintu
bawah panggul yang dapat diperoleh melalui pengukuran klinis adalah jarak antara kedua

tuberositas iscii atau distansia tuberum (10,5 cm), dan jarak antara pinggir bawah
simpisis ke ujung sacrum (11,5 cm).1-3
Istilah cephalopelvic disproportion mulai digunakan pada abad 20 untuk menggambarkan
adanya hambatan persalinan akibat ketidakseimbangan ukuran kepala bayi dengan pelvis ibu.

ETIOLOGI
Penyebab dari cephalopelvic disproportion:
1. Janin yang besar
2. Kelainan posisi dan presentasi
3. Panggul sempit 1
JANIN YANG BESAR
Janin yang besar ialah janin yang beratnya lebih dari 4000 gram.
Penyebab anak besar yaitu:

Diabetes mellitus

Herediter

Multiparitas 1

Kesukaran yang ditimbulkan dalam persalinan karena besarnya kepala atau besarnya bahu.
Karena regangan dinding rahim oleh anak yang sangat besar, dapat timbul inersia uteri dan
kemungkinan perdarahan postpartum akibat atonia uteri juga lebih besar.
Jika panggul normal biasanya diusahakan persalinan pervaginam karena penentuan besarnya
anak dengan palpasi Leopold sangat sulit. Pemeriksaan USG dapat membantu diagnosis bila
anak letak kepala dan kepala belum masuk pintu atas panggul. 1
KELAINAN POSISI DAN PRESENTASI
1. Presentasi muka
Presentasi muka adalah presentasi kepala dengan defleksi maksimal hingga oksiput
mengenai punggung, muka terarah ke bawah (kaudal terhadap ibu), dan dagu menjadi
bagian presentasinya. Faktor predisposisi presentasi muka: 3-5

a. Malformasi janin
b. Berat badan lahir < 1500 g
c. Polihidramnion
d. Postmaturitas
e. Multiparitas
Pada pemeriksaan dalam, dengan pembukaan yang cukup besar, akan teraba pinggir
orbita, hidung, tulang pipi, mulut, dan dagu.

Gambar 2 Presentasi Muka 3


Mekanisme persalinan presentasi muka serupa dengan persalinan presentasi belakang
kepala. Secara berurutan akan terjadi proses kepala mengalami penurunan (descent),
rotasi internal, fleksi, ekstensi dan rotasi eksternal. Sebelum masuk panggul biasanya
kepala janin belum dalam sikap ekstensi maksimal, sehingga masih presentasi dahi.
Ketika terjadi penurunan kepala, tahanan dari panggul akan menyebabkan kepala lebih
ekstensi sehingga terjadi perubahan menjadi presentasi muka. Ketika masuk pintu atas
panggul dagu dalam posisi transversal atau oblik.

Pada pintu tengah panggul, rotasi internal terjadi. Tujuan rotasi internal adalah membuat
kepala agar dapat semakin memasuki panggul dengan cara mengubah posisi dagu ke arah
anterior. Apabila dagu berputar ke arah posterior, maka kepala akan tertahan oleh sakrum
sehingga kepala tidak mungkin turun lebih lanjut, dan terjadilah persalinan macet.
Perputaran dagu ke arah anterior akan membuat kepala dapat memasuki pintu tengah
panggul dan dagu serta mulut muncul di vulva. 3-5

Penanganan presentasi muka:


Posisi dagu di anterior merupakan syarat yang harus dipenuhi apabila janin presentasi
muka hendak dilahirkan vaginal.
Kala I: Bila tidak ada gawat janin, observasi hingga pembukaan lengkap.
Kala II: Pada pembukaan lengkap bila dagu berada di anterior, persalinan vaginal
dilanjutkan seperti persalinan presentasi belakang kepala.
Bedah sesar dilakukan apabila setelah pembukaan lengkap posisi dagu masih posterior,
didapatkan tanda-tanda disproporsi, atau indikasi obstetri lainnya. 3-5
2. Presentasi Dahi
Presentasi dahi adalah presentasi kepala dengan defleksi yang sedang. Etiologinya
hampir sama dengan presentasi muka. Biasanya merupakan keadaan sementara dan
sering berubah menjadi presentasi muka atau belakang kepala. Bila menetap, janin
dengan presentasi ini tidak dapat dilahirkan oleh karena besarnya diameter
oksipitomental yang harus melalui panggul. Janin dengan ukuran kecil dan punggungnya
berada di posterior atau ukuran panggul yang sedemikian luas mungkin masih dapat
dilahirkan pervaginam. 3-5
Biasanya presentasi dahi baru didiagnosis saat persalinan yaitu dengan pemeriksaan
dalam. Pada pembukaan yang cukup besar, akan teraba sutura frontalis, ubun-ubun besar,
pinggir orbita, dan pangkal hidung, tetapi tidak teraba dagu atau mulut janin.
Pada presentasi dahi yang bersifat sementara, anak dapat lahir spontan sebagai presentasi
belakang kepala atau muka. Jika presentasi dahi menetap, maka akan erjadi molase yang

hebat sehingga diameter oksipitomental akan berkurang dan terbentuk caput


succedaneum di daerah dahi. 3-5

Gambar 3. Presentasi Dahi 3


Sebagian besar presentasi dahi memerlukan pertolongan persalinan secara bedah sesar
untuk menghindari manipulasi vaginal yang sangat meningkatkan mortalitas perinatal.
Jika dibandingkan presentasi belakang kepala, persalinan vaginal pada presentasi dahi
akan meningkatkan prolaps tali pusat (5 kali), ruptura uteri (17 kali), transfusi darah (3
kali), infeksi pascapersalinan (5 kali), dan kematian perinatal (2 kali).
Pemberian stimulasi oksitosin pada kontraksi uterus yang lemah harus dilakukan dengan
sangat hati-hati dan tidak boleh dilakukan bila tidak terjadi penurunan kepala atau
dicurigai adanya disproporsi kepala-panggul. Presentasi dahi yang menetap atau dengan
selaput ketuban yang sudah pecah sebaiknya dilakukan bedah sesar untuk melahirkannya.
Jangan melahirkan menggunakan bantuan ekstraksi vakum, forseps, atau simpisiotomi
karena hanya akan meningkatkan mordibitas dan mortalitas.
3. Kelainan Posisi (Positio Occipito Posterior Persistent)
Keadaan Positio Occipito Posterior Persistent atau presentasi ubun-ubun kecil di
belakang adalah suatu keadaan yang disebabkan kegagalan rotasi interna. Etiologinya

yaitu kelainan panggul, kesempitan panggul tengah, KPD, fleksi kepala kurang serta
inersia uteri.
Adakalanya oksiput berputar ke belakang dan anak lahir dengan muka di bawah simfisis.
Ini terutama terjadi bila fleksi kepala kurang. Untuk menghindari rupture perinei totalis,
episiotomi harus dibuat lebih lebar karena dalam hal ini perineum diregang oleh
sirkumferensia oksipito frontalis. Hanya sebagian kecil (4%) dari posisi oksipito posterior
yang memerlukan pertolongan pembedahan.
Penyulit yang timbul dalam persalinan yaitu kala II yang lebih panjang. Umumnya dapat
lahir spontan, namun bila ada indikasi dapat dipilih antara vakum atau forceps. 3-5
PANGGUL YANG SEMPIT
Panggul dengan ukuran normal tidak akan mengalami kesukaran kelahiran pervaginam pada
janin dengan berat badan yang normal. Ukuran panggul dapat menjadi lebih kecil karena
pengaruh gizi, lingkungan atau hal lain sehingga menimbulkan kesulitan pada persalinan
pervaginam. Panggul sempit yang penting pada obstetri bukan sempit secara anatomis namun
panggul sempit secara fungsional artinya perbandingan antara kepala dan panggul. Selain
panggul sempit dengan ukuran yang kurang dari normal, juga terdapat panggul sempit lainnya. 5,6
Klasifikasi panggul sempit :

Kesempitan pintu atas panggul

Kesempitan bidang tengah

Kesempitan pintu bawah panggul

Kriteria diagnosis :
a. Kesempitan pintu atas pangul
Panggul sempit relatif

: Jika konjugata vera > 8,5-10 cm

Panggul sempit absolut

: Jika konjugata vera < 8,5 cm

b. Kesempitan panggul tengah


Bidang tengah panggul terbentang antara pinggir bawah simfisis dan spina os ischii dan
memotong sacrum kira-kira pada pertemuan ruas sacral ke-4 dan ke-5.
Ukuran yang terpenting dari bidang ini ialah:

1. Diameter transversa (diameter antara kedua spina) 10,5 cm.


2. Diameter anteroposterior dari pinggir bawah simfisis ke pertemuan ruas sakral ke-4
dan ke-5 11,5 cm.
3. Diameter sagitalis posterior dari pertengahan garis antara kedua spina ke pertemuan
sacral ke-4 dan ke-5 5 cm.
Dikatakan bahwa bidang tengah panggul itu sempit jika :
1. Jumlah diameter transversa dan diameter sagitalis posterior 13,5 cm atau kurang
(10,5 cm + 5 cm = 15,5 cm).
2. Diameter antara spina kurang dari 9 cm .
Ukuran-ukuran bidang tengah panggul tidak dapat diperoleh secara klinis harus
diukur secara rontgenologis, tetapi dapat juga menduga adanya kesempitan bidang
tengah panggul jika:
1. Spina ischiadica sangat menonjol.
2. Dinding samping panggul konvergen.
3. Diameter antara tuber ischii 8,5 cm atau kurang.
c. Kesempitan pintu bawah panggul
Bila jarak antara tuber os ischii 8 cm atau kurang. 5,6
Persangkaan panggul sempit Seseorang harus ingat akan kemungkinan panggul sempit jika:
a. Pada primipara, kepala anak belum turun setelah minggu ke 36.
b. Pada primipara ada perut menggantung.
c. Pada multipara, persalinan yang dulu-dulu sulit.
d. Ada kelainan letak pada hamil tua.
e. Terdapat kelainan bentuk badan ibu (cebol, skoliosis, pincang, dll.)
f. Tanda Osborn positif
Teknik perasat Osborn:
1. Pasien terlentang, tungkai sedikit fleksi.
2. Kepala janin dipegang oleh tangan kiri pemeriksa.
3. Dua jari lainnya di atas simfisis, permukaan jari berada pada permukaan anterior dari
simfisis.

4. Tentukan derajat tumpang tindih ketika kepala janin ditekan ke bawah dan ke belakang.
Interpretasi perasat Osborn:
-

Kepala dapat ditekan ke dalam panggul, dilanjutkan dengan perasat muller

Kepala tidak dapat dimasukkan ke dalam tulang panggul, tulang parietal menggantung di
atas simfisis dengan dibatasi jari, berarti CPD (+)

Teknik perasat Muller:


1. Pasien terlentang, tungkai sedikit fleksi.
2. Satu tangan memegang kepala dari luar di atas simfisis.
3. Dua jari dari tangan yang lain masuk ke dalam vagina, sampai pintu atas panggul.
4. Tangan luar mendorong kepala anak ke arah simfisis.
Interpretasi perasat Muller:
-

Kepala anak teraba oleh kedua jari dan teraba sutura, berarti CPD (-).

Kepala anak teraba oleh kedua jari dan teraba moulage besar, berarti CPD (+)

KOMPLIKASI
Pengaruh panggul sempit pada kehamilan :
1. Retroflexi uteri gravida inkarserata
2. Kepala tidak dapat turun pada bulan terakhir
3. Abdomen pendulum pada primi gravida
4. Ukuran anak lebih kecil dari ukuran bayi rata-rata5,6

Gambar 4. Abdomen Pendulum dengan Kehamilan.3


Pengaruh pada persalinan:
1. Persalinan lebih lama dari biasanya, karena gangguan pembukaan ataupun banyaknya
waktu yang diperlukan untuk moulage kepala anak. Kelainan pembukaan dapat terjadi
karena ketuban belum pecah sebelum waktunya karena bagian depan kurang menutup
pintu atas panggul, selanjutnya setelah ketuban pecah kepala tidak dapat menekan pada
serviks karena tertahan pada pintu atas panggul.
2. Sering terjadi kelainan presentasi atau posisi
3. Ruptur uteri, jika his menjadi telalu kuat dalam usaha mengatasi rintangan yang
ditimbulkan panggul sempit.
4. Sebaliknya, jika otot rahim menjadi lelah karena rintangan oleh pangul sempit, dapat
terjadi infeksi intrapartum.
5. Fistel vesikovaginal dan rektovaginal, akibat tekanan lama pada jaringan yang dapat
menimbulkan iskemi yang menyebabkan nekrosis.
6. Ruptur simfisis, pasien merakan nyeri di daerah simfisis dan tidak dapat mengangkat
tungkainya.
7. Paresis kaki ibu akibat tekanan dari kepala pada urat-urat saraf di dalam rongga panggul.
Yang paling sering terjadi adalah kelumpuhan nervus peroneus. 5,6
Pengaruh pada anak:
1. Kematian perinatal meningkat pada partus yang lama.

2. Prolapsus foeniculi
3. Perdarahan otak karena moulage yang kuat, terutama jika diameter biparietal berkurang
lebih dari 0,5 cm. 5,6

PENATALAKSANAAN
Penanganan pada disproporsi kepala panggul yaitu :
1. Partus percobaan
Partus percobaan adalah percobaan untuk melakukan persalinan per vaginam pada
wanita-wanita dengan pangul relatif sempit. Partus percobaan hanya dilakukan pada letak
belakang kepala.
Partus percobaan dimulai pada permulaan persalinan dan berakhir setelah kita mendapat
keyakinan bahwa persalinan tidak dapat berlangsung per vaginam atau setelah anak lahir
per vaginam. Partus percobaan dikatakan berhasil jika anak lahir per vaginam secara
spontan atau dibantu dengan ekstraksi (forceps atau vakum) dan anak serta ibu dalam
keadaan baik. 1-3
Partus percobaan dihentikan:
o Pembukaan tidak atau kurang sekali kemajuannya.
o Keadaaan ibu atau anak menjadi kurang baik.
o Adanya lingkaran retraksi yang patologis.
o Setelah pembukaan lengkap dan ketuban pecah walaupun his cukup baik dan
dilakukan pimpinan persalinan dengan baik, bagian kepala dengan diameter
terbesar dalam 1 jam tetap tidak mau melewati pintu atas panggul.
o Forseps atau vakum gagal.
Dalam keadaankeadaan tersebut, dilakukan seksio sesarea, Jika seksio sesarea dilakukan
pada saat pembukaan sudah lengkap dan atas indikasi sebab-sebab yang menetap(patus

percobaan lengkap dan gagal), pada persalinan berikutnya tidak ada gunanya untuk
melakukan persalinan percobaan lagi. 1-3
2. Seksio sesarea
Seksio sesarea elektif dilakukan pada kesempitan panggul berat dengan kehamilan aterm,
atau disproporsi sephalopelvik yang nyata. Seksio juga dapat dilakukan pada kesempitan
panggul ringan apabila ada komplikasi seperti primigravida tua dan kelainan letak janin
yang tak dapat diperbaiki.
Seksio sesarea sekunder (sesudah persalinan selama beberapa waktu) dilakukan karena
peralinan perobaan dianggap gagal atau ada indikasi untuk menyelesaikan persalinan
selekas mungkin sedangkan syarat persalinan per vaginam belum dipenuhi
Bila seksio sesarea dilakukan pada saat pembukaan belum lengkap atas indikasi ibu atau
anak yang kurang baik (partus percobaan belum lengkap/gagal), persalinan percobaan
yang dipersingkat dapat dicoba lagi pada persalinan berikutnya. Dalam hal ini, pimpinan
persalinan berikutnya mengikuti protocol yang berlaku bagi persalinan pada bekas seksio
sesarea.
Pada kesempitan bidang tengah panggul, dapat timbul gangguan putaran paksi jika
diameter antara kedua spina <9 cm sehingga kadang-kadang diperlukan seksio sesarea.
Jika persalinan terhenti karena kesempitan bidang tengah panggul, baiknya dipergunakan
ekstraktor vakum karena ekstraksi dengan forceps memperkecil ruangan jalan lahir.
Upaya ini dapat digolongkan ekstraksi vakum percobaan, yang berarti tidak bolah
dipaksakan.
Pintu bawah panggul dikatakan sempit jika jarak antara tuber os ischii < 8 cm. Jika jarak
ini berkurang, dengan sendirinya arkus pubis meruncing. Oleh karena itu, biasanya arkus
pubis dapat dipergunakan untuk menentukan kesempitan pintu bawah panggul.
Distosia dapat terjadi jika jumlah ukuran antar kedua tuber ischii dan diameter sagitalis
posterior <15 cm (normal 11 cm + 7,5 cm = 18,5 cm).
Jika pintu bawah panggul sempit, biasanya bidang tengah panggul juga sempit.
Kesempitan pintu bawah panggul jarang memaksa kita melakukan seksio sesarea, yang
biasanya dapat diselesaikan dengan forceps dan dengan episiotomy yang cukup luas. 1-3

3. Simfisiotomi
Tindakan ini dilakukan dengan memisahkan panggul kiri dan kanan pada simfisis.
Tindakan ini sudah tidak dilakukan lagi.
4. Kraniotomi dan Kleidotomi
Pada janin yang telah mati dapat dilakukan kraniotomi atau kleidotomi. Apabila panggul
sangat sempit sehingga janin tetap tidak dapat dilahirkan, maka dilakukan seksio sesarea

PROGNOSIS
Prognosis persalinan dengan panggul sempit tergantung pada berbagai factor, diantaranya:
1. Bentuk Panggul
2. Ukuran panggulm jadi derajat kesempitan.
3. Kemungkinan pergerakan dalam sendi-sendi panggul.
4. Besarnya kepala dan kesanggupan moulage kepala.
5. Presentasi dan posisi kepala.
6. His.
Diantara faktor-faktor tersebut, yang dapat diukur secara pasti dan sebelum persalinan
berlangsung hanya ukuran-ukuran panggul. Oleh karena itu, ukuran tersebut sering menjadi
dasar untuk memperkirakan jalannya persalinan.
Pada kesempitan pintu atas panggul, banyak faktor yang mempengaruhi hasil persalinan pada
panggul dengan CV antara 8,5-10 cm (panggul sempit relatif), antara lain:
-

Riwayat persalinan yang lampau

Besarnya presentasi dan posisi anak

Pecehnya ketuban sebelum waktunya memperburuk prognosis

His

Lancarnya pembukaan

Adanya infeksi intrapartum

Bentuk panggul dan derajat kesempitannya.

Karena banyaknya faktor tersebut, pada panggul sempit relatif dilakukan partus percobaan. 1-3

DAFTAR PUSTAKA
1. Cunningham FG, Gant FN, Leveno KJ, dkk. Obstetri Williams. Edisi 21. Jakarta: EGC;
2005.
2. Prawirohardjo S. Ilmu kebidanan. Edisi 4. Jakarta: PT Bina Pustaka Sarwono
Prawirohardjo; 2014.
3. Prawirohardjo S. Ilmu bedah kebidanan. Edisi 1. Jakarta: PT Bina Pustaka Sarwono
Prawirohardjo; 2010.
4. Bagian Obstetri & Ginekologi Fakultas Kedokteran Universitas Padjadjaran Bandung.
Obstetri fisiologi. Bandung: Elemen; 1983.
5. Bagian Obstetri & Ginekologi Fakultas Kedokteran Universitas Padjadjaran Bandung.
Obstetri patologi. Bandung: Elstar; 1982.
6. Sulaiman Sastrawinata, dkk. Obstetri patologi. EGC: Jakarta; 2005.

Anda mungkin juga menyukai