Cephalopelvic Disproportion
Dokter Pembimbing:
dr.F.X Widiarso,Sp.OG
Disusun oleh:
KEPANITERAAN KLINIK
STATUS OBTETRI DAN GINEKOLOGI
FAKULTAS KEDOKTERAN UKRIDA
: William Limadhy
Nim
: 11.2015.345
Tanda Tangan
A. IDENTITAS PASIEN
Nama
: Ny. EH
Alamat
Tanggal Lahir
: 17-08-1991
Umur
: 24 tahun
Status
: Kawin
Jenis kelamin
: Perempuan
Gol.darah
: B/+
Pekerjaan
Pendidikan
: SMA
Agama
: Islam
Hamil
: GIIPIA0
HPHT
: 29/09/2016
Nama Suami
: Tn. S
Umur
: 30 tahun
Pekerjaan
: Swasta
B. PEMERIKSAAN SUBYEKTIF
Autoanamnesis dilakukan hari Rabu, 6 Juli 2016 pukul 20.45 WIB
Keluhan utama
Menarche
: 13 tahun
Siklus haid
: 28 hari
Lama haid
: 8 hari
HPHT
: 29 September 2015
HPL
: 6 Juni 2016
Riwayat Perkawinan
Pernikahan 1 kali, usia 24 tahun, selama 4 tahun
Riwayat Kehamilan
ANC rutin di bidan.
Tahun
ke
Umur
Jenis
Penolon
Tempat
BB, PB Riw.
Menete
Kehamilan
Persalina
Melahirka
Saat
Nifa
lahir
sampai
Baik
usia
1 tahun
n
1
2012
9 bulan
2016
Hamil ini
Partus
Dokter
spontan
Riwayat KB
Memakai Pil KB selama 2 bulan.
Riwayat Penyakit Dahulu
Tidak pernah menderita penyakit jantung, darah tinggi, kencing manis, asma dan
alergi.
Kesadaran
: compos mentis
Vital sign
Tekanan darah : 110/70 mmHg
Nadi
: 89 x/menit
Frek. Napas
: 20 x/menit
Suhu
: 36,4 C
BB
: 52 kg
TB
: 155 cm
Mata
Paru-paru
Jantung
Abdomen
Ekstremitas
: Edema -/-
Status Obstetri
Pemeriksaan Luar
TFU : 32 cm
Leopold I
Leopold II
(PUKA)
Leopold III
Leopold IV
o Auskultasi
o His
o PPV
:-
o Osborn Test
: (+)
: 3 cm
o KK
:+
o Effacement
: 25 %
o Portio
: Tipis Lunak
o Hodge
:I
o Point of direction
: Belum teraba
o Conjugate diagonalis
: 10cm
o Conjugate vera
: 8,5cm
Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan Laboratorium
Hemoglobin
8.1 g/dL
Leukosit
10.90 ribu
Hematokrit
25.10 %
(N: 30-43)
Trombosit
243.000
(N: 150.000-440.000)
Golongan darah/Rh
B/+
Waktu perdarahan/BT
1,30 menit
(N: 1-3)
Waktu pembekuan/CT
5.00 menit
(N: 2-6)
HbsAg
Negatif
Negatif
D. RINGKASAN
OS datang dengan keluhan perut terasa kencang-kencang yang hilang timbul sejak 1
hari yang lalu, tidak keluar lendir darah dari vagina. Keluhan mual dan muntah dirasakan
sejak trimester pertama dengan frekuensi muntah 2x/hari. BAK (+), 4 5 x /hari, warna
kuning jernih, nyeri (-). BAB (+) pada pagi hari. Gerakan janin aktif dan masih dirasakan.
OS mengaku tidak ada riwayat trauma, tidak ada riwayat minum obat obatan atau jamu.
OS memeriksakan kehamilannya secara teratur di bidan dan dokter. Ini merupakan
kehamilan kedua, usia 40 minggu. Tidak ada riwayat operasi sebelumnya.
Riwayat Haid
Menarche
: 13 tahun
Siklus haid
: 28 hari
Lama haid
: 8 hari
HPHT
: 29 September 2015
HPL
: 6 Juni 2016
Status Obstetri
Pemeriksaan Luar
Leopold II
Leopold III
Leopold IV
o Auskultasi
o His
o PPV
:-
o Osborn Test
: (+)
o TFU
: 32cm
o TBJ
Pemeriksaan Dalam :
o Pembukaan
: 3 cm
o KK
:+
o Effacement
: 25 %
o Portio
:Tebal lunak
o Hodge
:I
o Point of direction
:Belum teraba
o Conjugate diagonalis
: 10 cm
o Conjugate vera
: 8,5 cm
Diagnosis Kerja
GIIPIA0 24 tahun hamil 40 minggu
Janin 1 hidup intrauterin
Presentasi kepala U puka
Inpartu kala I fase laten
Rencana Pengelolaan
-
Sikap : Pengawasan 10
Evaluasi setiap 4 jam
Infus RL / D5 20 tpm
Puasa pro SC
: baik
Kesadaran
: compos mentis
Vital sign
Tekanan darah : 110/70 mmHg
Nadi
: 89 x/menit
Frek. Napas
: 20 x/menit
Suhu
: 36,4 C
VT
A :
GIIPIA0 24 tahun hamil 40 minggu
Janin 1 hidup intrauterin
Presentasi kepala U puka
Inpartu kala I fase laten
CPD
P : Persiapan SC
E. LAPORAN PERSALINAN
7 Juni 2016 pukul 00.45 dilakukan operasi sectio caesarea
Operasi Sectio Caesarea
-
Kepala bayi diluksir, terdapat lilitan tali pusat 1x di leher bayi, bayi dilahirkan kepala,
bahu, badan dan kaki
Bayi laki-laki, berat badan 3230 gram, 48 cm, Apgar score 8-9-10
Tindakan selesai
Cefotaxim 2x1 gr IV
F. FOLLOW UP
Pemeriksaan Lab
Hemoglobin
7,7 g/dL
: baik
Kesadaran
: compos mentis
Vital sign
Tekanan darah : 120/70 mmHg
Nadi
: 88 x/menit
Frek. Napas
: 20 x/menit
Suhu
: 36,8 C
Mata
Paru-paru
Jantung
Abdomen
Ekstremitas
: Edema -/-
PPV
: baik
Kesadaran
: compos mentis
Vital sign
Tekanan darah : 120/70 mmHg
Nadi
: 88 x/menit
Frek. Napas
: 24 x/menit
Suhu
: 36,5 C
Mata
Paru-paru
Jantung
Abdomen
Ekstremitas
: Edema -/-
PPV
: baik
Kesadaran
: compos mentis
Vital sign
Tekanan darah : 130/80 mmHg
Mata
Nadi
: 82 x/menit
Frek. Napas
: 18 x/menit
Suhu
: 36,5 C
: Konjungtiva Anemis -/-, Sklera Ikterik -/-
Paru-paru
Jantung
Abdomen
Ekstremitas
: Edema -/-
PPV
Tinjauan Pustaka
DEFINISI
Disproporsi sefalopelvik adalah keadaan yang menggambarkan ketidaksesuaian antara kepala
janin dan panggul ibu sehingga janin tidak dapat keluar melalui vagina. Disproporsi sefalopelvik
disebabkan oleh panggul sempit, janin yang besar ataupun kombinasi keduanya. 1
-
Konjugata vera yaitu jarak dari pinggir atas simfisis ke promontorium yang dihitung
dengan mengurangi konjugata diagonalis 1,5 cm, panjangnya lebih kurang 11 cm.
Konjugata obstetrika merupakan konjugata yang paling penting yaitu jarak antara bagian
tengah dalam simfisis dengan promontorium, Selisih antara konjugata vera dengan
konjugata obstetrika sedikit sekali. 1-3
tuberositas iscii atau distansia tuberum (10,5 cm), dan jarak antara pinggir bawah
simpisis ke ujung sacrum (11,5 cm).1-3
Istilah cephalopelvic disproportion mulai digunakan pada abad 20 untuk menggambarkan
adanya hambatan persalinan akibat ketidakseimbangan ukuran kepala bayi dengan pelvis ibu.
ETIOLOGI
Penyebab dari cephalopelvic disproportion:
1. Janin yang besar
2. Kelainan posisi dan presentasi
3. Panggul sempit 1
JANIN YANG BESAR
Janin yang besar ialah janin yang beratnya lebih dari 4000 gram.
Penyebab anak besar yaitu:
Diabetes mellitus
Herediter
Multiparitas 1
Kesukaran yang ditimbulkan dalam persalinan karena besarnya kepala atau besarnya bahu.
Karena regangan dinding rahim oleh anak yang sangat besar, dapat timbul inersia uteri dan
kemungkinan perdarahan postpartum akibat atonia uteri juga lebih besar.
Jika panggul normal biasanya diusahakan persalinan pervaginam karena penentuan besarnya
anak dengan palpasi Leopold sangat sulit. Pemeriksaan USG dapat membantu diagnosis bila
anak letak kepala dan kepala belum masuk pintu atas panggul. 1
KELAINAN POSISI DAN PRESENTASI
1. Presentasi muka
Presentasi muka adalah presentasi kepala dengan defleksi maksimal hingga oksiput
mengenai punggung, muka terarah ke bawah (kaudal terhadap ibu), dan dagu menjadi
bagian presentasinya. Faktor predisposisi presentasi muka: 3-5
a. Malformasi janin
b. Berat badan lahir < 1500 g
c. Polihidramnion
d. Postmaturitas
e. Multiparitas
Pada pemeriksaan dalam, dengan pembukaan yang cukup besar, akan teraba pinggir
orbita, hidung, tulang pipi, mulut, dan dagu.
Pada pintu tengah panggul, rotasi internal terjadi. Tujuan rotasi internal adalah membuat
kepala agar dapat semakin memasuki panggul dengan cara mengubah posisi dagu ke arah
anterior. Apabila dagu berputar ke arah posterior, maka kepala akan tertahan oleh sakrum
sehingga kepala tidak mungkin turun lebih lanjut, dan terjadilah persalinan macet.
Perputaran dagu ke arah anterior akan membuat kepala dapat memasuki pintu tengah
panggul dan dagu serta mulut muncul di vulva. 3-5
yaitu kelainan panggul, kesempitan panggul tengah, KPD, fleksi kepala kurang serta
inersia uteri.
Adakalanya oksiput berputar ke belakang dan anak lahir dengan muka di bawah simfisis.
Ini terutama terjadi bila fleksi kepala kurang. Untuk menghindari rupture perinei totalis,
episiotomi harus dibuat lebih lebar karena dalam hal ini perineum diregang oleh
sirkumferensia oksipito frontalis. Hanya sebagian kecil (4%) dari posisi oksipito posterior
yang memerlukan pertolongan pembedahan.
Penyulit yang timbul dalam persalinan yaitu kala II yang lebih panjang. Umumnya dapat
lahir spontan, namun bila ada indikasi dapat dipilih antara vakum atau forceps. 3-5
PANGGUL YANG SEMPIT
Panggul dengan ukuran normal tidak akan mengalami kesukaran kelahiran pervaginam pada
janin dengan berat badan yang normal. Ukuran panggul dapat menjadi lebih kecil karena
pengaruh gizi, lingkungan atau hal lain sehingga menimbulkan kesulitan pada persalinan
pervaginam. Panggul sempit yang penting pada obstetri bukan sempit secara anatomis namun
panggul sempit secara fungsional artinya perbandingan antara kepala dan panggul. Selain
panggul sempit dengan ukuran yang kurang dari normal, juga terdapat panggul sempit lainnya. 5,6
Klasifikasi panggul sempit :
Kriteria diagnosis :
a. Kesempitan pintu atas pangul
Panggul sempit relatif
4. Tentukan derajat tumpang tindih ketika kepala janin ditekan ke bawah dan ke belakang.
Interpretasi perasat Osborn:
-
Kepala tidak dapat dimasukkan ke dalam tulang panggul, tulang parietal menggantung di
atas simfisis dengan dibatasi jari, berarti CPD (+)
Kepala anak teraba oleh kedua jari dan teraba sutura, berarti CPD (-).
Kepala anak teraba oleh kedua jari dan teraba moulage besar, berarti CPD (+)
KOMPLIKASI
Pengaruh panggul sempit pada kehamilan :
1. Retroflexi uteri gravida inkarserata
2. Kepala tidak dapat turun pada bulan terakhir
3. Abdomen pendulum pada primi gravida
4. Ukuran anak lebih kecil dari ukuran bayi rata-rata5,6
2. Prolapsus foeniculi
3. Perdarahan otak karena moulage yang kuat, terutama jika diameter biparietal berkurang
lebih dari 0,5 cm. 5,6
PENATALAKSANAAN
Penanganan pada disproporsi kepala panggul yaitu :
1. Partus percobaan
Partus percobaan adalah percobaan untuk melakukan persalinan per vaginam pada
wanita-wanita dengan pangul relatif sempit. Partus percobaan hanya dilakukan pada letak
belakang kepala.
Partus percobaan dimulai pada permulaan persalinan dan berakhir setelah kita mendapat
keyakinan bahwa persalinan tidak dapat berlangsung per vaginam atau setelah anak lahir
per vaginam. Partus percobaan dikatakan berhasil jika anak lahir per vaginam secara
spontan atau dibantu dengan ekstraksi (forceps atau vakum) dan anak serta ibu dalam
keadaan baik. 1-3
Partus percobaan dihentikan:
o Pembukaan tidak atau kurang sekali kemajuannya.
o Keadaaan ibu atau anak menjadi kurang baik.
o Adanya lingkaran retraksi yang patologis.
o Setelah pembukaan lengkap dan ketuban pecah walaupun his cukup baik dan
dilakukan pimpinan persalinan dengan baik, bagian kepala dengan diameter
terbesar dalam 1 jam tetap tidak mau melewati pintu atas panggul.
o Forseps atau vakum gagal.
Dalam keadaankeadaan tersebut, dilakukan seksio sesarea, Jika seksio sesarea dilakukan
pada saat pembukaan sudah lengkap dan atas indikasi sebab-sebab yang menetap(patus
percobaan lengkap dan gagal), pada persalinan berikutnya tidak ada gunanya untuk
melakukan persalinan percobaan lagi. 1-3
2. Seksio sesarea
Seksio sesarea elektif dilakukan pada kesempitan panggul berat dengan kehamilan aterm,
atau disproporsi sephalopelvik yang nyata. Seksio juga dapat dilakukan pada kesempitan
panggul ringan apabila ada komplikasi seperti primigravida tua dan kelainan letak janin
yang tak dapat diperbaiki.
Seksio sesarea sekunder (sesudah persalinan selama beberapa waktu) dilakukan karena
peralinan perobaan dianggap gagal atau ada indikasi untuk menyelesaikan persalinan
selekas mungkin sedangkan syarat persalinan per vaginam belum dipenuhi
Bila seksio sesarea dilakukan pada saat pembukaan belum lengkap atas indikasi ibu atau
anak yang kurang baik (partus percobaan belum lengkap/gagal), persalinan percobaan
yang dipersingkat dapat dicoba lagi pada persalinan berikutnya. Dalam hal ini, pimpinan
persalinan berikutnya mengikuti protocol yang berlaku bagi persalinan pada bekas seksio
sesarea.
Pada kesempitan bidang tengah panggul, dapat timbul gangguan putaran paksi jika
diameter antara kedua spina <9 cm sehingga kadang-kadang diperlukan seksio sesarea.
Jika persalinan terhenti karena kesempitan bidang tengah panggul, baiknya dipergunakan
ekstraktor vakum karena ekstraksi dengan forceps memperkecil ruangan jalan lahir.
Upaya ini dapat digolongkan ekstraksi vakum percobaan, yang berarti tidak bolah
dipaksakan.
Pintu bawah panggul dikatakan sempit jika jarak antara tuber os ischii < 8 cm. Jika jarak
ini berkurang, dengan sendirinya arkus pubis meruncing. Oleh karena itu, biasanya arkus
pubis dapat dipergunakan untuk menentukan kesempitan pintu bawah panggul.
Distosia dapat terjadi jika jumlah ukuran antar kedua tuber ischii dan diameter sagitalis
posterior <15 cm (normal 11 cm + 7,5 cm = 18,5 cm).
Jika pintu bawah panggul sempit, biasanya bidang tengah panggul juga sempit.
Kesempitan pintu bawah panggul jarang memaksa kita melakukan seksio sesarea, yang
biasanya dapat diselesaikan dengan forceps dan dengan episiotomy yang cukup luas. 1-3
3. Simfisiotomi
Tindakan ini dilakukan dengan memisahkan panggul kiri dan kanan pada simfisis.
Tindakan ini sudah tidak dilakukan lagi.
4. Kraniotomi dan Kleidotomi
Pada janin yang telah mati dapat dilakukan kraniotomi atau kleidotomi. Apabila panggul
sangat sempit sehingga janin tetap tidak dapat dilahirkan, maka dilakukan seksio sesarea
PROGNOSIS
Prognosis persalinan dengan panggul sempit tergantung pada berbagai factor, diantaranya:
1. Bentuk Panggul
2. Ukuran panggulm jadi derajat kesempitan.
3. Kemungkinan pergerakan dalam sendi-sendi panggul.
4. Besarnya kepala dan kesanggupan moulage kepala.
5. Presentasi dan posisi kepala.
6. His.
Diantara faktor-faktor tersebut, yang dapat diukur secara pasti dan sebelum persalinan
berlangsung hanya ukuran-ukuran panggul. Oleh karena itu, ukuran tersebut sering menjadi
dasar untuk memperkirakan jalannya persalinan.
Pada kesempitan pintu atas panggul, banyak faktor yang mempengaruhi hasil persalinan pada
panggul dengan CV antara 8,5-10 cm (panggul sempit relatif), antara lain:
-
His
Lancarnya pembukaan
Karena banyaknya faktor tersebut, pada panggul sempit relatif dilakukan partus percobaan. 1-3
DAFTAR PUSTAKA
1. Cunningham FG, Gant FN, Leveno KJ, dkk. Obstetri Williams. Edisi 21. Jakarta: EGC;
2005.
2. Prawirohardjo S. Ilmu kebidanan. Edisi 4. Jakarta: PT Bina Pustaka Sarwono
Prawirohardjo; 2014.
3. Prawirohardjo S. Ilmu bedah kebidanan. Edisi 1. Jakarta: PT Bina Pustaka Sarwono
Prawirohardjo; 2010.
4. Bagian Obstetri & Ginekologi Fakultas Kedokteran Universitas Padjadjaran Bandung.
Obstetri fisiologi. Bandung: Elemen; 1983.
5. Bagian Obstetri & Ginekologi Fakultas Kedokteran Universitas Padjadjaran Bandung.
Obstetri patologi. Bandung: Elstar; 1982.
6. Sulaiman Sastrawinata, dkk. Obstetri patologi. EGC: Jakarta; 2005.