Anda di halaman 1dari 32

LAPORAN PRAKTIKUM BIOLOGI DASAR

KAITAN STRUKTUR DAN FUNGSI DASAR JARINGAN

Disusun oleh :
Kelompok II

1
2
3
4
5
6

Monica Fenni Widianingrum


Virda Astriani
Nabila Afriani
Nia Indriyani
Bayu Khrisna Indriyani
Reza Kharisma Siswi Laksono

16304241009
16304241015
16304244008
16304244010
16304244018
16304244019

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI


FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA
2016
HALAMAN PENGESAHAN
KEANEKA RAGAMAN ORGANISME DAN DASAR
KLASIFIKASI MAKHLUK HIDUP

Oleh kelompok II
Yogyakarta, 14 Oktober 2016
Anggota
No
1
2
3
4
5
6

Nama
Monica Fenni Widianingrum
Virda Astriani
Nabila Afriani
Nia Indriyani
Bayu Khrisna Indriyani
Reza Kharisma Siswi Laksono

Nim
16304241009
16304241015
16304244008
16304244010
16304244018
16304244019

Diserahkan pada tanggal :


Jam

:
Mengetahui
Dosen

( Prof. Dr. Djukri M.S.)

BAB I
PENDAHULUAN

A. PENDAHULUAN
1. Latar Belakang

Jaringan adalah kumpulan sel-sel yang memiliki bentuk dan fungsi yang sama.
Oleh karena itu pengertian jaringan tumbuhan adalah kumpulan sel-sel tumbuhan
yang memiliki bentuk dan fungsi yang sama. Fungsi jaringan bermacam-macam.
Fungsi jaringan tumbuhan ditentukan oleh letak, struktur serta zat yang
dikandungnya. Dalam hal ini kita diharuskan untuk mengamati jaringan yang
terdapat pada tumbuhan, yaitu pada jaringan epidermis daun, jaringan biji,
jaringan aleuron. Setiap jaringan tersebut pasti terdapat fungsinya masing masing, serta jaringan memiliki bentuk dan struktur yang berbeda - beda
(memiliki ciri khasnya tersendiri). Untuk melihat jaringan yang ada kita tidak bisa
menggunakan mata telanjang atau tanpa alat bantu, kita haruslah membutuhkan
mikroskop untuk melihatnya, bahkan dengan mikroskop, kita bisa melihatnya jauh
lebih detail dan bisa digambarkan secara jelas. ( Campbell, 2008 : 410 )
2. Tujuan Percobaan
a) Mahasiswa mengetahui struktur-struktur spesifik (morfologis dan atau
anatomis) pada individu yang hidup dalam lingkungan tertentu.
b) Mahasiswa mengetahui adanya hubungan struktur-struktur spesifik tersebut
dengan kegunaan/fungsi tertentu bagi organism yang bersangkutan.
B. DASAR TEORI
1. Stomata eceng gondong pada bagian atas dan bawah
Daun (leaf) pada kebayakan tumbuhan vaskular merupakan organ fotosintetik
utama,walaupun batang hijau juga melakukan fotosintesis. Bentuk daun sangat
bervariasi namun biasanya terdiri atas sebuah helaian (blade) pipih dengan satu
tangkai daun (petiole), yang menyambung daun ke batang nodus. ( Campbell,
2008 : 318 )
Rintangan

epidermis

diselingi

oleh

stomata

(tunggal,

stoma)

yang

memungkinkan pertukaran gas antara udara sekitar dengan sel - sel fotosintetik di
dalam daun. Selain meregulasi pengambilan CO2 untuk fotosintesis,stomata
merupakan jalur-jalur utama penguapan air. Istilah stoma dapat mengacu pada pori
stomata atau atau keseluruhan kompleks stomata yang terdiri dari sebuah pori
yang diapit oleh dua sel penjaga (guard cell), yang meregulasi pembukaan dan
penutupan pori. Jaringan dasar daun,yaitu wilayah yang disebut mesofil
(mesophyll),dari kata yunani mesos, tengah dan bawah), terjepit diantara lapisan
epidermis atas dan bawah. Mesofil terupama terdiri atas sel - sel parenkim yang
terspesialisasi untuk fotosintesis. Daun - daun dari kebanyakan eudikotil memiliki
dua daerah yang berbeda; mesofil palisade dan mesofil spons. Mesofil palisade
3

terdiri dari satu atau beberapa lapisan sel - sel parenkim memanjang di bagian
paling atas daun. Mesofil spons terletak di bawah mesofil palisade. Sel - sel
parenkim ini tersusun lebih longgar,dengan labirin rongga udara tempat CO 2 dan
oksigen bersirkulasi di sekitar sel - sel dan naik ke wilayah palisade. Rongga
udara biasanya berukuran besar di dekat stomata,tempat pertukaran gas dengan
udara luar terjadi. ( Campbell, 2008: 327 )
Epidermis melapisi setiap permukaan daun yang terpapar udara. Jaringan
permukaan itu bisa halus, lengket, atau berlendir, dengan rambut, sisik, duri, kait,
dan spesalis lainya. Mantel kutikula membatasi kehilangan air dari susunan sel
epidermis seperti lembaran. Kebanyakan daun memiliki lebih banyak stomata di
permukaanbawah. Dihabitat gersang, stomata dan rambut epidermal sering
berkedudukan dibawah permukaan daun. Kedua adaptasi itu berpeeran
menyimpan air. ( Starr dkk, 2013: 59 - 60)
Pada daun banyak tumbuhan herba stomata ditemukan baik pada permukaan
atas maupun bawah, daun demikian ini disebut amfistomatik,tetapi umumnya
stomata lebih banyak pada permukaan bawah. Kerapatan stomata sangat
bervariasi tergantung pada ukuran sel, sel penutup yang lebih kecil akan memiliki
kerapatan stomata yang paling tinggi. ( Setjo dkk, 2004: 164 - 165 )
Klasifikasi eceng gondok:
Divisi
: Spermatophyta
Sub divisi
: Angyospermae
Kelas
: Monocotyledoneae
Suku
: Pontederiaceae
Marga
: Eichornia
Spesies
: Eichornia Crassipes Sloms
Eceng gondok merupakan tanaman yang hidup di air. Sehingga beberapa
organ eceng gondok mengalami modivikasi untuk menyesuaikan diri dengan
lingkungannya.
Daun eceng gondok khususnya bahian helaian daunnya berbentuk bulat lebar
dan tebal. Daun yang seperti ini berfungsi untuk mempeercepat penguapan. Selain
itu juga berfungsi untuk bernafas. Daun eceng gondok tergolong dalam makrofita
yang terletak diatas permukaan air.
2. Tangkai eceng gondok dan biji anggrek
Tumbuhan yang hidup seluruh atau sebagaiannya tubuhnya terendam dalam
air atau tempat atau tempat yang sagat lembap disebut hidrofit.tumbuhan
kelompok hidrofit hidup di permukaan air atau terbenam dengan kedalaman yang
beragam di dalam air yang memiliki keterbatasan intensitas intensitas sinar dan
4

kondisi - kondisi lainnya yang menjadi factor pembatas bagi kehadiran tumbuhan
tipe ini.
Ruang-ruang dan saluran yang berisi udara lazim terdapat pada daun dan
batang hidrofit. Ruang udara luas, biasanya teratur, ruang antar sel meluas lewat
daun dan sering sampai jarak yang jauh melaui batang. Ruang - ruang udara itu
biasanya dipisahkan oleh pemisah berupa jaringan fotosintesis dengan ketebalan
hanya satu atau dua sel. Ruang - ruang udara itu menyediakan atmosfer internal
bagi tumbuhan. Ruang udara tersebut di satu sisi memberikan pelampung bagi
tumbuhan untuk mengapung dan di sisi lain berperan sebagai penyimpanan udara
oksigen dan karbondioksida.(Bambang Sumintono, 2004: 280)
Biji merupakan alat perkembangbiakan tumbuhan

angiospermae

(magnoliophyta) karena didalam biji tersebut ditemukan embrio yang merupakan


calon tumbuhan baru. Untuk berkecambah biji memerlukan tenaga yang diperoleh
dai pemecahan makanana cadangan. Berdasarkan letak cadangan makanan
cadangan. Berdasarkan letak cadangan makanannya dibedakan menjadi duan
macam biji, yaitu biji yang albuminus da eksalbuminus. Biji albuminus disebut
juga endosperm seed karena cadangan makanan terletak dalam endosperma.
Adapula biji yang endospermanya telah habis untuk perkembangan embrio,
sehingga cadangan makanannya terdapat dalam kotilnya (bagian dari embrio), biji
ini disebut exendosperm seed.
Selain cadangan makanan kulit biji juga mempunyai struktur yang bermacam macam. Kulit biji seharusnya merupakan perkembangan integument tetapi kadang
- kadang tidak hanya integument saja. Jaringan yang mungkin membentuk kulit
biji adalah kalaza, raphe, dan sebagian dari nuselus. Sel - sel penyusun kulit biji
kemungkinan sel gabus, sel kristal, sel lender, sel tanin, sel sklerenkim dan
sebagainya. (Bambang Sumintono, 2004: 380)
3. Trikoma daun waru dan durian
Trikoma adalah derifat epidermis yang mempunyai bentuk, srtuktur dan
fungsi yang bervariasi. Tikoma berfungsi sebagai pelindung terhadap gangguan
dari luar, megurangi penguapan. Rambut pada kepala putik berupa rambut
glandular yang tersentuh mengeluarkan zat perekat. Trikoma pada akar yang
disebut rambut akar berfungsi untuk menyerap air dan garam - garam air dalam
tanah.
Trikoma berbeda dengan emergensia, trikoma dibentuk dari jaringan
epidermis sedangkan emergensia dibentuk oleh jaringan epidermis dan jaringan
5

subepidermal. Tikoma menunjukan variasi yang luas dalam tingkat suku dan
pada kelompok tumbuhan. Trikoma secara umum dibedakan menjadi dua
golongan yaitu (a) trikoma non - glanduler dan (b) trikoma glanduler.
a. Trikoma non glanduler (rambuat)
Adalah tikoma yang tidak menghasilkan secret. Berdasarkan strukturnya, tikoma
non glanduler terdiri atas satu sel atau banyak sel. Trikoma tipe ini masih
digolongkan lagi yaitu: (1) Yang terdiri atas satu sel dan (2) terdiri atas satu
deretan atau beberapa lapis sel.
b. Trikoma glanduler
Mengeluarkan secret berbagai bahan antara lain larutan gum, larutan gula,
terpentin. Trikoma yang mengeluarkan secret sering disebut kelenjar. Trikoma
glanduler tersusun oleh satu sel atau banyak sel. Yang tersusun atas satu sel
merupakan tonjolan kecil disebut papula. Tipe kedua trikoma glanduler terdiri
atas tangkai dan kepala. Sel kepala merupakan bagian sekretoris trikoma.
Perkembangan trikoma bervarasi, misalnya rambut kapas yang terdiri atas
satu sel, dibentuk melalui pemanjangannya. Trikoma multiseluser menunjukan
pola karakteristik dari pembelahan dan pertumbuhan sel, beberapa sederhana dan
yang lain kompleks.
4. Epidermis bawah rhoeo discolor dan trikoma sawo
Salah satu metode klasifikasi tumbuhan tingkat tinggi, membagi seluruh
jaringan tumbuhan menjadi jaringan meristematik dan jaringan permanen
(terdiferensiasi). Jaringan meristematik yang ditemukan ada ujung - ujung akar
dan batang yang sedang tumbuh serta di daerah - daerah tepi batang, cenderung
memiliki sel-sel yang tidak terdeferensiasi, kecil, mampat, dan memiliki sitolasma
yang aktif secara metabolisme. Jaringan permanen dibagi - bagi menjadi jaringan
pelapis,jaringan fundamental, dan jaringan vaskular. Jaringan pelapis biasanya
adalah epidermis, sebuah laisan sel berdinding tipis dengan vakuola yang besar.
Pada sejumlah lapisan epidermis disekresikan kutikula tebal berlilin yang
melindungi tumbuhan dari kehilangan air. Pada tumbuhan-tumbuhan berumur
panjang yang lebih tua permukaan akar dan batang mengadung periderma,
jaringan yang tersusun atas beberapa lais sel gabus yang resisten terhadap air.
(Campbell, 2007: 286)
Daun adalah organ fotosintesis utama pada sebagian besar tumbuhan,
meskipun batang yang berwarna hijau juga melakukan fotosintesis. Bentuk daun
sangat bervariasi namun pada umumnya terdiri dari satu helai daun yang pipih dan
6

tangkai daun yang disebut petiola, yang menyambungkan daun dengan buku
batang. Rumput dan banyak tumbuhan monokotil lainnya diketahui tidak memiliki
tangkai daun, sebaliknya tangkai daun tersebut membentuk suatu pelepah yang
membentuk batang. Beberapa tumbuhan monokotil termasuk ohon alem, memiliki
tangkai daun. (Biologi edisi kelima Jilid 2 Cambell)

Daun tumbuhan monokotil dan dikotil berbeda dalam hal susunan tulang daun
utamanya. Sebagia besar monokotil memiliki tulang daun pararel (sejajar) yang
menjalar sepanjang helai daun. Sebaliknya daun tumbuhan dikotil umumnya
memiliki banyak percabangan pada tulang daun utama. Karena morfologi daun
sangat bervariasi di antara spesies tumbuhan, para ahli taksonomi tumbuhan
menggunakan ciri - ciri seperti bentuk daun, pengaturan spasial daun pada batang,
dan pola tulang daun untuk membantu mengidentifikasi dan mengklasifikasikan
tumbuhan. Meskipun sebagian besar daun dikhususkan untuk melakukan
fotosintesis, beberapa tumbuhan memiliki daun yang telah beradaptasi melalui
evolusi untuk memiliki fungsi-fungsi lainnya. (Biologi edisi kelima Jilid 2
Campbell)1. Jaringan Meristem
Jaringan meristem adalah jaringan yang sel penyusunnya bersifat embrional,
artinya mampu secara terus - menerus membelah diri untuk menambah jumlah sel
tubuh. Sel meristem biasanya merupakan sel muda dan belum mengalami
diferensiasi dan spesialisasi. Ciri - ciri sel meristem biasanya berdinding tipis,
banyak mengandung protoplasma, vakuola kecil, inti besar, dan plastida belum
matang. Bentuk sel meristem umumnya sama ke segala arah, misalnya seperti
kubus.
Berdasarkan letaknya dalam tumbuhan, ada 3 macam meristem, yaitu
meristem apikal, meristem lateral, dan meristem interkalar. Meristem apikal
terdapat di ujung batang dan ujung akar.

Jaringan Meristem
Meristem interkalar merupakan bagian dari meristem apikal yang terpisah dari
ujung (apeks) selama pertumbuhan. Meristem interkalar (antara) terdapat di antara
jaringan dewasa, misalnya di pangkal ruas batang rumput. Meristem lateral
terdapat pada kambium pembuluh dan kambium gabus.
Berdasarkan asal terbentuknya, meristem dibedakan menjadi meristem primer
dan meristem sekunder.
a. Meristem Primer
Meristem primer adalah meristem yang berkembang dari sel embrional.
Meristem primer terdapat misalnya pada kuncup ujung batang dan ujung akar.
Meristem

primer

menyebabkan

pertumbuhan

primer

pada

tumbuhan.

Pertumbuhan primer memungkinkan akar dan batang bertambah panjang. Dengan


demikian, tumbuhan bertambah tinggi.
Meristem primer dapat dibedakan menjadi daerah - daerah dengan tingkat
perkembangan sel yang berbeda - beda. Pada ujung batang terdapat meristem
apikal. Di dekat meristem apikal ada promeristem dan ujung meristematik lain
yang terdiri dari sekelompok sel yang telah mengalami diferensiasi sampai tingkat
tertentu.
Daerah meristematik di belakang promeristem mempunyai tiga jaringan
meristem, yaitu protoderma, prokambium, dan meristem dasar. Protoderma akan
membentuk epidermis, prokambium akan membentuk jaringan ikatan pembuluh
(xilem primer dan floem primer) dan kambium. Meristem dasar akan membentuk
jaringan dasar tumbuhan yang mengisi empelur dan korteks seperti parenkima,
kolenkima, dan sklerenkima. Tumbuhan monokotil hanya memiliki jaringan
primer dan tidak memiliki jaringan sekunder. Pada tumbuhan dikotil terdapat
jaringan primer dan jaringan sekunder.
b. Meristem Sekunder
Meristem sekunder adalah meristem yang berkembang dari jaringan dewasa
yang

telah

mengalami

diferensiasi

dan

spesialisasi

(sudah

terhenti

pertumbuhannya) tetapi kembali bersifat embrional. Contoh meristem sekunder


adalah kambium gabus yang terdapat pada batang dikotil dan Gymnospermae,
yang dapat terbentuk dari sel - sel korteks di bawah epidermis.

Jaringan kambium yang terletak di antara berkas pengangkut (xilem dan


floem) pada batang dikotil merupakan meristem sekunder. Sel kambium aktif
membelah, ke arah dalam membentuk xilem sekunder dan ke luar membentuk
floem sekunder. Akibatnya, batang tumbuhan dikotil bertambah besar. Sebaliknya
batang tumbuhan monokotil tidak mempunyai meristem sekunder sehingga tidak
mengalami pertumbuhan sekunder. Itulah mengapa batang monokotil tidak dapat
bertambah besar.
2. Jaringan Dewasa
Jaringan dewasa merupakan jaringan yang terbentuk dari diferensiasi dan
spesialisasi sel - sel hasil pembelahan jaringan meristem. Diferensiasi adalah
perubahan bentuk sel yang disesuaikan dengan fungsinya, sedangkan spesialisasi
adalah pengkhususan sel untuk mendukung suatu fungsi tertentu. Jaringan dewasa
pada umumnya sudah tidak mengalami pertumbuhan lagi atau sementara berhenti
pertumbuhannya. Jaringan dewasa ini ada yang disebut sebagai jaringan
permanen. Jaringan permanen adalah jaringan yang telah mengalami diferensiasi
yang sifatnya tak dapat balik (irreversibel). Pada jaringan permanen sel - selnya
tidak lagi mengalami pembelahan. Jaringan dewasa meliputi jaringan epidermis,
gabus parenkima, xilem, dan floem. Selain itu ada bagian tumbuhan tertentu yang
memiliki jaringan kolenkima dan sklerenkima.
a. Epidermis
Jaringan epidermis ini berada paling luar pada alat-alat tumbuhan
primer seperti akar, batang daun, bunga, buah, dan biji. Epidermis tersusun
atas satu lapisan sel saja. Bentuknya bermacam - macam, misalnya
isodiametris yang memanjang, berlekuk - lekuk, atau menampakkan bentuk
lain. Epidermis tersusun sangat rapat sehingga tidak terdapat ruangan ruangan antarsel. Epidermis merupakan sel hidup karena masih mengandung
protoplas, walaupun dalam jumlah sedikit. Terdapat vakuola yang besar di
tengah dan tidak mengandung plastida.

10

Jaringan Epidermis
1. Jaringan epidermis daun
Jaringan epidermis daun terdapat pada permukaan atas dan
bawah daun. Jaringan tersebut tidak berklorofil kecuali pada sel
penjaga (sel penutup) stomata. Pada permukaan atas daun terdapat
penebalan dinding luar yang tersusun atas zat kuting (turunan senyawa
lemak) yang dikenal sebagai kutikula, misalnya pada daun nangka.
Selain itu ada yang membentuk lapisan lilin untuk melindungi daun
dari air, misalnya pada daun pisang dan daun keladi. Ada pula yang
membentuk bulu - bulu halus di permukaan bawah sebagai alat
perlindungan, misalnya pada daun durian. Sekelompok sel epidermis
membentuk stomata atau mulut daun. Stomata merupakan suatu celah
pada epidermis yang dibatasi oleh dua sel penutup atau sel penjaga.
Melalui mulut daun ini terjadi pertukaran gas.
2. Jaringan epidermis batang
Seperi halnya jaringan epidermis daun, jaringan epidermis
batang ada yang mengalami modifikasi membentuk lapisan tebal yang
dikenal sebagai kutikula, membentuk bulu sebagai alat perlindungan.
3. Jaringan epidermis akar
Jaringan epidermis akar berfungsi sebagai pelindung dan
tempat terjadinya difusi dan osmosis. Epidermis akar sebagian

11

bermodifikasi membentuk tonjolan yang disebut rambut akar dan


berfungsi untuk menyerap air tanah.
Stomata adalah celah yang terdapat pada epidermis organ tumbuhan. Pada
semua tumbuhan yang berwarna hijau, lapisan epidermis mengandung stomata
paling banyak pada daun. Stomata terdiri atas bagian - bagian yaitu sel penutup,
bagian celah, sel tetangga, dan ruang udara dalam. Sel tetangga berperan dalam
perubahan osmotik yang menyebabkan gerakan sel penutup yang mengatur lebar
celah. Sel penutup dapat terletak sama tinggi dengan permukan epidermis
(panerofor) atau lebih rendah dari permukaan epidermis (kriptofor) dan lebih
tinggi dari permukaan epidermis (menonjol). Pada tumbuhan dikotil, sel penutup
biasanya berbentuk seperti ginjal bila dilihat dari atas. Sedangkan pada tumbuhan
rumput-rumputan memiliki struktur khusus dan seragam dengan sel penutup
berbentuk seperti halter dan dua sel tetangga terdapat masing-masing di samping
sebuah sel penutup.
b. Jaringan Gabus
Jaringan gabus atau periderma adalah jaringan pelindung yang
dibentuk untuk menggantikan epidermis batang dan akar yang telah menebal
akibat pertumbuhan sekunder. Jaringan gabus tampak jelas pas tetumbuhan
dikotil dan Gymnospermae.
5. Stomata pisang atas dan bawah
a. Definisi Stomata
Stomata adalah celah diantara epidermis yang diapit oleh 2 sel epidermis
khusus yang disebut sel penutup. Di dekat sel penutup terdapat sel-sel yang
mengelilinginya disebut sel tetangga. Sel penutup dapat membuka dan
menutup sesuai dengan kebutuhan tanaman akan transpirasinya, sedangkan sel
- sel tetangga turut serta dalam perubahan osmotik yang berhubungan dengan
pergerakan sel - sel penutup. Stomata terdapat pada semua bagian tumbuhan
yang terdedah ke udara, tetapi lebih banyak terdapat pada daun (Pandey,
1982).
b. Letak Stomata
Letak stomata pada daun-daun dengan pertulangan menjala menyebar tidak
teratur, sedang yang pertulangannya sejajar letaknya dalam barisan sejajar
pula. Letak satu sama lain diperantarai jarak tertentu mempengaruhi intensitas
12

penguapan. Jika jarak stomata terlalu dekat akan menghambat penguapan.


Pengeluaran air yang maksimal terjadi jika jarak antara stomata 20 kali
diameternya (Dwijoseputro, 1978).
c. Distribusi Stomata Tanaman Darat
Distribusi stomata tanaman darat umumnya terdapat pada permukaan daun
bagian bawah rata - rata berbentuk oval dengan diameter 6 - 18 mikron dan
luas 90 mikron persegi (Dwijoseputro, 1978).
d. Stomata daun pisang
Daun pisang yang sudah dewasa dapat memiliki panjang 1,5 2,8 m dan lebar
0,7 1,0 m pada kultivar Cavendish. Stomata terdapat pada kedua permukaan
daun dengan intensitas pada permukaan bawah (sekitar 140mm -2) sekitar tiga
kali permukaan atas daun. Pisang dengan genom triploid memiliki daun yang
lebih besar dan tebal daripada tanaman diploid (Robinson, 1999)
6. Aleuron jagung dan kentang
Amilum (pati) merupakan butir-butir tepung yang dapat disimpan sebagai
cadangan makanan. Pada setiap jenis tumbuhan, butir amilum mempunyai bentuk
dan susunan tertentu, namun pada umumnya berbentuk bundar atau lonjong.
Adanya perbedaan bentuk dan susunan butir amilum ini karena adanya hilus (titik
permulaan terbentuknya butir tepung) di setiap butir tepung. Berdasarkan letak
hilus, butir amilum dapat dibedakan menjadi dua, yaitu: (a) amilum yang
konsentris (hilus terletak di tengah); (b) eksentris (hilus terletak di tepi). Sedang
berdasarkan jumlah hilus dapat dibedakan menjadi tiga, yaitu: (a) monoadelph
(hilus hanya satu); (b) diadelph atau setengah majemuk (hilus berjumlah dua
yang masing-masing dikelilingi oleh lamela); dan (c) poliadelph/majemuk (hilus
berjumlah banyak dan tiap hilus dikelilingi oleh lamela) (Gambar 14). Bila
jumlahnya sampai berdesakan dalam sel, maka sisi - sisinya membentuk sudut.
Pada beberapa tumbuhan seperti jagung dan padi, butir amilum majemuk. Ukuran
butir amilum bervariasi. Pada pati kentang misalnya garis tengahnya antara 70 100 mm, pada jagung 12 - 18 mm.
Dalam amilum terdapat lamela - lamela yang mengelilingi hilus. Adanya
lamela - lamela ini disebabkan karena waktu pembentukan amilum, tiap lapisan
berbeda kadar airnya sehingga indeks pembiasannya berbeda. Lamela - lamela ini
akan hilang apabila dibubuhi alkohol keras, sebab air akan diserap oleh alkohol
sehingga indeks pembiasannya menjadi sama.
13

Dibagian tengah amilum kadang-kadang tampak seperti terkerat, peristiwa


ini disebut korosi. Hal ini biasa terjadi pada butir - butir amilum dalam biji yang
sedang berkecambah. Sedang peristiwa retak di bagian tengah butir amilum
dikarenakan kepekatan di bagian tengah butir amilum berkurang.
Di tempat penyimpanan makanan cadangan (misalnya biji) selain amilum
terdapat juga protein. Pada waktu biji masih muda, terdapat vakuola berukuran
kecil dan berjumlah banyak. Menjelang biji menjadi tua, vakuola menjadi dan
besar. Setelah biji mengering, air dalam vakuola menjadi semakin sedikit
sehingga konsentrasi zat - zat terlarut di dalamnya (protein, garam, dan lemak)
semakin besar. Karena peristiwa pengeringan ini maka vakuola pecah menjadi
beberapa vakuola kecil - kecil yang berisi protein, garam dan lemak. Kemudian
zat - zat tersebut akan mengkristal. Vakuola yang berisi kristal ini disebut aleuron.
Sebuah aleuron berisi sebuah atau lebih kristaloid putih telur dan sebuah
atau beberapa globoid yaitu bulatan kecil yang tersusun oleh zat fitin (garam Cadan Mg- dari asam meseinesit hexafosfor). Butir aleuron dalam endosperm biji
jarak (Ricinus communis) mengandung globoid yang terdiri atas garam
magnesium dan kalsium dari asam inositol fosfat serta kristaloid. Disamping itu
masih terdapat zat putih telur yang amorf (yang bila ditetesi larutan Iodium
berwarna kuning coklat).
Pada biji padi dan jagung, butir - butir aleuron terdapat di dalam sel - sel
jaringan endosperm yang letaknya paling luar. Lapisan ini disebut lapisan
aleuron. Lapisan ini biasanya akan terbuang bila mencuci beras terlalu bersih
sebelum dimasak. Pada biji jarak, butir aleuron letaknya tersebar dan berukuran
besar. (Hery Purnobasuki, 2011)

C. METODE KEGIATAN
1. Alat dan Bahan:
a. Pada pengamatan stomata eceng gondok atas dan bawah
1) Kaca Preparat
2) Kertas Mika ukuran 2x2 cm dua buah
3) Mikroskop Cahaya Binokuler
4) Daun enceng gondok
5) Lem Alteco
b. Pada pengamatan tangkai eceng gondok dan biji anggrek
1) Silet tajam
2) Kaca preparat
14

3) Alat tulis
4) Mikroskop
5) Batang enceng gondok
6) Biji anggrek
c. Pengamatan pada trikoma waru dan durian
1) Silet tajam
2) Daun waru
3) Daun durian
4) Mikroskop
5) Kaca preparat
6) Alat tulis
d. Pada epidermis bawah rhoeo discolor dan trikoma sawo
1) Kaca preparat
2) Mika
3) Daun rhoediscolor
4) Daun sawo
5) Silet
6) Mikroskop
e. Pengamatan pada bagian stomata pisang atas dan bawah
1) Lem alteco
2) Kaca Preparat
3) Kertas mika 2x2 cm2dua buah
4) Mikrokskop cahaya binokuler
5) Satu buah daun pisang
f. Pengamatan aleuron jagung dan kentang
1) Silet
2) Mikroskop
3) Kaca preparat
4) Mika penutup
5) Jagung
6) Kentang
2. Langkah Kerja
a. Stomata eceng gondok
Mengamati berapa banyakstomata pada daun eceng gondok

Melapisi permukaan atas dan bawah daun eceng gondok dengan plastik
mika yang telah diberi lem alteco

Membiarkan beberapa saat hingga mengering

Jika sudah terlihat sedikit kering, melepas plastik mika dari permukaan
dan bawah
15 daun

Mengamati permukaan plastik mika dibawah mikroskop

Menghitung jumlah stomata yang terdapat pada daun eceng gondok

b. Tangkai daun eceng gondok


Mengamati struktur parenkim tangkai daun eceng gondok
Membuat sayatan melintang tipis pada tangkai daun eceng gondok
menggunakan silet tajam
Mengambil bagian tengah tangkai daun eceng gondok menggunakan silet

Meletakkan sayatan pada preparat dan menutup bagian atas


preparatmenggunakan plastik mika

Mengamati struktur parenkim tangkai daun eceng gondok menggunakan


mikroskop

c. Biji bunga anggrek

Mengamati struktur morfologis biji bunga anggrek


Mengambil biji bunga anggrek dari cawan petri
16

Menaruh biji bunga anggrek dipreparat dan menutup bagian atas


preparatmenggunakan plastik mika

Mengamati struktur biji bunga anggrek dibawah mikroskop

d. Trikoma daun waru


Mengamati struktur morfologis trikoma daun waru

Menyayat trikoma pada permukaan daun waru dengan silet

Menaruh trikoma pada preparat

Menutup permukaan preparatmenggunakan plastik mika

Mengamati trikoma daun waru dibawah mikroskop

e. Trikoma daun durian


Mengamati struktur morfologis trikoma daun durian

Menyayat tipistrikoma padadaun durian dengan silet

Menaruh trikoma pada preparat

Menutup permukaan preparat menggunakan plastik mika


17

Mengamati trikoma dibawah mikroskop

f. Epidermis Rhoeo discolor

Mengamati struktur morfologis epidermisdaun Rhoeo discolor


Memotong daun dengan arah melintang setipis mungkin

Meletakkan irisan daun pada preparat dan diberi sedikit tetesan air

Menutup permukaan preparat dengan plastik mika

Mengamati epidermis daun dibawah mikroskop

g. Trikoma sawo
Mengamati struktur morfologis trikoma sawo

Menyayat tipistrikoma pada daun sawo dengan silet

Menaruh trikoma preparat

Menutup permukaan preparat menggunakan plastik mika


18

Mengamati permukaan preparat dibawah mikroskop

h. Stomata daun pisang


Mengamati struktur morfologis stomata daun pisang
Melapisi permukaan atas dan bawah daun pisang dengan plastik mika
yang telah diberi lem alteco
Membiarkan beberapa saat hingga mengering

Melepaskan plastik mika dari permukaan dan bawah daun

Mengamati permukaan preparat dibawah mikroskop

Menghitung jumlah stomata yang terdapat pada daun pisang

i. Aleuron kentang

Mengamati morfologis aleuron kentang


Membuat irisan tipis pada kentang
19

Mengoleskan cairan yang ada dikentang ke preparat

Menutup permukaan preparat dengan plastik mika

Mengamati komponen sel melalui mikroskop

j.

Aleuron jagung

Mengamati morfologis aleuron jagung


Memotong jagung
Mengoleskan cairan yang ada dijagung ke preparat
Memberikan sedikit tetesan air pada cairan jagung (jika terlalu kental)
Menutup permukaan preparat dengan plastik mika
D. HASIL PEMBAHASAN
Mengamati
komponen
sel melalui mikroskop
1) Stomata eceng
gondok atas
dan bawah
Berdasarkan hasil praktikum yang teramati, diketahui bahwa permukaan
bawah daun enceng gondok lebih banyak jumlah stomata dari pada permukaan
atas. Karena eceng gondok merupakan tanaman yang hidup di air. Sehingga
beberapa organ eceng gondok mengalami modivikasi untuk menyesuaikan diri
dengan lingkungannya. Oleh karena itu stomata yang ada di permukaaan
dirancang lebih banyak agar memudahkan eceng gondok melakukan penguapan
yang lebih banyak penguapan, dan supaya tidak kelebihan cairan dalan tanaman
eceng gondok. Sedangkan di bawah permukaan daun dirancang lebih sedikit agar
eceng gondok tidak kemasukkan air lebih banyak ke dalam tubuhnya.
Berbeda dengan tanaman yang kering seperti, kaktus, daunnya berkebalikan
dengan eceng gondok, lebih kecil bahkan berbentuk duri. Hal ini bertujuan untuk
mengurangi penguapan lebih banyak. Serta dalam tanaman kaktus juga terdapat
lapisan lilin yang berfungsi untuk mengurangi penguapan. Eceng gondok jika
20

dibandingkan dengan tanaman kaktus sangat berbanding terbalik. Kaktus di


tempat kering sedangkan eceng gondok di tempat basah bahkan di perairan.
Daun eceng gondok termasuk ke dalam jenis makrofit yang yerletak di atas
permukaan air. Dalam daun ini terdapat lapisan rongga udara yang fungsinya
sebagai alat pengapung tanaman. Stomata pada eceng gondok dua kali lebih
banyak dari kebanyakan tanaman lainnya. Dalam percobaan kali ini, dilakukan
sayatan setipis mungkin pada atas daun lalu kita amati dengan menggunakan
mikroskop, kemudian setelah digambar dan difoto lakukan penyayatan pada
bagian bawah daun eceng gondok. Setelah dilakukan perbandingan, stomata pada
bagian atas daun lebih banyak jika dibandingkan dengan bagian bawah daun.
2) Tangkai eceng gondok dan biji anggrek
Pada praktikum tersebut bertujuan untuk mengetahui hubungan antarastruktur
dan fungsi jaringan, oleh karena itu dilakukan pengamatan pada tumbuhanuntuk
diamati bagaimana struktur dan fungsi jaringannya. Pengamatan difokuskan pada
epidermis tangkai batang eceng gondok agar lebih mudah dan jelas tujuannya
dalam melakukan pengamatan. Bagian yang diamati adalah struktur morfologis
maupun anatomisnya.
Alat yang digunakan pada praktikum tersebut antara lain, mikroskop,preparat,
plastik mika, silet, dan alat tulis. Sementara bahan yang digunakan tangkai batang
eceng gondok.
Mikroskop digunakan saat akan mengamati struktur morfologis dan anatomis
pada tumbuhan tersebut. Alat alat seperti preparat, silet dan plastik mika
digunakan untuk membuat preparat cetakan yang akan di amati saat itu juga.
Sedangkan alat tulis untuk menggambar bentuk hasil dari mikroskop.
Nama ilmiah eceng gondok atau nama latin eceng gondok adalah Eichhornia
crassipes. Klasifikasi tanaman eceng gondok adalah sebagai berikut :
Kingdom
: Plantae
Sub Kingdom
: Viridiplantae
Infra Kingdom
: Streptophyta
Super Divisi
: Embryophyta
Divisi
: Tracheophyta
Sub Divisi
: Spermatophytina
Kelas
: Magnoliopsida
Super Ordo
: Lilianae
Ordo
: Commelinaes
Famili
: Pontederiaceae
Genus
: Eichhornia kunth
Spesies
: Eichhiornia crassipes (Mart.) Solms

21

Tanaman eceng gondok adalah tanaman yang hidup di permukaan air, tanaman
ini dianggap sebagai tanaman perusak lingkungan perairan. Karena sifatnya yang
laju pertumbuhannya sangat mudah dan cepat. Eceng gondok menghalangi
permukaan air sehingga kehidupan di perairan terganggu.
Langkah pertama yang dilakukan setelah menyiapkan alat dan bahan adalah
mengambil tanaman eceng gondok. Tanaman eceng gondok mewakili tumbuhan
air. Tanaman ini diamati struktur morfologis dan anatomisnya. Setelah tanaman
diambil,kemudian di amati struktur morfologisnya terlebih dahulu. Pada tanaman
eceng gondok tangkai daunnya lembut dan terlihat lembek mungkin
karenatanaman tersebut hidup di perairan. Hal ini menunjukkan bahwa
struktur morfologis pada tumbuhan air struktur tubuhnya tergantung pada
lingkungan dan habitat aslinya.
Pengamatan
yang
dilakukan

selanjutnya

adalah

pengamatan

struktur anatomisnya. Pada tanaman eceng gondok di ambil batangnya, kemudian


di iris secara melintang menggunakan silet setipis mungkin agar jaringan yang
terdapat pada tangkai tersebut dapat terlihat jelas saat diamati menggunakan
mikroskop. Setelah tangkainya diiris, kemudian irisan tangkai tersebut
ditempelkan pada preparat. Selanjutnya menyiapkan plastik mika yang digunakan
untuk menutup irisan daun tadi supaya awet dan tetap segar.
Setelah diamati dapat diketahui bahwa pada tangkai daun eceng gondok.
Tangkai daun yang telah diiris tadi diamati menggunakan mikroskop. Setelah
pengamatan dilakukan diketahui bahwa pada tangkai daun tanaman eceng gondok
memiliki struktur morfologis tangkai daun yang menggelembung atau berongga dan
pangkal tangkai daun menggelembung,ujung dan pangkalnya meruncing. Struktur sel
pada bagian dalam tangkai daun eceng gondok : Pada tangkai daunenceng gondok
terlihat adanya sel-sel yang bercabang - cabang. Dan diantara sel-sel tersebut
terdapat rongga-rongga yang merupakan ruang udara yang cukupbesar, sehingga
banyaknya rongga udara yang terbentuk menyebabkan tanaman ini dapat mengapung di
permukaan air. Parenkim dengan ruang atau rongga udara yang besar ini disebut aerenkim.
Dan selain parenkim dapat terlihat dengan jelas juga trikosklereida yaitu berupa
sel yang bentuknya memanjang seperti rambut dan agak bergelombang, dan biasanya
keras.

22

Anggrek merupakan tanaman hias yang bunganya sangat indah. Sudah 200
tahun yang lalu bunga anggrek sudah dikenal oleh banyak orang. Tanaman
anggrek banyak terdapat di Jawa Barat, Jawa Tengah, Sumatra dan Irian Jaya.
Tanaman Anggrek adalah salah satu tanaman hias yang memiliki berbagai
ragam variasi untuk warna dan bentuk bunga. Tanaman Anggrek sering dipilih
orang sebagai hiasan pekarangan rumah mereka karena keindahannya. Tanaman
anggrek merupakan tanaman hias tropis yang menjadi salah satu komoditas
hortikultura Indonesia.
Kingdom

: Plantae (Tumbuhan)

Sub Kingdom

: Tracheobionta (Tumbuhan Berpembuluh)

Super Divisi

: Spermatophyta (Tumbuhan Berbiji)

Divisi

: Magnoliophyta (Tumbuhan Berbunga)

Kelas

: Liliopsida (Tumbuhan Monokotil)

Sub Kelas

: Lilidae

Ordo

: Orchidales

Famili

: Orchidaceae

Genus

: Phalaepnosis Blume

Biji anggrek tersimpan di dalam buah yang umumnya berbentuk kapsul. Biji
yang dihasilkan oleh satu buah anggrek bisa mencapai 4 juta butir biji. Namun
jangan bayangkan biji anggrek seperti biji tumbuhan berbunga lainnya. Apalagi
seperti biji kacang atau salak. Biji anggrek memiliki keistimewaan yaitu:
a. Buah anggrek yang masak akan pecah dan menyebarkan biji keluar.
Kumpulan biji anggrek akan terlihat seperti massa tepung atau serat-serat
kapas yang sangat halus.
b. Biji anggrek sangat mikroskopis sehingga hanya bisa diamati dengan jelas
menggunakan mikroskop

23

c. Budidaya anggrek dengan menanam biji adalah hal yang hampir mustahil
karena biji anggrek memiliki struktur yang sangat berbeda dengan kebanyakan
biji tumbuhan lain. Di alam keberhasilan perkembangan biji anggrek bisa
terjadi karena simbiosis dengan mikoriza
d. Biji anggrek adalah salah hasil kreasi Tuhan yang sangat manis. Dari 4 juta
biji yang setiap butir ukurannya sehalus tepung tercipta bunga-bunga yang
kecantikannya tiada duanya di dunia. Kekuasaan Tuhan dalam merancang
keindahan bunga anggrek adalah hal yang sangat luar biasa karena sejatinya
biji anggrek adalah biji dengan embrio yang kurang berkembang dan tidak
disertai dengan endosperm. Sekadar informasi hampir semua tumbuhan
berbunga di bumi ini memiliki biji yang sudah terdiferensiasi sebagai calon
individu lengkap dengan calon akar, daun, batang dan endosperm sebagai
cadangan makanan. Oleh karena itu saat berkecambah, biji itu tinggal
melanjutkan fase hidupnya dengan akar dan daun muda.
e. Biji anggrek sangat kecil dan mengandung cadangan makanan yang sangat
sedikit atau bahkan tidak ada. Jika dikecambahkan in vivo kemungkinan
besar bisa hilang atau cadangan makanan tidak mencukupi
f. Perkecambahan dan perkembangan bibit sangat tergantung pada simbiosis
dengan fungi. Jika ditumbuhkan tanpa fungi maka disebut perkecambahan
asimbiotik.
g. Jika biji dihasilkan dari persilangan tertentu, maka perkecambahan secarain
vitro akan meningkatkan persentase keberhasilannya.
h. Perkecambahan secara in vitro dapat membantu perkecambahan
anggrek yang belum

berkembang

atau belum

matang

embrio
sehingga

memperpendek siklus pemuliaannya atau budidayanya


i. Perkecambahan dan perkembangan bibit dapat berlangsung lebih cepat dalam
kondisi in vitro karena

lingkungan

yang

terkendali

dan

tidak

ada

kompetisi dengan fungi ataubakteri yang tidak menguntungkan


Menurut Damayanti (2011), kematangan buah anggrek sangat tergantung
pada jenis anggrek itu sendiri. Buah anggrek Dendrobium akan matang dalam
umur 3-4 bulan, buah anggrek Vanda setelah 6 - 7 bulan, sedangkan buah
anggrek Cattleya baru matang setelah 9 bulan. Buah anggrek adalah buah
lentera dan akan pecah ketika matang. Bagian yang membuka adalah bagian
tengahnya. Untuk kultur jaringan anggrek, pengambilan buah lebih baik sebelum

24

buah pecah tetapi sudah mendekati masa matang sehingga biji siap untuk
berkecambah.
Menurut Pierik (1987), biji anggrek sangat kecil, biasanya dengan panjang 1.0
- 2.0 mm dan lebar 0.5 - 1.0mm. Biasanya per polong atau buah terdapat 1,300
-4,000,000 biji anggrek. Biji anggrek terdiri dari testa atau kulit biji yang tebal
dan embrio yang terdiri dari sekitar 100 sel .
Sedangkan menurut Mursidawati (2007), biji anggrek dikenal dengan
sebutan dust seed karena ukurannya sangat kecil sehingga menyerupai
butiran debu. Struktur biji anggrek hanya terdiri dari 4 - 200 sel saja
sehingga kapasitasnya untuk membawa cadangan makanan menjadi sangat
terbatas.
3) Trikoma waru dan durian

Pemahaman seorang mahasiswa tentang kaitan antara struktur dan


fungsi jaringan belum tentu semuanya paham. Kemungkinan hanya beberapa
anak saja yang mengerti. Dengan ini, disini dilakukan pengamatan dan percobaan
dengan menggunakan tanaman eceng gondok dan daun waru. Dengan tujuan agar mahasiswa
mengetahui struktur - struktur spesifik (morfologis dan atau anatomis) pada
individuyang hidup di lingkungan tertentu. Serta agar mahasiswa mengetahui
adanyahubungan struktur - struktur spesifik tersebut dengan kegunaan / fungsi
tertentu bagi organisme yang bersangkutan. Selain itu kesulitan yang menonjol
adalah pada pembuatan preparat dankurangnya pemahaman tentang jaringan
tumbuhan. Kesulitan ini kemungkinan dirasakan sulit karena kurangnya
mahasiswa dalam bekal tentang pembuatan preparat, baik preparat kering atau
basah.
Dan juga dengan adanya percobaan ini diharapkan dapat lebih mengembangkan p
ara mahasiswa dalam bereksprimen. Praktikum kali ini membahas tentang kaitan
antara struktur dan fungsi jaringan yang betrujuan untuk mengetahui strukturstruktur spesifik (morfologis danatau anatomis) pada individu yang hidup di
lingkungan tertentu serta untuk mengetahui adanya hubungan struktur-struktur
spesifik tersebut dengan kegunaanatau fungsi tertentu bagi organisme yang
bersangkutan. Alat - alat yang digunakan pada praktikum kali ini antara lain,
mikroskop, gelas penutup, gelas objek, alat penghitung,silet dan lem
25

alteco.Langkah pertama yang dilakukan setelah mempersiapkan alat-alat


yangdigunakan serta bahan-bahannya adalah mengambil tanaman daun waru dan
ecenggondok.

Sebelum

dilakukan

pengamatan

semuanya

dilakukan

sayatan setipis mungkinpada bagian epidermis tubuh yaitu daun. Lalu pada
penutup gelas objek diberi lem alteco secukupnya dan jangan terlalu banyak.
Kemudian ditunggu hingga agak mengering, epidermis tadi yang telah
diambil diletakkan di penutup tersebut, langsungditutup lagi menggunakan
penutup gelas objek. Diingat mana yang bagian atas ataubagian bawah dari daun
tersebut. Setelah cukup kering, lalu penutup gelas objek tersebut dilepaskan dan
diamati di bawah mikroskop. Lalu dihitung berapa stomatayang nampak pada
area pengamatan. Ini dilakukan pada pengamatan stomata baik pada tumbuhan
air atau pada tumbuhan darat.Sebagai wakil dari tumbuhan darat digunakan daun
waru (Eichorniacrassipes) dari familia Butomaceae. Sedangkan wakil dari
tumbuhan air digunakantumbuhan eceng gondok (Hibiscus tiliaceus) dari famili
Malvaceae. Berikutklasifikasinya :
1. Kingdom
: Plantae
Divisi
: Magnoliophyta
Kelas
: Liliopsida
Ordo
: Alismatales
Famili
: Butomaceae
Genus
: Eichornia
Spesies
: Eichornia crassipes
2. Kingdom
: Plantae
Divisi
: Magnoliophyta
Kelas
: Magnoliopsida
Ordo
: Malvales
Famili
: Malvaceae
Genus
: Hibiscus
Spesies
: Hibiscus tiliaceus L.
Setelah dilakukan sayatan, dan diambil stomatanya, dilakukan pengamatan
dengan menggunakan mikroskop. Dengan menggunakan hand counter dihitung berapa
stomata yang nampak dalam satu bidang penglihatan. Pada preparat pertama atau
peraparat bagian bawah permukaan daun waru, ditemukan stomata sebanyak 70
buah. Selain itu stomata yang terlihat berbentuk seperti ginjal. Nampak mulut
stomatanya dan sel penjaganya. Pada preparat dua atau preparat permukaan
ataspenampang daun waru nampak sebuah trikoma berbentuk bintang. Jumlah
stomatatidak terlihat. Pada preparat tiga atau preparat permukaan atas
penampang daun eceng gondok nampak mulut stomata dan sel penjaga yang
26

berbentuk ginjal. Dengan jumlah stomata 22. Pada preparat terakhir atau preparat
permukaan bawah penampang daun eceng gondok terlihat stomata berbentuk
ginjal yang berjumlah 33, dan terlihat trikoma berbentuk bintang.Baik pada daun
waru maupun daun eceng gondok terlihat perbedaan yang signifikan antara jumlah
stomata pada bagian atas dan pada bagian bawah daun. Ini disebabkan karena
merupakan adaptasi tumbuhan untuk meminimalisasi hilangnya airdari daun.
Celah stomata terbentuk apabila sepasang sel penjaga stoma mengkerut.
Selpenjaga ini mengatur ukuran stomata, berperan penting dalam pertukaran gas
(CO2 dan O2) yang terdapat di dalam daun dengan lingkungan luar, selain itu juga
berperandalam pengaturan hilangnya air dari tumbuhan.Selain diamati stomatanya
(anatomisnya), dilihat juga struktur morfologisnya. Pada daun waru terasa kasar
pada permukaannya, ini disebabkan karena oleh adanya trikoma atau rambut daun.
Sedangkan pada daun eceng gondok dipegang teras licin mungkin disebabkan
karena tidak adanya trikoma.
Pada pengamatan dengan daun durian kami membuat preparat dari lapisan
bawah daun durian yang berwarna kuning keemasan. Setelah kami amati dibawah
mikroskop dengan perbesaran 100x. Kami menemukan dua buah trikoma yang
berbeda bentuk, tetapi tidak bertangkai atau sessil. Bisa diketahui jika trikoma
tersebut merupakan trikoma non granduler yang bersel banyak, karena trikoma
tersebut tidak mengeluarkan sekret dan jumlahnya banyak. Trikoma yang pertama
brentuknya druse,sedangkan trikoma yang kedua berbentuk

seperti bintang .

Menurut Estiti B.Hidayat (1995). Jenis trikoma pertama yang termasuk trikoma
rambut sisik dan trikoma yang kedua termasuk trikoma rambut bercabang.
Klasifikasi
Divisio
: Magnoliophyta
Classis
: Magnoliopsida
Sub classis
: Dilleliniidae
Ordo
: Malvales
Familia
: Bombacaceae
Genus
: Durio
Spesies
: Durio zibethinus
(sumber : Steenis.2003)
4) Epidermis bawah rhoeo discolor dan trikoma sawo
Dari hasil pengamatan menggunakan mirkoskop kelompok empat mengenai
epidermis bawah daun rhoeo discolor, kita dapat mengamati bagian-bagiannya
yang terdiri dari sel yang berbentuk dan memiliki stomata. Sitoplasma sel
epidermis bawah juga megandung antosianin yang merupakan pigmen warna,
27

sehingga pada daun rhoeo discolor bagian bawah berwarna ungu. Sehingga warna
epidermis atas dan bawah berbeda. Sementara itu bentuk sel dan jaringan daun
rhoeo discolor bagian bawah berbentuk segi enam. Struktur stomata yang berada
dibagian bawah daun sesuai dengan fungsinya, yaitu tumbuhan tersebut tidak
terlalu banyak melakukan penguapan.
Dari pengamata trikoma daun sawo menggunakan mikroskop yang dilakuakan
oleh kelompok empat, kita dapat mengetahui bahwa jumlah dan kerapatan trikoma
tertinggi terdapat pada daun sawo. Jumlah dan kerapatan trikoma pada daun sawo
yaitu masing-masing 124,79 dan 634,81
(g/cm2). Pada objek daun sawo trikoma

mm

dan dengan berat debu 0,06

berbentuk garis-garis memanjang.

Trikoma pada epidermis daun sawo tersebut berfungsi untuk mengurangi


penguapan, mengurangi gangguan hewan dan manusia, meneruskan rangsang.
5) Stomata pisang atas dan bawah
Pada praktikum kali ini dapat teramati bahwa stomata dengan intensitas
penyebaran paling besar terdapat pada permukaan bawah daun pisang. Struktur
tersebut dikarenakan fungsi stomata untuk melakukan transpirasi memiliki laju
yang tidak besar, sehingga jumlah stomata pada bagian epidermis bawah daun
pisang lebih banyak dibandingkan dengan jumlah stomata pada bagian epidermis
atas daun pisang.
Hasil Pengamatan stomata eceng gondok dan daun pisang bagian atas dan
bawah. Masing - masing pada tanaman pisang

dan eceng gondok di ambil

daunnya Setelah diamati dapat diketahui bahwa pada daun tanaman pisang
terdapat stomata.
Pada daun tanaman enceng gondok jumlah stomata bagian atas adalah 30,
sementara pada bagian bawah berjumlah lebih banyak yaitu 86. sedangkan pada
daun tanaman pisang jumlah stomata bagian atas adalah 2, sementara pada bagian
bawah berjumlah 14. Stomata memiliki bentuk seperti ginjal, dan berfungsi
penting bagi tumbuhan, stomata berfungsi sebagai tempat keluar masuknya udara,
dapat dikatakan stomata berfungsi sebagai alat respirasi pada tumbuhan.
Selanjutnya adalah pengamatan pada daun eceng gondok. Daun yang telahdiiris
tadi diamati menggunakan mikroskop. Dari pengamatan dilakukan diketahui
bahwa jumlah stomata pada daun tanaman eceng gondok lebih banyak dari dari
jumlah stomata tanaman. Bentuk stomata pada daun eceng gondok dan daun
pisangsama, yaitu berbentuk ginjal. Pada bagian atas daun eceng gondok memiliki
28

stomata sebanyak 30 buah dan pada bagian bawah daun terdapat stomata
sebanyak 86 buah. Hal ini menunjukkan bahwa tumbuhan air memiliki stomata
yang lebih banyak daripada tumbuhan darat, hal ini mungkin dikarenakan
tumbuhan eceng gondok atau tumbuhan air yang membutuhkan udara lebih
banyak karena hidupnya yang berada di air, selain itu juga dikarenakan tumbuhan
enceng gondok lebih banyak melakukan penguapan karena tumbuhan enceng
gondok hidup di tempat yang lembab . Karena sel - sel penutup pada stomata akan
menjadi jenuh berisi air dengan terdapatnya banyak air dalam daun, selanjutnya
sel-sel penutupini akan melembung dan stomata pun akan terbuka. Selanjuntnya
dalam keadaan terjadinya kekurangan air tegangan turgorpun akan menjadi
berkurang berkurang dan stomatapun kan tertutup.
6) Aleuron jagung dan kentang
Praktikum kali ini dilakukan untuk mengetahui dan mengamati bentuk aleuron
kentang (Solanum Tuberosum) dan Jagung (Zea Mays). Pada gambar diketahui
bahwa aleuron merupakan butiran-butiran kecil yang sangat banyak. Aleuron
tersebut berisi sebuah/ lebih krsitaloid putih telur dan sebuah atau beberapa
guboid (bulatan kecil yang terbuat dari zat fitin yaitu garam Ca dan Mg dari asam
mesoinosit hexafosfor). (Yayan Sutrian, 2004)
Klasifikasi jagung
Kingdom

: Plantae (Tumbuhan)

Divisi

: Magnoliophyta (Tumbuhan berbunga)

Kelas

: Liliopsida (berkeping satu / monokotil)

Sub Kelas

: Commelinidae

Ordo

: Poales

Famili

: Poaceae (suku rumput-rumputan)

Genus

: Zea

Spesies

: Zea mays.

Pada setiap jenis tumbuhan, butir amilum mempunyai bentuk dan susunan
tertentu, namun pada umumnya berbentuk bundar atau lonjong. Adanya perbedaan
bentuk dan susunan butir amilum ini karena adanya hilus (titik permulaan
terbentuknya butir tepung) di setiap butir tepung. Berdasarkan letak hilus, butir
amilum dapat dibedakan menjadi dua, yaitu: (a) amilum yang konsentris (hilus
29

terletak di tengah); (b) eksentris (hilus terletak di tepi). Sedang berdasarkan


jumlah hilus dapat dibedakan menjadi tiga, yaitu: (a) monoadelph (hilus hanya
satu); (b) diadelph atau setengah majemuk (hilus berjumlah dua yang masingmasing dikelilingi oleh lamela); dan (c) poliadelph / majemuk (hilus berjumlah
banyak dan tiap hilus dikelilingi oleh lamela) (Gambar 14). Bila jumlahnya
sampai berdesakan dalam sel, maka sisi - sisinya membentuk sudut. Pada
beberapa tumbuhan seperti jagung dan padi, butir amilum majemuk. Ukuran butir
amilum bervariasi. Pada pati kentang misalnya garis tengahnya antara 70 -100
mm, pada jagung 12 - 18 mm.
Dalam amilum terdapat lamela - lamela yang mengelilingi hilus. Adanya
lamela - lamela ini disebabkan karena waktu pembentukan amilum, tiap lapisan
berbeda kadar airnya sehingga indeks pembiasannya berbeda.
Begitu juga pada jagung dan kentang, setelah diamati lebih lanjut
pembentukan aleuron pada jaging berwarna lebih polos dan terlihat bersih jika
dibandingkan dengan aleuron pada kentang. Hal ini menandakan bahwa amilum
pada kentang lebih banyak jika dibandingkan dengan jagung. Jadi untuk
memenuhi kebutuhan karbohidrat setiap hari kita bisa memakan kentang sebagai
pengganti nasi.
E. PENUTUP
1. Kesimpulan
Dari pengamatan

yang

telah

dilakukan

dapat

diambil

beberapa

kesimpulan.Yang pertama adalah pada daun waru yang mewakili tumbuhan darat
ditemukan stomata dan trikoma,sedangkan pada daun pisang hanya ditemukan
stomata saja. Begitupula pada daun eceng gondok yang mewakili tumbuhan air
hanya ditemukan stomata. Kemudian struktur morfologis pada tangkai daun waru
kasar dan kuat, sementara pada tangkai daun eceng gondok strukturnyalembut.
Namun jumlah stomata daun eceng gondok lebih banyak daripada daun waru.
Kedua, banyaknya jumlah stomata yang ditemukan pada daun eceng gondok
menunjukkan bahwa tanaman gondok memerlukan stomata sebagai alat respirasi
lebih banyak karena hidupnya yang tinggal di air sehingga sulit melakukan
pertukaran gas seperti pada umumnya tumbuhan darat. Sedangkan trikoma yang
terdapat pada tanaman waru menunjukkan bahwa kehidupannya yangdi darat
berfungsi untuk melindungi tubuhnya, terutama epidermis bagian luar,karena
tumbuhan darat paling riskan untuk terkena gangguan, sehingga rambut daun atau
trikoma tersebut berfungsi sebagai pelindung terluar. Ketiga, Pada tumbuhan
30

enceng gondok (tumbuhan air yang daunnya terangkat diatas air) memiliki
jaringan parenkim udara untuk menyimpan udara, dan tangkain daun berbentuk
spons untuk penyaring air yang tercemar. Keempat jumlah stomata pada
permukaan atas daun pisang lebih banyak daripada jumlah stomata bagian bawah
karena sesuai dengan fungsi stomata sebagai tempat melakukan transpirasi.
Kelima dari hasil pengamatn pada aleuron jagung dan kentang kita dapat
mengetahui bahwa aleuron berisi sebuah/ lebih kristaloid outih telur dan sebuah
atau beberapa gubaoid. Pada intinya pada praktikum kali ini Ciri penyesuaian
struktural pada tumbuhan dapat ditunjukkan adanya ciri-ciri khusus yang berbeda,
misalnya antara tumbuhan air dan darat. Struktur yang berbeda yang ditemukan
antara tumbuhan air dan darat yaitu terletak pada ciri morfologinya, sehingga hal
ini mempengaruhi fungsi dari organ yang disesuaikan dengan tempat hidup atau
habitat, adaptasi serta cara di mana tumbuhan itu hidup. Seperti stomata tumbuhan
air bervariasi. Umumnya paling banyak terdapat di permukaan atas daun.
2. Diskusi

F. DAFTAR PUSTAKA
Campbell, Neil. A. 2008. Biologi. Jakarta : Erlangga.
Setjo, Susetyoadi dkk. 2004. Anatomi Tumbuhan. Malang : Jica.
Starr, Cecie dkk. 2013. Kesatuan dan Keragaman Mahluk Hidup. Jakarta :
Salemba Teknika.
https://www.scribd.com/doc/118725192/KAITAN-ANTARA-SRTUKTURDAN-FUNGSI-JARINGAN

31

http://www.materipertanian.com/klasifikasi-dan-ciri-ciri-morfologi-ecenggondok/
Aloysius, Suyitno. 2006. Petunjuk Praktikum Biologi Umum. Yogyakarta
:Universitas Negeri Yogyakarta.
Setjo, Susetyoadi dkk.2004. Anatomi Tumbuhan. Malang :IMSTEP
Wilkins, Walcolm B. 1989 . Fisiologi Tanaman. Jakarta: Melton Putra Offset
http://image.slidesharecdn.com/babi-131128021453-phpapp02/95/contohmakalah-makalah-anggrek-2-638.jpg?cb=1385605217
http://agroteknologi.web.id/klasifikasi-dan-morfologi-tanaman-hias-anggrek/
http://www.kompasiana.com/wardhanahendra/menemukan-tuhan-di-bawahmikroskop_54f5d67ba3331150518b46f1
Hery Purnobasuki.2011. Diktat Pedoman Praktikum Anatomi Tumbuhan.
Surabaya : UNAIR Press.
Yayan Sutrian.2004. Pengantar Anatomi Tumbuh-Tumbuhan : Tentang Sel dan
Jaringan. Jakarta : Rineka Cipta.
Fried, H.George,et al.2005.Biologi edisi kedua.Jakarta: Erlangga
Cambell, A.Neil,et al.2007.Biologi edisi kelima jilid 2.Jakarta: Erlangga
Dwijoseputro, D. 1978. Pengantar Fisiologi Tumbuhan. Jakarta : PT Gramedia
Pustaka
Pandey, B.P. 1982. Plant Anatomy. S Chand and Company. New Dehli
Suradinata, T.S. 1997. Struktur Tumbuhan. Bandung : FMIPA ITB
Sri Haryanti. 2011. Jumlah dan Distribusi Stomata pada Daun Beberapa Spesies
Tanaman Dikotil dan Monokotil.
http://www.klasifikasitanaman.com/2013/05/klasifikasi-tanaman-jagung.html

32

Anda mungkin juga menyukai