Pemeriksaan Pajak
Pemeriksaan Pajak
satu, beberapa, atau bahkan ratusan perusahaan atau seorang pemegang saham atau komisaris atau
pegawai menengah atau pegawai rendah atau pekerja mandiri seperti dokter, notaris, pengacara.
Wajib Pajak Orang Pribadi memiliki resiko mengalami pemeriksaan pajak.
Jika Anda menghadapi suatu pemeriksaan pajak, apa sajakah yang dilakukan pemeriksa? Berikut ini
adalah uraian mengenai berbagai hal yang berkaitan dengan pemeriksaan terhadap Wajib Pajak
Orang Pribadi.
Penghasilan Yang Dilaporkan Dalam SPT
Wajib Pajak Orang Pribadi melaporkan penghasilannya dengan mengisi dan memasukkan SPT Wajib
Pajak Orang Pribadi. Penghasilan yang dilaporkan biasanya terdiri dari penghasilan dari usaha adalah
penghasilan yang diperoleh dari kegiatan usaha seperti berdagang atau memproduksi barang atau
produk tertentu. Penghasilan dari pekerjaan bebas adalah penghasilan yang diperoleh dari kegiatan
dalam profesi tertentu seperti dokter, pengacara, notaris/PPAT, konsultan, dan sebagainya.
Pemeriksa akan mengecek dan menguji angka-angka dalam SPT (dan laporan keuangan serta
pembukuan jika ada penghasilan dari usaha), dan melaksanakan prosedur audit standar sebagaimana
yang diatur oleh pedoman pemeriksaan pajak.
Wajib Pajak Orang Pribadi biasanya juga merangkap sebagai pegawai pada pemberi kerja tertentu.
Berkaitan dengan hal ini maka pemeriksa akan melakukan juga pengecekan dan pengujian terhadap
berbagai dokumen yang berkiatan dengan penghasilan yang diperoleh dan formulir 1721-A serta
bukti pemotongan PPh Pasal 21 dari masing-masing pemberi penghasilan.
Bagi Wajib Pajak Orang Pribadi tertentu, penghasilan diinvestasikan dalam bentuk saham, tabungan,
deposito, sewa, intellectual property, atau real property. Penghasilan yang diperoleh dari berbagai
jenis investasi itu adalah dividen, bunga, royalti, atau capital gain. Kewajiban Pajak yang melekat
pada berbagai penghasilan ini adalah PPh Pasal 23 atau PPh Final yang biasanya dipotong oleh pihak
yang memberi penghasilan. Berkaitan dengan kewajiban ini, maka pemeriksa akan meminta berbagai
dokumen dan informasi yang berkaitan seperti bukti-bukti kepemilikan deposito, tabungan, sewamenyewa, jual-beli aktiva, dan sebagainya. Selain itu Pemeriksa juga akan menelusuri berbagai
perubahan atau mutasi yang terjadi terhadap investasi itu. Hal ini dilakukan untuk mengetahui naikturunnya potensi penghasilan sehingga jumlah penghasilan yang sebenarnya pada akhir tahun dapat
diketahui dengan pasti. Jumlah penghasilan pada akhir tahun inilah yang akan menentukan besarnya
jumlah pajak yang harus Anda bayar untuk tahun bersangkutan.
seperti perluasan rumah atau tanah. Sebagai pendukung, pemeriksa juga akan meminta semacam
pernyataan dari Anda mengenai kebenaran daftar tersebut.
Daftar Rekening Tabungan atau Deposito
Satu lagi daftar yang akan diajukan Pemeriksa dan anda diharuskan mengisinya adalah daftar dari
semua rekening tabungan atau deposito yang Anda miliki. Semua berarti seluruh rekening dan
deposito yang Anda miliki ditambah dengan semua rekening dan deposito dari orang-orang yang
statusnya masih dalam tanggungan Anda. Selain daftar itu, Pemeriksa juga akan meminta dokumen
yang melengkapinya seperti bank statement, deposito, atau buku tabungannya sendiri. Pemeriksa
juga akan meminta sebuah pernyataan tertulis dari Anda bahwa selain yang tercantum dalam daftar
itu, tidak ada lagi rekening atau deposito yang Anda dan tanggungan yang Anda miliki.
Daftar Kartu Kredit
Daftar terakhir yang akan diminta oleh Pemeriksa adalah Daftar Kartu Kredit. Pada masa sekarang
adalah lumrah jika seseorang memiliki lebih dari satu kartu kredit. Seperti juga daftar sebelumnya,
daftar ini juga mencakup kartu kredit yang dimiliki oleh orang yang masih dalam tanggungan Anda
dan sebuah pernyataan tentang tidak adanya kartu kredit lain yang belum Anda laporkan. Pemeriksa
juga akan meminta statement penagihan dari pengelola kartu kredit.
Jenis Jenis Pemeriksaan Pajak
Walaupun anda telah membayar pajak secara jujur dan juga melaporkan pajak anda secara tepat
waktu, resiko pemeriksaan tetap dapat terjadi pada diri anda.
Pemeriksaan Pajak menurut Keputusan Menteri Keuangan Nomor 545/KMK/04/2000 mempunyai 2
tujuan pokok, yaitu:
Menguji kepatuhan pemenuhan kewajiban perpajakan dalam rangka memberikan kepastian hukum,
keadilan, dan pembinaan kepada Wajib Pajak; dan
Tujuan lain dalam rangka melaksanakan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan.
Pemeriksaan uji kepatuhan dilakukan dengan cara menelusuri kebenaran SPT yang disampaikan
Wajib Pajak, pembukuan atau pencatatan dan pemenuhan kewajiban lainnya dibandingkan dengan
keadaan atau kegiatan Wajib Pajak sebenarnya. Sedangkan pemeriksaan untuk tujuan lain biasanya
dilakukan dalam rangka pemberian atau penghapusan NPWP, penentuan daerah terpencil, sentralisasi
pembayaran pajak dan lain sebagainya.
Adapun menurut jenisnya, pemeriksaan dapat digolongkan menjadi Pemeriksaan Rutin, Pemeriksaan
Kriteria Seleksi, Pemeriksaan Khusus, Pemeriksaan Wajib Pajak Lokasi, Pemeriksaan Tahun
Berjalan, dan Pemeriksaan Bukti Permulaan.
PEMERIKSAAN RUTIN
Sebagaimana namanya, jenis pemeriksaan ini adalah tugas utama pasukan pemeriksa di Ditjen Pajak.
Adapun kriteria dilakukan Pemeriksaan Rutin adalah sebagai berikut:
1. SPT Tahunan PPh Wajib Pajak Orang Pribadi/Badan yang menyatakan Lebih Bayar;
2. SPT Tahunan PPh Wajib Pajak Badan yang menyatakan Rugi Tidak Lebih Bayar:
3. Data Prioritas dan atau Alat Keterangan:
4. Terdapat kerjasama Operasi (KSO) atau Konsorsium;
5. Wajib Pajak Orang Pribadi atau Badan menyampaikan;
6. SPT tahunan PPh Pasal 21 yang menyatakan lebih bayar;
7. SPT Masa PPN yang masa pajak terakhir dari suatu tahun pajak yang menyatakan lebih bayar
(baik meminta restitusi maupun kompesasi);
8. Wajib Pajak Orang Pribadi atau Badan menyampaikan:
9. SPT Tahunan PPh untuk bagian tahun pajak sebagai akibat adanya perubahan tahun buku
yang telah disetujui oleh Direktur Jenderal Pajak;
10. SPT Tahunan PPh untuk tahun pajak saat Wajib Pajak melakukan penilaian kembali aktiva
tetap yang telah disetujui oleh Direktur Jenderal Pajak;
11. SPT Tahunan untuk tahun pajak saat Wajib Pajak melakukan penggabungan, pemekaran,
pengambilalihan usaha, atau likuidasi;
12. SPT Tahunan Wajib Pajak Orang Pribadi menyalahi ketentuan penggunaan Norma
Penghitungan Penghasilan Neto;
13. Wajib Pajak Orang Pribadi yang menjalankan usaha atau pekerjaan bebas atau Wajib Pajak
Badan, yang Mengajukan permohonan pencabutan NPWP; atau perubahan tempat
terdaftarnya Wajib Pajak dari suatu KPP ke lain KPP;
14. Wajib Pajak tidak menyampaikan SPT Tahunan PPh walaupun telah dikirimkan Surat
Teguran dan tidak mengajukan permohonan perpanjangan penyampaian SPT, termasuk SPT
kembali pos (kempos) dan Wajib Pajak Kelompok Non Efektif (NE);
15. Wajib Pajak melakukan kegitan membangun sendiri yang pemenuhan kewajiban PPN atas
kegiatan tersebut patut diduga tidak dilaksanakan sebagaimana mestinya;
16. Wajib Pajak tidak menyampaikan:
persetujuan/instruksi melakukan pemeriksaan khusus tidak dapat diberikan kecuali ada indikasi
tindak pidana.
PEMERIKSAAN WAJIB PAJAK LOKASI
Sesuai dengan namanya, jenis pemeriksaan ini dilakukan atas Wajib Pajak yang mempunyai cabang
atau lebih dari satu tempat usaha.
Pemeriksaan terhadap Wajib Pajak Lokasi dapat dilaksanakan sehubungan dengan:
1. SPT Tahunan PPh Pasal 21 dan atau SPT Masa PPN menyatakan Lebih Bayar;
2. SPT Tahunan PPh Pasal 21 dan atau SPT Masa PPN tidak disampaikan masing-masing
selama 2 (dua) tahun berturut-turut atau 3 (tiga) bulan berturut-turut dari suatu tahun pajak;
3. Permintaan dari Unit Pelaksanan Pemeriksaan Pajak (UP3) Wajib Pajak Domisili dan atau
usulan dari UP3 Wajib Pajak Lokasi.
PEMERIKSAAN TAHUN BERJALAN
Pemeriksaan Tahun Berjalan, yaitu pemeriksaan terhadap Wajib Pajak yang dilakukan dalam tahun
berjalan untuk jenis-jenis pajak tertentu atau seluruh jenis Pajak (all taxes) dan untuk mengumpulkan
data atau keterangan atas kewajiban pajak lainnya. Pemeriksaan Tahun Berjalan dilakukan meliputi
seluruh jenis pajak (all taxes) dan tidak perlu dikaitkan dengan pemeriksaan tahun sebelumnya.
Pemeriksaan Tahun Berjalan dapat dilaksanakan terhadap Wajib Pajak Lokasi berdasarkan
pertimbangan Ka Kanwil DPJ khususnya para pemotong atau pemungut pajak (Withholding)
termasuk PPh Pasal 23, PPh Pasal 26, dan PPN serta PPnBM. Pemeriksaan Tahun Berjalan Wajib
Pajak dalam rangka ekstensifikasi diperlukan seperti pemeriksaan Wajib Pajak Lokasi. Pelaksaan
Pemeriksaan Tahun Berjalan hanya dapat dilakukan atas masa pajak sampai dengan bulan Oktober
tahun yang bersangkutan.
PEMERIKSAAN BUKTI PERMULAAN
Pemeriksaan Bukti Permulaan, yaitu pemeriksaan yang dilakukan untuk mendapatkan bukti
permulaan tentang adanya dugaan telah terjadi tindak pidana di bidang perpajakan.
Yang dimaksud dengan bukti permulaan adanya perbutan pidana di bidang perpajakan adalah buktibukti, baik berupa tulisan, perbuatan, keterangan ataupun benda-benda yang dapat memberikan
petunjuk bahwa suatu tindak pidana di bidang perpajakan telah terjadi atau dilakukan, yang dapat
menimbulkan kerugian bagi Negara.
Termasuk dalam kriteria bukti permulaan adalah:
Seringkali kita menunda pekerjaan seperti pencatatan atau pembukuan transaksi. Pekerjaan yang
sebenarnya bisa Anda selesaikan 1 jam sehari bisa jadi memakan waktu satu minggu jika di kerjakan
di akhir bulan. Belum lagi di butuhkan keakuratan ingatan Anda untuk memutar ulang transaksi
selama 1 bulan.
4. Simpan dan dokumentasikan bukti-bukti dengan baik.
5. Bukti transaksi berupa kuitansi, bon pembelian, SSP, Faktur Pajak, Bukti Pemotongan, dan
lain sebagainya harus Anda simpan di tempat yang mudah Anda cari. Jangan biarkan bukti
tersebut melekat pada Jurnal Voucher Anda. Jadi buatlah copy dan simpan dokumen asli di
tempat yang aman. Perlu Anda ingat, pada saat pemeriksaan, ucapan dan argumentasi Anda
bisa jadi tidak akan di dengarkan oleh fiskus jika tidak disertai dengan bukti-bukti.
6. Usahakan sesedikit mungkin transaksi tunai. Transaksi melalui perbankan akan membantu
meringankan pekerjaan pembukuan Anda. Kita tinggal meminta bank statement kapan saja .
Fiskus cenderung mempercayai bukti yang dikeluarkan oleh perbankan pda saat memeriksa
Anda.
7. Update-lah pengetahuan perpajakan Anda. Jangan malas memperdalam pengetahuan
perpajakan Anda. Saat ini Anda dengan mudah mengkoleksi buku peraturan pajak, mengikuti
peraturan pajak, mengikuti pelatihan pajak atau seminar perpajakan. Pengetahuan Anda
tentang pajak akan membantu Anda saat diperiksa. Sama seperti Anda. Fiskus kadang lupa
tentang perlakuan pajak suatu transaksi. Dengan demikian Anda akan terhindar dari koreksikoreksi yang tidak perlu. Selama ini banyak perusahaan beranggapan bahwa urusan pajak
adalah urusan bagian keuangan. Anggapan ini salah. Keawaman bagian lain seperti bagian
hukum, HRD, pengadaan tentang pajak akan membuat bengkak biaya pajak Anda. Justru
bagian keuangan adalah filter paling akhir dari suatu transaksi.
8. Tanyakan pada ahlinya. Jangan sok tau. Lebih aman Anda mempunyai konsultan atau teman
yang dapat di ajak berdiskusi dan berkonsultasi mengenai masalah yang Anda hadapi. Anda
juga bisa meminta bantuan bagian Penyuluhan Kantor Pelayanan Pajak di kota Anda. Mereka
dengan senang hati akan membantu memberikan jalan keluar. Jika belum puas, Anda masih
dapat menulis surat pertanyaan kepada Pusat Penyuluhan Ditjen Pajak di Jakarta
9. Buatlah tax calendar. Tax calendar berfungsi untuk mengingatkan Anda tanggal-tanggal
penting dalam siklus Administrasi perpajakan. Hal ini akan mencegah Anda lupa membayar
pajak atau lupa melaporkan pajak. Sekali lagi bukan masalah denda yang memang tidak
seberapa, tetapi semakin banyak kesalahan yang Anda perbuat, kredibilitas Anda akan
semakin turun di mata fiskus.
10. Cek sekali lagi. Ketelitian Anda dalam mengerjakan administrasi Anda bisa memperkecil
kemungkinan Anda di periksa oleh fiskus. Oleh karena itu, sempatkan mengecek ulang apaapa yang telah Anda kerjakan.
11. Konsultan terbaik Anda adalah Anda sendiri.
Sejago-jagonya seorang konsultan, dia tidak sedang mengerjakan pajaknya sendiri, tetapi pajak Anda
kecuali tentu saja bila konsultan tersebut merangkap suami atau isteri Anda. Bisa jadi Anda memang
memerlukan konsultan, namun Anda tidak boleh tergantung habis kepada mereka. Bayangkan jika
pada saat yang sama seluruh tim konsultan Anda sakit dan terpaksa harus diganti oleh tim lain yang
tidak Anda kenal.
Hal-hal yang harus Anda perhatikan pada saat mengerjakan administrasi pajak Anda adalah :
1. Jaga konsistensi perlakuan pajak
Anda dari tahun ke tahun. Ketidakkonsistenan pemakaian metode penyusutan misalnya akan
memberi kesempatan fiskus melakukan koreksi fiskal pada SPT Anda.
2. Bukukan pendapatan dan biaya pos yang seharusnya. Jangan jadikan pos Pendapatan/Biaya
Lain menjadi tempat sampah pembukuan Anda. Hal ini cenderung merangsang fiskus untuk
mengkoreksi pos tersebut.
3. Bagi WP Badan, pisahkan biaya-biaya yang bersifat untuk kepentingan pribadi. Pemisahan
akan mencegah fiskus untuk melakukan koreksi yang tidak perlu.
4. Buatlah navigasi atau referensi sehingga Anda mudah menemukan dokumen pendukung atau
mengingat sejarah transaksi yang bersangkutan. Keragu-raguan Anda saat menghadapi
pemeriksaan akan mengundang kecurigaan fiskus.
5. Laporkan seluruh penghasilan dan biaya Anda, baik yang diperoleh dari pekerjaan / usaha,
dari sewa, hadiah, hobi dan lain sebagainya.
6. Saat mengisi SPT jangan langsung di ketik dulu, sehingga jika ada kesalahan dapat segera di
perbaiki. Sebaiknya Anda menyiapkan cadangan formulir pajak yang di perlukan untuk
berjaga-jaga. Formulir ini dapat Anda minta di KPP setempat atau Anda buat sendiri.
7. Cek ulang penjumlahan, pengurangan dan perkalian dalam SPT Anda. Ingatlah bahwa SPT
Anda adalah pintu gerbang pertama pemeriksaan pajak. Jika fiskus sudah menemukan cacat
di pintu Anda, kemungkinan besar mereka akan datang dan mengetuknya.
8. Sebelum Anda kirim ke kantor pajak, cek kelengkapan SPT Anda sekali lagi. Apakah Anda
sudah melampirkan Surat Setoran Pajak ? Rekonsiliasi Komersial Fiskal ? Perhitungan
Penyusutan ? Surat Pernyataan ? Apakah lembar SPT Anda sudah di tanda tangani ?
9. Jika semua sudah Anda kerjakan, Anda bisa mengantar SPT Anda langsung ke KPP setempat.
Jika Anda tidak mempunyai waktu luang, kirimkan melalui pos tercatat. Jangan lupa
menyimpan resi pengiriman SPT Anda di tempat yang aman.
Saat menghadapi pemeriksaan pajak
1. Pemeriksaan harus dihadapi dengan sopan seperti layaknya kita menyambut seorang tamu .
Jangan menugaskan bawahan Anda untuk menemui mereka pada saat pertama kali.
Perkenalkanlah mereka dengan staf dan konsultan Anda. Tunjukkan bahwa kedatangan
mereka memang sudah Anda tunggu. Inilah kesempatan emas untuk membuat mereka
terkesan dengan niat baik Anda. Kesan awal yang baik cenderung makin membaik di
kemudian hari. Ini akan membantu Anda saat nanti harus bertukar pendapat mengenai
perlakuan perpajakan.
2. Jika mereka meminta dokumen asli, mintalah waktu untuk mengkopi dokumen tersebut.
Buatkan tanda terima secara rinci perdokumen yang akan Anda serahkan. Jika Anda masih
memerlukan dokumen tersebut saat ini, berikanlah kopi dokumen dengan sepengetahuan
mereka .
3. Jangan keburu pusing jika koreksi awal yang disodorkan jauh lebih besar dari perkiraan
Anda. Mintalah waktu untuk meneliti koreksi tersebut. Jika ada koreksi yang tidak jelas,
jangan menunda untuk meminta penjelasan. Ingatlah bahwa perbedaan persepsi terhadap
peraturan pajak di Indonesia adalah hal yang biasa. Ajak pemeriksa untuk memandang
masalah dari sudut pandang dan persepsi Anda. Sekali lagi, yang penting Anda tidak berniat
atau berbuat curang.
4. Berikanlah sanggahan secara tertulis dengan disertai bukti yang kuat . Jika tetap tidak
terdapat kesepakatan persepsi mengenai koreksi tersebut, mintalah waktu untuk bertemu
dengan atasan tim pemeriksa atau kepala kantor. Sampaikan sanggahan Anda atas koreksi tim
pemeriksa dengan baik. Jika Anda belum puas, Anda dapat datang ke Kantor Pusat Ditjen
Pajak ( atau lewat surat) untuk memperoleh penegasan atas masalah yang Anda hadapi .
DAFTAR RAWAN PEMERIKSAAN PAJAK
1. Pelanggan listrik untuk rumah tinggal dengan daya 6.600 watt atau lebih;
2. Pelanggan telkom dengan pembayaran pulsa rata-rata perbulan Rp.300.000,- atau lebih;
3. Pemilik mobil dengan nilai Rp.200.000.000,- atau lebih, atau pemilik motor dengan
nilaiRp.100.000.000,- atau lebih;
4. Pemegang Paspor Indonesia, kecuali pemegang Paspor Haji dan Pemegang Paspor Tenaga
Kerja Indonesia (tidak termasuk awak pesawat terbang atau kapal laut);
5. Tenaga Kerja Asing (expatriate) yang bertempat tinggal atau berada di Indonesia lebih dari
183 hari dalam jangka waktu 12 bulan;
6. Karyawan lokal kedutaan besar asing atau organisasi internsional;
7. Pemilik tanah dan atau bangunan dengan nilai jual Objek pajak (NJOP) Rp.1.000.000.000,atau lebih berdasarkan data kartu jalan atau peta blok atau DHR atau data SPOP;
8. Data orang pribadi atau badan selaku penjual atau pembeli tanah dan atau bangunan dari
laporan Pejabat Pembuat Akta Tanah (PPAT) atau informasi dari Notaris dengan
nilaiRp.60.000.000,- atau lebih;
anda tidak berbuat curang. Kalau pun Anda harus membayar pajak karena ketidaktahuan
Anda dalam menerapkan peraturan , ajukan saja permohonan penghapusan / keringanan
denda. Sepanjang Anda memang tidak berniat curang, Dirjen pajak sesuai dengan
kewenangan yang di berikan oleh undang- undang pasti akan mengabulkan permohonan
Anda berdasarkan rasa keadilan.
5. Menghadapi pemeriksaan pajak sama seramnya dengan menghadapi kematian. Mitos ini
salah. Jika selama ini Anda alergi terhadap pajak bisa jadi karena Anda kurang mendapatkan
informasi yang seharusnya tentang pajak.