Anda di halaman 1dari 10

Symbol Vol.1 No.

1 / Juli 2014

95

Pemanfaatan Klorofilin dalam Pembuatan


Sabun Cuci Tangan Cair
Hansen Soehatmo*1, Tatas H.P Brotosudarmo2, Leenawaty Limantara2
1
Jurusan Teknik Industri, Fakultas Sains dan Teknologi
2
Ma Chung Research Center for Photosynthetic Pigments
Universitas Ma Chung, Jl. Villa Puncak Tidar N-01, Malang 65651
Telp. (0341) 550171; Fax. (0341) 550175
e-mail: *1410910012@student.machung.ac.id, 2leenawaty.limantara@machung.ac.id

Abstrak
Saat ini sabun cuci tangan cair banyak dipakai dalam kehidupan kita sehari-hari. Kulit tangan
adalah bagian kulit yang paling sering digunakan sehingga rawan terhadap kontaminasi. Namun
tidak banyak pengembangan yang dilakukan pada produk-produk sabun cuci tangan cair.
Berawal dari hal tersebut, maka penelitian terkait inovasi sabun cuci tangan cair dengan
penambahan bahan alam dilakukan. Bahan alam yang dipilih adalah klorofilin yang memiliki
sifat bakteriostatik. Tujuan dilakukan penelitian ini adalah untuk membuat sabun cuci tangan
cair dengan penambahan klorofilin yang dapat diterima oleh konsumen. Penelitian ini dimulai
dengan menambahkan persentase klorofilin 0,5%, 1%, 1,5%, 2%, 2,5%, 3% pada sabun cuci
tangan cair dengan total volume yang sama. Melalui uji intensitas warna, tiga sampel dengan
hasil terbaik dipilih, lalu digunakan untuk pengujian kesukaan konsumen menggunakan metode
uji organoleptik. Parameter yang digunakan antara lain adalah kenampakan, warna, aroma,
tekstur, kenyamanan kulit, kekentalan, dan busa. Selanjutnya, dari hasil uji organoleptik,
konsentrasi sabun cuci tangan cair yang terbaik diuji sesuai SNI 06-4085-1996 untuk menjaga
standar produk sabun. Pengujian kualitas ini dilakukan terhadap parameter viskositas, pH, bobot
jenis, dan angka lempeng total. Dari hasil yang didapatkan, sabun cuci tangan cair klorofilin
dinyatakan lolos uji kualitas sesuai SNI 06-4085-1996 dan dapat diterima oleh konsumen.
Kata kunci: sabun cuci tangan cair, klorofilin, intensitas warna, organoleptik, SNI 06-40851996
Abstract
Nowadays we use hand soap everywhere in our daily life. We use our hands most of the time,
which makes it prone to contamination. However, not much development has been done on
liquid hand soap products. Therefore, there is a need to innovate a liquid soap product with the
addition of natural ingredient. Chlorophyllin with its bacteriostatic property was chosen as the
natural ingredient. The purpose of this research was to create liquid hand soap with the
addition of chlorophyllin that can be accepted by consumers. The study was initiated by adding
chlorophyllin with different percentages: 0.5%, 1%, 1.5%, 2%, 2.5%, and 3% into liquid hand
soap with the same volume. Using the color intensity test, three samples with the best results
were chosen and used in the organoleptic tests. The given parameters were appearance, color,
aroma, texture, skin comfort, viscosity, and the amount of foam. The best liquid soap
concentration based on the organoleptic tests was then tested according to SNI 06-4085-1996 to
meet the standards. This quality test was done for the following parameters: viscosity, pH,
density, and total plate count. Based on these results, chlorophyllin liquid soap has passed SNI
06-4085-1996 and therefore is appropriate for consumers use.

Pemanfaatan Klorofilin dalam Pembuatan Sabun Cuci Tangan Cair


(Hansen Soehatmo, Tatas H.P Brotosudarma, Leenawaty Limantara)

96

Symbol Vol.1 No.1 / Juli 2014SSN

Key words:
liquid hand soap, chlorophyllin, color intensity, organoleptic, SNI 06-40851996

1. PENDAHULUAN
Sabun merupakan salah satu kebutuhan
penting masyarakat dalam kehidupan seharihari. Sabun bekerja sebagai agen pembersih
yang memisahkan dan melarutkan minyak
dan zat pengotor lainnya [1]. Dari bentuk
fisiknya, sabun yang paling banyak
digunakan adalah sabun padat dan cair. Saat
ini sabun berbentuk cair lebih diminati oleh
masyarakat.
Hal
ini
dapat
dilihat
berdasarkan data yang diperoleh dari Badan
Pusat Statistik, dari tahun 2011 hingga 2012
yang menunjukkan volume ekspor sabun
cair di Indonesia meningkat sebesar 11,32 %
[3]. Minat masyarakat yang besar pada
sabun cair dari pada sabun padat disebabkan
oleh kelebihan dari sabun cair sendiri. Sabun
cair biasanya ditempatkan dalam wadah
sehingga lebih praktis untuk dibawa,
higenis, mudah digunakan, lebih banyak
membuat busa, dan memiliki pH yang
cenderung lebih rendah sehingga tidak
membuat kulit kering. Kekurangan dalam
penggunaan sabun cair antara lain harga
yang lebih mahal dan pemakaian yang lebih
boros. Di sisi lain, sabun batang memiliki
harga jual yang murah dan hemat pada
pemakaiannya
namun sabun
batang
memerlukan lebih banyak air saat
penggunaannya, mudah tercemar karena
dipakai bergantian, licin dan mudah cair,
memiliki pH yang tinggi, dan sulit untuk
dibawa. Seiring berjalannya waktu, jenis
sabun cair yang beredar di pasaran semakin
bervariasi seperti misalnya, sabun mandi,
sabun cuci muka, dan sabun cuci tangan.
Sabun cuci tangan termasuk salah satu sabun
yang paling banyak dipakai karena kulit
tangan adalah bagian kulit yang paling
sering digunakan sehingga sangat rawan
terhadap kontaminasi, kekeringan dan
keriput. Namun di antara sabun cuci tangan
cair yang beredar, sabun cuci tangan kurang
mendapatkan prioritas pengembangan dan
inovasi, bahkan jarang ditemui sabun cuci
tangan yang melibatkan penambahan bahan
alam. Padahal banyak khasiat yang bisa

diperoleh dari bahan alam. Salah satunya


adalah klorofil, molekul organik hijau yang
tersedia berlimpah di Indonesia. Selain dapat
berperan sebagai zat pewarna untuk sabun,
klorofil juga berfungsi sebagai pembersih
(cleanser), memiliki sifat anti bakteri dan
dapat mempercepat pemulihan luka pada
kulit [4]. Sejak Perang Dunia II klorofil
telah digunakan sebagai pengganti antibiotik
dan penisilin. Hal ini dilakukan karena
klorofil memiliki kemampuan untuk
mempercepat pembentukan jaringan baru
pada luka dan bersifat sebagai bakteriostatik.
Penelitian yang dilakukan oleh Gahan [5]
juga membuktikan bahwa salep klorofil
sebanyak
0,2%
dapat
merangsang
pertumbuhan jaringan baru sehingga
penyembuhan luka menjadi lebih cepat.
Klorofil bersifat tidak stabil, peka terhadap
cahaya, suhu dan pH sebagai molekul
monomer. Salah satu langkah untuk
membuat klorofil menjadi stabil adalah
dengan mengganti pusat atom klorofil dari
magnesium menjadi tembaga atau seng [6].
Produk turunan klorofil yang stabil ini sudah
banyak beredar di pasaran. Salah satunya
adalah klorofil cair atau klorofilin.
Klorofilin merupakan produk turunan
klorofil dengan atom tembaga dan bersifat
larut dalam air, sesuai digunakan sebagai
senyawa aktif pada sabun cair. Manfaat yang
dapat diperoleh dari klorofilin untuk kulit
juga sama dengan klorofil [4, 6]. Agar
produk sabun cuci tangan cair ini bisa
diterima dan aman bagi masyarakat luas,
maka perlu dilakukan beberapa pengujian
produk sabun yang dihasilkan agar
memenuhi standar SNI 06-4085-1996 [7].
Pengujian yang dilakukan meliputi uji
organoleptik, viskositas, bobot jenis, pH dan
uji cemaran mikroba.
2. METODE PENELITIAN
Metode yang dipergunakan dalam penelitian
tugas akhir ini mengarah pada pembuatan
sabun cuci tangan cair yang diperkaya
dengan klorifilin, uji intensitas warna, uji

ISSN: 9772356441035

97

Symbol Vol.1 No.1 / Juli 2014

organoleptik terhadap tingkat kesukaan


panelis, pengujian sesuai dengan SNI 064085-1996. Pembuatan sabun cuci tangan
cair diawali dengan pencampuran texapon
dan akuades. Rasio komposisi yang
digunakan adalah sebanyak 1 kg texapon
untuk 10 L akuades. Pada awalnya texapon
akan terasa sulit larut dalam air, namun jika
didiamkan untuk beberapa jam, texapon
akan larut dengan sendirinya dalam air.
Setelah larut, pada tahap berikutnya
dilakukan penambahan sodium sulfat
sebanyak 1,75 kg pada larutan texapon dan
air. Larutan texapon yang ditambahkan
sodium sulfat akan berpengaruh terhadap
tingkat kekentalan sabun yang dihasilkan.
Setelah diaduk maka tekstur larutan akan
perlahan-lahan berubah menjadi kental. 2 g
KOH kemudian akan ditambahkan, beserta
10 g buffer sitrat, 15 mL camperlan, 10 mL
foam boaster. Setelah semuanya larut, maka
sabun cuci tangan cair sudah siap untuk
digunakan. Sabun cuci tangan cair yang
telah jadi tersebut kemudian dilakukan
penambahan klorofilin dengan variasi
konsentrasi, yaitu 0,5%; 1%; 1,5%; 2%;
2,5%; 3%.
Pengujian Intensitas Warna
Pengujian warna produk sabun cair
dilakukan
menggunakan
instrumen
Colorflex EZ (Hunterlab USA). Pengujian
warna bertujuan untuk memperoleh warna
standar dari produk sabun cuci tangan cair
yang dihasilkan. Pengujian dilakukan pada
variasi
konsentrasi
klorofilin
yang
ditambahkan dalam sabun cuci tangan cair.
Jumlah sampel yang dipergunakan kurang
lebih sebanyak 10 ml. Hasil dari pengukuran
warna berupa data angka untuk masingmasing variabel L*, a*, dan b* akan muncul
sebanyak tiga kali disusul dengan rata-rata.
Rata-rata tersebut yang akan menjadi acuan
untuk menganalisis warna produk sabun cuci
tangan cair.
Pengujian Organoleptik
Uji
organoleptik
dilakukan
untuk
memperoleh
tingkat
kesukaan
dari
konsumen terhadap produk sabun cuci
tangan cair yang diperkaya dengan klorofilin
pada konsentrasi yang berbeda. Pengujian
dilakukan pada kelompok panelis sejumlah

52 orang, dimana masing-masing panelis


diberikan tiga sampel sabun cuci tangan cair
yang terbaik dari hasil uji intensitas warna
dan satu sampel sabun cuci tangan cair
sejenis yang ada di pasaran sebagai kontrol.
Para panelis kemudian akan menilai empat
sampel produk sabun cuci tangan cair
dengan parameter, yaitu kenampakan,
warna, aroma, tekstur, kenyamanan pada
kulit, kekentalan, dan jumlah busa. Penilaian
sampel akan menggunakan skala Likert dari
angka 1-5 dimana data ini akan dianalisa
dengan uji statistik One-Way ANOVA pada
program SPSS dengan variabel X sebagai
skala kesukaan sabun terhadap parameter
pengujian dan variabel Y sebagai jenis
sampel produk sabun cuci tangan cair.
Tujuan dilakukan analisis data ini adalah
untuk melihat letak perbedaan yang
signifikan dari penambahan klorofilin
dengan konsentrasi yang berbeda terhadap
parameter yang telah diberikan.
Pengujian Kualitas SNI 06-4085-1996
Pengujian kualitas sabun meliputi pH (6-8),
viskositas (500-20000 cP), bobot jenis (1,011,10), angka lempeng total (< 105 koloni/g)
dan dilakukan di Laboratorium Jasa Tirta I,
Jl. Surabaya 2A, Malang. Pengujian ini
dilakukan untuk menjaga standar dan
kelayakan produk agar sebanding dengan
produk sabun yang ada di pasaran.
Data Analisis
Pemilihan persentase klorofilin pada sabun
cuci
tangan
cair
dimulai
dengan
membandingkan
6
sampel
dengan
persentase klorofilin yang berbeda, yaitu
0,5%, 1%, 1,5%, 2%, 2,5%, dan 3%.
Selanjutnya dilakukan pengujian intensitas
warna pada keenam sampel tersebut dan
dipilih tiga sampel terbaik yang memiliki
perbedaan nilai chroma yang cukup
signifikan. Tiga sampel yang telah dipilih
akan diuji secara organoleptik, yaitu uji
hedonik dan uji ranking. Pemilihan sampel
yang terbaik didasarkan pada tingkat
kesukaan terhadap parameter kenampakan,
warna, aroma, tekstur, kenyamanan pada
kulit, kekentalan, dan busa. Kemudian
sampel yang terbaik akan diuji menurut
standar SNI 06-4085-1996, yaitu uji,

Pemanfaatan Klorofilin dalam Pembuatan Sabun Cuci Tangan Cair


(Hansen Soehatmo, Tatas H.P Brotosudarma, Leenawaty Limantara)

98

Symbol Vol.1 No.1 / Juli 2014SSN

viskositas, pH, bobot jenis, dan angka


lempeng total.
Perhitungan Biaya
Perhitungan
biaya
dilakukan
untuk
mengetahui berapa besar biaya yang
diperlukan, mulai dari biaya penggunaan
alat dan bahan-bahan baku yang dipakai,
untuk memproduksi sabun cuci tangan cair
dengan bahan aktif klorofilin.
3. HASIL DAN PEMBAHASAN
Setelah sabun cuci tangan cair selesai dibuat
dan ditambahkan dengan klorofilin, warna
sabun cuci tangan cair dari enam konsentrasi
yang berbeda tersebut dibandingkan secara
visual. Berikut adalah gambar perbandingan
sabun
cuci
tangan
cair.

Gambar 1 Sabun cuci tangan cair yang


diperkaya klorofilin
Terlihat bahwa semakin tinggi konsentrasi
klorofilin, warna sabun semakin gelap.
Merujuk pada Gambar 1, dapat dilihat
bahwa perbedaan warna antara konsentrasi
(a), (b), (c) tidak terlalu besar dan berwarna
hijau muda. Konsentrasi sabun secara
berturut-turut menjadi hijau gelap seperti
yang ditunjukkan pada pada Gambar 1 (d),
(e) dan (f).
Pengujian Intensitas Warna
Intensitas warna sabun cuci tangan cair dari
enam konsentrasi selanjutnya diujikan
dengan Colorflex EZ-45 (Hunterlab,
Amerika). Hasil pengukuran intensitas
warna disajikan dalam bentuk grafik pada
Gambar 2 berikut.

Gambar 2 Intensitas warna sabun cuci


tangan cair dengan persentase klorofilin
0,5% ( ), 1% ( ), 1,5% ( ), 2% (
), 2,5% ( ), dan 3%( )
Hasil pengukuran intensitas warna pada
Gambar 4.3 menunjukkan bahwa semakin
tinggi persentase penambahan konsentrasi
klorofilin, nilai tingkat kecerahan (L*)
semakin menurun. Persentase klorofilin juga
berpengaruh terhadap nilai a* dan b*. Nilai
a* menunjukkan tingkat kemerahan dan nilai
b* menunjukkan tingkat kekuningan pada
warna sampel. Dari hasil pengukuran
intensitas warna, didapati bahwa semakin
besar persentase klorofilin dalam sabun cair,
nilai a* juga semakin tinggi. Hal ini
menunjukkan bahwa warna sampel berubah
dari hijau menjadi lebih merah. Sedangkan
nilai b* meningkat pada persentase 1% dan
1,5% yang menunjukkan bahwa warna
sampel berubah menjadi lebih kuning,
namun menjadi semakin menurun pada
persentase 2%, 2,5%, dan 3% yang
menunjukkan bahwa warna sampel berubah
menjadi lebih biru. Selain berdasarkan nilai
L*, a*, dan b*, pengukuran intensitas warna
juga ditentukan oleh nilai Hue dan Chroma.
Berikut adalah nilai Hue dan Chroma dari
enam konsentrasi klorofilin pada sabun cuci
tangan cair.
Tabel 1 Nilai derajat Hue dan Chroma dari
masing-masing sampel

Nilai Hue menentukan warna yang


digunakan pada larutan. Nilai Hue yang

ISSN: 9772356441035

99

Symbol Vol.1 No.1 / Juli 2014

negatif dikonversi menjadi positif dan


digunakan sebagai titik sudut yang akan
menentukan
warna
pada
larutan.
Berdasarkan nilai Hue pada Tabel 4.1,
sabun dengan persentase klorofilin 0,5%,
1%, 1,5%, 2%, dan 2,5% berada di kisaran
warna biru keunguan, sedangkan sabun
dengan persentase klorofilin 3% berada di
kisaran warna kuning kemerahan. Data yang
didapatkan menunjukkan tren bahwa
semakin tinggi persentase klorofilin yang
diberikan semakin rendah nilai Hue yang
dihasilkan. Nilai Chroma menentukan
kemurnian suatu warna, dimana semakin
tinggi nilai Chroma warna sampel terlihat
kaya dan penuh, sedangkan semakin rendah
nilai Chroma warna sampel terlihat kusam
dan keabu-abuan [8]. Dari perbandingan
nilai di atas, dapat dilihat bahwa sabun
dengan presentase klorofilin 1% memiliki
nilai Chroma yang terbesar (26,40404) dan
sebaliknya
presentase klorofilin 3%
memiliki nilai Chroma yang terendah
(14,42265). Median di antara kedua
persentase tersebut adalah sabun dengan
presentase klorofilin 2 % (24,43868),
sehingga 3 sampel yang dipilih untuk
dilakukan pengujian berikutnya adalah
sabun dengan presentase klorofilin 1%, 2%
dan 3%.
Pengujian Organoleptik
Pengujian organoleptik dilakukan oleh 52
panelis yang terdiri dari karyawan di tiga
cabang rumah makan KL Suki di kota
Malang. Parameter yang diukur untuk
mengetahui tingkat kesukaan panelis adalah
kenampakan, warna, aroma, tekstur,
kenyamanan pada kulit, kekentalan, dan
busa. Proses pengujian organoleptik sabun
cuci tangan cair dilakukan dengan
memberikan kode sabun secara acak untuk
empat produk sabun cuci tangan cair, yaitu
163 (produk pesaing merk Giant), 364
(klorofilin 1%), 661 (klorofilin 2%), dan 821
(klorofilin 3%). Panelis memulai uji
organoleptik dengan mengamati penampilan
empat sampel sabun, seperti aroma, warna,
dan kenampakan. Dengan memberikan
penilaian terhadap masing-masing sampel
dengan rentang angka 1 (sangat tidak
menyukai) hingga 5 (sangat menyukai).
Setelah memberikan penilaian, panelis

menggunakan sampel sabun untuk mencuci


kedua tangannya dan mengeringkannya
sebelum menggunakan sampel sabun
berikutnya. Panelis memberikan penilaian
masing-masing sampel sabun dari segi
tekstur, kenyamanan pada kulit, kekentalan,
dan busa yang terbentuk. Berikut adalah
hasil dari tujuh parameter uji hedonik.
Kenampakan
Hasil uji ANOVA untuk parameter
kenampakan menunjukkan perbedaan nyata
antar sampel sabun dengan nilai signifikansi
(0,000) < 0,05. Gambar 3 berikut adalah
hasil uji hedonik untuk parameter
kenampakan:

Gambar 3 Grafik Perbandingan Rata-rata


Penilaian Penelis Terhadap Keempat Jenis
Sabun pada Parameter Kenampakan
Dari segi kenampakan, sampel 163 (produk
pesaing merk Giant) paling disukai oleh
panelis, diikuti dengan sampel (konsentrasi
klorofilin) 364 (1%), 661 (2%), dan 821
(3%) secara berurutan. Terdapat perbedaan
nilai tingkat kesukaan yang cukup besar
antara sabun merk Giant dan ketiga sabun
klorofilin. Hal ini karena sabun merk Giant
sudah mewakili produk-produk sabun yang
umum dipakai masyarakat dengan kekhasan
pewarnaan yang lebih terang (cerah) dan
kenampakan yang lebih jernih dibandingkan
sabun cuci tangan cair dengan klorofilin.
Warna
Hasil uji ANOVA untuk parameter warna
menunjukkan perbedaan nyata antar sampel
sabun dengan nilai signifikansi (0,000) <
0,05. Gambar 4 berikut adalah hasil uji
hedonik untuk parameter warna:

Pemanfaatan Klorofilin dalam Pembuatan Sabun Cuci Tangan Cair


(Hansen Soehatmo, Tatas H.P Brotosudarma, Leenawaty Limantara)

100

Symbol Vol.1 No.1 / Juli 2014SSN

hedonik

Gambar 4 Grafik Perbandingan Rata-rata


Penilaian Penelis Terhadap Keempat Jenis
Sabun pada Parameter Warna
Dari segi warna, sampel 163 paling banyak
disukai oleh panelis, diikuti dengan sampel
364 (1%), 661 (2%), dan 821 (3%) secara
berurutan. Terdapat perbedaan nilai tingkat
kesukaan warna yang cukup besar antara
sabun merk Giant dan ketiga sabun
klorofilin. Hal ini diduga karena sabun merk
Giant memiliki warna hijau cerah jika
dibandingkan dengan ketiga sabun klorofilin
yang berwarna hijau gelap, sehingga
memberikan
pengaruh
pada
tingkat
kesukaan warna. Gambar 5 di bawah ini
menunjukkan perbandingan kenampakan
visual warna antara sabun merk Giant dan
sabun klorofilin (1%):

untuk

parameter

aroma:

Gambar 6 Grafik Perbandingan Rata-rata


Penilaian Penelis Terhadap Keempat Jenis
Sabun pada Parameter Aroma
Dari segi aroma, sampel 163 paling banyak
disukai oleh panelis, diikuti dengan sampel
364 (1%), 661 (2%), dan 821 (3%) secara
berurutan. Terdapat perbedaan nilai tingkat
kesukaan yang cukup besar antara sabun
merk Giant dan ketiga sabun klorofilin.
Sabun merk Giant lebih unggul dalam segi
aroma karena terdapat ekstrak buah apel
dalam sabun tersebut, sedangkan dalam
sabun
klorofilin
tidak
dilakukan
penambahan zat pewangi karena klorofilin
telah memberikan aroma mint pada sabun.
Tekstur
Hasil uji ANOVA untuk parameter tekstur
menunjukkan perbedaan nyata antar sampel
sabun dengan nilai signifikansi (0,000) <
0,05. Gambar 7 berikut adalah hasil uji
hedonik untuk parameter tekstur:

Gambar 5 Perbandingan warna sabun cair


antara sabun merk Giant (kiri) dan sabun
klorofilin (1%)
Aroma
Hasil uji ANOVA untuk parameter aroma
menunjukkan perbedaan nyata antar sampel
sabun dengan nilai signifikansi (0,000) <
0,05. Gambar 6 berikut adalah hasil uji

Gambar 7 Grafik Perbandingan Rata-rata


Penilaian Penelis Terhadap Keempat Jenis
Sabun pada Parameter Tekstur
Dari segi tekstur, sampel 163 paling banyak
disukai oleh panelis, diikuti dengan sampel
364 (1%), 661 (2%), dan 821 (3%) secara
berurutan. Meski lebih unggul, perbedaan
dari tingkat kesukaan antara sabun merk
Giant dan sabun klorofilin tidak terlalu besar

ISSN: 9772356441035

101

Symbol Vol.1 No.1 / Juli 2014

(0,79 1.18) jika dibandingkan dengan


penilaian warna maupun aroma. Tidak
adanya perbedaan yang mencolok antara
sabun klorofilin dan sabun yang beredar di
pasaran terkait dengan karakteristik bahan
baku yang relatif sama yang digunakan
antara sabun cuci tangan cair merek Giant
dengan sabun cuci tangan pada penelitian
ini. Keunikan lebih pada aspek pemilihan
warna dan aroma yang perlu menjadi
perhatian dalam pembuatan produk.
Kenyamanan Kulit
Hasil uji ANOVA untuk parameter
kenyamanan pada kulit menunjukkan
perbedaan nyata antar sampel sabun dengan
nilai signifikansi (0,000) < 0,05. Gambar 8
berikut adalah hasil uji hedonik untuk
parameter kenyamanan pada kulit:

Gambar 8 Grafik Perbandingan Rata-rata


Penilaian Penelis Terhadap Keempat Jenis
Sabun pada Parameter Kenyamanan Kulit
Dari segi kenyamanan, sampel 163 paling
banyak disukai oleh panelis, diikuti dengan
sampel 364 (1%), 661 (2%), dan 821 (3%)
secara berurutan. Meski lebih unggul,
perbedaan dari tingkat kesukaan antara
sabun merk Giant dan sabun klorofilin tidak
terlalu besar (0.96 1.32). Hal ini
memperkuat asumsi terkait kesamaan bahan
baku sabun yang memberikan karakteristik
lebih pada aspek tekstur dan kenyamanan.
Kekentalan
Hasil uji ANOVA untuk parameter
kekentalan menunjukkan perbedaan nyata
antar sampel sabun dengan nilai signifikansi
(0,000) < 0,05. Gambar 9 berikut adalah
hasil uji hedonik untuk parameter
kekentalan:

Gambar 9 Grafik Perbandingan Rata-rata


Penilaian Penelis Terhadap Keempat Jenis
Sabun pada Parameter Kekentalan
Dari segi kekentalan, sampel 163 paling
banyak disukai oleh panelis, diikuti dengan
sampel 364 (1%), 661 (2%), dan 821 (3%)
secara berurutan. Meski lebih unggul,
perbedaan dari tingkat kesukaan antara
sabun merk Giant dan sabun klorofilin tidak
terlalu besar (0,59 0.92). Perbedaan yang
terkecil antara sabun di pasaran dengan
sabun hasil penelitian terdapat pada
parameter kekentalan, semakin memperkuat
analisis bahwa bahan baku dan cara
pembuatan sabun cuci tangan cair telah
memenuhi standar umum yang ditetapkan.
Busa
Hasil uji ANOVA untuk parameter busa
menunjukkan perbedaan nyata antar sampel
sabun dengan nilai signifikansi (0,000) <
0,05. Gambar 10 berikut adalah hasil uji
hedonik untuk parameter busa:

Gambar 10 Grafik Perbandingan Rata-rata


Penilaian Penelis Terhadap Keempat Jenis
Sabun pada Parameter Busa
Dari segi busa yang dihasilkan, sampel 163
paling banyak disukai oleh panelis, diikuti
dengan sampel 364 (1%), 661 (2%), dan 821
(3%) secara berurutan. Meski lebih unggul,
perbedaan dari tingkat kesukaan antara
sabun merk Giant dan sabun klorofilin
berada pada kisaran 1.04 1.54. Hal ini

Pemanfaatan Klorofilin dalam Pembuatan Sabun Cuci Tangan Cair


(Hansen Soehatmo, Tatas H.P Brotosudarma, Leenawaty Limantara)

102

Symbol Vol.1 No.1 / Juli 2014SSN

menunjukkan bahwa dari aspek busa yang


dihasilkan, tidak ada perbedaan yang
mencolok antara sabun klorofilin dan sabun
yang beredar di pasaran.
Hasil uji hedonik kemudian diuji dengan
menggunakan metode ANOVA satu arah
dan Duncan, hasilnya menunjukkan bahwa
produk 364 memiliki perbedaan yang nyata
dengan produk 661 maupun 821 dari segi
kenampakan, warna, aroma, dan busa. Oleh
karena itu dari produk sabun cuci tangan cair
yang diperkaya klorofilin, produk sabun 364
(1%) lebih unggul dibanding dengan yang
lain. Selain itu untuk mengukur tingkat
keakuratan dalam memilih produk sabun
yang lebih unggul dari tiga kategori sabun
yang
mengandung
klorofilin,
maka
dilakukan uji ranking dengan metode
Friedman test. Dari uji ranking diperoleh
hasil bahwa produk 163 (1,21), yang
merupakan produk pesaing, lebih unggul
dibandingkan dengan tiga produk sabun cuci
tangan cair yang diperkaya klorofilin.
Namun untuk tiga jenis produk sabun yang
telah diperkaya klorofilin, produk 364 (2,42)
lebih unggul dibandingkan dengan 661
(3,00) maupun 821 (3,37) [22]. Berdasarkan
hasil uji organoleptik melalui uji hedonik
dan uji ranking dapat disimpulkan bahwa
dari tiga persentase klorofilin yang
ditambahkan pada sabun cuci tangan cair,
produk sabun dengan persentase klorofilin
1% yang akan dipergunakan untuk uji sesuai
standar SNI sabun cuci tangan cair.
Pengujian Kualitas SNI 06-4085-1996
Pengujian kualitas sabun cuci tangan cair
dengan
penambahan
1%
klorofilin
berdasarkan SNI 06-4085-1996 dilakukan
untuk menjaga standar dan kelayakan
produk agar sebanding dengan produk sabun
cuci tangan cair yang ada di pasaran. Tabel 2
di bawah menunjukkan hasil pengujian SNI
sabun cuci tangan cair dan dapat dilihat
bahwa hasil pengujian terhadap keempat
parameter uji telah masuk dalam rentang
persyaratan SNI.
Tabel 2 Hasil Pengujian Kualitas Sabun Cair
berdasarkan SNI 06-4085-1996

Parameter uji pertama adalah viskositas,


dimana sabun cair memiliki nilai sebesar
885 cP yang berarti nilai viskositas sabun
cair masuk ke dalam rentang SNI (500 20.000 cP). Nilai viskositas sabun cair dapat
ditingkatkan
dengan
meningkatkan
konsentrasi sodium sulfat [9]. Tidak hanya
bergantung pada konsentrasi sodium sulfat,
nilai viskositas pada produk sabun cair ini
juga dapat dipengaruhi oleh konsentrasi
klorofilin. Semakin tinggi konsentrasi
klorofilin pada sabun cair, semakin rendah
nilai viskositas yang akan dihasilkan.
Parameter uji kedua adalah pH, dimana
sabun cair memiliki nilai sebesar 6,1 yang
berarti nilai pH sabun cair juga masuk ke
dalam rentang SNI (6 - 8). Nilai pH penting
untuk diperhatikan karena nilai pH yang
terlalu rendah atau terlalu tinggi dapat
menyebabkan iritasi pada kulit.
Hasil parameter uji bobot jenis pada suhu
25C adalah 1,0928 yang berarti nilai bobot
jenis sabun cair masuk dalam rentang SNI
(1,01 1,10). Nilai bobot jenis dipengaruhi
oleh jenis dan konsentrasi bahan baku yang
digunakan pada larutan sabun cair. Semakin
tinggi nilai berat molekul bahan baku yang
ditambahkan, semakin besar pula nilai bobot
jenis yang dihasilkan [10].
Parameter uji terakhir adalah nilai cemaran
mikroba yang dihitung melalui angka
lempeng total, dimana terdapat 10 koloni/g
pada produk sabun cair yang berarti cemaran
mikroba yang ada pada produk sabun cair
masuk dalam rentang SNI (maks. 1105
koloni/g). Nilai cemaran mikroba juga
menentukan mutu produk sabun cair yang
dihasilkan. Kesterilan alat-alat yang
digunakan pada pembuatan sabun cair
penting untuk diperhatikan karena dapat
mempengaruhi
pertumbuhan
mikroba.
Sodium sulfat yang merupakan senyawa
garam dan klorofilin yang memiliki sifat
bakteriostatik juga
dapat membantu
menghambat pertumbuhan mikroorganisme
[11].
ISSN: 9772356441035

103

Symbol Vol.1 No.1 / Juli 2014

Analisa Biaya
Analisa biaya dilakukan untuk mengetahui
total biaya yang diperlukan untuk
pembuatan sabun cuci tangan cair klorofilin
dan membandingkan dengan produk sabun
cuci tanga cair yang ada di pasaran. Berikut
Tabel 3 menjabarkan biaya bahan baku yang
digunakan pada penelitian ini.
Tabel 3 Biaya Bahan Baku untuk Asumsi
Produksi Sabun Cair Sebanyak 10 liter

Total biaya bahan baku yang dibutuhkan


untuk memproduksi sabun cair sebanyak 10
liter adalah sebesar Rp. 135.125, dengan
kata lain biaya bahan baku sabun cuci
tangan cair pada penelitian ini adalah Rp.
13.512,5 per liter. Kisaran harga sabun cuci
tangan yang dijual di pasaran adalah Rp.
9.000 22.000, dengan rata-rata rentang
kemasan 180 ml sampai 410 ml. Sebagai
perbandingan, sabun cair merk Giant dijual
seharga Rp. 14.000 dalam kemasaan sebesar
410 ml, sedangkan biaya produksi sabun cair
dalam jumlah yang sama adalah sebesar Rp.
5.540, sehingga rasio perbandingan harga
sabun klorofilin dan sabun cair merk Giant
adalah 1:2,53. Perbedaan harga tersebut juga
perlu untuk mempertimbangkan faktor harga
parfum pada produk sabun komersil. Dari
perbandingan ini dapat dilihat bahwa
produksi sabun cair klorofilin membutuhkan
biaya yang relatif murah dan memiliki
prospek bisnis yang menguntungkan.
4. KESIMPULAN
1. Bahan baku yang digunakan dalam
penelitian ini adalah texapon, sodium sulfat,
KOH, camperlan, buffer sitrat, foam boaster,
dan bahan aktif klorofilin yang memiliki
sifat bakteriostatik.
2. Pemilihan jumlah klorofilin yang akan
ditambahkan pada sabun cair dimulai
dengan mengeliminasi tiga dari enam

persentase awal (0,5%, 1%, 1,5%, 2%,


2,5%, 3%) dengan menggunakan hasil uji
intensitas warna. Tiga sampel yang telah
dipilih (1%, 2%, 3%) akan diuji
organoleptik beserta satu produk sabun cuci
tangan merk Giant sebagai kontrol.
Hasilnya, produk sabun cuci tangan merk
Giant mengungguli sabun klorofilin oleh
karena dua faktor terbesar, yaitu aroma dan
warna. Produk sabun merk Giant
mengandung zat pewangi dan pewarna
sintetik sedangkan pada sabun cuci tangan
cair dalam penelitian ini tidak ditambahkan
pewarna maupun pewangi selain aroma dan
warna asli dari bahan aktif klorofilin. Dari
hasil uji organoleptik, sabun cair dengan
persentase klorofilin 1% paling disukai oleh
panelis dan selanjutnya dilakukan uji sesuai
dengan Standar Nasional Indonesia.
3. Produk sabun klorofilin yang terbaik (1%)
telah mengikuti ketentuan SNI 06-40851996 dengan viskositas 885 cP; pH 6,12;
bobot jenis 1,028; cemaran mikroba (ALT)
< 10 koloni/g.
5. SARAN
1. Aspek warna dan aroma berperan penting
pada hasil akhir produk sabun cuci tangan
cair sehingga metode pembuatan perlu
mempertimbangkan dua aspek penting ini
disamping tetap menonjolkan khasiat
klorofilin yang ada.
2. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut
terkait khasiat sabun cuci tangan cair
klorofilin jika dibandingkan dengan sabun
cuci tangan cair lainnya.
Ucapan Terima Kasih
Leenawaty Limantara mengucapkan terima
kasih atas diperolehnya dana penelitian
InSinas Ristek Nomor 288/M/Kp/XII/2013.
DAFTAR PUSTAKA
Brady, James E., Chemistry: Matter and Its
Changes, John Wiley & Sons Inc, New
York, 1994.
Minnesota Department of Health, (Online),
2008,
Which
Soap
is
Best?
(http://www.health.state.mn.us, diakses
20 April 2013).

Pemanfaatan Klorofilin dalam Pembuatan Sabun Cuci Tangan Cair


(Hansen Soehatmo, Tatas H.P Brotosudarma, Leenawaty Limantara)

104

Symbol Vol.1 No.1 / Juli 2014SSN

Badan Pusat Statistik, (Online), 2012,


(http://www.bps.go.id, diakses 15 April
2013).
Smith, L. W. dan Livingston, A. E., Wound
healing: an experimental study of water
soluble chlorophyll derivatives in
conjunction with various antibacterial
agents, The American Journal of
Surgery, Vol. 67, No. 1, pp. 30-39, 1945.
Gahan, E., Klein, P. R. dan Finkle, T. H.,
Chlorophyll in the Treatment of Ulcers,
Arch. Dermatol. Syphilol., 49:849-851,
1943.
Kephart, J. C., Chlorophyll Derivatives:
Their
Chemistry,
Commercial
Preparation and Uses, Economic
Botany, Vol. 9, No. 1, pp. 3-38, 1955.
Departemen Kesehatan Republik Indonesia,
Mutu dan Cara Uji Sabun Mandi,
Direktorat Jenderal Pengawasan Obat
dan Makanan, Jakarta, 1996.
Anonim, A Guide to Understanding Color
Communication,
(Online),
2007
(http://www.xrite.com/documents/literatu
re/en/L10001_Understand_Color_en.pdf,
diakses 13 Mei 2014)
Imron, H. S. S., Sediaan Kosmetik,
Direktorat Pembinaan Penelitian dan
Pengabdian
Masyarakat,
Dirjen
Pendidikan Tinggi Depdikbud, Jakarta,
1985.
Musy, R., Enawati, K., Suyoto, Efek Sabun
Asam Salisilat 2% Sebagai Penunjang
Terapi Topikal Gel Bensoil Peroksida
10% untuk Acne vulgaris Derajat Ringan
Sampai Sedang, Jurnal Ilmu Kedokteran,
Fakultas Kedokteran UGM Yogyakarta,
35(4), 2003.
Boeck, A. dan Stnehchak, B., Cosmetic and
Toiletries Development, Production and
Use, 1st Ed., Prentice Hall, New York,
1991.
Soehatmo, H., 2014, Inovasi Sabun Cuci
Tangan dengan Bahan Aktif Klorofilin,
Skripsi, Fakultas Sains dan Teknologi,
Universitas Ma Chung, Malang.

ISSN: 9772356441035

Anda mungkin juga menyukai