3.2.1. Definisi
Penyakit jantung hipertensi adalah
penyakit jantung, seperti hipertrofi ventrikel kiri, penyakit arteri koroner, aritmia jantung,
dan gagal jantung kongestif yang disebabkan oleh efek langsung atau tidak langsung dari
hipertensi sistemik yang lama dan berkepanjangan.
3.2.2. Patofisiologi
Patofisiologi penyakit jantung hipertensi melibatkan banyak faktor yang saling
mempengaruhi, seperti hemodinamik, struktural, neuroendokrin, seluler, faktor molekuler,
dan faktor peningkatan tekanan darah itu sendiri. Tekanan darah tinggi menyebabkan
perubahan pada struktur dan fungsi jantung melalui 2 cara yaitu secara langsung melalui
peningkatan afterload dan secara tidak langsung melalui nuerohormonal terkait dan
perubahan vaskular. Patofisiologi berbagai efek hipertensi terhadap jantung berbeda-beda
dan akan dijelaskan pada bagian ini.
1. Hipertrofi Ventrikel Kiri
Hipertrofi ventrikel kiri terjadi pada 15-20% penderita hipertensi. Hipertrofi
ventrikel kiri merupakan pertambahan massa pada ventrikel (bilik) kiri jantung.
Peningkatan tahanan vaskuler perifer penderita hipertensi menyebabkan peningkatan
stress pada dinding ventrikel kiri. Hal ini akan menstimulasi sarkomer berproliferasi
dengan cara meningkatkan sintesis protein yang pada akhirnya menyebabkan hipertofi
miosit. Selain itu, aktivasi sistem renin-angiotensin juga
akan menyebabkan
pertumbuhan interstisium dan komponen sel matriks yang juga akan mempengaruhi
hipertrofi ventrikel kiri.
Pada stadium permulaan, hipertrofi yang terjadi bersifat difus (konsentrik). Rasio
massa dan volume akhir diastolik ventrikel kiri meningkat tanpa perubahan yang
bermakna pada fungsi pompa efektif ventrikel kiri. Pada stadium selanjutnya, karena
penyakit yang berjalan terus, hipertrofi menjadi tidak teratur atau hanya pada sisi
tertentu (eksentrik)
Berkurangnya rasio antara massa dan volume diastolik akhir khas terjadi pada jantung
dengan hipertrofi eksentrik. Hal ini diperlihatkan secara menyeluruh sebagai
penurunan fungsi pompa jantung (penurunan fraksi ejeksi, peningkatan tegangan
dinding ventrikel pada saat sistolik, peningkatan konsumsi oksigen otot jantung, serta
penurunan efek mekanik pompa jantung).
pada
penyakit jantung hipertensi. Namun selain faktor diatas, disfungsi diastolik juga
dipengarhi oleh penuaan, disfungsi sistolik dan fibrosis.
Disfungsi sistolik juga dapat terjadi pada penyakit jantung hipertensi. Pada bagian
akhir penyakit, hipertrofi ventrikel kiri gagal mengkompensasi dengan meningkatkan
cardiac output dalam menghadapi peningkatan tekanan darah, kemudian ventrikel
kiri mulai berdilatasi untuk mempertahankan cardiac output. Saat penyakit ini
memasuki tahap akhir, fungsi sistolik ventrikel kiri menurun. Hal ini menyebabkan
peningkatan lebih jauh pada aktivasi neurohormonal dan sistem renin-angiotensin,
yang menyebabkan peningkatan retensi garam dan cairan serta meningkatkan
vasokontriksi perifer. Apoptosis (kematian sel terprogram), distimulasi oleh hipertrofi
tingkat keparahan dan tipe dari penyakitnya sendiri. Sebelum menegakkan diagnosis
penyakit jantung hipertensi harus ditemukan adanya hipertensi, faktor-faktor risiko
terjadinya hipertensi dan etiologi untuk hipertensi sekunder. Berikut ini akan dituliskan
gejala dan tanda fisik pada penyakit jantung hipertensi.
2. Gagal Jantung
Diagnosis gagal jantung kongestif dapat ditegakkan berdasarkan kriteria Framingham
seperti berikut :
Kriteria mayor
a. Paroksimal nokturnal dispnea
b. Distensi vena leher
c. Ronki paru
d. Kardiomegali
e. Edema paru akut
f. Gallop S3
g. Peninggian tekanan vena jugularis
h. Refluks hepatojugular
Kriteria minor
a. Edema ekstremitas
b. Batuk malam hari
c. Dispnea deffort
d. Hepatomegali
e. Efusi pleura
f. Penurunan kapasitas vital paru 1/3 dari normal
g. Takikardia (>120/menit)
Mayor atau minor
Penurunan berat badan 4,5 kg dalam 5 hari pengobatan.
Diagnosis gagal jantung ditegakkan minimal ada 1 kriteria mayor dan 2 kriteria
minor.
3.2.5. Penatalaksanaan
1. Nonfarmakoterapi
Modifikasi diet dan gaya hidup sehat dapat menurunkan tekanan darah darah dan
mengurangi
gejala
gagal
jantung
dan
hipertrofi
ventrikel
kiri.
Diet
yang
direkomendasikan meliputi diet rendah garam, tinggi potassium (bagi penderita yang
ginjalnya masih normal), kaya buah segar dan sayuran, rendah alcohol dan rendah
kolesterol. Berikut ini modifikasi gaya hidup dan diet yang dapat dilakukan untuk
mengatasi hipertensi
a. Reduksi Berat Badan
Reduksi berat badan yaitu dengan mempertahankan BMI normal yaitu 18,5-25
kg/m2 . Reduksi berat badan dapat menurunkan tekanan darah sistolik sekitar 5-20
mmHg /10 kg.
b. Adaptasi Rencana Diet Jenis-DASH ( Dietary Approaches to Stop Hypertension )
Adaptasi rencana diet DASH yaitu diet yang kaya buah-buahan, sayur-sayuran,
dan produk susu rendah-lemak dengan kandungan lemak tersaturasi dan total yang
dikurangi. Diet ini kaya akan potassium dan kalsium. Modifikasi ini dapat
menurunkan tekanan darah sistolik sekitar 8-14 mmHg.
Beberapa penelitian menunjukkan bahwa potassium dapat menurunkan tekanan
darah yang mekanismenya belum jelas. Pemberian potassium intravena dapat
menyebabkan vasodilatasi yang dimediasi nitrat oxide di dinding pembuluh darah.
Makanan yang tinggi potassium banyak terdapat pada buah segar dan sayuran seperi
pisang, jeruk, alpokat, tomat dan lain-lain. Namun pemberian diet tinggi potassium ini
hanya direkomendasikan pada pasien hipertensi dengan ginjal normal.
c. Diet Rendah Garam
Beberapa studi menunjukkan bahwa diet rendah garam sendiri atau kombinasi
dengan farmakoterapi dapat menurunkan tekanan darah. Pembatasan asupan garam
dapat menghambat stimulus kompensasi system renin angiotensin yang merupakan
efek antihipertensi yang sangat potent. Pembatasan asupan garam
ini akan
menrunkan tekanan darah dan dalam jangka waktu lama dapat mengurangi risiko
penyakit kardiovaskuler. Adapun jumlah asupan garam harian yang direkomendasikan
adalah 50-100 mmol atau setara dengan 3-6 gram garam per hari yang dapat
menurunkan tekanan darah sistolik sebesar 2-8 mmHg .
d. Aktivitas Fisik
Aktivitas fisik yang dianjurkan ialah aktivitas aerobik teratur, seperti jalan cepat,
renang dan bersepeda. Aktivitas aerobik ini akan memperbaiki kardiovaskuler dengan
cara memperbaiki fungsi endothel, vasodilatasi perifer, dan mengurangi kadar
katekolamin dalam plasma. Aktivitas aerobik minimal 30 menit perhari sebanyak 3-4
kali/minggu dapat menurunkan tekanan darah sistolik sebesar 4-9 mmHg.
hipertensi
dan
penyakit
jantung
hipertensi
meliputi
obat-obat
antihipertensi seperti thiazide, beta blocker, calcium channel blockers, ACE inhibitor,
angiotensin receptor blocker dan direct vasodilator seperti hidralazin. Berikut ini
penjelasan umum beberapa farmakoterapi pada penderita hipertensi dan penyakit jantung
hipertensi :
a. Lebih dari dua pertiga penderita hipertensi tidak dapat dikontrol dengan obat
antihipertensi tunggal dan dibutuhkan dua atau lebih obat antihipertensi dari kelas
yang berbeda. Ketika tekanan darah lebih 20/10 mmHg diatas target tekanan darah
yang akan dicapai, sebaiknya dipertimbangkan menggunakan 2 obat antihipertensi.
b. Diuretik thiazide biasanya diberikan pada pasien hipertensi tanpa komplikasi, baik
tunggal atau dikombinasi dengan obat antihipertensi lainnya.
c. Calcium channel blocker efektif untuk hipertensi sistolik pada pasien lanjut usia.
Kombinasi antara ACE inhibitor dengan dihydropyridine lebih bermanfaat dari pada
kombinasi antara ACE inhibitor dengan diuretik thiazide dalam menurunkan risiko
penyakit kardiovaskuler.
d. ACE inhibitor adalah obat lini pertama pada pasien dengan diabetes dan atau
disfungsi diastolik. Angiotensin receptor blocker dapat digunakan sebagai alternative
dari ACE inhibitor.
e. Beta blocker adalah obat lini pertama pada penderita gagal jantung karena disfungi
sistolik ventrikel kiri, penderita dengan penyakit jantung iskemik dengan atau tanpa
riwayat miokard infark dan pada penderita dengan tirotoksikosis.
Farmakoterapi pada penyakit jantung hipertensi tergantung pada gangguan yang
ditemukan pada jantung. Berikut ini beberapa penjelasan farmakoterapi penyakit jantung
hipertensi berdasarkan gangguan pada jantung:
a. Farmakoterapi hipertrofi ventrikel kiri
ACE-Inhibitor lebih bermanfaat dari pada obat golongan lainnya untuk hipertrofi
ventrikel kiri.
b. Farmakoterapi disfungsi diastolik ventrikel kiri
2.2.6. Prognosis
Resiko komplikasi tergantung pada seberapa besar hipertrofi ventrikel kiri. Semakin
besar ventrikel kiri, semakin besar kemungkinan kompilkasi terjadi. Penatalaksanaan
hipertensi dapat mengurangi hipertrofi ventrikel kiri sehingga memperpanjang
kemungkinan hidup pasien dengan gagal jantung akibat penyakit jantung hipertensi.
Namun demikian, penyakit jantung hipertensi adalah penyakit yang serius yang memiliki
resiko kematian mendadak.