1. Pengertian
Meningitis bakterial adalah suatu peradangan pada selaput otak yang mengenai lapisan
piamater dan ruang subaraknoid (Gambar 1) termasuk cairan serebrospinal yang dapat
disebabkan oleh bakteri yang menyebar masuk ke dalam darah dan berpindah ke cairan otak
(Marvin, 2009; Sez-Lorens dan McCracken, 2003). Meninges terdiri dari tiga lapisan, yaitu:
Dura mater
Arachnoid
- membran tengah
Pia mater
2. Gejala
Gejala pada anak kecil atau bayi tidak khas sehingga penegakan diagnosis sering
terlambat (Tabel 1). Gejala awal dapat serupa dengan infeksi virus biasa seperti bayi demam
tinggi dan terus-menerus rewel. Demam pada bayi dan anak dapat berlangsung dengan masa
inkubasi kurang lebih satu sampai tiga hari. Gejala lain yang lebih spesifik tergantung pada
port of entry bakteri seperti infeksi saluran pernapasan atau otitis media gejala nyeri telinga
atau keluhan diaere. Keluhan meningitis berupa demam tinggi (94%), nyeri kepala hebat,
mual, muntah (82&), diare, leher kaku (77%) (Ashwal dkk, 1993).
Tabel 1 Manifestasi klinis meningitis
(Dikutip dengan modifikasi dari
Tunkel AR., 2005) Frekuensi (%)
Sakit kepala
90
Panas
90
Kaku kuduk
85
Penurunan
> 85
kesadaran
Muntah
Kejang
Gangguan Fokal
~ 35
~ 30
10 ~ 20
neurologi
Papilledema
<5
cairan serebrospinal, menimbulkan peradangan pada selaput otak (meningen) dan otak;
2). Perluasan langsung dari infeksi yang disebabkan oleh infeksi dari sinus paranasalis,
mastoid, abses otak dan sinus kavernosus.
3). Implantasi langsung dapat terjadi pada trauma kepala terbuka, tindakan bedah otak
atau pungsi lumbal.
4). Meningitis pada neonatus dapat terjadi oleh karena (a) Aspirasi cairan amnion yang
terjadi pada saat bayi melalui jalan lahir atau oleh kuman yang normal ada pada jalan
lahir. (b) Infeksi bakterial secara transplasenta terutama Listeria, sp. Insiden infeksi
maternal memiliki angka kejadian 1:2000 pada bayi cukup bulan dan 3:1000 pada bayi
prematur (Fenichel, 2009).
pusat melalui tempat-tempat yang lemah yaitu di makro vaskular otak atau pleksus koroid
yang merupakan media yang baik bagi bakteri karena mengandung kadar glukosa yang tinggi
(Fenichel, 2009).
Sawar darah otak normal terdiri dari sel endotel dari kapiler darah otak (kecuali pada
hipofisis posterior, area postrema, pleksus koroid dan sirkumventrikular). Astrosit akan
membentuk tight junction yang padat yang menghalangi lewatnya zat terlarut dalam darah
(elektrolit dan protein) atau sel (Stefan dan frorian, 2000). Dengan demikian lingkungan
ekstrasel otak akan terpisah dari darah sehingga mencegah terpajannya sel saraf terhadap
perubahan elektrolit, transmitter, hormon, faktor pertumbuhan, dan reaksi imun (Fenichel,
2009).
Bayi dan anak dengan meningitis tight junction terbuka sehingga bakteri masuk dalam
cairan serebrospinal, terjadi reaksi radang dan menyebabkan permeabilitas sawar darah otak
makin meningkat. Bakteri yang masuk akan memperbanyak diri, tersebar secara pasif
mengikuti aliran cairan serebrospinal melalui sistem ventrikel ke seluruh ruang subaraknoid
(Hartwig dan Wilson, 2002; Saharso dan Hidayati, 1999).
4. Diagnosis
1. Anamnesis
Anamnesis menunjukkan keluhan utama seperti panas tinggi, nyeri kepala, dengan
atau tanpa penurunan kesadaran. Keluhan meningismus, letargi, malaise, kejang, atau
muntah proyektil karena peningkatan tekanan intrakranial tetapi keluhan ini tidak sama
pada satu penderita dengan yang lain (tidak khas).
2. Pemeriksaan fisik
Tanda rangsang meningeal dapat diperiksa dengan beberapa parasat antara lain
pemeriksaan kaku kuduk, tanda Kernig, tanda Brudzinski I dan Brudzinski II.
Pemeriksaan kaku kuduk (nuchal rigidity) dapat dilakukan dengan menekuk leher secara
pasif. Pemeriksaan kaku kuduk dikatakan positif bila terdapat tahanan sehinggga dagu
tidak dapat menempel pada dada. Tahanan juga terasa apabila leher diposisikan
hiperektensi, diputar atau digerakkan ke samping. Kaku kuduk dapat disertai dengan
hiperekstensi tulang belakang, disebut opistotonus. Tanda Kernig diperiksa pada penderita
dalam posisi telentang, dilakukan fleksi tungkai atas tegak lurus, kemudian dicoba
meluruskan tungkai bawah pada sendi lutut (Gambar 3). Tungkai bawah dapat
membentuk sudut lebih dari 135 derajat terhadap tungkai atas dalam keadaan normal.
Pemeriksaan ini sukar dilakukan pada bayi di bawah umur enam bulan (Martin dan Urs,
2006).
Tanda Brudzinski I (Brudzinski's Neck Sign) diperiksa dengan meletakkan satu tangan
pemeriksa di bawah kepala penderita dan tangan lainnya di dada penderita untuk
mencegah agar badan tidak terangkat. Kemudian kepala penderita difleksikan ke dada
secara pasif (tidak dipaksa). Rangsang meningeal dikatakan positif jika kedua tungkai
bawah fleksi pada sendi panggul dan sendi lutut.
Brudzinski II (Brudzinski's Contralateral Leg Sign) diperiksa dengan cara fleksi
tungkai penderita pada sendi panggul secara pasif. Rangsang dikatakan positif bila terjadi
fleksi tungkai lainnya pada sendi panggul dan sendi lutut. Hasil akan tampak lebih jelas
bila pada waktu fleksi panggul dan sendi lutut tungkai lain dalam keadaan ekstensi
(Gambar 2.7) (Griesemer, 2005; Haslam, 2007; Saharso dan Hidayati, 1999 ).
Gambar 4. Brudzinski
Selain dengan mempelajari riwayat medis dan pemeriksaan fisik lengkap, prosedurprosedur diagnostik untuk mendiagnosis meningitis mungkin termasuk:
Pungsi lumbal (spinal tap) - jarum khusus ditusukkan ke punggung bawah, pada
kanal tulang belakang (area sekitar sumsum tulang belakang). Tekanan di kanal tulang
belakang dan otak kemudian dapat diukur. Sedikit cairan cerebral spinal fluid (CSF) mungkin
akan diambil dari tubuh, dan kemudian diperiksa dilaboratorium untuk melihat kemungkinan
infeksi atau masalah lainnya. CSF adalah cairan yang menggenangi otak dan sumsum tulang
belakang.
Computed tomography scan (CT atau CAT scan) - Prosedur pencitraan diagnostik
yang memanfaatkan kombinasi sinar-X (X-ray) dan teknologi komputer untuk menghasilkan
gambar bagian dalam tubuh secara horizontal dan vertikal. CT scan memberikan gambaran
lebih rinci daripada pemeriksaan dengan sinar-X lainnya, seperti pada tulang, otot, lemak dan
organ tubuh.
5. Pengobatan meningitis