Anda di halaman 1dari 23

TUGAS SISTEM INTEGUMEN

ASUHAN KEPERAWATAN PRURITUS

KELOMPOK II
A1 KEPERAWATAN 2014

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
NANI HASANUDDIN
MAKASSAR
2016

NO

NAMA

NIM

1.

HERONIMUS

NH01130

2.

A.AMALIAH A.J

NH0114002

3.

AFDAL

NH0114008

4.

A.AMALIAH

NH0114012

5.

A.RISMAH

NH0114016

6.

ANUGRAH

NH0114021

7.

ASWAR ANAS

NH0114026

8.

BESSE LISA KAROLINA

NH0114032

9.

DERNIANG

NH0114036

10.

DWI RATNO MARDIANI

NH0114040

11.

ERNAWATI IBRAHIM

NH0114046

12.

FALDI ASTRIA FAJAR

NH0114050

13.

FARISA SASWANA

NH0114054

14.

FERA MUSTIKA

NH0114058

15.

FITRATUL AQIDAH

NH0114064

16.

GUSTI SISWANTO

NH0114069

17.

HERLINDAH

NH0114073

KATA PENGANTAR

Puji syukur kita panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas
segala limpahan rahmat dan hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan
makalah ini. Sungguh suatu kesyukuran yang memiliki makna tersendiri.Dalam
penulisan makalah ini, kami mencoba membahas tentang Asuhan Keperawatan
Pruritis.
Apa yang kami lakukan dalam makalah ini, masih jauh yang diharapkan
dan isinya masih terdapat kesalahan kesalahan baik dalam penulisan kata
maupun dalam menggunakan ejaan yang benar. Oleh karena itu, kritikan dan saran
yang sifatnya membangun, kami harapkan sehingga makalah ini menjadi
sempurna.

Makassar,

oktober 2016

Penyusun

LAPORAN PENDAHULUAN

PRURITUS

I.

KONSEP DASAR MEDIS


1. Defenisi
Pruritus berasal dari kata prurire: gatal; rasa gatal; berbagai
macam keadaan yang menimbulkan rasa gatal. (Kamus kedokteran
Dorland).
Pruritus adalah sensasi kulit yang iritatif dan menimbulkan
rangsangan untuk menggaruk. Pruritus adalah sensasi kulit yang
iritatif dan di tandai oleh rasa gatal, serta menimbulkan rabgsangan
untuk menggaruk. Reseptor rasa gatal tidak bermielin, mempunyai
ujung saraf mirip sikat (penicillate) yang hanya di temukan pada
kulit, membran mukosa, dan kornea. (Djuanda A dkk).

2. Klasifikasi
Klasifikasi pruritus terbagi menjadi empat, yaitu :
a. Pruritoceptive itch
Akibat gangguan yang berasal dari kulit. Misalnya: inflamasi,
kering, dan kerusakan kulit.
b. Neuropathic itch
Akibat gangguan pada jalur aferen saraf perifer atau sentral.
Misalnya: pada herpes dan tumor.
c. Neurogenic itch
Tidak ada gangguan pada saraf maupun kulit, namun terdapat
transmitter yang merangsang gatal. Misalnya: morphin dan
penyakit sistemik (ginjal kronis, jaundice).
d. Psikogenic itch
: Akibat gangguan psikologi. Misalnya:
Parastophobia
3. Etiologi
Pruritus dapat di sebabkan oleh berbagai macam gangguan. Antara
lain :
a. Pruritus local

Pruritus yang terbatas pada area tertentu di tubuh. Adapun


beberapa penyebab pruritus Local, yaitu :
Kulit kepala : Seborrhoeic dermatitis, kutu rambut
Punggung : Notalgia paraesthetica
Lengan
: Brachiorradial pruritus
Tangan
: Dermatitis tangan
Pruritus perianal terjadi akibat partikel feses yang terjepit
dalam lipatan perianal atau melekat pada rambut anus.
b. Gangguan sistemik/penyakit
Gagal ginjal kronik
Obstruksi biliaris intrahepatika atau ekstrahepatika
Endokrin/metabolik seperti Diabetes hipertiroidisme,
Hipoparatiroidisme, dan Myxoedema.
Anemia, Polycythaemia, Leukimia limfatik, dan Hodgkins
disease.
c. Gangguan pada kulit
Dermatitis kontak, kulit kering, prurigo nodularis, urtikaria,
psoriasis, dermatitis atopic, folikulitis, kutu, scabies, miliaria,
dan sunburn.
d. Pajanan terhadap faktor tertentu
Pajanan kulit terhadap beberapa faktor, baik berasal dari luar
maupun dalam dapat menyebabkan pruritus. Faktor yang di
maksud adalah allergen atau bentuk iritan lainnya, urtikaria
fisikal, awuagenic pruritus, serangga, dan obat-obatan tertentu
(topical maupun sistemik).
e. Hormonal
Sejumlah 2% dari wanita hamil menderita pruritus tanpa
adanya gangguan dermatologic. Pruritus gravidarum diinduksi
oleh estrogen dan terkadang terdapat hubungan dengan
kolestasis. Pruritus terutama terjadi pada trmester ketiga
kehamilan, di mulai pada abdomen atau badan, kemudian
menjadi generalisata. Ada kalanya pruritus di sertai dengan
anoreksia, nausea, dan muntah. Pruritus akan menghilang

setelah penderita melahirkan. Ikterus kolestasis timbul setelah


penderita mengalami pruritus 2-4 minggu. Ikterus dan pruritus
disebabkan oleh karena terdapat garam empedu di dalam kulit.
Selain itu pruritus juga menjadi gejala umum terjadi
menopause. Setidaknya 50% orang berumur 70 tahun atau
lebih mengalami pruritus.
4. Patofisiologi
Pruritus merupakan salah satu dari sejumlah keluhan yang
paling sering dijumpai pada gangguan dermatologic yang
menimbulkan gangguan rasa nyaman dan perubahan integritas
kulit jika pasien meresponnya dengan garukan. Reseptor rasa gatal
tidak bermielin, mempunyai ujung saraf mirip sikat (peniciate)
yang hanya ditemukan dalam kulit, membrane mukosa dan kornea.
Garukan menyebabkan terjadinya inflamasi sel dan
pelepasan histamine oleh ujung saraf yang memperberat gejala
pruritus yang selanjutnya menghasilkan lingkaran serta rasa gatal
dan menggaruk. Meskipun pruritus biasanya disebabkan oleh
penyakit kulit yang primer dengan terjadinya ruam atau lesi
sebagai akibatnya, namun keadaan ini bisa timbul tanpa
manifestasi kulit apapun. Keadaan ini disebut sebagai esensial
yang umumnya memiliki awitan yang cepat, bisa berat dan
mengganggu aktivitas hidup sehari-hari yang normal.
5. Manifestasi klinis
Adapuan tanda dan gejala dari pruritus, yaitu ;
a. Garukan, sering lebih hebat pada malam hari.
b. Ekskoriasi, kemerahan. Adanya penonjolan pada kulit.
c. Infeksi, perubahan pigementasi kulit.
d. Rasa gatal yang berlebih sehingga menyebabkan ketidak
mampuan pada individu.
6. Komplikasi
Bila pruritus tidak diobati selama beberapa minggu atau
bulan, dapat timbul dermatitis akibat garukan. Erupsi dapat

berbentuk impetigo, ektima, sellulitis, limfangitis, dan furunkel.


Infeksi bakteri pada bayi dan anak kecil yang diserang scabies
dapat menimbulkan komplikasi pada ginjal. Dermatitis iritan dapat
timbul karena penggunaan preparat anti skabies yang berlebihan,
baik pada terapi awal ataupun pemakaian yang terlalu sering.
7. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan pruritus sangat bergantung pada penyebab
rasa gatal itu sendiri. Sementara pemeriksaan untuk mencari
penyebab pruritus di lakukan, terdapat beberapa cara untuk
mengatasi rasa gatal sehingga menimbulkan perasaan lega pada
penderita, yaitu :
a. Pengaobatan topical :
1. Dinginkan kulit dengan kain basah atau air hangat.
2. Losion calamine, tidak dapat di gunakan pada kulit yang
kering dan memiliki batasan waktu dalam pemakain karena
adanya kandungan phenols.
3. Losion menthol/camphor yang berfungsi untuk memberkan
sensasi dingin,
4. Pemakaian emmolient yang teratur, terutama jika kulit
kering.
5. Kortikosteroid topical sedang untuk periode waktu yang
pendek.
b. Pengobatan oral :
1. Aspirin : efektif pada pruritus yang di sebabkan oleh
mediator kinin atau prostaglandin, tapi dapat memperburuk
rasa gatal pada beberapa pasien.
2. Doxepin atau amitriptyline : antidepresan trisiklik dengan
anti pruritus yang efektif. Antidepresan tetrasiklik dapat
membantu rasa gatal yang lebih parah.
3. Antihistamin : antihistamin yangtidak

mengandung

penenang memiliki antpruritus. Antihistamin penenang


dapat di gunakan karena efek penenangnya tersebut
4. Thalidomide : mengatasi prurigo nodular dan beberapa
jenis pruritus kronik.
c. Penanganan untuk pruritus/gatal ringan :

1. Mengoleskan pelembab kulit berulang kali sepanjang hari


dan setelah mandi.
2. Tidak mandi dengan air berkadar kaporit tinggi.
3. Memasang alat pelembab udara, terutama di ruangan berAC.
4. Mengenakan pakaian yang tidak mengiritasi kulit seperti
katun dan sutra, menghindari bahan wol serta bahan sintesis
yang tidak menyerap keringat.
5. Menjaga personal hygiene dal lingkungan.
6. Mencegah komplikasi akibat garukan dengan jalan
memotong

kuku

dan menggosok

kulit

yang

gatal

menggunakan telapak tangan sebagai ganti menggaruk.

II.

KONSEP DASAR KEPERAWATAN


1. Pengkajian

a. Biodata
Pada biodata

diperoleh

kelamin,tempat
perkawinan.

data

tentang

nama,umur,jenis

tinggal,pekerjaan,pendidikan

Dimana

beberapa

faktor

dan

status

tersebut

dapat

menempatkan klien pada risiko pruritus.


b. Keluhan utama
Biasanya pasien datang ke tempat pelayanan dengan keluhan
gatat pada kulitnya, intensitas gatal lebih sering terjadi pada
malam hari.
c. Riwayat penyakit sekarang
Faktor pencetus timbulnya pruritus dapat di sebabkan oleh
adanya kelainan sistemik internal seperti diabetes melitus,
kelainan darah atau kanker, pengunaan preparat oral seperti
aspirin, terapi antibiotik, hormone. Adanya alergi, baru saja
minum obat yang baru, pergantian kosmetik dapat menjadi
faktor pencetus adanya pruritus. Tanda-tanda infeksi dan bukti
lingkungan seperti udara yang panas, kering, atau selimut yang
menyebabkan iritasi, harus di kenal. Pruritus dapat terjadi pada
orang yang berusia lanjut sebagai akibat dari kulit yang kering.
d. Riwayat penyakit dahulu
Pruritus merupakan penyakit yang hilang/timbul, sehingga
pada riwayat penyakit dahulu sebagian besar pasien pernah
menderita penyakit yang sama dengan kondisi seperti saat ini.
e. Riwayat penyakit keluarga
Faktor genetik tidak mempengaruhi timbulnya pruritus.
Kecuali dalam keluarga ada kelainan sistemik internal yang
bersifat herediter mungkin juga akan mengalami pruritus.
f. Riwayat psikososial
Rasa gatal dapat pula disebabkan oleh faktor psikologik seperti
stress yang berlebihan dalam keluarga atau lingkungan kerja.
Pruritus menimbulkan gangguan rasa nyaman dan perubahan
integritas kulit. Rasa gatal yang hebat akan menggangu
penampilan pasien.

ASUHAN KEPERAWATAN PADA Ny.B DENGAN GANGGUAN SISTEM


INTEGUMEN PRURITUS DI RUANG PERAWATAN
SERUNI RSUD SALEWANGANG MAROS

A. PENGKAJIAN
1. Identitas pasien
Nama
: Ny. B
Umur
: usia 42 thn
Kelamin
: Perempuan
Pendidikan
: SMP
Pekerjaan
: IRT
Alamat
: Makassar
Penanggung jawab : Nn.E
Hub dengan pasien : Anak
A. DIAGNOSA MEDIS

: pruritus

B. KELUHAN UTAMA
1. Saat MRS

: Adanya luka saat gatal pada seluruh badan

2. Saat Pengkajian

: Klien mengeluh badannya gatal

C. RIWAYAT PENYAKIT SEKARANG


D. RIWAYAT KESEHATAN YANG LALU
Klien tidak penah menderita alergi, dan tidak pernah gatal pada
daerah badan
E. RIWAYAT KESEHATAN KELUARGA
Dalam keluarga klien tidak ada yang pernah masuk RS dan
keluarga klien tidak ada yang menderita penyakit keturunan seperti
tersebut
F. POLA AKTIVITAS SEHARI HARI
1. Makan dan Minum
a. Makan
Sebelum MRS

: Klien makan 2 x / hari dengan porsi 1 piring


(nasi , lauk-pauk , dan sayuran )

Selama MRS

: Klien mendapatkan diit nasi TKTP II ekstra telur


dan susu cair proten. Selama 2 hari ( mulai
tanggal 15 Mei ) klien tidak mau makan (hanya 3
sendok makan setiap kali makan ) ,ektra telur
kadang habis.

b. Minum
Sebelum MRS

: Klien minum 6-7 gelas / hari.

Selama MRS

: Klien minum air putih sebanyak 750 cc dan


Proten 3 x sehari ( habis gelas ). Mendapat
cairan infus NaCl 3 % 600 cc dengan tetesan 20
tetes / menit.

c. Pola Eliminasi
Sebelum MRS

: Klien BAB 1x sehari dengan warna kuning,


Konsistensi lunak.. BAK 4-5x / hari dengan
warna normal.

Selama MRS

: Klien selama 3 hari ini belum BAB.


BAK melalui kateter menggunakan Urobag :
pukul 16.00 jumlah urine 450 cc, pukul 19.00
jumlah urine 1050 cc

d. Pola Istirahat dan Tidur


Sebelum MRS

: Klien tidur pada malam hari 6-7 jam / hari. Dan


klien sangat jarang tidur siang

Selama MRS

: Klien tampak tidak tenang , mengigau karena


Badannya terasa panas. Tidur selama 8 jam pada
malam hari. Jika siang 2 jam perhari

e. Kebersihan Diri
Sebelum MRS

: Mandi 2x /hari, gosok gigi 2x/hari dan keramas


2x/ minggu.ganti pakaian setiap hari.

Selama MRS

: Mandi diseka 2x/ hari oleh keluarga, klien belum


pernah mandi.

G. RIWAYAT PSIKOSOSIAL
Klien sulit diajak berbicara / komunikasi. Hal ini dapat diketahui
jika diajak bicara kadang klien hanya diam atau mengangguk. Klien juga sulit
melakukan interaksi dengan orang lain. Selama ini orang yang terdekat

dengan klien adalah yang selalu membantu klien dan menjawab pertanyaan
yang diajukan pada klien.
H. PEMERIKSAAN FISIK
1. Keadaan Umum
Kesadaran compos mentis dengan GCS 4,5,6 dimana :
a. Respon membuka mata ( 4 )
b. Respon motorik terbaik ( 5 )
c. Respon Verbal ( 6 )
Keadaan umum klien lemah dimana pada tangan kiri terpasang Gips, pada
tangan kanan terpasang infus NaCl 3 % 20 tetes/ menit serta klien
mengalami paraplegi pada daerah Lumbal sampai ekstrimitas bawah.
2. Tanda tanda Vital
a. TD

: 110 / 70 mmHg

b. DN

: 84x/menit

c. Suhu

: 39 C

d. RR

: 42 x/menit

e. LL

: 29 cm

3. Pemeriksaan Kepala
a. Kepala dan rambut: bentuk kepala bulat simetris, tidak ada lesi, tidak
ada benjolan, rambut kusam, warna reambut hitam. Penyebaran rambut
merata. Kulit kepala kurang bersih, rambut tidak rontok dan tidak
berketombe.
b. Mata

: sklera tidak ikterus,pupil isokor,mata tampak

keruh, konjungtiva normal.


c. Hidung

: tidak ada sekret, bentuk simetris, tidak ada

pernapasan cuping hidung


d. Mulut

: bibir kering, tidak cianosis, gigi masih utuh,

keadaan mulut kotor, tidak ada luka pada bibir.

e. Telinga

: terdapat serumen, bentuk simetris, terdapat darah

yang mengering pada liang telinga.


4. Pemeriksaan Leher
Tidak ada pembesaran vena jugularis, nadi karotis teraba.
5. Pemeriksaan Dada dan Thorax
a. Inspeksi

: bentuk dada elips dan simetris, RR : 42 x/ menit

b. Auskultasi

: tidak terdapat wheezing, tidak terdapat ronchi,

suara napas vesikuler, bunyi jantung normal : BJ I pada ICS IV linea


sternalis sinistra dan ICS V linea mid clavficula kiri. BJ II Aorta dan
BJ II pulmonal dan tidak terdapat bunyi murmur.
c. Perkusi

: bunyi paru resonan.

6. Pemeriksaan Payudara
Payudara tidak terkaji
7. Pemeriksaan Abdomen
a. Inspeksi

: bentuk abdomen sedikit cembung, tampak tegang,

tidak terdapat luka .


b. Palpasi

: tidak terdapat nyerri tekan, teraba sedikit keras

karena ada massa / feses .


c. Auskultasi

: bising usu 2 x / menit

d. Perkusi

: hipertimpani

8. Genetalia
Terpasang kateter, tidak ada tanda-tanda kelainan ( tidak terdapat tandatanda infeksi saluran kemih )

I. PEMERIKSAAN NEUROLOGIS
Kesadaran compos mentis ,GCS 4, 5, 6
1. Reaksi 4 ( mata )
disuruh.

: klien dapat membuka mata dengan spontan tanpa

2. Reaksi 5 ( bicara )

: mempunyai reaksi yang baik terhadap orang,

tempat dan waktu.


3. Reaksi 6 ( motorik ) : klien mengikuti perintah dengan baik .
Tanda tanda meningeal sign :
Panas (+), nyeri kepala ( - ), kaku kuduk ( - ), muntah (-),kejang (-),penurunan
kesadaran (-).
J. TERAPI / PENGOBATAN
Aspirin
Doxepin atau amitriptyline
Antihistamin
Thalidomide
Antagonis opioid
Terpasang infus RL 20/tts
ANALISA DATA

DATA

ETIOLOGI

MASALAH

Data subjektif
Klien mengatakan gatal
gatal diseluruh tubuh.
Klien mengatakan gatal
bertambah bila keringat.
Klien mengatakan gatal
hilang timbul.

Agen yang beraneka


ragam
bakteri, fungus )

Interaksi antara anti gen


dan anti body

Klien tampak menggaruk.

Respon pada kulit

Tampak skuama,

seluruh tubuh.

nyaman

( zat kimia, protein

Data objektif

hyperpigmentasi (+) pada

Gangguan rasa

Peningkatan histamin

Gatal gatal

Gangguan rasa nyaman

Data subjektif
Klien mengatakan gatal
gatal seluruh badan.
Klien mengeluh bekas
gatal gatal tersebut

Agen yang beraneka


ragam

Persilangan anti gen


anti body

bewarna hitam.

Klien mengatakan

Respon dikulit

kulitnya teraba kasar.

Peningkatan histamin

Data objektif
Tampak skuama,

Gatal ,eritema

hyperpigmentasi (+)

Krusta halus

pada seluruh tubuh.

Kulit tampak kering

Skuama hyperpigmentasi

Kerusakan
integritas kulit

Kulit teraba kasar

Kerusakan integritas
kulit

NO

DIAGNOSA KEPERAWATAN

.
1. Nyeri akut b/d kerusakan jaringan
kulit
Batasan Karakteristik :

Mengekspresikan perilaku

(meringis)
Sikap melindungi area nyeri
Melaporkan nyeri secara verbal
Perubahan posisi untuk
menghindari nyeri

NOC
Pain level
Pain control
Comfort level

NIC
Pain Managemennt :

komprehensif

Kriteria Hasil :

termasuk lokasi,

Mampu

karakteristik,

mengontrol nyeri

durasi, frekuensi,

(tahu penyebab

kualitas dan faktor

nyeri, mampu
menggunakan

Kaji nyeri secara

presipitasi
Observasi reaksi

tekhnik non

nonverbal dari

farmakologi untuk

ketidak nyamanan

mengurangi nyeri,

mencari bantuan)
Melaporkan

tekhnik non

bahwa nyeri

Ajarkan tentang
farmakologi
Kolaborasi

berkurang dengan

pemberian

menggunakan

analgetik untuk

management nyeri
Menyatakan rasa

mengurangi nyeri

nyaman setelah
2. Kerusakan integritas kulit b/d adanya

nyeri berkurang
Tissue integrity;

lesi, erosi
Batasan karakteristik :

Kerusakan lapisan kulit


Nampak adanya lesi, erosi
Gangguan permukaan kulit

skin and mucous


membranes
Hemodyalis akses

Pressure
management:

untuk menggunakan

Kriteria Hasil :

(epidermis)

pakaian yang

Integritas kulit
yang bisa di

Anjurkan pasien

longgar
Jaga kebersihan
kulit agar tetap

pertahankan
(sensasi, elastisitas,
temperature,hidrasi

bersih dan kering


Monitor kulit akan

, pigmentasi)
Tidak ada luka/lesi

adanya kemerahan
Oleskan lotion atau

pada kulit
Kulit bersih dan

minyak/baby oil

debas dari lesi dan

tertekan
Lakukan perawatan

erosi.

pada daerah yang

Body image

kulit setiap hari


Body image

kerusakan integritas kulit.

Kriteria Hasil :

enhancement

Batasan karakteristik :

Body image positif


Mempertahankan

interaksi sosial
Mengungkapakan

3. Gangguan citra tubuh b/d adanya

Perilaku menghindari tubuh

individu
Mengungkapakan perasaan

Kaji secara verbal


dan non verbal
respon klien
terhadap tubuhnya

yang mencerminkan perubahan

perasaan dan

pandangan tentang tubuh

masalah yang di

individu

alami pasien.

Monitor frekuensi

mengkritik dirinya
Dorong klien untuk
mengungkapkan

permasalahanya
Beri dorongan
untuk merawat diri
sesuai toleransi

DX

WAKTU

IMPLEMENTASI

EVALUASI

1.

1. Mengkaji nyeri secara komprehensif S : Pasien mengatakan nyeri


termasuk lokasi, karakteristik, durasi,

pada luka di lapisan kulit

frekuensi, kualitas dan faktor presipitasi

O : - Pasien nampak

Hasil : nyeri pada lapisan kulit akibat

meringis

luka

- skala nyeri 5
Garukan, Skala nyeri 5

2. Mengobservasi reaksi nonverbal dari


ketidak nyamanan
Hasil : pasien nampak meringis
3. Mengajarkan tentang tekhnik non
farmakologi
Hasil : mengajarkan tehnik relaksasi
nafas
dalam
4. Penatalaksanaan pemberian analgetik
untuk mengurangi nyeri
Hasil : pemberian salep

A : Masalah belum teratasi

P : Lanjutkan intervensi
1. Kaji nyeri secara
komprehensif
termasuk lokasi,
karakteristik, durasi,
frekuensi, kualitas

dan faktor presipitasi


2. Observasi reaksi non
verbal dari ketedak
nyamanan
3. Ajarkan tentang
teknik non

farmakologi
4. Kolaborasi pemberia
analgetik untuk
mengurangi nyeri
2.

1. Menganjurkan pasien untuk


menggunakan pakaian yang longgar
Hasil : pasien menggunaka pakaian yang
longgar
2. Menjaga kebersihan kulit agar tetap
bersih dan kering
Hasil : Kulit nampak bersih
3. Memonitor kulit akan adanya kemerahan
Hasil : kulit nampak kemerahan akibat
garukan pasien
4. Mengoleskan lotion atau minyak/baby oil

S : - Pasien mengatakan

adanya luka pada lapisan


kulit.
- pasien mengatakan
gatal pada lapisan kulit
O : - nampak adanya
kerusakan jaringan
integumen.

pada daerah yang tertekan


Hasil : kulit tidak kering
5. Melakukan perawatan kulit setiap hari
Hasil : perawatan kulit di lakukan
(memandikan pasien)

- nampak adanya
kemerahan pada luka
A : Masalah belum teratasi
P : Lanjutkan intervensi

2. Jaga kebersihan kulit

agar tetap bersih dan


kering
3. Monitor kulit akan
adanya kemerahan
4. Oleskan lotion atau

minyak/baby oil pad

daerah yang tertekan


5. Lakukan perawatan
kulit setiap hari
3.

1. Mengkaji secara verbal dan non verbal


respon klien terhadap tubuhnya.
Hasil : pasien tidak percaya diri dengan
kondisi kulitnya.
2. Monitor frekuensi mengkritik dirinya
Hasil : pasien selalu mengkritik dirinya
3. Mendorong klien untuk mengungkapkan
permasalahanya
Hasil : klien menceritakan
permasalahanya pada perawat
4. Memberi dorongan untuk merawat diri
sesuai toleransi
Hasil : pasien mampu merawat diri secara
mandiri

S : Pasien mengatakan tidak


percaya diri dengan
kondisi kulitnya
O : - pasien nampak tidak
percaya diri
- pasien selalu
mengkritik dirinya
A : Masalah belum teratasi
P : lanjutkan intervensi
1. Kaji secara verbal

dan non verbal respo


klien terhadap
tubuhnya
2. Monitor frekuensi
mengkritik dirinya
3. Dorong klien untuk
mengungkapkan
permasalahanya
4. Beri dorongan untuk

merawat diri sesuai


toleransi

DAFTAR PUSTAKA
Djuanda, Adhi. 2005. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin, Penerbit : Balai Penerbit
FK UI, Jakarta.

Doengoes, Marilynn. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan. EGC: Jakarta.


Dorland, W. A. Newman. 2002. Kamus Kedokteran. EGC: Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai