Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
Disusun oleh:
Vega Silvia Nur Rahmah
Arwilla Faurillie A.O
Muhammad Naufal
(135020300111001)
(135020300111008)
(135020300111015)
JURUSAN AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
Mei 2016
INVESTIGASI PENGADAAN
PENGADAAN PUBLIK SUMBER UTAMA KEBOCORAN NEGARA
Pengadaan merupakan salah satu sumber korupsi terbesar dalam sektor
keuangan publik. Setiap tahun BPK dan BPKP melaporkan kasus pengadaan yang
mengandung unsur tindak pidana korupsi. Tidak banyak yang masuk ke
persidangan pengadilan.
Secara luas, sistem pengadaan publik Indonesia diyakini merupakan sumber
utama bagi kebocoran anggaran yang memungkinkan korupsi dan kolusi yang
memadai atau tidak ada dan tidak dipungut biaya untuk membayar biaya
penyusunan dan pencetakan dokumen penawaran.
f. Tidak ada aturan dan undang-undang jelas yang memperkecil
kebijaksanaan memudahkan kolusi
4. Pengadaan dilakukan di Balik pintu Tertutup
Pengungkapan
publik
terbatas
terhadap
proses
pengadaan
memperkuat insentif-insentif buruk tersebut. Sebagian besar proses tersebut
berlangsung di balik pintu tertutup. Hasil-hasil penawaran berikut
pembenaran yang sesuai dengan pemenangan penawaran tidak diumumkan.
Mengikuti usul Bank Dunia, pemerintah telah menyetujui informasi ini
diumumkan bagi semua proyek Bank Dunia yang baru akan dicermintkan
dalam perjanjian-perjanjian sah dengan Bank Dunia.
5. Pengauditan Lemah
Sebagian besar proses audit-satu-satunya instrumen yang tersedia
untuk menegakkan aturan main dan ketentuan-ketentuan seperti telah
dicatat-tidak efektif. Efektivitas untuk menegakkan praktik-praktik pengadaan
yang baik lebih lanjut disesuaikan oleh auditor Pemerintah yang kurang
mengenal aturan dan prinsip pengadaan. Walaupun sekiranya pengauditan
itu efektif sektor peradilan tidak berfungsi memastikan bahwa mereka yang
menyalahgunakan proses pengadaan tidak akan memikul akibat-akibatnya.
Keengganan untuk menerapkan sanksi-sanksi administratif terhadap pegawai
negeri yang ketahuan berkolusi dengan lingkaran-lingkaran penawar berarti
bahwa secara efektif tidak ada mekanisme penegak.
KETENTUAN PERUNDANG-UNDANGAN
Para auditor keuangan negara dan investigator yang mendalami kasus-kasus
pengadaan barang dan jasa perlu mengetahu dan menguasai ketentuan perundangundangan yang berlaku mengenai pengadaan barang dan jasa. Tujuan
dikeluarkannya ketentuan perundangan tentunya sangat jelas. Namun karena
banyaknya penyimpangan yang terjadi, tidak ada salahnya mengutip kembali
konsideransi dalam keppres 80/2003: Agar pengadaan barang/jasa pemerintah
yang dibiayai dengan Anggara Pendapatan dan Belanja Negara/Anggaran
Pendapatan dan Belanja Daerah sehat, transparan, terbuka dan perlakuan yang adil
bagi semua pihak, sehingga hasilnya dapat dipertanggungjawabkan baik dari segi
fisik, keuangan maupun manfaatnya bagi kelancaran tugas Pemerintah dan
Pelayanan Masyarakat.
Dalam proses pelaksanaan barang/jasa pemborongan/jasa lainnya yang
memerlukan penyedia barang/jasa dibedakan menjadi empat cara berikut.
1. Pelelangan umum
2. Pelelangan terbatas
3. Pemilihan langsung
4. Penunjukan langsung
Dua istilah yang muncul berulang-ulang dalam proses pelelangan umum:
prakualifikasi dan pascakualifikasi. Prakualifikasi adalah proses penilaian
4. Mengundurkan
diri
dengan
berbagai
alasan
yang
tidak
dapat
dipertanggungjawabkan dan/atau tidak dapat diterima oleh panitia
pengadaan.
5. Tidak dapat menyelesaikan pekerjaannya sesuai dengan kontrak secara
bertanggung jawab.
PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 71 TAHUN 2012
Peraturan ini memuat tentang Penyelenggaraan Pengadaan Tanah Bagi
Pembangunan Untuk Kepentingan Umum. Jika mengacu pada sistem pengadaan
yang baik, setidaknya dalam Peraturan Presiden (PP) ini telah mengatur tanggung
jawab yang jelas dalam setiap kegiatan pengadaan tanah. Dalam pengadaan tanah
terdapat 4 tahapan, yaitu perencanaan, persiapan, pelakasanaan, dan penyerahan
hasil.
a) Perencanaan
Dalam tahapan ini diperlukannya pembuatan rencana Pengadaan
Tanah yang dibuat oleh instansi yang memerlukan tanah bagi Pembangunan
untuk Kepentingan Umum. Pembuatan dokumen tersebut didasarkan pada,
Rencana tata ruang wilayah dan Prioritas pembangunan
Rencana Pengadaan Tanah disusun dalam bentuk dokumen
perencanaan Pengadaan Tanah yang memuat :
maksud dan tujuan rencana pembangunan
kesesuaian dengan Rencana Tata Ruang Wilayah dan Prioritas
Pembangunan
letak tanah
luas tanah yang dibutuhkan
gambaran umum status tanah
perkiraan jangka waktu pelaksanaan Pengadaan Tanah
perkiraan jangka waktu pelaksanaan pembangunan
perkiraan nilai tanah
rencana penganggaran
Dalam dokumen ini juga dicantumkan hasil studi kelayakan yang dilakukan
pada tanah yang hendak dilakukan pembangunan.
b) Persiapan
Setelah dokumen perencanaan lengkap, gubernur menerima dokumen
tersebut yang kemudian membentuk tim persiapan yang beranggotakan
Bupati/Walikota wilayah terkait, satuan kerja perangkat daerah, dan instansi
terkait. Tugas dari tim persiapan ialah:
1. melaksanakan pemberitahuan rencana pembangunan
2. melakukan pendataan awal lokasi rencana pembangunan
3. melaksanakan Konsultasi Publik rencana pembangunan
4. menyiapkan Penetapan Lokasi pembangunan
5. mengumumkan Pen etapan Lokasi pembangunan untuk
kepentingan umum
A. Tahap Pratender
Dalam tahap pertama ini, umumnya terjadi kegiatan berikut:
a. Pemahaman mengenai kebutuhan perusahaan atau lembaga akan
barang atau jasa yang akan dibeli
b. Pengumuman mengenai niat perusahaan atau lembaga itu untuk
membuat kontrak pengadaan barang atua jasa
c. Penyusunan spesifikasi
d. Penentuan mengenai kriteria pemenang
Ada dua skema fraud dalam tahap ini, pertama dalam penentuan
kebutuhan, kedua dalam penentuan spek.
Dalam penentuan kebutuhan, sering terjadi persekongkolan antara
pejabat atau pegawai dari lembaga yang membeli dengan supplier. Supplier
memberikanuang suap kepada pejabat atau pegawai dari lembaga yang
membeli sebagai ucapan terima kasihnya karena pejabat atau pegawai itu
berhasil menentukan kebutuhan akan barang dan jasa yang akan dipasok.
Dalam rancangan fraud yang kedua, yang menjadi sasaran adalah
speknya. Gejala-gejala berikut patut diwaspadai.
1. Kontrak dibuat secara ceroboh, melemahkan kedudukan pembeli
dan/atau menguatkan kedudukan penyuplai. Berdasarkan kontrak yang
buruk ini, penyuplai terus membuat klaim yang tidak dapat ditolak oleh
pembeli. Penolakan klaim oleh pembeli mengakibatkan denda atau
hukuman lainnya. Pejabat atau pegawai bagian pembelian yang
menerima uang suap taid berada dalam posisi benturan kepentingan;
hal ini membuatnya tidak berdaya menghadapi tekanan penyuplai.
2. Speknya yang ngambang memudahkan penyuplai mengirimkan
barang atau jasa dengan harga yang lebih mahal. Karena itu, ketika
terjadi persekongkolan dan penyuapan, spek sengaja dibuat tidak jelas.
3. Spek dibuat dengan pengertian bahwa ia akan diubah. Spek
sementara membuat pesaing lain sulit memenuhi persyaratan.
Pemenang tender tahu bahwa spek diubah setelah ia ditunjuk sehingga
ia lebih leluasa memenuhinya.
Berikut ini tanda-tanda (red flags) yang perlu dikenali auditor:
a. Orang dalam memberikan informasi atau nasiha yang menguntungkan
satu kontraktor.
b. Pembeli menggunakan jasa konsultasi, masukan, atau spek yang
dibuat oleh kontraktor yang dinggulkan. Hal ini juga sering dijumpai
dalam pengadaan jasa-jasa konsultasi dimana konsultan yang
diunggulkan akan membuat Terms of Reference dan detail lainnya dari
dokumen tender.
c. Pembeli memperbolehkan konsultan yang ikut dalam penentuan dan
pengembangkan spek, menjadi subkontraktor atau konsultasi dalam
proyek itu.
d. Biaya dipecah-pecah dan disebar ke bermacam akun atau perincian
sehinng lolos dari pengamatan atau review.
akta notaris (akta pendirian) dibuat pada hari yang sama di notaris yang
sama dengan nomor urut yang terautr. Pada hari pembukaan dokumen
penawaran, ke-10 perusahaan bodong ini diwajili satu orang; ia juga
menandatangani berita acara dan atas nama ke-10 perusahaan bodong.
g. Permainan harga. Kontraktor sengaja memainkan harga. Sesudah terpilih
dalam proses negosiasi, ia menafsirkan kembali data harganya. Ini
berakhir dengan harga yang leibh mahal dari kontraktor yang
dikalahkannya. Bentuk lain adalah penggantian subkontraktor atau
konsultan yang lebih rendah mutu atau kualifikasinya, atau tidak
mengungkapkan nilai dari barang-barang proyek (laptop, mesin fotokopi,
dan lain-lain) sesudah proyek berakhir.
C. Tahap Pelaksanaan dan Penyelesaian Administratif
Tahap ini meliputi kegiatan-kegiatan berikut.
a. Perubahan dalam order pembelian
b. Review yang tepat waktu atas bagian pekerjaan yang sudah selesai
dikerjakan dan untuk bagian mana kontraktor berhak menerima
pembayaran.
Ada dua rancangan fraud atau bentuk permainan dalam tahap ini, yaitu
substitusi atau penggantian produk dan kekeliruan dalam perhitungan
pembebanan.
Untuk menaikkan keuntungan, kontraktor mengganti barang atau
produk atau bahan baku/pembungkus yang dipasoknya. Substitusi produk ini
bermacam-macam bentuknya:
1. Pengiriman barang yang mutunya lebih rendah
2. Pengiriman bahan yang belum diuji
3. Pemalsuan hasil pengujian
4. Pengiriman barang palsu
5. Pemalsuan sertifikasi, misalnya sertifikasi mengenai keaslian barang,
mutu atau persyaratan lain
6. Pembuatan sample yang khusus untuk pengujian dan memang lulus
pengujian tetapi sebagian besar produk yang dikirimkan tidak sebaik
sampel ini.
7. Pemindahan tags yang bertanda sudah diperiksa dari barang yang
sudah diperiksa ke barang-barang yang belum diperiksa.
8. Penggantian dengan barang-barang yang kelihatannya (rupanya)
sama.
Untuk mendeteksi permainan di atas, auditor harus melakukan:
1. Pengecekan secara rutin dan kunjungan mendadak
2. Me-review laporan inspeksi atau laporan laboratorium pengujian secara
cermat
3. Uji produk di laboratorium independen
4. Review dokumen dan bandingkan dengan produk atau jasa yang
diterima untuk memastikan adanya kepatuhan
DIAGRAM
Uraian mengenai skema fraud diatas disarikan dalam Diagram dibawah ini.
Dari diagram ini,terlihat pembayaran uang suap dilakukan sesudah kontraktor
menerima pembayaran kontrak. Ini dikenal sebagai kickback
6. Pegawai atau konsultan yang dalam hari yang sama menangani beberapa
proyek atau proyek yang bukan untuk pembeli.
Komputer hanyalah alat bantu. Beberapa penyelewengan di bidang pengadaan
yang dibiayai Bank Dunia terungkap dengan bantuan spread sheet yang
sederhana.
Contoh Kasus
Dugaan Mark-Up Pengadaan Mesin Jahit JITU pada proyek SAPORDI tahun
2004 di Kementrian Sosial
Pada tahun 2004, pemerintah mengeluarkan program pengentasan
kemiskinan senilai Rp 51 miliar yaitu Program Penanganan Fakir Miskin melalui
Motorisasi Sarana Penunjang Produksi (SAPORDI) Industri Rumah Tangga Bidang
Konveksi. Dalam program tersebut Departemen Sosial bekerja sama dengan PT
Ladang Sutera Indonesia (Lasindo) melakukan pengadaan mesin jahit.
Lokasi pabrik perakitan tersebut akan dibangun di Jawa Barat dengan
kapasitas produksi tahunan sekitar 10.000 unit. Pabrik tersebut merupakan pabrik
mesin jahit pertama di Indonesia. Pabrik mesin jahit pertama Lasindo Group ada di
Shanghai, China, berkapasitas 30.000. Tujuan pabrik Lasindo didirikan di Indonesia
bersama Kementrian Koperasi dan UKM serta Departemen Perindustrian adalah
untuk meremajakan mesin-mesin jahit sebanyak 42.000 unit di sektor garmen
dalam negeri, di antaranya untuk industri celana jeans di Comal dan batik di
Pekalongan.
2000 2004. Penanggulangan kemiskinan merupakan salah satu prioritas program
kerja Departemen Sosial dalam kurun waktu 2000-2004 (Kabinet Megawati). Dan
salah satunya adalah proyek pengadaan mesin jahit dalam Program Penanganan
Fakir Miskin melalui Motorisasi Sarana Penunjang Produksi (SAPORDI) Industri
Rumah Tangga Bidang Konveksi.
Anggaran Belanja Tambahan (ABT) Tahun Anggaran 2004 yang telah disiapkan
untuk program ini adalah :
Biaya yang termasuk dalam anggaran tersebut adalah biaya royalti pada pemegang
merek, pajak, biaya transportasi, bongkar-muat, pembuatan boks dan dinamo, serta
biaya pelatihan.
Dalam perjanjian adapun ruang lingkup kerjasama mencakup 5 hal, yakni:
a. pengadaan mesin jahit;
b. pelatihan;
c. pendampingan;
d. kepastian order;
e. pemasaran.
Maret 2004 Program Penanganan Fakir Miskin melalui Motorisasi Sarana
Penunjang Produksi (SAPORDI) Industri Rumah Tangga Bidang Konveksi dimulai. Hal
ini ditandai dengan ditandatanganinya Nota Kesepahaman Departemen Sosial RI
dengan PT Ladang Sutera Indonesia (PT Lasindo) yang bertindak selaku pemberi
order dan pemasaran secara kontinyu pada 29 Maret 2004.
Nota Kesepahaman itu dituangkan dalam Perjanjian Kerjasama antara Depsos
RI dengan PT Lasindo dengan Nomor: 21/HUK/2004 dan Nomor: 03/LSD/III/2004
yang ditandatangani langsung oleh Bachtiar Chamsyah selaku Menteri Sosial
dengan Musfar Aziz selaku Direktur Utama PT Lasindo (Ladang Sutra Indonesia).
Menurut Keppres No. 80 tahun 2003, pengadaan barang dan jasa diatas Rp
50 juta harus ditenderkan kecuali ada keadaan tertentu atau keadaan khusus
sehingga bisa dilakukan penunjukan langsung. Atas petunjuk dari Amrun Daulay
karena pekerjaan atau barang yang dibeli adalah spesifik dan yang hanya
dilaksanakan oleh penyedia barang/jasa, pabrikan, pemegang hak paten atau
pekerjaan yang komplek yang hanya dapat dilaksanakan dengan menggunakan
teknologi khusus dan atau hanya ada satu penyedia barang/jasa yang mampu
mengaplikasikannya maka ditunjuknya lah PT Lasindo secara langsung sebagai
distributor utama.
Khusus untuk pengadaan mesin jahit, dipilih mesin jahit merk JITU BRAND
LSD 9990 dan JITU BRAND LSD 9990H beserta motornya sebanyak 6.000 buah yang
diimport langsung dari Shanggong IMP.& EXP.CO, Ltd, Shanghai, China selaku
produsen mesin jahit dengan harga Rp Rp 3.248.500 per buah dengan anggaran
seperti yang telah dijelaskan di atas.
31 Mei 2004 Harga kontrak antara PT LASINDO dengan Shanggong hanya Rp
6.795.000.000. Jumlah ini merupakan hasil perkalian antara total pembelian dalam
US$ 755,000 dengan nilai kurs rupiah (asumsi USD 1 = Rp 9.000) yang berlaku
pada saat kontrak berlangsung.
24 November 2004 Mengingat program ini adalah program sosial, maka Sekretaris
Jendral Departemen Sosial RI mengirimkan surat No. 504/SJ/JS/XI/2004 kepada
Departemen
Keuangan
untuk
mendapatkan
kemudahan
dalam
proses
mendatangkan (impor) mesin jahit tersebut. Kemudahan itu dalam bentuk
pemberian pembebasan bea masuk dan pajak pertambahan nilai atas import 6.000
mesin jahit dan dinamo motor oleh Depsos sebagaimana dituangkan dalam
Keputusan Menteri Keuangan RI No. 41/KMK.010/2005. Dimana seharusnya sesuai
dengan peraturan, bea masuk untuk jenis mesin jahit rumah tangga adalah 10%
dan PPN adalah 10%.
Marwan Effendy membenarkan kasus itu pernah diusut di Jaksa Agung Muda
Intelijen. Tapi kasusnya tak pernah naik ke pidana khusus. Kasusnya dihentikan
begitu KPK menangani.
Indikasi Permasalahan
Atas berbagai kajian dan analisa terhadap proses pengadaan mesin jahit
merk JITU yang dilakukan oleh PT Lasindo, telah ditemukan beberapa kejanggalan
yang mengarah pada tindak pidana korupsi (TPK), yaitu:
1. Indikasi Penggelembungan Harga
Departemen Sosial RI telah menyepakati harga per buah dari mesin jahit
merk JITU adalah Rp 3.248.500, yang berarti jika Depsos mengadakan mesin jahit
sejumlah 5.500 unit, dana ABT TA. 2004 yang telah dialokasikan adalah sejumlah
Rp 17.866.750.000.
Namun kemudian diketahui bahwa harga pabrik yang dibeli oleh PT Lasindo
sebagai importir (sekaligus rekanan proyek SAPORDI) Depsos RI kepada produsen
JITU, yakni Shanggong IMP.&EXP.CO,Ltd, di Shanghai, China adalah sebagai berikut
(per unit):
Harga asli mesin jahit merek 6.000.000
JUKI
Dirakit di Indonesia harga
menjadi
Diimpor dalam bentuk pecahan
Kerugian per unit mesin jahit
3.248.500
1.235.455
2.031.045
1.235.455
123.545
123.545
988.364
Jika dikurangi dengan bea masuk dan PPN yang tidak dibayarkan karena
fasilitas khusus dari negara, harga mesin jahit secara keseluruhan yang diimport
dari Shanghai, China seharusnya hanya Rp 5.436.000.000.
Oleh karena itu, jika nilai penggelembungan dihitung dengan dasar harga
aktual pembelian setelah dikurangi kewajiban bea masuk dan PPN, maka nilai
kerugian negara yang dapat dihitung adalah sebagai berikut:
Mark Up Setelah Dikurangi Bea Masuk dan PPN
Harga asli mesin jahit merek 6.000.000
JUKI
Dirakit di Indonesia harga
menjadi
Harga per unit bebas pajak
Kerugian per unit mesin jahit
3.248.500
988.364
2.260.136
kontrak pemasangan dan pengadaan APO (alat pemadam otomatis) oleh PT Marwan
Bersaudara (PTMB), mengandung fraud.
Djujur Santosa, seorang fraud auditor di suatu Lembaga Negara, menelaah
dokumen tender. Peserta tender diminta mengajukan penawaran untuk pengadaan
dan pemasangan APO harus berdayaguna 25 tahun dan untuk suhu 168 0
Fahrenheit. Artinya pada suhu 1650F APO akan menyemprotkan air.
Kontrak dengan PTMB ditandatangai tanggal 3 Januari 2005 senilai Rp 381
miliar. PTMB adalah pemenang tender yang diikuti delapan peserta. Ururan kedua
terendah diajukan oleh PT ONeng dengan nilai Rp 399 miliar.
Ketika membaca brosur-brosur, Djujur mengetahui bahwa pada suhu 165 0F,
APO akan dapat memadamkan api yang masih kecil. Ia juga mengetahui bahwa
gudang di mana APO akan dipasang akan dijadikan gudang arsip backup berkasberkas komputer.
Djujur kemudian mengetahui bahwa spesifikasi kontrak diubah pada tanggal
1 Februari 2005. Seluruh APO-1650F yang terlanjur dipasang, diganti dengan APO2860F. PTMB menaksir biaya pengadaan dan pemasangan APO-286 0F, sebesar Rp
400 miliar. PTMB menulis kepada Lembaga Negara ini bahwa APO-165 0F sudah
terlanjur dipasang. Karena itu seluruh APO-165 0F harus dilepas kembali dan
dibesituakan. Baru sesudah itu APO-2860F dipasang.
Djujur mencurigai perubahan spesifikasi APO dalam waktu yang begitu
singkat. Ia menelepon seorang gurubesar dari Institut Teknologi Bandung untuk
menanyakan spesifikasi tersebut.
Pakar itu membenarkan untuk gudang arsip, sebaiknya APO-286 0F yang
dipasang; ini juga sesuai dengan standar ASEAN. Dengan APO ini, gedung arsip
tidak akan kebanjiran air, ketimbang memakai APO-165 0F. Dengan demikian
kerusakan arsip karena air dari APO tidak terlalu parah.
PTMB merampungkan pemasangan APO tanggal 25 Februari 2005. Berita
acara ini ditandatangai oleh Widodo Sanusi, manajer pengadaan di Lembaga
Negara tersebut. Djujur memutuskan untuk melihat langsung dilapangan.
Secara acak (random) ia memilih 50 APO yang sudah di pasang. Ia
menemuka 30 APO dengan tulisan 286 0F/2004 (2004 menandakan tahun
pembuatan), sedangkan 20 APO lainnya tertulis 165 0F/1985.
Berdasarkan informasi di atas, menurut anda:
1. Apakah sebaiknya Djudjur melanjutkan auditnya, khusus untuk memastikan
apakah ada fraud?
Sebaiknya Djujur melanjutkan auditnya untuk memastikan terjadinya
fraud. Karena dengan melanjutkan mengaudit akan menemukan kecurangankecurangan yang ada.
2. Apakah Djudjur sudah menemukan petunjuk awal adanya fraud?
Djujur menemukan petunjuk awal dengan meneukan pemasangan APO1650F/1985 sebanyak 20, sedangkan PTMB mengatakan akan membongkar
APO-1650F yang terlanjur terpasang dan akan diganti sesuai dengan
spesifikasi permintaan APO yang baru (APO-2860F).
3. Apabila Djudjur sudah menemukan petunjuk awal adanya fraud, apa bentuk
fraudnya?
DAFTAR PUSTAKA
Tuanakotta, T.M. (2007), Akuntansi Forensik dan Audit Investigatif, Lembaga
Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia (2007)