Anda di halaman 1dari 4

Pendahuluan

Delirium merupakan suatu kondisi akut penurunan perhatian dan disfungsi kognitif,
sindrom klinis yang umum, mengancam hidup. Penyakit ini umumnya terjadi pada individu
berusia 65 tahun atau lebih. prevalensi delirium secara keseluruhan hanya berkisar 1-2%,
namun prevalensi meningkat seiring bertambahnya umur, hingga 14% pada pasien berusia 85
tahun. Lebih lanjut, pada 10-30% pasien geriatri yang datang ke departemen gawat darurat,
delirium merupakan gejala yang menggambarkan kondisi membahayakan jiwa ( Young, J. &
Inouye, S.K., 2007 ).

Delirium bermula dengan tiba-tiba (dalam beberapa jam atau hari),


perjalanan yang singkat, dan berubah-ubah intensitinya (berfluktuasi) dan
pulih dengan cepat apabila

penyebabnya

dapat diidentifikasi dan

dihilangkan. Walaupun begitu setiap ciri-ciri ini boleh berbeda dari satu
penyakit kepada penyakit yang lain.
Definisi
Sindrom delirium dapat didefinisikan sebagai kegagalan otak akut yang berhubungan
dengan disfungsi otonom, disfungsi motorik, dan kegagalan homeostasis kompleks dan
multifaktorial, sering tidak terdiagnosis dan ditangani dengan buruk ( Wass, S., Webster,
P.J. & Nair, B.R., 2008 ).
Epidemiologi

Usia tua juga merupakan faktor risiko yang menyebabkan delirium. Lebih kurang 3040% pasien yang umurnya lebih dari 65 tahun mengalami satu episode delirium apabila
berada di bangsal perawatan. Faktor predispossi lain adalah usia muda seperti anak-anak,
adanya trauma sebelumnya pada otak (contohnya dementia, cardiovascular disease, tumour),
pernah mengalami delirium, ketergantungan pada alkohol, diabetes, kanker, kemerosotan
pacaindera (contohnya buta) dan malnutrisi (Kaplan HI, 1997).
Etiologi
Delirium mempunyai berbagai macam penyabab. Penyababnya bisa berasal dari penyakit
susunan saraf pusat, penyakit sistemik, intoksikasi akut (reaksi putus obat) dan zat toksik.
Penyabab delirium terbanyak terletak diluar sistem saraf pusat, misalnya gagal ginjal dan hati
(Kaplan HI, 1997).

Faktor predisposisi adalah pasien yang rentan terjadinya delirium antara lain usia lanjut,
gangguan neurologi, jenis kelamin laki-laki, gangguan sensorik, depresi, imobilitas, patah
tulang pinggul.

a. Umur
Salah satu faktor predisposisi yang paling penting adalah usia. Baik geriatri dan
populasi pediatrik berada pada risiko terjadinya delirium. Orang tua yang lebih
rentan untuk terjadinya delirium delirium karena berkurangnya cadangan kolinergik
yang diperlukan untuk memori, belajar, dan perhatian. Sedangkan pada usia anakanak delirium diakibatkan karena perkembangan otak struktural belum matang dan
berkembang.
b. Gangguan neurologis
Demensia merupakan faktor predisposisi utama untuk delirium, meta-analisis
menunjukkan relatif risiko. Pasien lansia dengan demensia memiliki risiko tinggi
terjadinya delirium bukan hanya diakibatkan karena penurunan asetikolin, tetapi
diakibatkan karena kematian sel-sel kolinergik pada nukleus basalis maynert sebagai
akibat dari proses penyakit.
c. Hip fraktur
Pasien patah tulang pinggul berada pada peningkatan risiko terjadinya delirium
karena trauma yang terkait dengan cedera dan perkembangan yang cepat untuk
rawat inap dan operasi, selain rasa sakit dan hilangnya fungsi. Yang paling umum
dari delirium pada pasien patah tulang pinggul dilaporkan akibat obat yang memiliki
efek sistem saraf pusat, infeksi, gangguan cairan elektrolit, metabolisme/gangguan
endokrin, proses intrakranial, kompromi cardiopulmonar dan/atau penarikan obat
dan penyebab sensorik/lingkungan.
d. Jenis Kelamin
Pada beberapa penelitian mengungkapkan bahwa laki-laki lebih banyak terkena
delirium dibandingkan dengan perempuan.
Patofisiologi
Patofisiologi delirium masih kurang dipahami. Namun faktor risiko yang
dijelaskan di atasdapat menjelaskan bahwa delirium akibat ketidakseimbangan antara
neurotransmiter.
a. Defisiensi kolinergik
Neuron kolinergik memainkan peran penting dalam kognisi dan memori.
Bukti dari studi elektroensefalografik dan farmakologis mendukung peran

defisiensi

kolinergik

dalam

genesis

delirium.

Penelitian

menunjukkan

elektroensefalografik delirium yang berhubungan dengan oksipital melambat , daya


puncak dan penurunan alpha, delta dan meningkatkan daya theta dan lambat
peningkatan rasio gelombang selama keadaan mengigau aktif. Jalur thalamo-kortikal
kolinergik bertanggung jawab untuk perhatian, kewaspadaan dan regulasi
kewaspadaan memodulasi dasar EEG alpha ritme. Di pusat bertindak antikolinergik
menghasilkan pola yang sangat mirip dengan yang elektroensefalografik temuan
dalam. Pada penelitian farmakologi telah menunjukan ada hubungan anatara delirium
dan obat antikolinergik.
b. Sistem neurotransmitter monoamine
Sistem neurotransmitter lain yang memiliki peran dalam patogenesis delirium adalah
sistem monoamine neurotransmitter dopamin , norepinefrin dan serotonin telah peran
dalam gairah dan siklus tidur-bangun, ketiganya memodulasi respon fisiologis
terhadap rangsangan dan memiliki peran balancing untuk kolinergik.
c. Cedera saraf, inflamasi, dan respon stress
Delirium diduga hasil dari peningkatan pelepasan proinflamasi sitokin dalam kasuskasus trauma, infeksi atau pembedahan. Sitokin proinflamasi dapat mempengaruhi
sintesis atau pelepasan asetilkolin, dopamin, noradrenalin dan serotonin, dan dengan
demikian meningkatkan risiko delirium..

Young, J. & Inouye, S.K., 2007. Delirium in older people. BMJ (Clinical research ed.),
334(7598), pp.8426. Available at: http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/17446616.
Wass, S., Webster, P.J. & Nair, B.R., 2008. review article Delirium in the Elderly: a review. ,
23(3), pp.150157. Available at: https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/22359704
Kaplan HI, Sadock BJ, Grebb JA: Sinopsis Psikiatri (Edisi Bahasa Indonesia), Edisi VII, Jilid
I, Binarupa Aksara, Jakarta, 1997: 505-514.
Kocabasoglu Nese, Karacetin Gul, Bayar Reha, Demi. A Review of the Etiology Delirium.
2012 . Available at: https://www.researchgate.net/publication/12844274_Druginduced_cognition_disorders_in_the_elderly_incidence_prevention_and_management
Inouye K Sharon. Delirium in Older Persons. The new england journal of medicine.
2006;354:1157-65. Avaliable at : http://www.nejm.org/doi/full/10.1056/NEJMra052321

Anda mungkin juga menyukai