Anda di halaman 1dari 9

LAPORAN PRATIKUM

KIMIA FISIK KI-2142

Percobaan A-1
Termokimia

Nama

: Wira Perdana Damanik

NIM

: 13714047

Kelompok

: 01

Asisten

: Mohammad Ahdiat

Tanggal Percobaan:
Rabu, 21 September 2016
Tanggal Pengumpulan Laporan:
Rabu, 05 Oktober 2016

LABORATORIUM KIMIA FISIK


PROGRAM STUDI KIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG
2016
Termokimia

I.

TUJUAN
Menentukan kapasitas kalor calorimeter dan H pembakaran naftalena dengan parr
adiabatik kalorimeter bom

II.

TEORI DASAR
Kalorimeter bom bekerja secara adiabatik dan isokhorik. Kalor yang dilepaskan pada
proses pembakaran di dalam kalorimeter bom akan menaikkan suhu kalorimeter dan dapat
dijadikan sebagai dasar penentuan kalor pembakaran.
Berdasarkan hukum Hess, Uk = UT+ U . Pada proses adiabatic, Uk= 0, sehingga U
=-C(T-T). Jika dalam percobaan sejumlah massa zat (m) terbakar dan menimbulkan kenaikan
suhu sebesar T, maka kalor pembakaran zat dapat dirumuskan :

Ut=

( C x T ) U 1U 2
Massa
Kapasitas kalor dapat ditentukan dari pembakaran zat yang diketahui kalor

pembakarannya.

C=
III.

( Ut x Massa Asam Benzoat )U 1U 2


T

DATA PENGAMATAN

A. Asam benzoat.
Massa

= 0,97 gram

Sisa kawat

= 5 cm

Volume Na2CO3

= 6,8 mL

Temperatur (0C)
25,92
27,87
28,29
28,41
28,44
28,46
28,46
28,47

Waktu (menit)
0
1
2
3
4
5
6
7

28,47
28,47

8
9

B. Naftalena.
Massa

= 0,99 gram

Sisa kawat

= 5,6 cm

Volume Na2CO3

= 12,5 mL

Temperatur (0C)
26,23
29,00
28,83
30,02
30,09
30,10
30,11
30,11
30,11

IV.

Waktu (menit)
0
1
2
3
4
5
6
7
8

PENGOLAHAN DATA

1. Penentuan kapasitas kalor kalorimeter bom.


A) Penentuan T.
T

= (T-T)
= (28,47-25,92)0C
= 2,55 0C
= 2,55 K

B) Penentuan faktor koreksi asam nitrat (U1).


U1

Volume Titrasi Asam Benzoat x -1 kal/mL

= 6,8 mL x -1kal/mL
= -6,8 kal

C) Penentuan faktor koreksi pembakaran kawat (U2).


U2

l x (-2,3) kal/cm

= (12 5) cm x (-2,3) kal/cm


= -16,1 kal

D) Penentuan kapasitas kalor kalorimeter bom.


C x T = -UT x (massa asam benzoat) + U1 + U2
C x 2,55 K = -(-6318 kal/gram) x (0,97 gram) + (-6,8 kal) + (-16,1 kal)
C x 2,55 K = 6105,56 kal
C = 2394,337 kal/K

2. Penentuan kalor pembakaran naftalena.


A) Penentuan T.
T

= (T-T)
= (30,11-26,23)0C
= 3,88 0C
= 3,88 K

B) Penentuan faktor koreksi asam nitrat (U1).


U1

Volume Titrasi Naftalena x -1 kal/mL

= 12,5 mL x -1kal/mL

= -12,5 kal

C) Penentuan faktor koreksi pembakaran kawat (U2).


U2

l x (-2,3) kal/cm

= (12 5,6) cm x (-2,3) kal/cm


= -14,72 kal

D) Penentuan UT Naftalena.

U T

CxT (U 1 U 2 )
m Naftalena

2394,337 kal / Kx3,88 K (( 12,5kal) (14,72kal))


0,99 gram
9386,108kal / gram

E) Penentuan entalpi Naftalena.


HT = UT + (nRT)
n

= massa naftalena/Mr naftalena


= 0,99/128,18
=

(nRT)/m

7,723 x 10-3 mol

= (7,723 x 10-3 mol x 1,987 kal/Kmol x (273+3,88)K)/0,99


= 4,292 kal/gram

HT = UT + (nRT)

= (-9386,108 + 4,292) kal/gram


= -9381,816 kal/gram

3. Penentuan galat pembakaran.


Untuk menentukan besar galat, maka kita gunakan persamaan dibawah ini.

% Kesalahan

Hliteratur - H T
x100%
Hliteratur

% Kesalahan

9610,35kal / gram (9381,816kal / gram)


x100%
9610,35kal / gram

2,3%
V.

PEMBAHASAN

Kalorimeter bom merupakan suatu alat yang banyak di gunakan untuk penentuan nilai kalor
bahan padat dan cair. Pengukuran calorimeter bom dilakukan pada kondisi volume konstan tanpa aliran
atau dengan kata lain reaksi pembakaran di lakukan tanpa menggunakan nyala api melainkan
menggunakan gas oksigen sebagai pembakar dengan volume konstan atau dengan tegangan yang tinggi.
Prinsip kerjanya ialah contoh bahan bakar yang akan di ukur dimasukan kedalam benjana logam yang
kemudian di isi oksigen pada tekanan tinggi. Bom itu ditempatkan di dalam bejana berisi air dan bahan
bakar itu di nyalakan dengan sambungan listrik dari luar. Suhu di ukur sebagai fungsi waktu setelah
penyalaan. Pada saat pembakaran suhu bom tinggi oleh karena itu keseragaman suhu air di sekeliling
bom harus di jaga dengan suatu pengaduk. Selain itu dalam beberapa hal tertentu diberikan pemanasan
dari luar melalui selubung air untuk menjaga supaya suhu seragam agar kondisi bejana air adiabatik.
Kalorimeter bom memiliki hasil yang lebih teliti jika dibandingkan dengan calorimeter
sederhana. Hal ini dikarenakan calorimeter bom dirancang khusus sehingga benar-benar pada kondisi
yang terisolasi. Sistem reaksi di dalam kalorimeter dilakukan benar benar terisolasi sehingga kenaikan
atau penurunan suhu yang terjadi benar benar hanya digunakan untuk menaikan suhu air di dalam
kalorimeter bom .

Terbentuknya asam nitrat karena reaksi diatas juga memerlukan energi. Oleh karena itu dalam
perhitungan terdapat penentuan faktor koreksi terhadap pembentukan asam nitrat. Selain itu, dalam
proses pembakaran juga terjadi reaksi pembakaran kawat, sehingga perlu ditentukan juga kalor
pembakaran kawat yang diperlukan dari jumlah total kalor reaksi pembakaran sampel. Asam nitrat yang
terbentuk dititrasi oleh larutan Na2CO3 dengan menggunakan metil merah sebagai indikator. Metil merah
akan berwarna merah dalam asam dan kuning dalam basa. Pada percobaan, sebelum titrasi dimulai,
warna larutan telah menguning. Artinya dalam larutan sisa pembakaran suasananya telah basa, sehingga
dapat disimpulkan tidak ditemukan adanya asam nitrat.

Nilai H (kalor pembakaran) sampel keripik hasil eksperimen dengan nilai H sampel keripik
yang tertera pada kemasan memiliki perbedaan atau galat. Galat ini dapat disebabkan oleh beberapa
faktor antara lain :
- ketidaktelitian saat pembacaan dan penentuan suhu konstan maupun suhu awal, sehingga nilai nilai
dalam perhitungan juga ikut salah
- kesalahan saat penimbangan massa asam benzoat, sehingga menyebabkan kesalahan pada perhitungan
nilai kapasitas kalor kalorimeter
- ketidaktelitian pengukuran panjang kawat sebelum terbakar maupun setelah terbakar, karena
keritingnya kawat, sehingga factor koreksi juga menjadi salah.

VI.

KESIMPULAN
Dari percobaan siperoleh kapasitas kalorimter om 2394,337 kal/K dan diperoleh

H pembakaran naftalena -9381,816 kal/gram


VII.

DAFTAR PUSTAKA
1. Atkins, P. W. dan Julio De Paulia, Physical Chemistry, ed. 8th, 2006.
2. Milone, M.; Rossignoli, P., Sul calore di combustione di alcune miscele di composti
organici, Gazz. Chim. Ital., 1932, 62, 644-655

Pertanyaan:
1. Apakah perbedaan
2. Mengapa

dengan

U ?

pada persamaan 1 sama dengan nol?

3. Turunkan Persamaan 5!
4. Perkirakan kalor pembakaran naftalena dari ikatan dan data lain dari literatur.
Jawaban:
1.

merupakan selisih perubahan energi reaksi akhir dengan awal pada sistem

terbuka sedangkan

adalah perubahan energi dalam reaksi akhir dengan reaksi

awal dengan sistem tertutup.


2. Karena proses yang berlangsung adiabatik dimana tidak ada kalor keluar masuk sistem
lingkungan.
3.

H=E+ PV

dH=dE+dPV

dimana PV=nRT

dH=dE+dnRT

dH = dE+ dnRT
H 2H 1=E 2E 1+ ( n 2n1 ) RT
H= E+ nRT
4. Hasil ekperimen : -9381,816 kal/gram
Energi Ikatan:

+ 12(O=O)

10(O=C=O) + 4(H-O-H)

H=EIreaktanEIproduk

H=5 ( C=C ) +8 ( CH )+ 6 ( CC ) +12 ( O=O )[10.2 ( C=O ) +4.2 ( HO ) ]


H=4111kJ /mol

Anda mungkin juga menyukai