negara yang diletakkan kembali kepada pelaksanaan Pancasila dan UUD 1945
secara murni dan konsekuen. Dengan kata lain, Orde Baru adalah suatu orde
yang mempunyai sikap dan tekad untuk mengabdi pada kepentingan rakyat dan
nasional dengan dilandasi oleh semangat dan jiwa Pancasila serta UUD 1945.
Lahirnya Orde Baru diawali dengan dikeluarkannya Surat Perintah 11 Maret
1966. Dengan demikian Surat Perintah 11 Maret (Supersemar) sebagai tonggak
lahirnya Orde Baru.
Kondisi Ekonomi Pada Masa Orde Baru Kondisi Ekonomi Indonesia Pada Awal
Masa Orde Baru Pada masa awal Orde Baru. Pembangunan ekonomi di Indonesia
maju pesat. Mulai dari pendapatan perkapita, pertanian, pembangunan
infrastruktur,dll.
Saat permulaan Orde Baru program pemerintah berorientasi pada usaha
penyelamatan ekonomi nasional terutama pada usaha mengendalikan tingkat
inflasi, penyelamatan keuangan negara dan pengamanan kebutuhan pokok
rakyat. Tindakan pemerintah ini dilakukan karena adanya kenaikan harga pada
awal tahun 1966 yang menunjukkan tingkat inflasi kurang lebih 650 % setahun.
Hal itu menjadi penyebab kurang lancarnya program pembangunan yang telah
direncanakan pemerintah. Setelah itu di keluarkan ketetapan MPRS No.XXIII/
MPRS/1966 tentang Pembaruan Kebijakan ekonomi, keuangan dan
pembangunan. Lalu Kabinet AMPERA membuat kebijakan mengacu pada Tap
MPRS tersebut adalah sebagai berikut.
1)Mendobrak kemacetan ekonomi dan memperbaiki sektor-sektor yang
menyebabkan kemacetan,
seperti :
arendahnya
penerimaan negara
btinggi
operasi pajak
b.Cara pemungutan pajak baru bagi pendapatan perorangan dan kekayaan
dengan menghitung pajak sendiri dan menghitung pajak orang. Pemerintah lalu
melakukan Pola Umum Pembangunan Jangka Panjang (25-30 tahun) dilakukan
secara periodik lima tahunan yang disebut Pelita(Pembangunan Lima Tahun).
Pelita berlangsung dari Pelita I-Pelita VI. 1. Pelita I(1 April 1969 31 Maret 1974)
Sasaran yang hendak di capai pada masa ini adalah
pangan, sandang, perbaikan prasarana, perumahan rakyat, perluasan lapangan
kerja, dan kesejahteraan rohani. Pelita I lebih menitikberatkan pada sektor
pertanian.
Keberhasilan dalam Pelita I yaitu: a. Produksi beras mengalami kenaikan ratarata 4% setahun.
b. Banyak berdiri industri pupuk, semen, dan tekstil.
c. Perbaikan jalan raya.
d. Banyak dibangun pusat-pusat tenaga listrik.
e. Semakin majunya sektor pendidikan.
2. Pelita II(1 April 1974 31 Maret 1979) Sasaran yang hendak di capai pada
masa ini adalah pangan, sandang, perumahan, sarana dan prasarana,
mensejahterakan rakyat, dan memperluas lapangan kerja . Pelita II berhasil
meningkatkan pertumbuhan ekonomi rata-rata penduduk 7% setahun. Perbaikan
dalam hal irigasi. Di bidang industri juga terjadi kenaikan produksi. Lalu banyak
jalan dan jembatan yang di rehabilitasi dan di bangun.
3.Pelita III(1 April 1979 31 Maret 1984) Pelita III lebih menekankan pada Trilogi
Pembangunan. Asas-asas pemerataan di tuangkan dalam berbagai langkah
kegiatan pemerataan, seperti pemerataan pembagian kerja, kesempatan kerja,
memperoleh keadilan, pemenuhan kebutuhan sandang, pangan, dan
perumahan,dll
4. Pelita IV(1 April 1984 31 Maret 1989) Pada Pelita IV lebih dititik beratkan
pada sektor pertanian menuju swasembada pangan dan meningkatkan industri
yang dapat menghasilkan mesin industri itu sendiri. Hasil yang dicapai pada
Pelita IV antara lain. a. Swasembada Pangan. Pada tahun 1984 Indonesia berhasil
memproduksi beras sebanyak 25,8 ton. Hasil-nya Indonesia berhasil
swasembada beras. kesuksesan ini mendapatkan penghargaan dari
FAO(Organisasi Pangan dan Pertanian Dunia) pada tahun 1985. hal ini
merupakan prestasi besar bagi Indonesia.Selain swasembada pangan, pada
Pelita IV juga dilakukan Program KB dan Rumah untuk keluarga.
5. Pelita V(1 April 1989 31 Maret 1994)
Pada Pelita V ini, lebih menitik beratkan pada sektor pertanian dan industri untuk
memantapakan
swasembada pangan dan meningkatkan produksi pertanian lainnya serta
menghasilkan barang ekspor. Pelita V adalah akhir dari pola pembangunan
jangka panjang tahap pertama.
mengubah kebijakan luar negeri dan dalam negeri dari jalan yang ditempuh
Soekarno pada akhir masa jabatannya.[rujukan?] Salah satu kebijakan pertama
yang dilakukannya adalah mendaftarkan Indonesia menjadi anggota PBB lagi.
Indonesia pada tanggal 19 September 1966 mengumumkan bahwa Indonesia
"bermaksud untuk melanjutkan kerjasama dengan PBB dan melanjutkan
partisipasi dalam kegiatan-kegiatan PBB", dan menjadi anggota PBB kembali
pada tanggal 28 September 1966, tepat 16 tahun setelah Indonesia diterima
pertama kalinya.[rujukan?] Pada tahap awal, Soeharto menarik garis yang sangat
tegas. Orde Lama atau Orde Baru. Pengucilan politik - di Eropa Timur sering
disebut lustrasi - dilakukan terhadap orang-orang yang terkait dengan Partai
Komunis Indonesia. Sanksi kriminal dilakukan dengan menggelar Mahkamah
Militer Luar Biasa untuk mengadili pihak yang dikonstruksikan Soeharto sebagai
pemberontak. Pengadilan digelar dan sebagian dari mereka yang terlibat
"dibuang" ke Pulau Buru. Sanksi nonkriminal diberlakukan dengan pengucilan
politik melalui pembuatan aturan administratif. Instrumen penelitian khusus
diterapkan untuk menyeleksi kekuatan lama ikut dalam gerbong Orde Baru. KTP
ditandai ET (eks tapol).[rujukan?] Orde Baru memilih perbaikan dan
perkembangan
ekonomi sebagai tujuan utamanya dan menempuh
kebijakannya melalui struktur administratif yang
didominasi militer. DPR dan MPR tidak berfungsi secara efektif. Anggotanya
bahkan seringkali dipilih
dari kalangan militer, khususnya mereka yang dekat dengan Cendana.[rujukan?]
Hal ini mengakibatkan aspirasi rakyat sering kurang didengar oleh pusat.
Pembagian PAD juga kurang adil karena 70% dari
PAD tiap provinsi tiap tahunnya harus disetor
kepada Jakarta, sehingga melebarkan jurang pembangunan antara pusat dan
daerah.[rujukan?] Soeharto siap dengan konsep pembangunan yang
diadopsi dari seminar Seskoad II 1966 dan konsep
akselerasi pembangunan II yang diusung Ali Moertopo.[rujukan?] Soeharto
merestrukturisasi politik dan ekonomi dengan dwi tujuan, bisa
tercapainya stabilitas politik pada satu sisi dan
pertumbuhan ekonomi di pihak lain. Dengan
ditopang kekuatan Golkar, TNI, dan lembaga pemikir serta dukungan kapital
internasional, Soeharto
mampu menciptakan sistem politik dengan tingkat
kestabilan politik yang tinggi. Eksploitasi sumber daya Selama masa
pada akhir Pelita I inflasi berhasil ditekan menjadi 47%. Dan pada tahun keempat
Pelita II inflasi turun menjadi 9,5%.[rujukan?] Pelita III Pelita III dilaksanakan pada
tanggal 1 April 1979 sampai 31 Maret 1984.[rujukan?] Pelaksanaan Pelita III
masih berpedoman pada Trilogi Pembangunan,
dengan titik berat pembangunan adalah pemerataan
yang dikenal dengan Delapan Jalur Pemerataan. Pelita IV Pelita IV dilaksanakan
tanggal 1 April 1984 sampai 31 Maret 1989. Titik berat Pelita IV ini adalah sektor
pertanian untuk menuju swasembada pangan, dan
meningkatkan industri yang dapat menghasilkan mesin industri sendiri. Dan di
tengah berlangsung pembangunan pada Pelita IV ini yaitu awal tahun 1980
terjadi resesi.[rujukan?] Untuk mempertahankan kelangsungan pembangunan
ekonomi, pemerintah mengeluarkan kebijakan
moneter dan fiskal. Dan pembangunan nasional
dapat berlangsung terus. Pelita V Pelita V dimulai 1 April 1989 sampai 31 Maret
1994. Pada Pelita ini pembangunan ditekankan pada
sector pertanian dan industri. Pada masa itu kondisi
ekonomi Indonesia berada pada posisi yang baik,
dengan pertumbuhan ekonomi sekitar 6,8% per tahun.[rujukan?] Posisi
perdagangan luar negeri memperlihatkan gambaran yang menggembirakan.
Peningkatan ekspor lebih baik dibanding
sebelumnya. Pelita VI Pelita VI dimulai 1 April 1994 sampai 31 Maret 1999.
Program pembangunan pada Pelita VI ini ditekankan
pada sektor ekonomi yang berkaitan dengan
industri dan pertanian, serta peningkatan kualitas
sumber daya manusia sebagai pendukungnya.
Sektor ekonomi dipandang sebagai penggerak pembangunan.[rujukan?] Namun
pada periode ini terjadi krisis moneter yang melanda negara-negara Asia
Tenggara termasuk Indonesia. Karena krisis moneter dan peristiwa politik dalam
negeri yang
mengganggu perekonomian telah menyebabkan
proses pembangunan terhambat, dan juga
menyebabkan runtuhnya pemerintahan Orde Baru. Warga Tionghoa Warga
keturunan Tionghoa juga dilarang berekspresi. Sejak tahun 1967, warga
keturunan