Anda di halaman 1dari 69

BAB I

PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Perkembangan industri yang berkembang dengan pesat, akan menuntut
penyediaan energi yang cukup besar pula, terlebih lagi pada Negara-negara
berkembang. Salah satu bentuk energi yang paling dibutuhkan manusia sekarang ini
adalah energi listrik. Manusia membutuhkan energi listrik untuk keperluan rumah
tangga, industri, transportasi dan lain-lain. Kehidupan Manusia dari dulu sampai
sekarang yang terus berkembang dan semakin kompleks selalu diiringi dengan
kebutuhan energi yang semakin meningkat. Energi listrik yang besar serta
penggunaannya secara terus-menerus tidak tersedia secara alami di alam ini. Oleh
sebab itu dibutuhkan suatu alat yang dapat mengubah energi listrik dari bentuk lain
menjadi energi listrik.
Untuk memenuhi kebutuhan energi listrik yang terus meningkat tersebut
diperlukan pembangunan berbagai stasiun pembangkitan tenaga listrik. Pembangkit
tenaga listrik tersebut dapat berupa PLTU (Pembangkit Listris Tenaga Uap), PLTGU
(Pembangkit Listrik Tenaga Gas Dan Uap), PLTD (Pembangkit Listrik Tenaga
Diesel), PLTG (Pembangkit Listrik Tenaga Gas) dan lain-lain.
Dalam Memenuhi kebutuhan tenaga listrik yang semakin meningkat di
Propinsi Riau Khususnya maka PT. PLN (Persero) menggandeng PT. Riau Power
dalam hal penyediaan Tenaga listrik. PT. Riau Power adalah Badan Usaha Milik
Daerah (BUMD) Propinsi Riau yang bergerak dibidang pembangkitan tenaga listrik
yang dioperasikan oleh PT. Dalle Energy dan dibangun untuk mengantisipasi
kekurangan daya PLN khususnya diwilayah Pekanbaru Hal ini merupakan disiplin
ilmu teknik elektro dibagian listrik. Seiring dengan kemajuan teknologi penyediaan
tenaga listrik tersebut maka dibutuhkan sumber daya manusia yang kompeten
dibidangnya.

Dalam rangka meningkatkan sumber daya manusia, maka Jurusan Teknik


Elektro Universitas Lancang Kuning sebagai sebuah institusi pendidikan di Propinsi
Riau mewajibkan setiap mahasiswa/i untuk melaksanakan kerja praktek di berbagai
dunia usaha dan industri terkait, sesuai dengan konsentrasi ilmu yang dipelajari.
Dengan pelaksanaan langsung dilapangan, maka mahasiswa dapat membandingkan
antara pengetahuan yang didapat di bangku perkuliahan dengan pengaplikasiannya
dilapangan. Selain itu, mahasiswa juga dapat menambah pemahaman atas ilmu-ilmu
yang telah didapat didunia industri.
Kerja Praktek merupakan salah satu sistem interaksi yang dilakukan antara
bidang pendidikan dan industri. Kerja Praktek disini berupa partisipasi aktif
mahasiswa dalam mengamati,

meneliti dan menganalisa serta melakukan

keterampilan tertentu dalam ruang lingkup pengawasan dan penilaian oleh dunia
industri terkait. Dengan adanya kerja praktek akan terjadi proses saling memberi dan
menerima kedua belah pihak, baik bagi dunia pendidikan maupun bagi dunia industri
terkait. Sedangkan bagi mahasiswa yang melaksanakannya, kerja praktek akan
memberi manfaat dan dampak positif untuk kemajuan dan penambahan keterampilan
dan ilmu pengetahuan dilapangan.
1.2. Tujuan Kerja Praktek
Pelaksanaan Kerja Praktek ini bertujuan untuk :
1. Sebagai syarat untuk melengkapi mata kuliah Kerja Praktek yang berjumlah 2
(dua) SKS di Jurusan Teknik Elektro Fakultas Teknik Universitas Lancang
Kuning.
2. Melihat dan membandingkan hal hal yang telah diterima dibangku kuliah dengan
aplikasi yang ada dilapangan.
3. Menghasilkan Mahasiswa yang cekatan dan terampil, mampu mengerti dan
memahami tentang dunia kerja.
4. Menambah wawasan dan pengetahuan Teknolagi secara umum dan teknik
ketenagalistrikan serta penerapannya di dunia industri.
2

5. Mampu bekerjasama dan bersosialisasi selama ada di dunia industri atau di


lapangan.
1.3. Manfaat Kerja Praktek
Manfaat yang akan didapatkan dari kerja praktek adalah:
1. Kerja Praktek ini dapat menambah wawasan serta pengetahuan tentang aplikasi
sistem ketenagalistrikan dilapangan.
2. Mahasiswa dapat melihat secara langsung bagian-bagian dari unit pembangkit
yang selama ini hanya dilihat secara teoritis dibangku perkuliahan.
3. Memperoleh pengalaman kerja tentang proses pembangkitan tenaga listrik di
PLTG Riau Power Pekanbaru.
4. Memperoleh pengalaman service Maintenance Combustion Inspection (CI) pada
PLTG Riau Power.
1.4. Ruang Lingkup dan Batasan Masalah
Penulis melakukan pengamatan pada Pembangkit Listrik Tenaga Gas
(PLTG) Teluk Lembu milik PT. Riau Power Pekanbaru Dan membatasi pengamatan
pada Sistem Sinkronisasi Unit PLTG Riau Power dengan Gardu Induk Teluk Lembu.
1.5. Waktu Pelaksanaan
Kerja Praktek ini dilaksanakan selama 2 Bulan (Dua) bulan yang dimulai
pada tanggal 25 Agustus sampai dengan 25 Oktober 2014.
1.6. Teknik Pengumpulan Data
1. Melakukan pengamatan langsung dan pengambilan gambar terhadap Pekerjaan
yang dilakukan serta ikut terlibat di dalam kegiatan kerja karyawan PT. Riau
Power.
2. Melakukan wawancara dan diskusi secara langsung dengan pihak-pihak yang
dapat memberikan masukkan data yang berhubungan dengan laporan kerja praktek
yang dibuat.

3. Melakukan pengecekan dari data yang didokumentasikan oleh PLTG Riau Power
Teluk Lembu.
1.7. Sistematika Penulisan Laporan
Sistem penulisan laporan Kerja Praktek ini penulis susun sedemikian rupa
sehingga diharapkan dapat memudahkan bagi para pembaca dalam mendapat
gambaran dan memahami tentang sesuatu hal yang berkaitan dengan Kerja Praktek
yang penulis lakukan. Sistematika laporannya di bagi menjadi beberapa Bab yang
masing masing Babnya berisikan tentang hal hal sebagai berikut:
BAB I

PENDAHULUAN
Pada bagian ini dijelaskan latar belakang, tujuan kerja praktek, waktu
dan tempat kerja praktek, metode pengumpulan data dan sistematika
penulisan laporan kerja praktek.

BAB II

GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN


Bab ini berisi tentang sejarah Pembangkit Listrik Tenaga Gas (PLTG)
Teluk Lembu, milik PT. Riau Power Pekanbaru, Struktur Organisasi,
Tugas, dan wewenang Struktur Organisasi PLTG Riau Power Teluk
Lembu Pekanbaru.

BAB III

TINJAUN PUSTAKA
Bab ini menerangkan mengenai sistem Pembangkitan Energi Listrik
Tenaga Gas, Jenis Pusat Pembangkitan, Sistem Interkoneksi, deskripsi
Proses PLTG, komponen Utama PLTG, komponen pendukung PLTG,
Perawatan dan Maintenance Repair and Operation.

BAB IV

PEMBAHASAN
Bab ini menerangkan mengenai Sistem Sinkronisasi Unit PLTG Riau
Power Dengan Gardu Induk Teluk Lembu serta komponen
pendukungnya.

BAB V

PENUTUP
Berisikan tentang kesimpulan dan saran.

DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
1. Catatan Kegiatan Harian Kerja Praktek (Logbook)
2. Absensi Kerja Praktek
3. Curriculum Vitae Pembimbing Lapangan
4. SK Pembimbing Kerja Praktek
5. Surat tanda terima untuk melakukan Kerja Praktek di Instansi atau Perusahaan
6. Surat tanda telah menyelesaikan Kerja Praktek di Instansi atau Perusahaan
7. Data data lapangan yang didapatkan

BAB II
GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN
2.1 Gambar Umum Perusahaan
2.1.1 Sejarah dan Perkembangan Pembangkit Listrik Tenaga Gas Teluk Lembu.
Pembangkit Listrik Tenaga Gas atau PLTG Teluk Lembu adalah Perusahaan
Pembangkit Listrik Swasta milik PT. Riau Power dan dioperasikan oleh PT. Dale
Energy. Proses Kontruksi PLTG teluk lembu dari tahun 2004 dan beroperasi sejak
tahun 2007. Keterlambatan penyelesaian kontruksi hingga masa operasi disebabkan
oleh bencana alam Tsunami tahun 2004 yang lalu. PLTG Teluk Lembu mempunyai
kapasitas daya 1 x 20 MW dan beroperasi untuk memikul beban dasar atau base load
karena pertimbangan harga bahan bakar yang murah.
PLTG Teluk Lembu tergolong unit masa start-nya singkat yaitu sekitar 15
menit yang mana PLTG Teluk Lembu di start menggunakan pasokan daya dari luar
karena menggunakan motor AC sebagai penggerak awalnya (Prime mover). Turbin
gas dikopel melalui Load Gear dengan generator singkron 11 kV dan daya output nya
disalurkan ke switchyard (Gardu Induk) 20 kV milik PLN. Melalui kabel tanah (
) sepanjang 325 meter setelah melewati trafo step-up/step
down 11 kV/20 kV. PLTG Teluk Lembu menyuplai kebutuhan listrik untuk
Pekanbaru dan interkoneksi dengan sistem PLN 20 kV.
Untuk melayani keperluan peralatan bantu, PLTG Teluk Lembu mempunyai
trafo pemakaian sendiri dengan daya 1000 kVA. Sisi tegangan tinggi trafo pemakaian
sendiri dihubungkan ke switch gear 11 kV melalui kabel berisolasi.
Kapasitas pembangkit PLTG Teluk Lembu Pekanbaru yang saat ini sebesar 1
x 20 MW masih dapat dikembangkan dengan pemanfaatan gas buang/exhaust
PLTGU untuk membangkitkan turbine uap Combined Cycle dengan kapasitas 1 x 10
MW. Ketersediaan gas sebagai bahan bakar PLTG masih dapat ditingkatkan yang di
suplay langung melalui PT. Kalila.

2.1.2. Visi, Misi, dan Motto


Visi Perusahaan :
Diakui sebagai perusahaan kelas Nasional yang Bertumbuh-kembang,
Unggul dan Terpercaya dengan bertumpu pada Potensi Daerah.
Misi Perusahaan :
Menjalankan bisnis kelistrikan dan bidang lain yang terkait,
berorientasi pada kepuasan pelanggan, anggota perusahaan, dan

pemegang saham.
Menjadikan tenaga listrik sebagai media untuk meningkatkan

kualitas kehidupan masyarakat.


Mengupayakan agar tenaga listrik menjadi pendorong kegiatan

ekonomi.
Menjalakan kegiatan usaha yang berwawasan lingkungan.

Motto Perusahaan :
Listrik Untuk Riau

Gambar 2.1 Foto awal rekontruksi PT. Riau Power Pekanbaru


2.2. Struktur Organisasi, Tugas, dan Wewenang
2.2.1. Skema Struktur
7

Gambar 2.2 Struktur Organisasi


2.2.2. Tugas dan Wewenang
1. Site Manager
Bertanggung jawab atas pelaksanaan pengelolaan usaha Pembangkit Listrik
Tenaga Gas dan ketenaga listrikan secara efesien dan efektif yang meliputi :

Perencanaan pembangkitan tenaga listrik.


Keuangan, SDM & Administrasi
Membina hubungan kerja kemitraan & komuikasi yang efektif guna

menjaga citra perusahaan.


Serta melakukan pembinaan terhadap unit asuhannya.
Untuk melaksanakan tugas pokok sebagaimana diatas tersebut, manager
mempunyai fungsi :
Menyusun program kerja sebagai pedoman kerja.
Mengelola fungsi perencanaan yang meliputi perencanaan sistem dan

kontruksi serta teknologi informasi.


Mengelola fungsi keuangan meliputi pengendalian anggaran dan

keuangan, pengawasan pendapatan serta akutansi.


Mengelola SDM dan Administrasi yang meliputi

Kesekretariatan.
Mengevaluasi dan menganalisis semua laporan, baik yang bersifat rutin
maupun berkala.

SDM

dan

Mengelola hubungan dengan mitra kerja, lembaga pemerintahan, swasta,

tokoh masyarakat serta media massa.


3. Administration
Organizing (pengorganisasian)
menyusun dan membentuk hubungan kerja antar pribadi ataupun
kelompok, sehingga terwujud suatu kesatuan usaha dalam menempuh

tujuan yang sudah ditetapkan.


Staffing (kepegawaian)
kepegawaian mempunyai fungsi

yang

sangat

penting

dimana

kepegawaian adalah pengisian sesuatu bidang atau unit dengan personal

yang akan melaksanakan tugas kegiatannya.


Directing (pengarahan)
Memberikan pengarahan sebagai penjelasan,

petunjuk,

serta

pertimbangan dan bimbingan terhadap para petugas yang terlibat, baik


secara struktural maupun fungsional agar pelaksanaan tugas dapat

berjalan dengan lancar.


Coordinating (pengkoordinasian)
Budgeting (Penganggaran)
Motivating (Pergerakan)

4. Supervisor
Membimbing dan membina Operator, Petugas keamanan dan cleaning

service sesuai kewenagannya.


Merencanakan dan menyusun jadwal shift operator, petugas keamanan

dan cleaning service.


Melakukan perbaikan instalasi maupun non instalasi sesuai batas

kewenagan.
Menjaga kesinambungan data historis operasi dan peralatan.
Sebagai pengawas manufer disetiap kegiatan operasi dan pemeliharaan

serta melakukan SOP.


5. Operator
Memonitor kondisi instalasi dan komponen-komponen pembangkit listrik
tenaga gas (PLTG) menggunakan penglihatan, penciuman, pendengaran,
dan alat ukur yang ada.

Mencatat parameter-parameter yang telah ditetapkan untuk mengetahui

performance dari mesin.


Mencatat dan melaporkan hasil produksi kWH Riau Power dari gardu

induk Teluk Lembu ke supervisor.


Mencatat dan melaporkan kesupervisor ketidak normalan peralatan dan
kegiatan yang merugikan atau membahayakan peralatan di lokasi PLTG.

6. Maintenance
Memonitor kondisi dan komponen pembangkit gas (PLTG) dan
melakukan perawatan jika terjadi hal yang tidak sesuai dengan kinerja

pembangkit.
Melakukan perawatan pada komponen-komponen PLTG yang bekerja

tidak normal.
Selalu siaga jika terjadi gangguan.

7. Cleaning Service
Membersihkan dan menjaga kenyamanan luar dan dalam kantor.
Menyediakan Konsumsi dan Keperluan lain dalam kantor.
Bertanggung jawab terhadap kebersihan lingkungan kantor dan PLTG.
8. Security
Menjaga Keamanan dan Kenyamanan dilingkungan PT. PLTG Riau

Power.
Memastikan tidak terjadinya hal-hal yang tidak di inginkan dilingkungan

Pembangkit.
Melaporkan setiap situasi kejadian yang terjadi kepada suoervisor

2.2.3 Bidang kerja PT. Riau Power


PT. Riau Power yang bergerak dibidang Pembangkit Listrik Bertenaga Gas
(PLTG) hanya mempunyai satu pembangkit atau satu turbin, turbin ini beroperasi 24
jam selama 2,2 tahun. Adapun bidang kerja di PT. Riau Power adalah :
1. Memelihara performance mesin yang selama ini beroperasi, 3 orang
maintenance bekerja setiap hari, melakukan pengecekan pada komponen2.

komponen dari sistem pembangkit.


Produk yang dihasilkan oleh PT. Riau Power ini dalam bentuk daya atau
arus listrik sebesar 20 MW perjam nya. Kualitas dan kapasitas produk

10

dikontrol dan direkap dalam bentuk laporan yang dilakukan setiap satu
jam sekali, untuk menjaga agar produk tetap terjaga 20 mega watt, dalam
hal ini dilakukan oleh operator, bertugas mencatat parameter-parameter
yang mempengaruhi kualitas produk diruang kontol. Seperti naik dan
turunnya temperatur, getaran-getaran pada mesin yang beroperasi,
konsumsi bahan bakar, naik turunnya produk yang dihasilkan. Satu shift
operator berjumlah 3 orang, bekerja dari jam 7 pagi hingga jam 7 malam,
dan ganti shift jam 7 malam, bekerja hingga jam 7 pagi, mereka bekerja
3.

sebanyak 20 hari dalam satu bulan.


Laporan tiap jam di serahkan kepihak kantor untuk direkap dan dianalisis
oleh ahli mekanik dan elektrik.

Bidang Kerja PT. Riau Power (PLTG)

Perjam
Mencatat
parameterparameter yang telah
ditetapkan
untuk
mengetahui
performance dari mesin

Harian
Pengecekan
dan
pembersihan
water
cooling
system
Pengecekan
dan
pembersihan Oil
coolng system
Pengecekan
dan
analisis produksi
setiap jam 10 per
hari

Tahunan
Over
haul
seluruh
komponen-komponen
pembangkit, terutama
rotor turbin seperti
membersihkan,
mengganti komponen
yang
rusak,
pemasangan,
pembongkaran dan lainlain.

Gambar 2.2 Bidang Kerja PT. Riau Power (PLTG)

11

2.3. Sistem Kelistrikan

12

Gambar 2.3 Single Line Diagram Sistem Kelistrikan PLTG Riau Power
Gambaran Khusus Sistem Kelistrikan :
1. Sistem Langsung terhubung dengan Sistem 20 kV PLN GI melalui PMT Riau
Power GI Teluk Lembu.
2. Panjang Pengantar yang dipakai yaitu 325 meter ( 9x1 cx240

) Kabel

N2XSY.
3. Trafo Step UP/Step Down 20/11 kV, 25 MVA.
4. Trafo Auxillary 11 kV/400 V, 1000 kVA. (
5. Buss 400 V (380 V) Load Centre.
Pada Buss 400 V (380 V) Load Center terdapat 4 saluran pemakaian daya
sendiri yaitu :
1. MCC Indoor Buss 400 V (380 V)
Buss ini digunakan untuk menyuplai daya pemakaian sendiri kepada ruang
Kontrol Mark II dan Mark V Serta motor-motor yang bekerja untuk
mendukung kinerja PLTG.
Motor-motor yang disuplay melalui MCC Indoor 400 V (380 V) antara lain :
1. Turbine comp. cooling Air fan / 88 BA
2. Cooling Pump/ 88 WC1, 88 WC2
3. Fin Fan motor/ 88 CT1, 88CT2, 88CT3
4. Auxelery Lub Oil Pump/88 QA
5. Turbine Comp. Heather/ 88 GA

13

6. Turbine Air Drift Separator/ 88 TA


7. Emergency Lub Oli/ 88 QE
2. Cranking Motor (88 CR)
3. SC dengan CC
4. MCC Outdoor
Buss ini digunakan untuk mensuplay :
1. Pemakaian di Kantor
2. Suplay charge batre
3. Suplay pendingin Ruangan
4. Suplay Pengelasan/welding dan Suplay lampu dan fasilitas lainnya.
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA
3.1

Pusat Pembangkit Tenaga Listrik


Pembangkitan adalah proses produksi tenaga listrik yang dilakukan dalam

pusat-pusat pembangkit tenaga listrik menggunakan generator. Proses pembangkitan


tenaga listrik sebagian besar dilakukan dengan cara memutar generator singkron
sehingga didapat tenaga listrik dengan tegangan bolak balik tiga fasa. Energi mekanik
yang diperlukan untuk memutar generator sinkron didapat dari mesin penggerak
generator atau biasa disebut penggerak mula ( prime mover). Prime mover yang
banyak digunakan dalam aplikasi secara komersial, yaitu mesin diesel, turbin uap,
turbin air dan turbin gas. (Djiteng Marsudi, 2006, hal:1)
Pusat Pembangkit Energi Listrik adalah tempat dimana proses pembangkitan
energi listrik dilakukan. Mengingat proses pembangkitan tenaga listrik merupakan
proses konversi energi primer menjadi energi mekanik penggerak generator yang
selanjutnya energi mekanik ini diubah menjadi energi listrik oleh generator.(Djiteng
Marsudi, 2006, hal:1)
3.2

Jenis jenis Pusat Pembangkit Tenaga Listrik


Dalam klasifikasi pusat pembangkit tenaga listrik ditinjau berdasarkan

penggerak mula (prime mover) yang digunakan. Adapun jenis-jenis pusat pembangkit
tenaga listrik adalah sebagai berikut :
1.

Pusat Listrik Tenaga Air ( PLTA )

14

Pusat pembangkit listrik ini menggunakan tenaga air sebagai sumber


energi primer.
2.

Pusat Listrik Tenaga Diesel ( PLTD )


Pusat Pembangkit listrik ini menggunakan bahan bakar minyak atau

3.

bahan bakar gas sebagai sumber energi primer nya.


Pusat Listrik Tenaga Uap ( PLTU )
Pusat listrik ini menggunakan bahan bakar batubara, minyak, atau gas

4.

sebagai sumber energi primer.


Pusat Listrik Tenaga Gas ( PLTG )
Pusat listrik ini menggunakan bahan bakar gas atau minyak sebagai

5.

sumber energi primer nya


Pusat Listrik Tenaga Gas dan Uap ( PLTGU )
Pusat listrik ini merupakan kombinasi PLTG dan PLTU. Gas buang
dari PLTG ataupun PLTU dimanfaatkan untuk menghasilkan uap dalam

6.

ketel uap/boiler penghasil uap untuk memutar turbin uap.


Pusat Listrik Tenaga Panas Bumi ( PLTP )
Pusat Listrik Tenaga Panas Bumi (PLTP) merupakan PLTU yang tidak
mempunyai ketel uap karena uap penggerak turbin uap nya didapat dari

7.

dalam bumi.
Pusat Listrik Tenaga Nuklir ( PLTN )
Pusat Listrik Tenaga Nuklir ( PLTN ) merupakan PLTU yang
menggunakan uranium sebagai bahan bakar yang menjadi sumber energi
primernya. Uranium menjalani proses fussion (fusi) didalam reaktor
nuklir yang menghasilkan energi panas yang digunakan untuk
menghasilkan uap dalam ketel uap. Uap ini selanjutnya digunakan untuk
menggerakkan turbin uap penggerak generator. (Djiteng Marsudi, 2006,
hal:1)

3.3

Sistem Interkoneksi
Seperti yang diketahui PT. Riau Power merupakan penyuplai energi listrik ke

PLN. PT PLN ( Persero) Pembangkitan Sumatera Bagian Tengah tergabung pada


sistem interkoneksi jaringan listrik. Pembangkitan Listrik yang beroperasi pada
sistem interkoneksi

mempunyai beberapa pusat pembangkit listrik dan beberapa

pusat beban (yang disebut gardu induk/ GI) yang dihubungkan satu sama lain melalui
saluran transmisi. Di setiap GI terdapat beban berupa jaringan distribusi yang
15

melayani para konsumen tenaga listrik. Jaringan distribusi beserta konsumen ini
merupakan suatu subsistem distribusi. Subsistem dari setiap GI umumnya tidak
mempunyai hubungan listrik satu sama lain.(Djiteng Marsudi,2006,hal:5)
Tujuan dari sistem Interkoneksi antara lain adalah untuk menjaga kontuinitas
penyediaan tenaga listrik karena apabila salah satu pusat pembangkit mengalami
gangguan masih dapat disuplay dari pembangkit lain yang terhubung secara
interkoneksi.Tujuan lainnya adalah saling memperingan beban yang harus ditanggung
oleh suatu pusat listrik. (Djiteng Marsudi, 2006, hal:5)
3.4

Deskripsi Proses PLTG


Pembangkit Listrik Tenaga Gas (PLTG) adalah Pembangkit listrik yang

menggunakan bahan bakar gas atau minyak sebagai sumber energi primer nya.
Dibandingkan dengan pembangkit lainnya, turbin gas merupakan pembangkit yang
masa start nya pendek yaitu sekitar 15-30 menit, dan kebanyakan dapat distart tanpa
pasokan daya daya dari luar (Black Star), yaitu menggunakan mesin diesel dan motor
start. PLTG juga memiliki konfigurasi yang cukup sederhana terdiri dari 4 komponen
utama yaitu kompressor, ruang bakar, turbin gas dan generator.(Dr. Suyitno M.,
M.Pd., 2011, hal:123)
3.4.1

Siklus Turbin Gas


Sesuai dengan teori, bahwa turbin gas pada PLTG mengikuti siklus Brayton.

Pada siklus yang sederhana, proses pembakaran atau proses pembuangan gas bekas
terjadi pada tekanan konstan sedangkan proses kompresi dan ekspansi terjadi secara
kontinyu. Proses siklus Brayton yaitu :
1 - 2 Proses Kompresi : Ketika mesin distart, mesin diputar oleh mesin diesel atau
motor AC, udara akan dihisap dari atmosfir melalui inlet house setelah disaring
melalui filter. Bersamaan dengan makin cepatnya putaran mesin diesel atau motor,
maka udara yang dikompres oleh axial kompresor akan naik sampai tekanan tertentu.
2 - 3 Proses Pembakaran : Udara yang telah dimampetkan dialirkan keruang bakar
(combustion chamber) melalui celah-celah disekeliling combustion liner.
Fuel Nozzle yang terdapat pada setiap combustion chamber akan
menyemprotkan bahan bakar. Untuk bahan bakar cair, atuomizing air diperlukan
untuk mengabutkan

minyak agar mudah terbakar. Setelah terjadi pencampuran

16

bahan bakar dengan udara yang termampetkan oleh axial kompressor dan dipicu oleh
api dari spark plug (busi) yang terletak pada dua buah combustion chamber ( no. 7
dan 8), maka terjadilah pembakaran dalam combustion chamber.
Api yang timbul akan disebarkan kesemua chamber melewati cross fire tube.
Busi hanya bekerja Selama satu menit sebagai pemicu awal saja. Setelah tekanan
didalam combustion chamber mencapai tekanan tertentu, maka busi akan terdorong
keluar, supaya tidak terkena api. Pembakaran yang terjadi diseluruh chamber akan
menghasilkan temperatur yang sangat tinggi.
3 - 4 Proses Ekspansi : Gas panas tersebut akan mengalir melewati transition piece
dengan kecepatan tinggi dan langsung diarahkan keturbin nozzle. Pada sudu-sudu
turbin, energi yang terkandung dalam gas pas kemudian dirubah menjadi energi
mekanik yang akan memutar turbin. Putaran inilah yang akan dimanfaatkan untuk
memutar beban berupa generator yang menghasilakan listrik.
4 1 Proses Pembuangan : Sisa pembakaran mempunyai tekanan yang hampir sama
dengan tekanan udara atmosphere dan dibuang keluar melalui exhaust hood dan
diffuser yang berbentuk vane untuk memutar gas panas dari horizontal ke vertikal
dan langsung ke atmosphere. (Handbook PT. Dalle Operation Service, 2010, hal:1)

3.4.2

Gambar 3.1 Diagram T-s dan P-v Siklus Brayton


Prinsip Kerja PLTG
Pada Pembangkit Listrik Tenaga Gas (PLTG) prinsip kerjanya untuk

mendapatkan energi listrik dapat diterangkan pada Gambar 3.2 dibawah ini,

17

Gambar 3.2 Skema PLTG Riau Power


Motor start yang berguna sebagai penggerak langkah awal, mula-mula udara
dimasukkan kedalam kompressor melalui air filter/penyaring udara agar partikel debu
tidak ikut masuk kedalam kompressor tersebut. Pada kompressor, tekanan udara
dinaikkan lalu dialirkan keruang bakar untuk dibakar bersama bahan bakar. (Dr.
Suyitno M., M.Pd., 2011, hal:131)
Apabila bahan bakar yang digunakan adalah gas (BBG), maka gas dapat
langsung dicampurkan dengan udara untuk dibakar, tetapi apabila digunakan bahan
bakar minyak (BBM), maka BBM ini harus dijadikan kabut terlebih dahulu kemudian
baru dicampur dengan udara untuk dibakar. (Djiteng Marsudi,2006,hal:114)
Pembakaran bahan bakar dalam ruang bakar menghasilkan gas bersuhu tinggi,
gas hasil pembakaran ini kemudian dialirkan menuju turbin untuk disemprotkan
kepada sudu-sudu turbin sehingga energi gas ini dikonversi menjadi energi mekanik
dalam turbin penggerak generator dan akhir nya generator generator menghasilkan
tenaga listrik.(Djiteng Marsudi, 2006, hal:114)
3.4.3 Spesifikasi Turbin Gas di PT. Riau Power
Turbin Gas yang digunakan di PT. Riau Power adalah :
Kapasitas
: 1 X 20 MW
Merek
: General Electric
Model Series
: MS-5001
Type
: Generator type
Jumlah Poros
: 1 Poros ( single shaft )
Operating speed
: 5001 rpm
3.5

Komponen Utama PLTG


Komponen utama PLTG terdiri dari 4 komponen yaitu : kompressor, ruang

bakar, turbin gas dan generator. Dimana komponen satu sama lain disusun demikian
rupa sehingga menjadi unit mesin pembangkit listrik yang bekerja secara kompak dan
dapat di start secara cepat.(Dr. Suyitno M., M.Pd., 2011, hal:123)
3.5.1

Kompressor
Kompresor berfungsi sebagai penghisap udara dan menaikkan tekanannya

dalam jumlah yang sesuai dengan yang dibutuhkan turbin untuk keperluan

18

pembakaran. Kompressor yang digunakan adalah jenis axial dengan 17 tingkat yang
seporos dengan turbin. Untuk melakukan proses kompresi, Kompresor memerlukan
tenaga yang sangat besar, tenaga untuk memutar kompresor adalah sekitar

dari

daya yang dihasilkan oleh turbin. Karena Pembebanan pada PLTG bervariasi maka
jumlah udara yang masuk melalui filter diatur oleh inlet guede vane.
Pada kompresor, kecepatan udara ditimbulkan dari ruangan keruangan
berikutnya secara bertingkat, dimana setiap tingkat terdiri dari satu rotor dan satu
stator.

Gambar 3.3 Rotor Kompresor( Dokumentasi http://www.ge-energy.com/product_and_


service/gas_turbines _power_generation.jsp)

Kompresor yang digunakan pada PLTG Riau power merupakan kompresor


tipe axial seperti yang terlihat pada Gambar 3.3 dengan spesifikasi teknis sebagai
berikut.
Data teknis Kompresor :
Tipe
: Axial Type
Jumlah Tingkat
: 17 tingkat
Rpm max
: 5100 rpm
Air in temperature
:
Air in Press
: 14.57 PSIA

19

3.5.2

Gambar 3.4 Nameplate Kompressor PLTG


Ruang Bakar
Ruang bakar atau disebut juga combustion chamber adalah tempat terjadinya

proses pembakaran pada sistem turbin gas. Pada waktu start, penyalaan api pada
ruang bakar dibantu oleh Busi sebagai pemantik api, busi akan mati secara otomatis
jika didalam ruang bakar telah terjadi pembakaran.
Komponen-komponen pada ruang bakar adalah sebagai berikut (Gambar 3.5) :
1) Rumah Ruang bakar (combustion Chamber), berfungsi sebagai tempat
terjadinya pencampuran antara udara yang telah dikompresikan dengan bahan
bakar.
2) Ruang bakar (combustion linear) terdapat dalam combustion chamber yang
berfungsi tempat berlangsungnya pembakaran.
3) Bagian pengarah gas panas(transition piece), berfungsi mengarahkan dan
membentuk aliran gas panas agar sesuai dengan ukuran nozzle dan sudu-sudu
turbin gas.
4) Fuel Nozzle berfungsi sebagai tempat masuknya bahan bakar kedalam
combustion linear.
5) Ignitor(Busi), berfungsi untuk memercikkan bunga api kedalam combustion
chamber sehingga campuran bahan bakar dan udara dapat terbakar.
6) Flame detektor, merupakan alat yang dipasang untuk mendeteksi proses
pembakaran terjadi.

Gambar 3.5 Komponen pada Ruang bakar


Pada ruang bakar gas hasil pembakaran dialirkan kesudu-sudu rotor turbin
melalui saluran pembawa (transition piece). Fungsi lain saluran pembawa adalah
mengubah energi potensial gas menjadi energi kinetik pada rotor. Didalam rotor

20

turbin berikut cassing turbin, tidak terdapat pendinginan oleh air maupun oil,
sehingga sudu-sudu kompresor juga menghisap udara yang berfungsi sebagai
pendingin. Sistem pendingin ini lebih dikenal dengan sebutan sealing and cooling air.
Pembakaran pada ruang bakar dikatakan efisien jika penyalaan baik,
penurunan tekanan rendah, nyala api stabil, umur penyalaan panjang dan suhu gas
dipermukaan nozzle beragam, tidak terjadi pembentukan karbon, dan berasap sedikit.
Adapun Spesifikasi teknis ruang bakar pada PLTG Riau Power adalah sebagai
berikut :
Data Teknis Ruang Bakar
Type
: Combustion Linear
Jumlah Tingkat
: 10 tingkat ruang bakar
Temperatur
: 520
Jumlah Nozzle
: 10 buah
Jumlah Spark Plug : 2 buah

3.5.3

Gambar 3.6 Ruang Bakar (Combustion Chamber)


Turbin Gas
Turbin gas adalah komponen yang berfungsi merubah energi tekanan yang

panas yang dihasilkan dari pembakaran menjadi energi mekanik yang berupa energi
gerak putar, sehingga menghasilkan daya pada porosnya (rotor).
Klasifikasi turbin dibedakan menjadi 2 yaitu berdasarkan kontruksi dan aliran
fluidanya.
1) Berdasarkan Kontruksi
A. Turbin Gas Poros Tunggal : Turbin yang mempunyai kompressor, turbin
dan beban pada satu poros yang berputar pada kecepatan konstan.
Konfigurasi ini digunakan untuk menggerakkan generator kecil dan
generator besar.

21

B. Turbin Gas Poros Ganda : Turbin ini digunakan untuk menahan beban dan
torsi yang berfariasi dimana proses pertama turbin dikopel langsung
dengan poros axial. Pada jenis ini, turbin terdiri atas dua buah yaitu turbin
tekanan tinggi dan turbin tekanan renda. Turbin dengan tekanan tinggi
berfungsi untuk menggerakkan kompresor dan mensuplay gas panas
untuk turbin bertekanan rendah. Turbin poros ganda ini juga digunakan
untuk pusat pembangkit listrik seperti terlihat pada Gambar 3.7

Gambar 3.7 (a) Turbin Poros Tunggal dan (b) Turbin Poros Ganda
(Dokumentasi http://blog.itb.ac.id//muhamad/2013/04/28/gas-turbine-drivengenerators/)
2) Berdasarkan Aliran Fluida
A. Turbin Axial : Turbin dengan aliran fluida yang diperoleh sejajar dengan
sumbu poros turbin. Turbin axial umumnya sering digunakan untuk
kapasitas dan daya yang besar karena efesien, rasio tekanan dapat dibuat
lebih tinggi dan kontruksinya ringan serta tidak membutuhkan ruangan
yang besar seperti yang terilihat pada Gambar 3.8 Turbin axial jika
ditinjau dari sistem konversi energinya, dapat dibagi menjadi dua bagian
yaitu turbin axial reaksi dan turbin axial impuls.

Gambar 3.8 Turbin Axial)

22

B. Turbin Aliran Radial : Turbin dengan arah aliran fluida radial ini diperoleh
pada arah tegak lurus dengan sumbu poros turbin. Pada turbin radial,
ekspansi fluida dari tekanan awal ketekanan akhir terjadi didalam laluan
semua baris sudu-sudu yang berputar. Turbin radial umumnya digunakan
untuk aliran yang kecil, dimana turbin radial lebih murah dan sederhana
nuntuk dibuat bila dibandingkan dengan turbin axial. Sebagai contoh pada
instalasi turbin gas yang kecil dalam bidang automotif dan pompa
peredam yang dapat dipindah-pindah.
Turbin gas terdiri dari beberapa bagian, yaitu stator yang dipasangi sudu-sudu
tetap dan rotor yang dipasangi sudu-sudu gerak. Sudu-sudu gerak turbin
(blade/bucket) adalah bagian yang akan menerima aliran gas suhu tinggi pada putaran
tinggi. Bagian-bagian dari turbin harus mampu menahan tegangan akibat putaran dan
aliran gas suhu tinggi. Dengan kondisi kerja seperti itu memerlukan pemilihan jenis
material yang cermat dan teknik pembuatan yang presisi. Rancangan terhadap sudu
gerak turbin ditujukan pada bentuk sudu, kelenturan, dan cara pemasangan.
a.
Stator, terdiri dari sudu diam dan diafragma. Cassing turbin dapat dibongkar
pasang karena terdiri dari sambungan horizontal dan vertikal. Pada Cassing
terdapat alur-alur melingkar untuk menempatkan rangkaian sudu diam (fixed
blade) dan diafragma. Sudu diam dipasang pada alur membentuk roda atau
tingkat. Jumlah tingkat sudu diam antara 2 sampai 6 tingkat.

Gambar 3.9 Stator Turbine

23

b. Rotor, terdiri dari poros dan sudu gerak seperti yang terlihat pada Gambar
3.10. Sudu gerak turbin (blade/bucket) dipasang pada poros membentuk
lingkaran roda yang biasa disebut tingkat. Jumlah tingkatnya sesuai dengan
jumlah tingkat pada sudu diam. Pada ujung (tip) tiap sudu gerak tingkat kedua
dan ketiga dipasang pelapis (shroud) yang berfungsi untuk mengunci dan
meredam getaran. Sudu gerak turbin merubah kecepatan gas suhu tinggi
menjadi putaran poros.

Gambar 3.10 Rotor


Adapun spesifikasi teknis turbin pada PLTG Riau Power adalah sebagai
berikut :
Data Teknis Turbin Gas
Type
: Turbin Axial
Tingkat
: 3 Tingat
Pabrikan
: General Elektrik
Kapasitas
: 20 MW
Putaran
: 5100 Rpm
3.5.4

Generator
Generator adalah suatu perangkat listrik yang berfungsi untuk mengubah

energi mekanik dalam bentuk putaran poros menjadi energi listrik. Generator yang
digunakan dalam unit pembangkitan adalah generator singkron yang akan
menghasilkan

tegangan

bolak-balik

berdasarkan

prinsip-prinsip

dasar

elektromagnetik. Kumparan medan berada pada rotor atau pada bagian yang berputar
dari generator dan kumparan jangkar yang membangkitkan tegangan bolak-balik pada
stator (bagian diam) dari generator.

24

Gambar 3.11 Stator Generator( Dokumentasi Maintenance Combustion Inspection


2014)
Ada dua jenis berbeda dari struktur rotor pada generator yaitu tipe kutub
sepatu (salient pole) dan silinder.
a) Rotor tipe kutub sepatu (Salient pole) : Generator kecepatan rendah seperti
yang digerakkan oleh mesin diesel atau turbin air mempunyai rotor yang
menonjol, dengan keping kutub yang dilaminasi oleh kumparan medannya
dipasang pada bingkai dari besi di porosnya.

Gambar 3.12 Salient Pole Rotor


(Dokumentasihttp://www.slideshare.net/mebees36/salient-pole)
b) Rotor tipe silinder : Digunakan pada generator kecepatan tinggi atau tipe turbo.
Generator dengan kontruksi rotor silinder umumnya digerakkan oleh turbin gas
atau uap.

25

Gambar 3.13 Rotor tipe Silinder


( Dokumentasi http://www.slideshare.net/mebees36/silinder-pole )
Adapun spesifikasi teknis generator pada PLTG Riau Power adalah sebagai
berikut :
Data Teknis Generator
Tipe
: T190-240
Pabrikan
: General Elektrik
Kapasitas
: 20 MW
Putaran
: 3600 Rpm

Gambar 3.14 Nameplate Generator Riau Power


3.6 Komponen Pendukung PLTG
3.6.1 Starting Motor
Turbin gas tidak dapat berputar atau menghasikan tenaga putaran awalan pada
saat putarannya 0 (zerro speed). Oleh sebab itu dibutuhkan sebuah sistem start yang
berfungsi sebagai penggerak mula pada turbin gas sehingga rotor mampu
menghasilkan putaran sendiri. Pada putaran berkisar 2100 Rpm maka turbin tersebut
telah mampu menghasilkan putaran sendiri dan pada saat itu motor akan masuk pada
pelepasan kopling(Rachet) kemudian berhenti dengan sendirinya.

26

Gambar 3.15 Motor Starter


Adapun data spesifikasi teknis motor starter pada PLTG Riau Power adalah
sebagai berikut :
Data Teknis Motor Start
Merk
: Induction motor Tipe-K
Daya
: 575 hp
Putaran
: 3600 Rpm

Gambar 3.16 Nameplate Motor Starter PLTG Riau Power


3.6.2

Fuel System
Bahan bakar yang digunakan berasal dari Fuel gas system dan HSD, Dimana

Bahan bakar HSD tidak dipakai lagi karena biaya pemakaian bahan bakar HSD
sangat tinggi dan pemakaian nya tidak efesien dengan produksi yang dihasilkan. Fuel
gas yang digunakan sebagai bahan bakar harus bebas dari cairan kondensat dan
partikel-partikel padat. Untuk mendapatkan kondisi tersebut diatas sistem ini
dilengkapi dengan knock out drum yang berfungsi untuk memisahkan cairan-cairan
yang terdapat pada fuel gas.
Bahan bakar pada turbin gas PLTG Riau Power menggunakan bahan bakar
gas alam yang dipasok dari PT. Kalila kerinci dan bahan bakar solar dipasok oleh
Pertamina.
3.6.3

Load Gear
Load Gear merupakan komponen penghubung antara turbin dan generator

yang memiliki fungsi untuk menurunkan putaran dari 5100 Rpm pada turbin menjadi
3000 Rpm pada generator. Load Gear yang digunakan pad PLTG Riau Power adalah
FLENDER GRAFFENSTADEN seperti yang terlihat Gambar 3.17 dibawah ini.
Merek
: Flender Graffenstaden
Size/type
: VF56R
27

Rated Speed : Input : 5122 Rpm/Output

: 3000 Rpm

Gambar 3.17 Nameplate Load gear


3.6.4

Kopling
Kopling merupakan penyatu dari motor starter keporos utama kompresor dan

turbin, ketika putaran poros mencapai 2100 rpm maka kopling akan terlepas secara
otomatis.
3.6.5

Cooling System
Cooling System

(Sistem

pendingin)

berfungsi

untuk

mendinginkan

komponen-komponen mesin sehingga temperatur mesin tersebut bisa stabil. Cooling


System pada turbin gas PLTG Riau Power menggunakan 3 jenis pendinginan yaitu :
a) Lube Oil System
Lube Oil System berfungsi memberikan pelumasan pada komponenkomponen yang bergesekan, misalnya bearing header, load gear dan
peralatan lainnya. Dan juga sebagai media pendingin pada komponenkomponen yang dilumasinya.
b) Cooling Water System
Cooling Water System adalah sistem pendingingan dengan media
pendinginnya adalah air. Sistem ini berfungsi untuk mendinginkan Lube
Oil. Alat yang digunakan adalah heat exchanger tipe shell and tube. Seperti
yang terlihat pada Gambar 3.18 dibawah ini.

28

Gambar 3.18 Heat Excanger tipe shell and tube


c) Cooling Air System
Cooling Air System adalah sistem pendingin dengan media pendinginnya
udara. Sistem ini berfungsi untuk mendinginkan air dari sistem
pendinginan air. Alat yang digunakan adalah Heat Excanger tipe finned
tube.

Gambar 3.19 Heat Excanger tipe finned tube


3.7

Perawatan (Maintenance)
Perawatan dapat didefenisikan sebagai semua tindakan yang memiliki tujuan

untuk mempertahankan atau memulihkan suatu barang dalam keadaan dapat


melakukan fungsi yang dibutuhkan sebagaimana mestinya. Tujuan dari perawatan
adalah untuk mempertahankan unjuk kerja yang optimal sesuai umur ekonomis yang
telah ditetapkan. Semua peralatan dan instalasi membutuhkan perawatan hanya saja
intensitas yang perlu disesuaikan. Dalam istilah perawatan tercakup dua pekerjaan
yaitu :
a.

Perawatan, yaitu aktifitas yang dilakukan untuk mencegah terjadinya

kerusakan.
b. Perbaikan, yaitu suatu tindakan untuk memperbaiki kerusakan.
Dalam Proses perawatan peralatan dan instalasi tidak selalu harus diganti,
dengan melakukan analisa terhadap permasalahan yang terjadi, kemudian dapat

29

diputuskan tindakan yang diabil. Dalam dunia industri terkenal dua jenis
pemeliharaan yaitu :
1.
Pemeliharaan terencana ( Planned/ Maintenance)
2.
Pemeliharaan tak terencana (Unplanned Maintenance)

Gambar 3.20 Diagram jenis-jenis Perawatan ( Dokumentasi


http://indonesiaengineers.blogspot.com/)
Adapun jenis-jenis dari perawatan adalah :
a. Perawatan Preventif (Preventive Maintenance)
Adapun perawatan yang dilakukan pada selang waktu yang telah ditentukan
sebelumnya atau terhadap kriteria lain diuraikan dan dimaksudkan untuk
mengurangi kemungkinan bagian-bagian lain tidak memenuhi kondisi yang
bisa diterima
b. Perawatan Korektif ( Corrective Maintenance )
Adalah perawatan yang dilakukan utuk memperbaiki suatu bagian(termasuk
penyetelan dan reparasi) yang telah terhenti untuk memenuhi kondisi yang
bisa diterima.
c. Perawatan Berjalan ( Running Maintenance )
Perawatan berjalan adalah perawatan yang dilakukan pada saat kondisi mesin
sedang Running.
d. Perawatan Setelah Kerusakan ( Breakdown Maintenance )
Adalah perawatan yang dilakukan untuk memperbaiki suatu bagian ( termasuk
penyetelan dan reparasi ) yang telah terhenti untuk memenuhi kondisi yang
bisa diterima.
e. Perawatan Drurat ( Emergency Maintenance )
Adalah perawatan yang dilakukan pada saat kondisi darurat.
f. Perawatan Terencana ( Planned Maintenance )

30

Adalah perawatan yang diorganisasikan dan dilakukan dengan pemikiran


kemasa depan, dan pencatatan sesuai dengan rencana yang telah ditetapkan
sebelumnya.
g. Perawatan Berhenti (Shutdown Maintenance)
Adalah perawatan yang dilakukan selama Mesin sedang tidak operasi.
h. Program Perawatan (Maintenance Programe)
Adalah daftar alokasi suatu jenis perawatan untuk suatu jenis periode.
i. Jadwal Perawatan (Maintenance Schedule)
Adalah daftar komprehensif mengenai perawatan dan watunya.
j. Perbaikan Menyeluruh (Overhaul Maintenance)
Adalah perbaikan dan pengujian menyeluruh dari suatu alat atau sebagian
besar bagiannya sampai pada suatu kondisi yang bisa diterima.
k. Waktu Nganggur ( Downtime)
Adalah periode waktu dimana suatu alat tidak berada dalam kondisi mampu
memberikan unjuk kerja yang diharapkan.
l. Perencanaan Perawatan (Maintenance Planning)
Adalah Penentuan Sebelum pekerjaan, metode, bahan, alat, mesin, pekerja,
dan waktu yang diperlukan untuk perawatan.
m. Perawatan Pediktif (Predictif maintenance)
Perawatan yang dilakukan untuk mengetahui terjadinya perubahan atau
kelainan dalam kondisi fisik maupun fungsi dari sistem peralatan. Biasanya
perawatan prediktif dilakukan dengan bantuan panca indra atau alat-alat
monitoring yang canggih.
Dalam melakukan perawatan terdapat beberapa strategi yang harus dilakukan
agar proses perawatan tersebut berjalan dengan lancar atau dapat menurunkan biaya
perawatan, umumnya kesulitan yang dihadapi seperti kurangnya tenaga kerja yang
terampil, kurang berpengalaman, kurangnya instrumentasi serta sulit menjalin
kerjasama yang baik diantara bagian perawatan.
Faktor yang mempengaruhi pengambilan strategi perawatan yaitu umur
peralatan/mesin produksi, tingkat kapasitas pemakaian mesin, kesiapan suku cadang,
kemampuan bagian perawatan untuk bekerja cepat serta kesiapan dana untuk
melakukan proses perawatan.
Perawatan yang dilakukan semestinya adalah perawatan yang direncanakan dan
dijadwalkan sebaik mungkin agar tidak menggangu proses produksi. Waktu perawtan
tersebut ditentukan oleh kondisi kapan proses produksi dihentikan, karena adanya

31

perawatan akan membuat mesin tidak beroperasi sesuai dengan yang dijadwalkan.
Adapun urutan perencanaan fungsi perawatan meliputi :
a. Bentuk perawatan yang akan dilakukan.
b. Pengorganisasian pekerjaan perawatan yang akan dilaksanakan dengan
pertimbangan kemasa depan.
c. Pengontrolan dan pencatatan.
d. Pengumpulan semua masalah perawatan yang dapat diselesaikan dengan
bentuk suatu perawatan.
e. Penerapan bentuk perawatan yang dipilih.
Adapun berbagai keuntungan dari perawatan yang direncanakan yaitu :
a. Kesiapan fasilitas industri lebih besar.
b. Pelayanan yang sederhana dan teratur, lebih cepat dan murah dari pada
c.

memperbaiki kerusakan yang terjadi secara tiba-tiba.


Pengelolaan pelayanan perawatan yang terencana

dapat

menjaga

kesinambungan hasil industri dengan kualitas dan efesiensi yang tinggi.


d. Pemanfaatan tenaga kerja lebih besar dan efektif.
e. Adanya perhatian yang penuh untuk mengelola seluruh sarana dalam melayani
program perawatan.
3.8

MRO (Maintenance, Repair and Operation)


Sebagaimana diketahui bahwa suatu peralatan apa saja, baik itu digunakan atau

tidak dipakai lambat laun akan mengalami penurunan kondisi seperti korosi ataupun
aus, yang selanjutnya akan rusak. Kerusakan dapat dipercepat oleh karena
perencanaan yang kurang tepat, pengoperasian yang melebihi batas normal yang
diizinkan, pemeliharaan yang tidak cukup dan akibat dari lingkungan yang kurang
baik.
Maka PT Riau Power mempunyai kebijakan perawatan, perbaikan dan operasi
(Maintenance, Repair , and Operation). Dimana MRO adalah segala tindakan pada
suatu proses dalam rangka memperbaiki suatu perangkat mekanik atau listrik yang
mengalami kerusakan. Berikut beberapa jenis pemeliharaan yang dilakukan pada
PLTG PT Riau Power
3.8.1 Pemeliharaan Rutin
Pemeliharaan ini dilakukan berulang dengan interval waktu maksimum 2 tahun
dan dapat dilaksanakan pada saat unit operasi maupun tidak operasi serta tidak
tergantung pada pengoperasian mesin. Pemeliharaan mesin berjalan (on-line

32

Maintenance) dilakukan pada saat kondisi unit operasi dan pemeliharaan rutin
pencegahan (preventif maintenance) dilakukan dengan rencana dan waktu yang telah
ditetapkan, misalnya harian, mingguan, atau bulanan dalam satu tahun.
Interval waktu pelaksaan pemeliharaan rutin umumnya 100 jam operasi, 1
bulan, 3 bulan, 6 bulan, 1 tahun, dan waktu yang tidak ditentukan. Kenaikan suhu gas
buang menunjukkan adanya ketidaknormalan pada bagian dalam turbin seperti
kebocoran, suhu kompressor yang kotor, penyimpangan pada alat kontrol dan alat
ukur. Dalam hal ini data permulaan operasi sangat diperlukan sebagai bahan acuan.
3.8.2

Combustion Inspection (Pemeriksaan Sistem Pembakaran)


Pemeriksaan sistem pembakaran merupakan Shutdown jangka pendek yang

dibutuhkan untuk memeriksa Nozzle tingkat pertama, Combustion Linear, Transition


piece dan cross fire tube. Komponen-komponen ini membutuhkan pemeriksaan
secara berkala, karena kerja yang dilakukan turbin gas yang relatif terus-menerus.
Sehingga sistem pembakaran yang buruk akan memperpendek umur dari komponenkomponen pada ruang bakar, dan jika dibiarkan akan berpengaruh pada Nozzle dan
Bucket turbin dilangkah berikutnya. Pemeriksaan sistem pembakaran dilakukan pada
10.000, 20.000, dan 30.000 jam operasi dari turbin gas. Dan untuk melakukan
pemeriksaan secara visual pada komponen yang bergerak dan diam tanpa
membongkar keseluruhan bagian dari turbin gas dinamakan borescope.
3.8.3

Hot Gas Path Inspection (Pemeriksaan Laluan Gas Panas)


Pemeriksaan laluan gas panas bisa dikategorikan sebagai pemeriksaan sistem

pembakaran, hanya saja pemeriksaan ini dilakukan lebih terperinci. Pemeriksaan


dilakukan mulai dari Nozzle, combustion chamber, combustion linear, flows sleeves,
transition piece, turbin cassing, air compressor, exhaust cassing, diaphragm
assemblies hingga bucket turbin.
Bila pada pemeriksaan didapatkan ada komponen yang memerlukan perbaikan,
maka bagian tersebut diganti terlebih dahulu dengan yang baru untuk kemudian
diperbaiki dan disimpan sebagai cadangan. Peweriksaan ini umumnya dilakukan pada
20.000 jam operasi.
3.8.4

Major Overhaul (Pemeriksaan Menyeluruh)

33

Pemeriksaan menyeluruh mencakup seluruh jenis pemeriksaan yang telah


disebutkan diatas dan ditambah dengan pemeriksaan menyeluruh seperti pemeriksaan
celah antara komponen yang tetap maupun yang berputar, bantalan-bantalan, kopling,
roda gigi, dan sebagainya. Pemeriksaan ini merupakan inspeksi besar-besaran yang
dilaksanakan pada 15.000-66.000 jam operasi, tergantung kepada desain dari turbin
gas. Batas-batas pekerjaan Major Overhaul seperti pada Gambar 3.21 dibawah ini.

Gambar 3.21 Batas-batas pekerjaan perawatan ( Dokumentasi


http://rahmantal13.files.wordpress.com/2011/05/turbine-gas.pdf)
3.9

Sinkronisasi Sistem.

3.9.1. Pengertian Sistem Sinkronisasi


Sinkronisasi generator adalah memparalelkan dua atau lebih generator dalam
suatu sistem jaringan listrik dan secara bersamaan memasok dan melayani beban.
(Udiklat Suralaya, 2002, hal:8)
Pada

umumnya

sistem jaringan PLN

(Perusahaan

Listrik

Negara)

menggunakan sistem interkoneksi dalam wilayah tertentu, dimana semua pembangkit


listrik saling berhubungan satu sama lain baik dengan pembangkit PLN maupun
pembangkit listrik swasta yang memasok energi listrik melalui jaringan PLN yang
bergantung dalam suatu sistem jaringan listrik, oleh sebab itu setiap generator yang
akan masuk jaringan listrik yang bertegangan diharuskan mengsinkronkan terlebih
dahulu dengan jaringan tersebut. Dalam melaksanakan sinkronisasi maka harus

34

memenuhi beberapa persyaratan dan apabila persyaratan tidak terpenuhi dapat


menimbulkan akibat yang cukup serius terhadap generator yang akan disinkronkan.
(Udiklat Suralaya, 2002, hal:8)
3.9.2. Tujuan Sinkronisasi pada Generator
Tujuan dilakukannya sinkronisasi pada generator adalah :
1. Agar kerja generator tidak begitu berat karena beban dipikul bersama - sama.
2. Energi yang tersedia cukup besar.
3. Keandalan energi listrik yang disalurkan kebeban/konsumen lebih terjamin.
3.9.3. Syarat-syarat Sinkronisasi pada Pembangkit
Pada pembangkit tenaga listrik pastinya generator akan diparalelkan agar bisa
dihubungkan, dan syarat yang harus dipenuhi agar terjadi sinkron adalah sebagai
berikut:
1. Mempunyai tegangan kerja yang sama
2. Mempunyai frekuensi yang sama
3. Mempunyai urutan fasa yang sama
4. Mempunyai sudut fasa yang sama
3.9.4

Jenis-jenis Sinkronisasi
sinkronisasi adalah proses untuk menyamakan tegangan, frekuensi, sudut

phase dan urutan Phase antara 2 sumber daya AC. Maka, berdasarkan arah atau
susunan peralatan pada sistem tenaga listrik, sinkronisasi dibagi menjadi 2 jenis,
yaitu:
a. Forward Synchronization (sinkronisasi maju), yaitu proses sinkronisasi
generator kedalam system atau busbar.

35

Gambar 3.22 Sinkronisasi Maju


b. Reverse Synchronization atau backward synchronization (sinkronisasi
terbalik)
Reverse Synchronization atau backward synchronization (sinkronisasi
terbalik) adalah biasanya terjadi pada sistem tenaga listrik disuatu pabrik,
dimana suatu jaringan suplai akan digabungkan kedalam suatu jaringan sistem
atau busbar yang ada. Pada kondisi ini tidak dimungkinkan untuk mengatur
parameter sinkron pada sisi incoming (jaringan yang akan disinkronkan), yang
terpenting CB (PMT) dari beban-beban pada jaringan suplai (grid supply)
dalam keadaan terbuka.

Gambar 3.23 Sinkronisasi terbalik


3.9.5

Prosedur sinkronisasi
Untuk menghubungkan tegangan dan frekuensi keluaran dari generator pada

proses Sinkron Circuit Breaker Generator dan proses Sinkron Main Circuit Breaker
Generator digunakan dua cara, antara lain: auto synchron dan manual synchron.
a. Manual synchron
Manual synchron membutuhkan ketelitian dan kejelian dari operator untuk
menyamakan tegangan dan frekuensi output generator dengan tegangan dan frekuensi
output pada buss.
b. Auto synchron
Auto synchron merupakan cara paling praktis dalam proses sinkronisasi pada
pembangkit karena hanya membutuhkan alat Automatic Synchronizer yang berfungsi
36

menyamakan tegangan dan frekuensi keluaran generator dengan tegangan dan


frekuensi keluaran buss PLN agar dapat terhubung.
3.9.6

Akibat yang terjadi jika syarat sinkronisasi tidak terpenuhi

a. Apabila nilai tegangan keluaran pada Pembangkit lebih rendah dari tegangan
pada bus PLN, pada jaringan tersebut akan mengalami reverse power.
b. Jika frekuensi tidak sama maka akan terjadi trip sampai kerusakan pada
generator dan pembangkit.
3.9.7

Urutan Proses Sinkron


Pada pelaksanaan proses sinkron pada pembangkit dibagi menjadi dua

tempat,yaitu:
1. Sinkron di Circuit Breaker Generator
2. Sinkron di Main Circuit Breaker (MCB)
Sinkron di Circuit Breaker Generator terjadi pada keluaran Generator 11 kV
dengan line Jaringan 20 kV Pembangkit. Proses sinkron ini terjadi saat akan memulai
Start up pada Pembangkit. Sedangkan sinkron di Main CircuitBreaker (MCB), proses
sinkron terjadi disambungan pada line Pembangkit dengan Jaringan 20 kV. Biasanya
proses sinkron ini terjadi bila ada gangguan pada Pembangkit.
1. Sinkronisasi di Circuit Breaker Generator
Keadaan ini terjadi pada saat pembangkit akan memulai kinerjanya atau Start
up. pembangkit mendapat pasokan listrik dari PLN melalui saluran 20 kVyang akan
diturunkan oleh trafo step down menjadi 11 kV. Tegangan tersebut digunakan untuk
menyuplai Motor Ratchet (Prime Mover) dan memasok daya pada peralatan. Pada
proses ini generator keadaan off (CB pada Generator akan membuka dan MCB pada
saluran 20 kV menutup).
2. Sinkronisasi di Main Circuit Breaker (MCB)
Keadaan ini terjadi pada saat pembangkit mengalami gangguan yakni MCB
pada line pembangkit dengan line PLN terbuka. House Load terjadi saat pembangkit

37

masih beroperasi normal tiba-tiba ada gangguan yang terdapat dijaringan PLN yang
mengakibatkan putusnya pasokan listrik 20 KV dari PLN mengakibatkan tidak
normalnya proses pembangkitan, dan pembangkit tidak lagi sinkron sehingga
generator bekerja hanya menyuplai peralatan dipembangkit (House Load).

BAB IV
PROSES SINKRONISASI GENERATOR PADA PLTG
PT. RIAU POWER PEKANBARU
4.1 Tujuan Sinkronisasi pada Pembangkit
Tujuan dilakukannya sinkronisasi pada Generator

PLTG Riau Power

Pekanbaru adalah :
1. Untuk menghubungkan Buss 11 kV keluaran Generator pada Pembangkit
yang kemudian dinaikkan melalui trafo Step Up menjadi 20 kV dengan PLN
Gardu Induk Teluk Lembu Pekanbaru saat pembangkit mulai start up.
2. Agar Kinerja Generator tidak begitu berat karena beban dipikul sama-sama
3. Energi yang tersedia cukup besar.
38

4. Keandalan sistem terjamin


4.2 Syarat-syarat Sinkronisasi pada pembangkit PLTG Riau Power
Syarat yang harus dipenuhi agar terjadi sinkronisasi ke sistem adalah sebagai
berikut:
1. Mempunyai tegangan kerja yang sama
2. Mempunyai frekuensi yang sama
3. Mempunyai urutan fasa yang sama
4. Mempunyai sudut fasa yang sama
Pada proses sinkronisasi di PLTG Riau Power ini diperlukan syarat lain yang
harus dipenuhi selain syarat diatas karena berhubungan dengan peralatan lain di
pembangkit, syarat tersebut adalah :
1. Harus mendapat suplai tegangan dari jaringan 20 kV dari PLN untuk
menyuplai generator saat mulai start up.
Putaran turbin pembangkit berada pada kisaran 3000 rpm dan dijagakonstan.
Breaker exciter dalam kondisi close.
Governoor valve dibuka minimal 20% agar mudah dalam pengoperasian.
Tekanan Gas dijaga pada 17 bar (250 Psi).

2.
3.
4.
5.

4.3 Jenis Sinkronisasi yang dipakai di PLTG Riau Power


Jenis sinkronisasi yang dipakai di PLTG Riau Power adalah : Forward
Synchronization (sinkronisasi maju) karena proses sinkronisasi generator terjadi
didalam sistem atau busbar generator.
4.4

Urutan Proses Sinkronisasi PLTG Riau Power


Pelaksanaan proses sinkronisasi pada pembangkit di PLTG Riau Power yaitu

Sinkron di Circuit Breaker Generator. Sinkronisasi terjadi pada keluaran Generator 11


kV dengan line Jaringan 11 kV Pembangkit. Proses sinkronisasi ini terjadi saat akan
memulai Start up pada Pembangkit.
4.4.1

Sinkron di Circuit Breaker Generator

39

Keadaan ini terjadi pada saat pembangkit akan memulai kinerjanya atau Start
up. Pembangkit mendapat pasokan listrik dari PLN melalui saluran 20 kV yang akan
diturunkan oleh trafo step down menjadi 11 kV. Tegangan 11 kV tersebut digunakan
untuk menyuplai Auxillary Equipment 11 kV/400 V dan memasok daya pada
peralatan. Pada proses ini CB generator keadaan off (CB pada Generator akan
membuka dan MCB pada saluran 20 kV menutup).
4.5 Prosedur sinkronisasi
Untuk menghubungkan tegangan dan frekuensi keluaran dari generator pada
proses Sinkronisasi Circuit Breaker Generator dan proses Sinkronisasi Main Circuit
Breaker Generator PLTG Riau Power digunakan cara manual synchron.
Manual synchron: Proses sinkron nya dilakukan secara manual oleh karena itu
membutuhkan ketelitian dan kejelian dari operator untuk menyamakan tegangan dan
frekuensi output generator dengan tegangan dan frekuensi output pada buss.

4.5.1

Proses Penyamaan Tegangan, Frekuensi dan sudut fasa


Bila pada saat CB menutup, kesamaan dari mensinkronkan sirkuit generator

dengan sistem tidak terpenuhi, maka akan terjadi gangguan listrik. Tingkat gangguan
ini tergantung kepada perbedaan dari kondisi yang telah ditentukan.
1.

Proses Penyamaan Tegangan Generator dengan Tegangan Sistem.


Antara tegangan generator (yang akan dipararel) dengan tegangan sistem

jaringan harus sama besarnya (nilainya). Untuk menyamakan, maka tegangan


generator harus diatur, yaitu dengan mengatur arus eksitasinya.
Apabila tegangan generator lebih tinggi dari tegangan sistem, maka mesin
(generator) akan mengalami sentakan beban M Var lagging (induktif); artinya
generator mengirim daya reaktif ke sistem. Sebaliknya bila tegangan generator

40

lebih rendah dari pada tegangan sistem, mesin akan mengalami sentakan beban
M Var Leading (kapasitif), artinya generator menyerap daya reaktif dari sistem.
Proses penyamaan tegangan generator dengan sistem dibantu dengan sebuah
alat yaitu voltmeter dengan tampilan 2 pengukuran tegangan yaitu tegangan dari
peralatan yang akan disinkron (generator) dan tegangan sistem yang bekerja
simultan.

Gambar 4.1 Duble Voltmeter


2. Proses Penyamaan Frekuensi generator ke frekuensi Sistem
Frekuensi generator dan frekuensi sistem harus sama (match). Untuk
menyamakan, maka putaran generator harus diatur, yaitu dengan cara mengatur
katup governor (aliran Panas masuk turbin). Jika frekuensi generator lebih tinggi
dari pada frekuensi sistem, sistem akan mengalami sentakan beban MW dari
mesin, artinya mesin membangkitkan MW. Sebaliknya jika generator
frekuensinya lebih rendah dari pada sistem, mesin akan mengalami sentakan MW
dari sistem , artinya generator menjadi motor (Reverse Power).
Double frequency Meter ini berfungsi untuk menampilkan nilai frekuensi dari
kedua sumber AC. Frekuensi dari generator di atur mengikuti frekuensi dari
sistem.

Gambar 4.2 Double Frequency Meter


41

3. Proses Penyamaan Sudut Phase Generator dengan Sistem


Seringkali terdapat kerancuan antara perbedaan fasa dan frekuensi. Frekuensi
adalah banyaknya siklus (sinusoida) dalam satu detik dari suatu sirkuit listrik.
Sedang perbedaan fasa adalah pergeseran sudut antara satu sirkuit dengan sirkuit
listrik yang lain untuk fasa yang sama.
Untuk dapat melihat perbedaan fasa secara grafis diperlukan instrument
oskiloscope. Tetapi didalam penerapannya menjadi tidak praktis untuk
memasang osiloskop pada panel listrik (generator). Sebagai gantinya dipasang
synchronoskop dan lampu untuk mengetahui perbedaan fasa ini. Didalam
synchronskop ini hanya ditunjukan keterangan slow, dan fast, serta titik atau
garis yang terletak diantaranya. Apabila jarum menunjuk kearah flow, artinya
fasa generator tertinggal dibelakang fasa sistem, sedang apabila jarum menunjuk
kearah fast, artinya, fasa generator lebih cepat dari fasa sistem.
Perbedaan fasa adalah nol apabila jarum sinkronoskop menunjukan titik nol
(jam 12) atau garis tegak diantara slow dan fast. Untuk sinkronisasi harus
dilakukan pada saat jarum bergerak pelan kearah fast atau berhenti pada posisi
titik nol atau mendekati titik nol antara slow dan fast. Apabila jarum berhenti
tidak pada posisi titik nol, sinkronisasi tidak boleh dilakukan, karena ini berarti
masih ada perbedaan fasa. Dan besarnya perbedaan fasa adalah jarak antara
jarum berhenti dengan titik nol.

Gambar 4.3 Synchronoscope


4. Phase Sequence Indikator
Alat ini sama dengan yang digunakan untuk mengetahui sequence phase dari
motor induksi. Dilengkapi dengan jarum berputar (rotating pointer), jika
jarum berputar searah jarum jam, maka dapat dikatakan memiliki sequence
positif RST dan jika berputar sebaliknya ber-sequence negative atau RTS.
42

Gambar 4.4 Phase Sequence Indikator

Gambar 4.5 Sumber dengan sudut phase yang sama

Gambar 4.6 Proses penyamaan sudut phase


4.6

Cara Singkron Unit PLTG Riau Power


Sebelum melakukan sinkronisasi generator dengan sistem jaringan (infinite

bus), pastikan bahwa :

43

Pemutus tenaga (circuit breaker) generator dalam keadan terbuka.

Pemutus tenaga sistem eksitasi generator dalam keadan terbuka.

Mesin berputar pada putaran nominal dengan governor pada posisi minimum.

Semua kondisi unit normal dan memuaskan untuk di sinkronisaikan.

Sistem jaringan telah bertegangan dan pemisah pada buss sudah masuk.
Sinkron secara Manual :

1.

Naikkan putaran mesin dengan kontrol governor hingga putarannya sama


dengan kecepatan frekuensi sistem.

2.

Periksa sistem eksitasi, kemudian masukan pemutus tenaga penguat medan


(field breaker).

3.

Naikan arus eksitasi, periksa tegangan generator bila tegangan generator


mencapai normal, masukan sistem pengatur tegangan (AVR) ke posisi auto.

4.

Masukan switch synchronoscope keposisi manual. Dan lihat apakah kecepatan


mesin fast atau slow dibanding kecepatan sistem.

5.

Atur eksitasi agar tegangan generator sama dengan tegangan sistem. Atur
frekuensi dan sudut fasa dengan menggunakan kontrol governor agar
synchronoscope berputar perlahan kearah fast.

6.

Pada saat jarum synchronoscope mendekati titik nol (jam 12), tekan tombol
pemutus tenaga generator sehingga CB masuk pada saat jarum menunjuk titik
nol. Generator telah sinkron.

7.

Matikan peralatan sinkronisasi dan selektor switch.

*Catatan : Bila ada alaram INCOMPLET SEQUENCE berikan lagi signal start
sebelum sinkron.
Peringatan : Sebelum proses sinkron jangan sekali-kali memberikan komando
start.
4.7

Akibat yang terjadi jika syarat sinkronisasi tidak terpenuhi

44

1. Apabila nilai tegangan keluaran pada Pembangkit lebih rendah dari tegangan
pada bus PLN, pada jaringan tersebut akan mengalami reverse power.
2. Jika frekuensi tidak sama maka akan terjadi trip sampai kerusakan pada
generator dan pembangkit.

PEKERJAAN COMBUSTION INSPECTION (CI) 2014


28 Oktober - 10 November 2014 GTG MS 5001 RIAU POWER
1. Group Kerja
A. Turbin
Leader : Bp. Daiman Nitro
1. Sucipto
2. Iyas Tobari
3. Marwanuddin
4. Yonhardi
5. Syuib
6. Ahmad Doni
7. Maulad Marsiadi
8. Aditya
B. Finfan Cooling System
Leader : Bp. Darwilis
1. Boris T
2. Haryono
3. Ifan
4. Rojali Alfian
5. Yulfahmi
6. Yanto
C. Electrical
Leader : Bp. Iman Sejati
1. Harry Irmanda
2. Zulfadli
3. Rangga
4. Yazir
5. Gunawan Sitinjak
D. Instrument
Leader : Bp. Fitra Doni

45

1. Risnandar
2. Markus
3. Arif

2. Bidang Kerja Cumbastion Inspection


1) Turbin
2) Electrical
3) Instrumen
4) Finfan Cooling

Pemeriksaan Pada Motor Auxilerry


Pemeriksaan pada Motor Water Pump 1 (88 WC 1)
Motor Pompa Air 1 ini adalah motor yang berfungsi untuk memompa dan
mensirkulasikan air pendingin ke turbin kemudian ke Cooling Tower sehingga
suhu pada turbin tetap terjaga dengan baik.
Pekerjaan yang dilakukan pada Motor Water Pump 1 ini adalah :

46

a. Sebelum membongkar motor dari kedudukannya, terlebih dahulu rangkaian


pengontrol motor yang berada pada MCC indor di lepas agar aman dalam
pengerjaan pembongkaran motor tersebut.
b. Setelah rangkaian pengontrol Motor di lepas, maka pembongkaran motor
dari kedudukannya dapat dilakukan.
c. Setelah Motor WC 1 ini lepas dari kedudukannya, selanjutnya motor ini
dibawa ke workshoop untuk dilakukan pemeriksaan ketidaknormanal motor
dalam operasinya. Pemeriksaan-pemeriksaan yang dilakukan antara lain :
- Memeriksa bearing motor
Pada motor Water Pump 1 ini dilakukan penggantian bearing
dikarenakan bearing yang sudah lama tersebut sudah mulai goyang dan
putarannya tidak normal lagi
Type bearing yang dipakai pada motor ini adalah :
Type
: SKF
No
: 63100/C3 FR 20247A/Explorer
Jumlah
: 2 buah
- Memeriksa dan mengukur tahanan (R) antar phase motor dengan alat
ukur Fluks ( Multymeter)
Sebelum motor ini dibongkar, Tahanan antar phasenya adalah :
T1/T2 : 0.4
T1/T3

: 0.4

T2/T3 : 0.4
Setelah Dibongkar dan dibersihkan Tahanan antar Phasenya adalah :
T1/T2 : 0.6
T1/T3

: 0.6

T2/T3 : 0.5
- Mengukur tahanan Phase dengan Ground dengan alat ukur Megger
Sebelum Motor ini dibongkar, Tahanan Phase Ground nya adalah :
T1/Gr : 214 M
T2/Gr

: 140 M

T3/Gr : 183 M
Setelah dibongkar dan dibersihkan tahanan antar phase dan ground nya
adalah :
T1/Gr : 129.8 M
T2/Gr

: 132.2 M

47

T3/Gr : 172.2 M
- Memeriksa Keausan Isolasi motor.
- Membersihkan body dan cup motor dari korosi dan kotoran.
- Mengecat Kembali Konduktor yang ada pada Stator
d. Setelah semua pemeriksaan dilakukan, kemudian motor dirangkai kembali.
Dan dipasangkan kembali kedudukannya semula.
e. Spesifikasi Motor Water Pump 1 :
Model
: SK52365EI13
Rpm
Volts
: 460
Amp
Hp
: 30
Hz
Design
:B
Phase

: 3555
: 33.4
: 60
:3

Gambar 1 Name Plate Water Pump 1


Pemeriksaan pada Motor water Pump 2 (88 WC 2)
Motor Pompa Air 2 ini adalah motor Standbay yang berfungsi untuk
memompa dan mensirkulasikan air pendingin ke turbin kemudian ke
Cooling Tower sehingga suhu pada turbin tetap terjaga dengan baik. Motor
ini sangat jarang di pakai karena motor water pump 2 jarang terjadi
kerusakan. Walaupun begitu motor ini harus di periksa dan dilakukan
perawatan.
Pekerjaan yang dilakukan pada Motor Water Pump 2 ini adalah :
a) Sebelum membongkar motor dari kedudukannya, terlebih dahulu rangkaian
pengontrol motor yang berada pada MCC indor di lepas agar aman dalam
pengerjaan pembongkaran motor tersebut.
b) Setelah rangkaian pengontrol Motor di lepas, maka pembongkaran motor
dari kedudukannya dapat dilakukan.
c) Setelah Motor WC 2 ini lepas dari kedudukannya, selanjutnya motor ini
dibawa ke workshoop untuk dilakukan pemeriksaan ketidaknormanal motor
dalam operasinya. Pemeriksaan-pemeriksaan yang dilakukan antara lain :
- Memeriksa bearing motor

48

Pada motor Water Pump 2 ini dilakukan penggantian bearing


dikarenakan bearing yang sudah lama tersebut sudah mulai goyang dan

putarannya tidak normal lagi.


Type bearing yang dipakai pada motor ini adalah :
Type
: SKF
No
: 6310/C3 FR 20247A/Explorer
Jumlah
: 1 buah
Type
: 6207-2Z/C3
Pada motor ini memakai 2 type bearing yang berbeda, bearing depan

dan belakan ukurannya berbeda.


- Memeriksa dan mengukur tahanan (R) antar phase motor dengan alat ukur
Fluks ( Multymeter).
Sebelum motor ini dibongkar, Tahanan antar phasenya adalah :
T1/T2 : 0.6
T1/T3 : 0.6
T2/T3 : 0.6
Setelah Dibongkar dan dibersihkan Tahanan antar Phasenya adalah :
T1/T2 : 0.7
T1/T3 : 0.7
T2/T3 : 0.7
- Mengukur tahanan Phase dengan Ground dengan alat ukur Megger
Sebelum Motor ini dibongkar, Tahanan Phase Ground nya adalah :
T1/Gr : 32 M
T2/Gr : 32 M
T3/Gr : 168 M
Setelah dibongkar dan dibersihkan tahanan antar phase dan ground nya adalah
T1/Gr : 21.2 M
T2/Gr : 21.2 M
T3/Gr : 21.2 M
- Memeriksa Keausan Isolasi motor.
- Membersihkan body dan cup motor dari korosi dan kotoran.
- Mengecat Kembali Konduktor yang ada pada Stator
f. Setelah semua pemeriksaan dilakukan, kemudian motor dirangkai kembali.
Dan dipasangkan kembali kedudukannya semula.
g. Spesifikasi Motor Water Pump 2 :
Model
: SK528651115A
Rpm : 3550
49

Volts
Hp
Design

: 230/460
: 30
:B

Amp : 66.4/33.2
Hz
: 60
Phase : 3

Gambar 2 Name Plate Motor water Pump 2


Pemeriksaan pada Motor Fin Fan 1 ( 88 CT 1)
Motor Fin Fan ini adalah motor yang berfungsi mendinginkan Air
yang ada pada Cooling Tower, air yang panas yang dipompakan oleh motor
water pamp dari turbin didinginkan oleh motor finfan ini melalui kisi-kisi
kipas yang ada pada motor ini.
Pekerjaan yang dilakukan pada Motor Finfan ini adalah :
- Membongkar motor dari kedudukannya.
- Setelah Motor lepas dari kedudukannya, kemudian motor dibawa ke

workshoop untuk dilakukan pemeriksaan lanjut.


Pemeriksaan yang dilakukan antara lain :
Memeriksa bearing motor
Pada motor Fin Fan ini dilakukan penggantian bearing dikarenakan
bearing yang sudah lama tersebut sudah mulai goyang dan putarannya
tidak normal lagi
Type bearing yang dipakai pada motor ini adalah :
Type
: SKF
No
: 6208/C3/Explorer
Jumlah : 1 Buah Di belakang
Type
: SKF
No.
: 6205/C3
Jumlah
: 1 buah Di depan
Pada motor ini memakai 2 type bearing yang berbeda, bearing depan dan

belakang ukurannya berbeda.


Memeriksa dan mengukur tahanan (R) antar phase motor dengan alat

ukur Fluks ( Multymeter)


Sebelum motor ini dibongkar, Tahanan antar phasenya adalah :

50

T1/T2

: 2.8

T1/T3

: 2.8

T2/T3
: 2.8
Setelah Dibongkar dan dibersihkan Tahanan antar Phasenya adalah :
T1/T2
: 2.1
T1/T3

: 2.1

T2/T3
: 2.1
- Mengukur tahanan Phase dengan Ground dengan alat ukur Megger
Sebelum Motor ini dibongkar, Tahanan Phase Ground nya adalah :
T1/Gr
: 342 M
T2/Gr

: 55.6 M

T3/Gr
: 190 M
Setelah dibongkar dan dibersihkan tahanan antar phase dan ground nya adalah
T1/Gr
: 90.4 M
T2/Gr
-

: 98.2 M

T3/Gr
: 108.2 M
Memeriksa Keausan Isolasi motor.
Membersihkan body dan cup motor dari korosi dan kotoran.
Mengecat Kembali Konduktor yang ada pada Stator
Setelah semua pemeriksaan dilakukan, kemudian motor dirangkai
kembali. Dan dipasangkan kembali kedudukannya semula.
Spesifikasi Motor Fin fan 1 :
Model : 5K213Q2A3246A
Rpm : 1750
Volts
: 230/460
Amp : 19.8/9.9
Hp
: 7.5
Hz
: 60
Design : B
Phase : 3

Gambar Name Plate Motor Finfan 1


Pemeriksaan pada Motor Fin Fan 2 ( 88 CT 2)

51

Motor Fin Fan ini adalah motor yang berfungsi mendinginkan Air yang ada
pada Cooling Tower, air yang panas yang dipompakan oleh motor water pamp
dari turbin didinginkan oleh motor finfan ini melalui kisi-kisi kipas yang ada
pada motor ini.
Pekerjaan yang dilakukan pada Motor Finfan ini adalah :
Membongkar motor dari kedudukannya.
Setelah Motor lepas dari kedudukannya, kemudian motor dibawa ke
workshoop untuk dilakukan pemeriksaan lanjut.
Pemeriksaan yang dilakukan antara lain :
- Memeriksa bearing motor
Pada motor Fin Fan ini dilakukan penggantian bearing dikarenakan bearing
yang sudah lama tersebut sudah mulai goyang dan putarannya tidak normal
lagi
Type bearing yang dipakai pada motor ini adalah :
Type
: SKF
No
: 6208/C3/Explorer
Jumlah
: 1 Buah Di belakang
Type
: SKF
No.
: 6205/C3
Jumlah
: 1 buah Di depan
Pada motor ini memakai 2 type bearing yang berbeda, bearing depan dan
belakan ukurannya berbeda.
- Memeriksa dan mengukur tahanan (R) antar phase motor dengan alat ukur
Fluks ( Multymeter)
Sebelum motor ini dibongkar, Tahanan antar phasenya adalah :
T1/T2 : 5.3
T1/T3 : 7.2
T2/T3 : 7.1
Setelah Dibongkar dan dibersihkan Tahanan antar Phasenya adalah :
T1/T2 : 2.3
T1/T3 : 2.4
T2/T3 : 2.3
- Mengukur tahanan Phase dengan Ground dengan alat ukur Megger
Sebelum Motor ini dibongkar, Tahanan Phase Ground nya adalah :
T1/Gr : 175 M
T2/Gr : 195 M

52

T3/Gr : 180 M
Setelah dibongkar dan dibersihkan tahanan antar phase dan ground nya
adalah
T1/Gr : 47.4 M
T2/Gr : 67.6 M
-

T3/Gr : 70.3 M
Memeriksa Keausan Isolasi motor.
Membersihkan body dan cup motor dari korosi dan kotoran.
Mengecat Kembali Konduktor yang ada pada Stator
Setelah semua pemeriksaan dilakukan, kemudian motor dirangkai kembali.

Dan dipasangkan kembali kedudukannya semula.


- Spesifikasi Motor Fin fan 2 :
Model : 5K21BBL231
Rpm
Volts
: 230/460
Amp
Hp
: 7.5
Hz
Design : B
Phase

: 1745
: 21/10.5
: 60
:3

Gambar Name Plate Motor Finfan 2


Pemeriksaan pada Motor Fin Fan 3 ( 88 CT 3)
Motor Fin Fan ini adalah motor yang berfungsi mendinginkan Air
yang ada pada Cooling Tower, air yang panas yang dipompakan oleh motor
water pamp dari turbin didinginkan oleh motor finfan ini melalui kisi-kisi
kipas yang ada pada motor ini.
Pekerjaan yang dilakukan pada Motor Finfan ini adalah :
Membongkar motor dari kedudukannya.
- Setelah Motor lepas dari kedudukannya, kemudian motor dibawa ke
workshoop untuk dilakukan pemeriksaan lanjut.
Pemeriksaan yang dilakukan antara lain :
- Memeriksa bearing motor
53

Pada motor Fin Fan ini dilakukan penggantian bearing dikarenakan bearing
yang sudah lama tersebut sudah mulai goyang dan putarannya tidak normal
lagi.
Type bearing yang dipakai pada motor ini adalah :
Type
: SKF
No
: 6208/C3/Explorer
Jumlah
: 1 Buah Di belakang
Type
: SKF
No.
: 6205/C3
Jumlah
: 1 buah Di depan
Pada motor ini memakai 2 type bearing yang berbeda, bearing depan dan
belakan ukurannya berbeda.
- Memeriksa dan mengukur tahanan (R) antar phase motor dengan alat ukur
Fluks ( Multymeter)
Sebelum motor ini dibongkar, Tahanan antar phasenya adalah :
T1/T2
: 3.1
T1/T3

: 3.1

T2/T3
: 3.1
Setelah Dibongkar dan dibersihkan Tahanan antar Phasenya adalah :
T1/T2
: 2.4
T1/T3

: 2.4

T2/T3
: 2.4
- Mengukur tahanan Phase dengan Ground dengan alat ukur Megger
Sebelum Motor ini dibongkar, Tahanan Phase Ground nya adalah :
T1/Gr
: 520 M
T2/Gr

: 411 M

T3/Gr
: 577 M
Setelah dibongkar dan dibersihkan tahanan antar phase dan ground nya adalah
T1/Gr
: 73.3 M
T2/Gr
-

: 87.7 M

T3/Gr
: 97.3 M
Memeriksa Keausan Isolasi motor.
Membersihkan body dan cup motor dari korosi dan kotoran.
Mengecat Kembali Konduktor yang ada pada Stator
Setelah semua pemeriksaan dilakukan, kemudian motor dirangkai kembali.
Dan dipasangkan kembali kedudukannya semula.

54

- Spesifikasi Motor Fin fan 3 :


Model
: 5K213BL2658
Volts
: 230/460
Hp
: 7.5
Design
:B

Rpm
Amp
Hz
Phase

: 1750
: 20.8/10.4
: 60
:3

Gambar Name Plate Motor Finfan 3


Pemeriksaan pada motor Fan Turbine ( 88 BA )
Motor Fan turbin ini adalah motor yang berfungsi menghisap udara panas
dari dalam ruangan turbin dan membuangnya keudara luar dan membantu
mendinginkan turbin. Pekerjaan yang dilakukan pada Motor Finfan ini
adalah :
Membongkar motor dari kedudukannya.
Setelah Motor lepas dari kedudukannya, kemudian motor dibawa ke
workshoop untuk dilakukan pemeriksaan lanjut.
Pemeriksaan yang dilakukan antara lain :
- Memeriksa bearing motor
Pada motor Fin Fan ini dilakukan penggantian bearing dikarenakan bearing
yang sudah lama tersebut sudah mulai goyang dan putarannya tidak normal
lagi
Type bearing yang dipakai pada motor ini adalah :
Type
: SKF
No
: 6208/C3/Explorer
Jumlah
: 1 Buah Di belakang
Type
: SKF
No.
: 6205/C3
Jumlah
: 1 buah Di depan
Pada motor ini memakai 2 type bearing yang berbeda, bearing depan dan
belakang ukurannya berbeda.
- Memeriksa dan mengukur tahanan (R) antar phase motor dengan alat ukur
Fluks ( Multymeter)

55

Sebelum motor ini dibongkar, Tahanan antar phasenya adalah :


T1/T2
: 3,6
T1/T3

: 3.6

T2/T3
: 3.6
Setelah Dibongkar dan dibersihkan Tahanan antar Phasenya adalah :
T1/T2
: 2.8
T1/T3

: 2.8

T2/T3
: 2.8
- Mengukur tahanan Phase dengan Ground dengan alat ukur Megger
Sebelum Motor ini dibongkar, Tahanan Phase Ground nya adalah :
T1/Gr
: 220 M
T2/Gr

: 311 M

T3/Gr
: 377 M
Setelah dibongkar dan dibersihkan tahanan antar phase dan ground nya adalah
T1/Gr
: 73.3 M
T2/Gr
-

: 87.7 M

T3/Gr
: 97.3 M
Memeriksa Keausan Isolasi motor.
Membersihkan body dan cup motor dari korosi dan kotoran.
Mengecat Kembali Konduktor yang ada pada Stator
Setelah semua pemeriksaan dilakukan, kemudian motor dirangkai kembali.

Dan dipasangkan kembali kedudukannya semula.


- Spesifikasi Motor Fan Turbin :
Model
: 5K213BL2658
Rpm : 1750
Volts
: 230/460
Amp : 20.8/10.4
Hp
: 7.5
Hz
: 60
Design
:B
Phase : 3

Gambar Name Plate Motor Fan Turbin

56

Pemeriksaan Motor Cranking/Motor Starting (88 CR)


Motor cranking/starting adalah motor yang berfungsi sebagai penggerak
mula pada PLTG Riau Power Pekanbaru. Motor ini disuplai oleh Buss 400
V. Motor Cranking ini menggerakkan dan memutar turbin sampai putaran
2100 Rpm. Setelan putaran sampai pada 2100 Rpm secara otomatis motor
ini akan mati dengan sendirinya. Pada putaran 2100 tersebut, turbin sudah
bisa menghasilkan putaran sendiri dari proses pembakaran yang terjadi

1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.

pada combustion Chamber.


Pemeriksaan yang dilakukan pada motor cranking adalah :
Membuka Kabel Power Motor Cranking
Mengukur Tahanan Kabel Motor Cranking
Mengukur Tahanan antara Phase dan Graounding Motor Cranking
Mengukur Tahanan Kabel Motor cranking
Membersihkan Motor Cranking
Mengecek Isolasi kabel Motor Cranking
Memasang Rachem pada kabel Motor cranking.
Hasil Pengukuran Tahanan Kabel Motor Cranking :
Phasa R :
Phase S : 140 M
Phase T :
Tahanan Antar Phase :
R-S = 2.0
R-T = 2.0
S-T = 2.0
Tahanan Phase dan Grounding :
R-Gr = 2.1 M
S-Gr = 2.0 M
T-Gr = 1.8 M
Spesifikasi Motor Cranking :
Model
: Induction Motor
Volts
: 500
HP
: 500

57

RPM
Phase
Hz

: 3570
:3
: 60

Gambar Name Plate Motor Cranking


Inspeksi Busbar dan Modul
Inspeksi Busbar dan Modul adalah melakukan inspeksi atau pemeriksaan
terhadap busbar generator dan modul generator dan juga membersihkan
busbar dan modul dari korosi dan debu.
Sebelum melakukan pemeriksaan terlebih dahulu :
1. Meng OFF kan Power di MCC Centre
2. Breaker In-Coming di OFF kan
3. PMT rel dilepas
4. PMS rel dilepas
Setelah
semua
pekerjaan
dilakukan
maka

dapat

dilakukan

pemeriksaan/inspeksi terhadap Busbar dan Modul. Pemeriksaan yang


dilakukan antara lain :
1) Memeriksa Baut Pengikat Busbar dan melepaskan Kabel fleksibel Busbar
2) Membersihkan dan memeriksa isolasi Busbar dari kotoran debu dan cairan.
3) Membersihkan dan memeriksa Trafo NGR dan mencatat Nameplate Trafo
NGR
4) Membersihkan Capasitor Transformator dan mencatat Nameplate CT.
5) Membersikan Current Transformator dan mencatat Nameplate CT.
6) Membersihkan dan mencatat Nameplate Trafo PTT
7) Membersihkan dan mencatat Nameplate Steel Grid Resistor
8) Membersihakan dan memeriksa breaker generator
9) Membersihkan dan mencatat Namplate trafo exitasi
10) Memindahkan breaker thermocouple dari dalam box Breaker Generator
11) Memeriksa dan mengencangkan kembali baut-baut pengikat Busbar.
Peralatan-peralatan yang ada pada Generator Auxilliary Compartement adalah :
1) Busbar Generator
2) Capasitor Transformator
3) Trafo NGR ( Netral Grounding Resistansi)
4) Current Transformator
5) Trafo Exitasi
58

6) Breaker Generator.
7) Steel Grid Resistor

Relay Proteksi Generator


Relay Proteksi PMT 52 L/52 T
Transformator 20 kV/30 MVA
Dielectric Oil Transformator
Inspeksi Modul MCC
52 L Inspeksi dan Uji
Inspeksi Generator
Inspeksi Generator adalah pemeriksaan dan pengukuran yang dilakukan

terhadap generator untuk mengetahui :


1. Resistansi Generator
2. Megger Generator
3. Polarisasi Indeks Generator
Pengukuran Indeks Polarisasi bertujuan untuk mengetahui kelembapan isolasi
stator pada generator. Nilai Polarisasi yang baik pada generator adalah 2.
Nilai Polarisasi Indeks Generator :
1. Phase R
1 Menit = 1.8 G
2 Menit = 2.2 G
3 Menit = 2.5 G
4 Menit = 2.5 G
5 Menit = 2.7 G
6 Menit = 2.7 G
7 Menit = 3 G
8 Menit = 3.2 G
9 Menit = 3.2 G
10 Menit = 3.4 G
Maka Nilai PI nya adalah :
Nilai Akhir dibagi Nilai Awal = 3.4 /1.8 = 1.9
2. Phase S
1 Menit = 1.8 G
2 Menit = 2.4 G
3 Menit = 2.8 G

59

4 Menit = 3.1 G
5 Menit = 3.4 G
6 Menit = 3.5 G
7 Menit = 3.8 G
8 Menit = 4 G
9 Menit = 4 G
10 Menit = 4G
Maka Nilai PI nya adalah :
Nilai Akhir dibagi Nilai Awal : 4/1.8 = 2.22
3. Phase T
1 Menit = 1.9 G
2 Menit = 2.5 G
3 Menit = 2.9 G
4 Menit = 3 G
5 Menit = 3.2 G
6 Menit = 3.2 G
7 Menit = 3 G
8 Menit = 3.2 G
9 Menit = 3.2 G
10 Menit = 3.7 G
Maka Nilai PI nya adalah :
Nilai akhir dibagi nilai awal = 3.7/1.9 = 1.95
Nb: Nilai PI yang baik adalah 2.
4. Surge Cimparizont Test
Surge Comparizont test berfungsi :
1. Mengukur Nilai Surja Grounding
2. Mengukur Belitan Grounding
5. Tangen Delta/faktor disipasi Generator
Tan delta Generator adalah Mengukur Umur isolasi generator dan
menentukan apakah isolasi generator masih layak atau tidak dipakai lagi.
52 G Inspeksi dan Uji
52 G adalah Circuit Breaker Generator yang berfungsi sebagai pengaman
Generator.
52 G sangat perlu dilakukan inspeksi dan pengujian agar kinerja CB ini tetap
terjaga dengan baik.
Pengujian yang dilakukan pada Circuit Breaker ini adalah :
1. Pengujian Tahanan Kontak
Rangkaian tenaga listrik sebagian besar terdiri dari banyak titik
sambungan. Sambungan adalah dua atau lebih permukaan dari beberapa
jenis konduktor bertemu secara fisik sehingga arus/energi listrik dapat

60

disalurkan tanpa hambatan yang berarti. Pertemuan dari beberapa


konduktor menyebabkan suatu hambatan/resistan terhadap arus yang
melaluinya sehingga akan terjadi panas dan menjadikan kerugian teknis.
Rugi ini sangat signifikan jika nilai tahanan kontaknya tinggi. Sambungan
antara konduktor dengan PMT atau peralatan lain merupakan tahanan
kontak yang syarat tahanannya memenuhi kaidah Hukum Ohm sebagai
berikut :
E=I.R
Jika didapat kondisi tahanan kontak sebesar 1 Ohm dan arus yang mengalir
adalah 100 Amp maka ruginya adalah :
W=

.R

W = 10.000 watt
1.

Prinsip Tahanan Kontak

Prinsip dasar tahanan kontak sama dengan alat ukur tahanan murni (Rdc),
singkatnya yakni pada kontak yang menutup/sambungan dialiri arus listrik
dc, kemudian diukur berapa besarnya tegangan pada kontak/sambungan
tersebut oleh voltmeter, dari hasil tegangan yang diperoleh maka akan
didapat nilai Tahanan Kontak (R=V/I). Pada alat ukur tahanan kontak arus
yang dialirkan sangat besar (I=100 Ampere dc).
2. Arus injeksi tahanan kontak harus lebih besar
Sederhananya pengukuran tahanan kontak tujuannya adalah untuk
mencari nilai R dengan range milli ohm s/d micro ohm. Untuk
mendapatkan

nilai

sekecil

itu

maka

dibutuhkan

sensor

tegangan/voltmeter yang sensitivitas tegangannya sangat kecil (milli s/d


micro Volt). Logikanya adalah apabila Nilai R= 40 micro Ohm, diinjeksi

dengan arus 10 A dc, maka dibutuhkan sebuah Voltmeter yang mampu


untuk mengukur tegangan 400 micro volt di lokasi yang tingkat induksi
teganganya sangat besar. Dengan nilai tegangan sekecil itu dilokasi dengan

61

penuh induksi tegangan tinggi, tingkat kesalahan alat ukur akan menjadi
lebih besar. Oleh karena itu agar memperkecil tingkat kesalahan sensor
tegangan. Pada alat ukur tahanan kontak di lengkapi dengan injeksi arus
DC tinggi (mencapai 100 s/d 200A). Dengan injeksi 100 A dan
diasumsikan nilai tahanan kontak 40 micro ohm, maka voltmeter akan
mensensing tegangan 4 milliVolt. Senting tegangan 4 mV tentu lebih
mudah dan lebih aman dari kesalahan pengukuran bagi voltmeter.
3.

Batasan pengukuran tahanan kontak


Nilai tahanan kontak PMT yang normal (acuan awal) harus

disesuaikan dengan petunjuk / manual dari masing masing pabrikan PMT


(dikarenakan nilai ini dapat berbeda antar merk), sebagai contoh adalah
sebagai berikut :
standard G.E. 100 350
standard ASEA 45
standard MG 35
standard PLN (apabila tdk tercantum di nameplate) 100 (sesuai
dengan P3B O&M PMT/001.01).
Pengujian Tahanan Kontak Circuit Breaker Generator PT. Riau Power
Pekanbaru dilakukan Dengan Arus Sebesar 100 A
Pengujian pada Phase R :
1. Digital :
R = 0.08
2. Analog :
V = 8.0 V
I = 101.2 A
Maka :

Pengujian Pada Phase S :


1. Digital :
R = 0.09
2. Analog :

62

V = 9.5 V
I = 105 A
Maka :

Pengujian pada Phase T :


1. Digital :
R = 0.08
2. Analog :
V = 8 V
I = 101 A
Maka :

2. Pengujian Keserempakan Kontak Circuit Breaker saat Close dan Open


Pengukuran Keserempakan Kontak Circuit Breaker adalah Pengukuran
keserempakan Pemutus Tenaga (CB) adalah pengukuran yang dilakukan
untuk mengetahui waktu kerja PMT (CB) secara individu serta untuk
mengetahui waktu keserempakan PMT pada saat menutup ataupun
membuka.
Pengukukuran keserempakan Circuit Breaker perlu dimonitor secara
rutin dan berkala karena apabila PMT tidak trip secara serempak hal ini akan
dapat menyebabkan gangguan bahkan ledakan yang tidak diinginkan, untuk
itu pada pemutus tenaga biasanya dilengkapi dengan sistem proteksi yang
namanya pole discrepancy, yakni semacam proteksi relai yang memberikan
order trip kepada ketiga phasa PMT apabila ada salah satu atau dua phasa
pemutus tenaga yang gagal masuk.
Batasan yang dipakai dalam pengukuran Keserampakan Kontak
Pada waktu PMT trip akibat terjadi suatu gangguan pada system tenaga listrik
diharapkan PMT bekerja dengan cepat sehingga clearing time yang
diharapkan sesuai standard berikut

SPLN No 52-1 1983 untuk system 70 KV = 150 milli detik

SPLN No 52-1 1984 untuk system 150 kV = 120 milli detik,

63

final draft Grid Code 2002 untuk sistem 500 kV = 90 milli detik

Hal yang perlu diperhatikan dalam pengujian Keserempakan Pemutus Tenaga


Hal yang perlu diperhatikan pada saat pengujian keserempakan PMT
dilakukan dalam keadaan tidak bertegangan antara lain:

Pentanahan

langsung

[solid

grounding],

Memasang

pentanahan

(Grounding) pada salah satu sisi kontak PMT, hal ini untuk mengurangi
resiko arus induksi yang mengalir melalui alat uji.

Memasukkan (ON) PMT yang akan diuji.

Memasang pentanahan (grounding) untuk alat uji keserempakan.

Rangkaian Pengujian Keserempakan

Hasil Pengukuran Keserempakan Kontak Circuit Breaker Generator pada


saat Close

64

Gambar Hasil Pengukuran Keserempakan Kontak Pada saat Close

Hasil Pengukuran Keserempakan Kontak Circuit Breaker Generator pada


saat Open

65

Gambar Hasil Pengukuran Keserempakan Kontak Pada saat Open

Hasil Pengukuran Keserempakan Kontak Circuit Breaker Generator pada


saat Close

66

Gambar Hasil Pengukuran Keserempakan Kontak Pada saat Close


BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Proses sinkronisasi pada pembangkit di PLTG Riau Power yaitu : Sinkron di
Circuit Breaker Generator. Proses sinkronisasi ini terjadi saat pembangkit mulai
beroperasi (start up). dan proses ini menyambungkan line pembangkit dengan
line pada bus.

67

2. Cara untuk sinkronisasi pada pemangkitan ada 2 cara, yaitu : Auto synchron dan
Manual synchron. Yang digunakan di PLTG Riau Power yaitu Manual
synchron.
3. Ada dua jenis sinkronisasi pada pembangkit yaitu : Forward Synchronization
(sinkronisasi

maju)

dan

Reverse

Synchronization

atau

backward

synchronization (sinkronisasi terbalik). Jenis sinkronisasi yang dipakai pada


PLTG Riau Power adalah Forward Synchronization (sinkronisasi maju).
4. Ada 4 Syarat yang harus dipenuhi agar terjadi sinkronisasi kedalam sistem
yaitu:
1. Mempunyai Tengangan Kerja yang sama
2. Mempunyai Frekuensi Kerja yang sama
3. Mempunyai Sudut Phase yang sama
4. Mempunyai Urutan Phase yang sama
Selain itu, ada 5 Syarat lain yang harus dipenuhi selain syarat diatas karena
berhubungan dengan peralatan lain dipembangkit, syarat tersebut adalah :
1. Harus mendapat suplay tegangan dari jaringan 20 kV PLN untuk
menyuplai peralatan pendukung generator pada saat mulai start up.
2. Putaran turbin pembangkit berada pada kisaran 5100 rpm dan putaran Load
gear berada pada kisaran 3000 rpm.
3. Breaker Exiter berada pada posisi Close.
4. Governor Valve dibuka minimal 20% agar mudah dalam pengoperasian.
5. Tekanan Uap dijaga pada 17 Bar (250 Psi)
B. Saran
1. Diperlukan ketelitian dalam menentukan besar arus esitasi generator (eksitasi)
karena akan mempengaruhi tegangan generator.
2. Untuk menjamin keselamatan selama melaksanakan pekerjaan hendaknya
menggunakan alat pelindung diri (APD) atau safety equipment yang sesuai
dengan standart Health Environtment Safety (HES)

68

DAFTAR PUSTAKA
1. Djiteng Marsudi, Operasi Sistem Tenaga Listrik, Graha Ilmu, Yogyakarta,
2006.
2. Data Name Plate Turbine, Generator, Compressor, Motor-motor, PLTG Riau
3.
4.
5.
6.

Power.
Buku Kursus Pengoperasian PLTG, Undiklat Suralaya PT. PLN (Persero)
Buku Petunjuk Operasi Unit Alsthom PLTG Sunyaragi, Cirebon
Dr. Suyitno. M.,Pd, Pembangkit Energi Listrik, Rieneka Cipta,Jakarta 2011.
HandBook Gas TurbineOperation Manual 1 X 20 MW Power Generation, PT
Dalle Operation Services, 2010

69

Anda mungkin juga menyukai