Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
Oleh:
Kelompok 2
Revina Febri N. P.
Nur Safira Anindita
Nouveraa Nadya P.
Andini Retno
Laillia Ghaisani
Atika Puspa Riani
Celline Pangesti
Ruby Marudiana
Solfa Indah S. D
I14130064
I14130075
I14130090
I14130103
I14130109
I14130118
I14144006
I14144033
I14144038
Asisten Praktikum
Azizah Rohimah
Dwi Astuti
PENDAHULAN
Latar Belakang
Berdasarkan UU No 18 tahun 2012, pangan adalah segala sesuatu yang
berasal dari sumber hayati produk pertanian, perkebunan, kehutanan, perikanan,
peternakan, perairan, dan air, baik diolah maupun tidak diolah yang diperuntukkan
sebagai makanan atau minuman bagi konsumsi manusia, termasuk bahan
tambahan pangan, bahan baku pangan, dan bahan lainnya yang digunakan dalam
proses penyiapan, pengolahan, dan/atau pembuatan makanan dan minuman.
Menurut Malian et al. (2004), produksi beras Indonesia masih bergantung
pada produksi padi di Pulau Jawa. Sebesar 56% produksi padi nasional dipegang
oleh Pulau Jawa, 22% oleh Pulau Sumatra, 10% dari Pulau Sulawesi, 5% dari
Pulau Kalimantan, dan 7% dari pulau lainnya. Jumlah tersebut masih
menunjukkan produksi padi nasional tidak tersebar merata. Peningkatan penduduk
yang terus terjadi pada suatu daerah mengakibatkan munculnya perubahan pada
tingkat konsumsi pada suatu daerah. Memenuhi konsumsi yang mengalami
perubahan harus diikuti dengan ketersediaan yang juga mencukupi hingga surplus.
Kebutuhan seseorang akan memengaruhi status gizinya. Status gizi juga menjadi
indikaKonsumsi yang baik dari bahan-bahan pangan dan memenuhi kebutuhan
gizinya akan meningkatkan kondisi dan status gizi seseorang.
Konsumsi yang semakin meningkat, membutuhkan pengaturan yang baik
agar setiap daerah dapat memenuhi kebutuhannya setiap tahunnya. Kondisi
dimana ketersediaan pangan, konsumsi dan distribusi pangan adalah ketahanan
pangan. Berdasarkan UU no 7 tahun 1996, ketahanan pangan adalah kondisi
dimana terpenuhinya pangan bagi rumah tangga, sehingga setiap anggotanya
mendapatkan pangan sesuai dengan kebutuhannya. Apabila suatu anggotany tidak
dapat terpenuhi kebutuhannya akan timbul masalah baru.
Oleh karena itu, diperlukan perencanaan yang baik agar setiap anggota
dapat memenuhi kebutuhannya. Selain perencanaan yang baik, diperlukan juga
kebijakan yang mendukung agar setiap perencanaan yang dilakukan dapat
didukung dengan baik. Perencanaan yang baik dan memenuhi kebutuhan hingga
ke tingkat keluarga.
Tujuan
Tujuan Umum
:
Menganalisis situasi dan kebutuhan serta merumuskan rencana strategis
pembangunan bidang pangan dan gizi dengan menggunakan Skor Pola Pangan
Harapan di Kabupaten Bogor.
Tujuan Khusus
:
1. Menganalisis keadaan pangan dan gizi, khususnya pada subsistem
ketersediaan, distribusi, dan konsumsi pangan, serta status gizi
masyarakat di Kabupaten Bogor
2. Menyusun kebutuhan dan target penyediaan pangan wilayah
berdasarkan Skor Pola Pangan Harapan Kabupaten Bogor
METODE
Desain Studi
Praktikum ini menggunakan desain dengan mengumpulkan data-data dan
informasi mengenai keadaan pangan dan gizi di Kabupaten Bogor yang diperoleh
dari data sekunder. Data yang telah dikumpulkan kemudian dianalisis untuk
mengetahui ketersediaan, stabilitas harga, dan kebijakan yang berkaitan dengan
pangan dan gizi di Kabupaten Bogor.
Jenis dan Sumber Data
Data yang digunakan merupakan data sekunder pada tahun 2013 dan 2014
yang tersedia oleh pemerintah Kabupaten Bogor. Sumber data yang digunakan
berasal dari Kabupaten Bogor Dalam Angka 2015. Data yang digunakan terdiri
dari keadaan umum wilayah, jumlah penduduk, laju pertumbuhan, data produksi,
dan data konsumsi pangan strategis. Data tersebut diolah dan dianalisis untuk
mendapatkan skor pola pangan harapan (PPH) ketersediaan maupun skor pola
pangan harapan (PPH) konsumsi di Kabupaten Bogor. Jenis data dan sumber data
yang digunakan disajikan pada tabel berikut.
No
1
2
3
4
5
6
Sekunder
Sekunder
Sumber Data
DDA
DDA
DDA
DDA, Data Dinas
Peternakan,Data
Dinas Pertanian
SUSENAS
NBM
Analisis Data
Analisis data yang dilakukan menggunakan Microsoft excel kemudian
dianalisis hasil perhitungannya. Data yang diolah menggunakan Microsoft excel
adalah data konsumsi pangan dari data SUSENAS dan ketersediaan pangan
dengan neraca bahan makanan (NBM). Situasi konsumsi pangan diukur secara
kualitatif dilihat dari skor Pola Pangan Harapan (PPH) dan kuantitatif dilihat dari
tingkat kecukupan energi dan protein.
Definisi Operasional
Distribusi pangan adalah setiap kegiatan atau serangkaian kegiatan dalam rangka
penyaluran bahan pangan atau pangan kepada masyarakat, baik untuk
diperdagangkan atau tidak.
Ketahanan pangan adalah kondisi terpenuhinya pangan bagi suatu wilayah
sampai dengan perseorangan, yang tercermin dari tersedianya pangan
yang cukup, baik jumlah maupun mutunya, aman, beragam, bergizi,
merata, dan terjangkau serta tidak bertentangan dengan agama,
keyakinan, dan budaya masyarakat, untuk dapat hidup sehat, aktif, dan
produktif secara berkelanjutan.
Ketersediaan pangan adalah jumlah pangan yang disediakan di suatu wilayah
mencakup produksi, impor/ekspor, bibit/benih,bahan baku industri
pangan dan non pangan, penyusutan/tercecer dan yang tersedia untuk
dikonsumsi oleh masyarakat di wilayah tersebut.
Konsumsi pangan adalah banyaknya atau jumlah pangan, secara tunggal maupun
beragam, yang dikonsumsi seseorang atau sekelompok orang yang
bertujuan untuk memenuhi kebutuhan fisiologis, psikologis dan
sosiologis.
NBM adalah penyajian data pangan dalam bentuk tabel yang dapat
menggambarkan situasi dan kondisi ketersediaan pangan untuk konsumsi
penduduk di suatu wilayah (negara/ provinsi/kabupaten-kota) pada waktu
tertentu (satu tahun).
Pangan adalah segala sumber yang berasal dari hayati maupun air yang
digunakan untuk memenuhi kebutuhan konsumsi manusia dari berbagai
sudut pandang.
Pola Pangan Harapan (PPH) adalah jumlah dan konsumsi pangan yang secara
agregat dibutuhkan untuk memenuhi kebutuhan gizi menurut kuantitas
dan kualitas maupun keberagamannya dengan mempertimbangkan aspek
sosial, ekonomi, budaya, agama, daya terima dan citarasa.
Skor PPH adalah angka yang menunjukkan mutu pangan secara kualitas dan
keragamannya yang dikonsumsi penduduk berdasarkan hasil survey
SUSENAS.
Susenas adalah survei untuk mengumpulkan informasi/data di bidang
kependudukan, kesehatan, pendidikan, keluarga berencana, perumahan,
serta konsumsi dan pengeluaran yang sangat dibutuhkan oleh beberapa
kalangan.
PEMBAHASAN
Ketersediaan Pangan
dari skor PPH Kabupaten Bogor yang hanya mencapai angka 45.1 dan hal ini
akan mempengaruhi konsumsi penduduk kabupaten Bogor karena
mengindikasikan kurang beragamnya pangan yang tersedia. Ketersediaan pangan
golongan hewani, kacang-kacangan serta sayur dan buah telah memenuhi skor
PPH ideal sedangkan bahan pangan lainnya masih memiliki skor PPH di bawah
skor PPH ideal. Hal ini berbanding lurus dengan produksi peternakan, kacangkacangan serta sayur dan buah di Kabupaten Bogor berturut-turut mencapai
178.486.084 kg, 1.607 ton dan 5.235.451 kwintal. Produksi tertinggi dari
komoditi kacang-kacangan adalah kacang tanah. Produksi tertinggi dari komoditi
peternakan adalah ayam ras pedaging dan untuk sayur dan buah adalah jamur.
Beberapa kelemahan NBM yang dapat mengganggu hasil %AKE serta
skor PPH, yaitu tidak terdapatnya data perubahan stok, underestimate data
produksi, besar terkonversi tidak sesuai dengan kenyataan, dan data ekspor tidak
termasuk data olahan (Badan Ketahanan Pangan Nasional 2005).
2.
-
Distribusi Pangan
Sarana Prasarana dan Kelembagaan Distribusi Pangan
Jalan merupakan prasarana pengangkutan darat yang penting untuk
memperlancar kegiatan perekonomian. Jalan yang berkualitas akan meningkatkan
usaha pembangunan karena dapat memudahkan mobilitas penduduk dan
memperlancar lalu lintas barang antar daerah. Panjang jalan yang berada di
wilayah Kabupaten Bogor secara keseluruhan mencapai 2.034.255 Km, sebesar
95.74% jalan tersebut sudah di aspal. Pada tahun 2014 tercatat jalan yang
berkondisi baik 1.248.687 Km (72%), sedang sebesar 9%, rusak sebesar 3%, dan
rusak berat sebesar 16%.
Saran perdagangan yang terdapat di Kabupaten Bogor antara lain mini
market sebanyak 490, pasar modern sebanyak 11, pasar tradisional sebanyak 24,
pasar desa sebanyak 41, dan pertokoan sebanyak 901.
pengeluaran rumah tangga, karena data pendapatan yang akurat sulit diperoleh.
Stabilitas harga bahan pangan dapat mempengaruhi daya beli masyarakat terhadap
pangan. Stabilitas harga pangan di Kabupaten Bogor pada tahun 2014 dapat
dilihat pada Tabel 3.
No
1
2
3
4
5
6
7
8
9
Ski
186.3651
79.8092
180.2487
193.9727
174.7049
175.3481
185.7638
176.5933
12.4332
151.6932
Konsumsi Pangan
No
1
2
3
4
5
6
7
8
9
50.4
1.1
9.3
10.5
1.6
3.7
1.9
2.8
4.7
86.1
No
Golongan Pangan
Total
Skor PPH
72.3
Masalah
3
5
3
3
1
1
9
15
Keterangan
Prioritas
2
2
Insfrastruktur Jalan
Kabupaten Bogor. Panjang jalan yang berada di wilayah Kabupaten Bogor secara
keseluruhan mencapai 2.034.255 Km, sebesar 95.74% jalan tersebut sudah di
aspal. Masalah infrastuktur jalan di kabupaten Bogor terbagi menjadi jalan
kondisi rusak berat, rusak, sedang, dan berkondisi baik. Pada tahun 2014 tercatat
jalan yang berkondisi baik 1.248.687 Km (72%), sedang sebesar 9%, rusak
sebesar 3%, dan rusak berat sebesar 16%. Jalan rusak berat yang terjadi di cukup
tinggi sehingga menjadi prioritas utama dalam mengatasi permasalahan pangan
dan gizi dibanding dengan jalan rusak ringan. Banyaknya jalan rusak berat di
daerah Kabupaten Bogor akan mengganggu sitem distribusi barang dan pangan
dari satu daerah ke daerah lain. Terganggunya distribusi dapat dapat mengurangi
stok di daerah yang memiliki kekurangan sumber pangan. Akhirnya akan
meningkatkan masalah pangan dan gizi lainnya yaitu kemiskinan dan
menimbulkan masalah kekurangan zat gizi.
2
Kemiskinan
Gambar 1 disajikan diagram causal model permasalahn gizi yang mengacu pada
kerangka UNICEF.
ng (23%), underweight (62.8% dari anak stunting), angka kematian ibu (71 orang), angka kematian bayi (216
Pendidikan
Status infeksi
Penyebab langsung
Masalah
Utamapendud
berat (16%), jalan rusak sedang (9%), jalan rusak ringan (3%), PDRB harga berlaku (Rp 151
285 110),
Masalah Dasar
dari masalah gizi yang terjadi di Kabupaten Bogor antara lain jalan rusak berat
sebesar 16%, jalan rusak sedang sebesar 9%,dan jalan rusak ringan sebesar 3%,
serta PDRB harga berlaku sebesar Rp 151 285 110. Jalan yang rusak dapat
menghambat akses penduduk terhadap pangan dan menuju fasilitas kesehatan.
Masalah dasar dari masalah gizi yang terjadi di Kabupaten Bogor antara lain krisis
ekonomi, politik, sosial, dan budaya.
98.1
1.9
95.9
4.1
36.1
63.9
100
22.7
18.2
27.3
18.2
13.6
energi paling sedikit adalah jeruk, yaitu sebesar 3 kkal/kap/hari. Apabila data
konsumsi aktual pangan strategis telah diketahui, kemudian dilakukan analisis
kebutuhan pangan strategis Kabupaten Bogor pada tahun 2017. Kebutuhan
pangan ideal di Kabupaten Bogor dapat dilihat pada Tabel 8.
Tabel 8 Kebutuhan pangan ideal Kabupaten Bogor
Kebutuhan Pangan Ideal Penduduk berdasarkan PPH
Bahan Pangan
Ton/tahun
Gram/kap/hari
Kg/kap/tahun
9.94
53007.7
Beras
27.24
0.19
1029.8
Tepung terigu
0.53
3.97
21156.1
Minyak Kelapa sawit
10.87
0
0
Minyak Kelapa
0.22
51.46
274343.4
Tahu
140.99
1.01
5391.5
Tempe
2.77
3.62
19304.3
Gula Pasir
9.92
43.5
231905.0
Daun singkong
119
0
0
Bawang putih
0
27.65
147414.3
Pisang
75.76
0
0
Salak
0
13.27
70758.9
Jeruk
36.36
Analisis kebutuhan pangan ideal yang dilakukan berdasarkan konsumsi
aktual pangan strategis Kabupaten Bogor, diketahui bahwa komoditas tahu yang
paling dibutuhkan oleh Kabupaten Bogor, yaitu sebesar 274343.4 ton/tahun.
komoditas pangan kedua yang paling dibutuhkan adalah buah pisang, yaitu
sebesar 147414.3 ton/tahun.
F. Proyeksi Kebutuhan Pangan Berdasarkan PPH
Estimasi dan proyeksi kebutuhan pangan perlu dilakukan oleh pemerintah
Kabupaten Bogor untuk memenuhi kebutuhan pangan penduduknya. Dalam
melakukan proyeksi kebutuhan pangan Kabupaten Bogor menggunakan tahun
dasar 2014 dengan tahun yang ingin dicapai yaitu tahun 2017, dan menetapkan
tahun 2020 sebagai tahun ideal. Data proyeksi PPH, proyeksi konsumsi energi
menurut PPH, dan proyeksi konsumsi pangan menurut PPH setiap golongan
bahan pangan perlu untuk diketahui untuk menentukan kebutuhan pangan.
Proyeksi Pola Pangan Harapan dapat dilihat pada Tabel 9.
No
1
2
3
4
5
6
7
8
9
Kacang-kacangan
Gula
Sayur dan Buah
Lain-lain
Total Pangan
3,8
1,0
14,2
0,0
64.9
7,5
1,9
23,7
0,0
86.0
10,0
2,5
30,0
0,0
100.0
No
1
2
3
4
5
6
7
8
9
No
1
2
3
4
5
6
7
8
9
Pangan Hewani
Minyak dan Lemak
Buah/Biji Berminyak
Kacang-kacangan
Gula
Sayur dan Buah
Lain-lain
Total Pangan
74,4
25,1
4,7
17,6
11,3
170,1
47,5
681,4
117,7
24,7
7,7
27,6
22,1
214,6
19,0
800,3
146,6
24,4
9,8
34,2
29,3
244,3
0,0
879,5
454278.2
129129.2
156394.3
Program
Kegiatan
Program Perbaikan
Perbaikan
Gizi
Gizi
Masyarakat
Masyaraka Pengadaan
t
makanan
tambahan
Rapat kerja
program
perbaikan
gizi
masyarakat
SKPD
Sasaran
Dinke
s
Bayi,
balita,
ibu
hamil,
dan ibu
menyusu
i
Indikator
Capaia
keberhasilan
n
Seluruh Meningka Tahun
Kabupa
tnya
2013
ten
status gizi status
Bogor
balita.
gizi
balita
Menurun
mening
nya
prevalensi kat
balita gizi 0.69%.
buruk. Tahun
2013
Presentas
seluruh
e balita
anak
naik
yang
timbanga
mengal
nnya
ami
Presentas
gizi
Lokasi
Strategi
Pengemb
angan
Keamana
n pangan
Kab
Bogor
Meningk
atkan
ketahana
n pangan
Program
Program
Pengawas
an dan
Pengendal
ian
Kesehatan
Makanan
Program
Peningkat
an
Ketahanan
Pangan
Kegiatan
Peningkatan
mutu dan
keamanan
makanan
SKPD
Sasaran
Lokasi
Dinke
s
Pengusa
ha
makanan
Seluruh
Kabupa
ten
Bogor
Seluruh
masyara
kat
Seluruh
Kabupa
ten
Bogor
Indikator
keberhasilan
e ibu
hamil
yang
mendapat
tablet Fe
Gizi
buruk
mendapat
perawatan
Jumlah
PMT
untuk
balita dan
ibu hamil
KEK
Cakupan
pengawasan
terhadap obat
dan makanan
yang
berbahaya
Jumlah
pelaksana
sosialisasi
keamanan
makanan
jajanan
Jumlah
pelaksana
sosialisasi
keamanan
makanan
untuk
memperoleh
sertifikat
PIRT
Jumlah
display
Kantin Sehat
di sekolah
(1)(2)(3)
Jumlah rapat
koordinasi
Capaia
n
buruk
sudah
mendap
at
perawat
an
3 kali
3 plakat
14
SD/MI
2 kali
Strategi
Program
Kegiatan
harga pangan.
(3) Koordinasi
penganekarag
aman
konsumsi
pangan
(P2KP)
Kabupaten
Bogor.
(4)
Pengembanga
n lumbung
pangan.
(5)
Penanganan
daerah rawan
pangan.
(6)
Pengembanga
n desa
mandiri
pangan.
SKPD
Sasaran
Lokasi
Indikator
keberhasilan
(3)Keanekara
gaman
konsumsi
pangan Kab
Bogor,
kadarsi, dan
pembinaan.
(4) Jumlah
peserta
pelatihan
lumbung
pangan.
(5)
(5) Jumlah
Cigude bahan pangan
g,
yang tersedia
Jasinga, bagi
Sukaja keluarga.
ya,
Pamija
han,
Rumpi
n,
Babaka
n
Madan
g,
Cigom
bong,
Cijeruk
,
Ciomas
, Taman
sari
(6)
Seluruh (6) Jumlah
kabupat desa mandiri
en
pangan,
Bogor. jumlah
kelompok
penerima
program
diversifikasi
pangan,
jumlah balita
Capaia
n
Strategi
Program
Kegiatan
SKPD
Lokasi
Masyara
kat
Kabupa
ten
Bogor
Jumlah
peserta
pelatihan
Leulian
g,
Rancab
ungur,
Cibung
bulang,
Cijeruk
,
Drama
ga
Kabupa
ten
Jumlah
promosi
(7)Percepatan
penganekarag
aman
konsumsi
pangan dan
gizi.
(8)
Pengembanga
n pangan
lokal berbasis
sumber daya
(9) Penigkatan
peran DKP
Kab Bogor.
Meningk
atkan
peran
lembagalembaga
pelatihan
dan
lembaga
sertifikas
i profesi
dalam
pengemb
angan
kompete
ndi
SDM.
KRPL
1.
BKP
Pelatihan dan
pendampinga
n mandiri
pangan 2.
Pembinaan
dan cadangan
pangan
pemerintah
3.
Pembina
an dan
pengembanga
n P2KP.
4.
Promosi
pangan lokal
pada
HPS(Hari
Pangan
Sedunia);
Indikator
keberhasilan
gizi buruk
yang diberi
PMT.
(7) Jumlah
pelaksana
sosialisasi
P2KP, jumlah
pelatihan
pengolahan
pangan lokal,
jumlah
pelaksana
lomba ipta
menu.
(8) jumlah
pangan lokal
yang
dikembangka
n.
(9) jumlah
produk
olahan Kab
Bogor.
Sasaran
Capaia
n
2 kali
Strategi
Mengata
si dan
membant
u daerah
yang
masih
mengala
mi rawan
pangan
Program
Kegiatan
Program
Penanggul
angan
kerawanan
an Pangan
Penyedia dan
pengembanga
n
kewaspadaan
di daerah
rawan
bencana
Pemberian
bantuan
SKPD
Sasaran
Lokasi
BKP
Seluruh
kabupate
n bogor
Bogor
Kabupa
ten
Bogor
Indikator
Capaia
keberhasilan
n
pangan lokal
Ketersediaan 1
data daerah
dokume
rawan
n
pangan
Data SKPG
5 buku
Laporan
akhir
kegiatan
DAFTAR PUSTAKA
[BPS Kabupaten Bogor] Badan Pusat Statistik Kabupaten Bogor. 2015.
Kabupaten Bogor dalam Angka 2015. Bogor (ID): Badan Pusat Statistik
Kabupaten Bogor.
[Riskesdas] Riset Kesehatan Dasar. 2013. Jakarta (ID): Badan Penelitian dan
Pengembangan Kesehatan, Departemen Kesehatan, Republik Indonesia.
Malian AH, Mardianto S, dan Ariani M. 2004. Faktor-faktor yang memengaruhi
produksi, konsumsi, dan harga beras serta inflasi bahan makanan [Jurnal].
Jurnal Agro Ekonomi. Vol 22 (2) : 119-146.
Widyakarya Nasional Pangan dan Gizi (WNPG). 2004. Jakarta (ID): Lembaga
Ilmu Pengetahuan Indonesia.