Anda di halaman 1dari 26

BAB II

KAJIAN PUSTAKA
A. Kajian Pustaka
1. Prestasi Belajar Matematika
a. Belajar
Belajar merupakan faktor yang penting dalam proses seseorang
memperoleh ilmu pengetahuan.Setiap manusia dituntut untuk terus belajar
agar dapat meningkatkan kualitas di dalam dirinya dan juga lingkungan
sekitarnya.
Menurut W.S. Winkel (1991:36) dalam bukunya yang berjudul
Psikologi Pengajaran.Menurutnya,pengertian belajar adalah suatu aktivitas
mental/psikis yang berlangsung dalam interaksi aktif dengan lingkungan
yang menghasilkan perubahan-perubahan dalam pengetahuan,pemahaman,
keterampilan,dan nilai-nilai sikap.Perubahan itu bersifat secara relatif
konstan dan berbekas.
Sementara menurut Slameto,Belajar adalah suatu proses usaha yang
dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang
baru secara keseluruhan,sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi
dengan lingkungannya(2010:2).
Sementara itu Witherington (1952) mengatakan bahwa belajar
merupakan perubahan dalam kepribadian yang dimanifestasikan sebagai
pola-pola respons yang baru berbentuk keterampilan, sikap, kebiasaan,
pengetahuan dan kecakapan.
Dari beberapa pendapat di atas,disimpulkan bahwa Belajar
merupakan usaha seseorang untuk memperoleh kepandaian atau ilmu,
berlatih, berubah tingkah laku atau tanggapan yang disebabkan oleh
pengalaman.

b. Prestasi Belajar
Istilah prestasi belajar terdiri dari dua suku kata,yaitu prestasi dan
belajar.Istilah prestasi di dalam Kamus Ilmiah Populer (Adi Satrio,2005:
467) didefinisikan sebagai hasil yang telah dicapai.Noehi Nasution (1998: 4)
menyimpulkan bahwa belajar dalam arti luas dapat diartikan sebagai suatu
proses yang memungkinkan timbulnya atau berubahnya suatu tingkah laku
sebagai hasil dari terbentuknya respon utama,dengan syarat bahwa
perubahan atau munculnya tingkah baru itu bukan disebabkan oleh adanya
kematangan atau oleh adanya perubahan sementara karena sesuatu hal.
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia,bahwa yang dimaksud dengan
prestasi belajar adalah penguasaan pengetahuan atau keterampilan yang
dikembangkan oleh mata pelajaran,lazimnya ditunjukan dengan nilai tes atau
angka nilai yang diberikan oleh guru.
Berdasarkan uraian-uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa prestasi
belajar adalah tingkat keberhasilan yang dicapai dari suatu kegiatan atau
usaha yang dapat memberikan kepuasan emosional,dan dapat diukur dengan
alat atau tes tertentu.
c. Hakekat Matematika
Istilah Matematika berasal dari bahasa Yunani, mathein dan
mathenem yang berarti mempelajari. Kata matematika diduga erat
hubungannya dengan kata sansekerta, medha atau widya yang artinya
kepandaian, ketahuan atau intelegensi. (Nasution, 1980: 2).
Hudoyo (1979:96) mengemukakan bahwa hakikat matematika
berkenan dengan ide-ide,struktur- struktur dan hubungan-hubungannya yang
diatur menurut urutan yang logis.Jadi matematika berkenaan dengan konsepkonsep yang abstrak.Selanjutnya dikemukakan bahwa apabila matematika
dipandang sebagai struktur dari hubungan-hubungan maka simbol- simbol
formal diperlukan untuk membantu memanipulasi aturan-aturan yang
beroperasi di dalam struktur-struktur.Sedangkan Soedjadi (1985:13)

berpendapat bahwa simbol-simbol di dalam matematika umumnya masih


kosong dari arti sehingga dapat diberi arti sesuai dengan lingkup semestanya.
Dengan demikian dapat dikatakan bahwa matematika merupakan
ilmu pengetahuan yang mempelajari struktur yang abstrak dan pola
hubungan yang ada didalamnya. Ini berarti bahwa belajar matematika pada
hakekatnya adalah belajar konsep, struktur konsep dan mencari hubungan
antar konsep dan strukturnya. Ciri khas matematika yang deduktif
aksiomatis ini harus diketahui oleh guru sehingga mereka dapat
membelajarkan matematika dengan tepat, mulai dari konsep-konsep
sederhana sampai yang kompleks.
d. Prestasi Belajar Matematika
Berdasarkan pengertian prestasi belajar dan hakekat matematika yang
telah diuraikan,dapat diambil kesimpulan bahwa prestasi belajar matematika
adalah hasil usaha yang dicapai oleh siswa pada periode tertentu yang
menyatakan penguasaan pengetahuannya setelah mengikuti proses belajar
matematika.
e. Faktor yang mempengaruhi Prestasi belajar
Prestasi belajar di sekolah sangat dipengaruhi oleh kemampuan umum
kita yang diukur oleh IQ,IQ yang tinggi dapat meramalkan kesuksesan
prestasi belajar.Namun demikian pada beberapa kasus,IQ yang tinggi ternyata
tidak menjamin kesuksuksesan seseorang dalam belajar dan hidup
bermasyarakat.
IQ bukanlah satu-satunya faktor penentu kesuksesan prestasi belajar
seseorang.Ada faktor-faktor lain yang turut andil dalam mempengaruhi
perkembangan prestasi belajar.
Sementara itu, Sunarto (2009) mendeskripsikan faktor-faktor yang
dapat mempengaruhi prestasi belajar dan mengklasifikasikannya menjadi dua
bagian, yaitu: 1) faktor-faktor intern; dan 2) faktor-faktor ekstern.

Faktor-faktor intern, yakni faktor-faktor yang berasal dari dalam diri


seseorang yang dapat mempengaruhi prestasi belajarnya. Di antara faktorfaktor intern yang dapat mempengaruhi prestasi belajar seseorang adalah
antara lain: 1) kecerdasan/intelegensi; 2) bakat; 3) minat; 4) motivasi. Adapun
faktor-faktor ekstern, yaitu faktor-faktor yang dapat mempengaruhi prestasi
belajar seseorang yang sifatnya berasal dari luar diri seseorang tersebut. Yang
termasuk faktor-faktor ini adalah antara lain: 1) keadaan lingkungan
keluarga; 2) keadaan lingkungan sekolah; dan 3) keadaan lingkungan
masyarakat (Sunarto, 2009).
2. Model Pembelajaran
a. Pengertian Model Pembelajaran
Untuk mengatasi berbagai masalah dalam pelaksanaan pembelajaran,
diperlukan model-model pembelajaran yang dianggap dapat mengatasi kesulitan
guru dalam melaksanakan tugas mengajar dan kesulitan belajar siswa.
Menurut Aunurrahman, Model pembelajaran dapat diartikan sebagai
perangkat rencana atau pola yang dapat dipergunakan untuk merancang bahanbahan pembelajaran serta membimbing aktivitas pembelajaran di kelas atau di
tempat-tempat lain yang melaksanakan aktivitas-aktivitas pembelajaran(2009:
146).Sedangkan menurut Brady (1958),model pembelajaran dapat diartikan
sebagai blueprint yang dapat dipergunakan untuk membimbing guru di dalam
mempersiapkan dan melaksanakan pembelajaran (Aunurrahman,2009:146).
Dari pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran
adalah cara yang digunakan oleh guru untuk merancang bahan pembelajaran
sampai dengan melaksanakan pembelajaran di dalam kelas.
b. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe NHT (Numbered Head Togeter)
Cooperative learning-CL menurut Jacob (1999) adalah pembelajaran
dengan sekelompok kecil peserta didik bekerja/belajar bersama-sama dan
saling membantu satu sama lain untuk menyelesaikan tugas-tugas
akademik.Selama pembelajaran dalam diri peserta didik akan tumbuh dan

berkembang sikap dan perilaku saling ketergantungan (interdependensi)


secara positif,sehingga mendorong untuk belajar dan bekerja secara sungguhsungguh sampai kompetensi dapat diwujudkan.
Pembelajaran kooperatif akan memberikan rnanfaat bagi peserta didik
sekaligus menjadikan kelebihan strategi ini dalam:
a. Meningkatkan kemampuannya untuk bekerja sama dan bersosialisasi.
b. Melatih kepekaan diri,empati melalui variasi perbedaan sikap-laku selama
bekerja sama.
c. Upaya mengurangi rasa kecemasan dan menumbuhkan rasa percaya diri,
d. Meningkatkan motivasi belajar (partisipasi dan minat),harga diri dan
sikap laku yang positif.
e. Meningkatkan prestasi belajarnya.
NHT merupakan salah satu tipe dari pembelajaran kooperatif.
Menurut Trianto (2011: 82), NHT merupakan kegiatan pembelajaran
kooperatif yang dikembangkan oleh Spencer Kagan (1993) yang dirancang
untuk mempengaruhi pola interaksi siswa dan sebagai alternatif terhadap
struktur kelas tradisional. Pada umumnya NHT digunakan untuk lebih
banyak melibatkan siswa dalam penguatan pemahaman pembelajaran atau
mengecek pemahaman siswa terhadap materi pembelajaran. Selain itu,
NHT juga mendorong siswa untuk meningkatkan semangat kerja sama
mereka. Dalam pembelajaran kooperatif NHT dapat dipastikan seluruh
siswa akan terlibat total dalam pembelajaran, hal ini yang menjadi alasan
dipilihnya NHT dalam penelitian ini. NHT juga merupakan cara yang
sangat baik untuk menambah tanggung jawab individual terhadap diskusi
kelompok.
Menurut Maheady et al. (2006: 24) Previous research has shown
that Numbered Heads Together is an efficient and effective instructional
technique to increase student responding and to improve achievement.
Pembelajaran dengan Numbered Heads Together mengupayakan siswa

berkonsentrasi terhadap pelajaran, memusatkan pikiran untuk merasa siap


menjawab pertanyaan, berpikir kritis, serta lebih bergairah.
Menurut Trianto (2011: 82) dalam mengajukan pertanyaan kepada
seluruh kelas, guru menggunakan struktur empat fase sebagai sintaks NHT:
1) Fase 1: Penomoran
Dalam fase ini, guru membagi siswa ke dalam kelompok 3-5 orang
dankepada setiap anggota kelompok diberi nomor antara 1 sampai 5.
2) Fase 2: Mengajukan Pertanyaan
Guru mengajukan sebuah pertanyaan kepada siswa. Pertanyaan dapat
bervariasi. Pertanyaan dapat amat spesifik dan dalam bentuk kalimat
tanya.
3) Fase 3: Berpikir Bersama
Siswa menyatukan pendapatnya terhadap jawaban pertanyaan itu dan
meyakinkan tiap anggota dalam timnya mengetahui jawaban tim.
4) Fase 4: Menjawab
Guru memanggil suatu nomor tertentu, kemudian siswa yang nomornya
sesuai mengacungkan tangannya dan mencoba untuk menjawab
pertanyaan untuk seluruh kelas.

c. Model Pembelajaran Portofolio


Menurut Johnson (dalam Siti Maesuri P,2003:12) mendefinisikan a
portfolio is a organized collection of avidence accunulated over time on a
students or groups academic progress,achievment,skill and attitudes.Jadi
portofolio merupakan koleksi dari bukti-bukti kemajuan peserta didik atau
kelompok

peserta

didik,bukti

prestasi,ketrampilan

dan

sikap

peserta

didik.Dengan kata lain portofolio merupakan suatu kumpulan pekerjaan peserta


didik dengan maksud tertentu dan terpadu yang diseleksi menurut panduanpanduan yang ditentukan.
Portofolio juga dapat diartikan sebagai suatu wujud benda fisik,sebagai
suatu proses sosial paedagogis, maupun adjective.Sebagai suatu wujud benda
fisik portofolio adalah bundel yaitu kumpulan atau dokumentasi hasil pekerjaan
peserta didik yang disimpan dalam suatu bundel.Misalnya hasil tes awal (pretest),tugas-tugas,catatan anekdot, piagam penghargaan,keterangan melaksanakan
tugas terstruktur,hasil tes akhir (post-test), dan sebagainya.Sebagai suatu proses
sosial paedagogis,portofolio adalah collection of learning experience yang
terdapat dalam pikiran peserta didik baik berwujud pengetahuan,keterampilan,
maupun nilai dan sikap.Adapun sebagai wujud adjective portofolio seringkali
disandingkan dengan konsep lain,misalnya dengan konsep pembelajaran dan
penilaian.Jika disandingkan dengan konsep pembelajaran maka dikenal istilah
pembelajaran berbasis portofolio (portfolio based learning),sedangkan jika
disandingkan dengan konsep penilaian maka dikenal dengan istilah penilaian
berbasis portofolio (portfolio based assessment).
Melalui model pembelajaran portofolio,selain

diupayakan

dapat

membangkitkan minat belajar peserta didik secara aktif,kreatif,juga dapat


mengembangkan pemahaman nilai-nilai kemampuan bepartisipasi secara efektif,
serta diiringi suatu sikap tanggung jawab.Sebagai suatu inovasi,model
pembelajaran berbasis portofolio didasari oleh beberapa landasan pemikiran
sebagai berikut:
1) Empat Pilar Pendidikan
Dalam proses pembelajaran tidak seharusnya memposisikan peserta
didik sebagai pendengar ceramah guru atau dosen laksana botol kosong yang
diisi dengan ilmu pengetahuan.Peserta didik harus diberdayakan agar mau dan
mampu untuk memperkaya pengalaman belajarnya (learning to do) dengan
meningkatkan interaksi dengan lingkungannya baik lingkungan fisik,sosial

maupun

budaya

sehingga

mampu

membangun

pemahaman

dan

pengetahuannya terhadap dunia di sekitarnya (learning to know).Diharapkan


hasil interaksi dengan lingkungannya itu dapat membangun pengetahuan dan
kepercayaan dirinya (learning to be).Kesempatan berinteraksi dengan berbagai
individu atau kelompok yang bervariasi (learning to live together) akan
membentuk kepribadian untuk memahami kemajemukan dan melahirkan sikapsikap positif dan toleran terhadap keanekaragaman dan perbedaan hidup.
2) Pandangan Konstruktivisme
Menurut pandangan konstruktivisme,menganggap semua peserta didik
mulai dari usia taman kanak-kanak sampai perguruan tinggi memiliki
pengetahuan tentang lingkungan dan gejala lingkungan di sekitarnya,meskipun
seringkali miskonsepsi.Mereka senantiasa mempertahankan peristiwa ini karena
peristiwa ini terkait dengan pengetahuan awal lain yang sudah dibangun dalam
wujud struktur kognitif.Dengan demikian arsitek pengubah gagasan/pendapat
peserta didik adalah peserta didik sendiri dan guru hanya berperan sebagai
"fasilitator dan penyedia kondisi" supaya proses belajar mengajar besa
berlangsung.
3) Democtaric Teaching
Democratic Teaching (Pengajaran Demokratis) adalah suatu bentuk
upaya menjadikan sekolah sebagai pusat kehidupan demokrasi melalui proses
pembelajaran yang demokratis.Secara singkat dapat dikatakan sebagai proses
pembelajaran yang dilandasi nilai-nilai demokrasi,yaitu penghargaan terhadap
kemampuan,menjunjung
kesempatan,dan

tinggi

memperhatikan

keadilan,menerapkan
keragaman

peserta

persamaan

didik.Di

dalam

praktiknya,para guru/pendidik hendaknya memposisikan peserta didik sebagai


insan yang harus dihargai kemampuannya dan diberi kesempatan untuk
mengembangkan potensinya.

Model pembelajaran berbasis portofolio (MPBP) mengacu pada


sejumlah prinsip dasar pembelajaran diantaranya:
a) Prinsip Perserta didik aktif
Proses belajar dengan menggunakan MPBP berpusat pada peserta
didik,dengan demikian model ini menganut prinsip belajar peserta didik
aktif.Aktivitas peserta didik hampir di seluruh proses pembelajaran meliputi 3
fase yaitu:
Fase Perencanaan Aktifitas Peserta didik
Kegiatan yang dilakukan adalah mengidentifikasi masalah dengan

menggunakan teknik bursa ide.


Fase Kegiatan Lapangan
Dilakukan dengan cara mengumpulkan data dan informasi yang

diperlukan untuk menjawab permasalahan yang menjadi kajian kelas.


Fase Pelaporan Aktifitas
Menyusun data / informasi secara sistematis dan disimpan pada sebuah

bundel (portofolio sesi dokumentasi)


b) Kelompok Belajar Kooperatif
Proses pembelajaran MPBP juga menerapkan prinsip belajar
kooperatif, yaitu proses pembelajaran berbasis kerjasama baik kerjasama
antarpeserta didik atau kerjasama antar komponen- komponen lain di sekolah
termasuk kerjasama sekolah dengan orang tua peserta didik dan lembaga
terkait.
c) Pembelajaran partisipatorik
MPBP juga menganut prinsip dasar pembelajaran partisipatorik,sebab
melalui model ini peserta didik belajar sambil melakoni.Salah satu bentuk
pelakonan itu adalah peserta didik belajar hidup berdemokrasi,sebab dalam
tiap langkah dalam model ini memiliki makna yang ada hubungannya dengan
praktik hidup berdemokrasi
d) Reactive Teaching
Di sini guru harus dapat menciptakan situasi sehingga materi
pelajaran selalu menarik dan tidak membosankan.Ciri-ciri guru yang reaktif
diantaranya adalah:
1) Menjadikan peserta didik sebagai pusat kegiatan belajar
9

2) Pembelajaran dimulai dengan hal- hal yang sudah diketahui dan dipahami
peserta didik
3) Selalu berupaya membangkitkan motivasi belajar peserta didik dengan
membuat materi pelajaran sebagai sesuatu hal yang menari dan berguna
bagi kehidupan peserta didik
4) Segera mengenali materi atau metode pembelajaran yang membuat peserta
didik bosan dan segera bisa menanggulanginya.
d. Model Pembelajaran Langsung (Direct Learning)
Model Pembelajaran Langsung adalah model pembelajaran yang
menggunakan pendekatan mengajar yang dapat membantu siswa mempelajari
keterampilan dasar dan memperoleh pengetahuan langkah demi langkah adalah
model pengajaran langsung (direct intruction).Arends (2001) mengatakan A
teaching model that is aimed at helping student learn basic skills and knowledge
that can be taught in a step-by-step fashion. or our purposes here,the model is
labeled the direct instruction.
Model pengajaran langsung (direct instruction) dilandasi oleh teori
belajar perilaku yang berpandangan bahwa belajar bergantung pada pengalaman
termasuk pemberian umpan balik.Satu penerapan teori perilaku dalam belajar
adalah pemberian penguatan.Umpan balik kepada siswa dalam pembelajaran
merupakan penguatan yang merupakan penerapan teori perilaku tersebut.
Model pengajaran langsung memberikan kesempatan siswa belajar
dengan mengamati secara selektif,mengingat dan menirukan apa yang
dimodelkan gurunya.Oleh karena itu hal penting yang harus diperhatikan dalam
menerapkan model pengajaran langsung adalah menghindari menyampaikan
pengetahuan yang terlalu kompleks.Di samping itu,model pengajaran langsung
mengutamakan pendekatan deklaratif dengan titik berat pada proses belajar
konsep dan keterampilan motorik,sehingga menciptakan suasana pembelajaran
yang lebih terstruktur.Guru yang menggunakan model pengajaran langsung
tersebut bertanggung jawab dalam mengidentifikasi tujuan pembelajaran,
struktur materi, dan keterampilan dasar yang akan diajarkan.

10

Sintaks model pengajaran langsung memiliki 5 tahapan, sebagai berikut:


Fase 1 : Fase Orientasi Pada fase ini guru memberikan kerangka pelajaran dan
orientasi terhadap materi pelajaran.
Fase 2 : Fase Presentasi/Demonstrasi Pada fase ini guru menyajikan materi
pelajaran baik berupa konsep atau keterampilan.
Fase 3 : Fase Latihan Terstruktur Dalam fase ini,guru merencanakan dan
memberikan bimbingan kepada siswa untuk melakukan latihan-latihan awal.
Guru memberikan penguatan terhadap respon siswa yang benar dan mengoreksi
yang salah.
Fase 4 : Fase Latihan Terbimbing Pada fase ini,siswa diberi kesempatan untuk
berlatih konsep dan keterampilan serta menerapkan pengetahuan atau
keterampilan tersebut ke situasi kehidupan nyata.
Latihan terbimbing ini dapat digunakan guru untuk mengakses
kemampuan siswa dalam melakukan tugas, mengecek apakah siswa telah
berhasil melakukan tugas dengan baik atau tidak, serta memberikan umpan
balik.Guru memonitor dan memberikan bimbingan jika perlu
Fase 5 : Fase Latihan Mandiri Siswa melakukan kegiatan latihan secara mandiri,
dan guru memberikan umpan balik bagi keberhasilan siswa.
Adapun kelebihan dan kekurangan model pembelajaran langsung
(Direct learning),antara lain:
1) Kelebihan Model pembelajaran Langsung (Direct learning)
a) Dalam model pengajaran langsung, guru mengendalikan isi materi
dan urutan informasi yang diterima oleh siswa sehingga dapat
mempertahankan fokus mengenai apa yang harus dicapai oleh siswa.
b) Merupakan cara yang paling efektif untuk mengajarkan konsep dan
keterampilan-keterampilan kepada siswa yang berprestasi rendah
sekalipun.
c) Model ini dapat digunakan untuk membangun model pembelajaran
dalam bidang studi tertentu. Guru dapat menunjukan bagaimana
suatu permasalahan dapat didekati, bagaimana informasi dianalisis,
bagaimana suatu pengetahuan dihasilkan.

11

d) Model pengajaran langsung menekankan kegiatan mendengarkan


(melalui ceramah) dan kegiatan mengamati (melalui demonstrasi),
sehingga membantu siswa yang cocok belajar dengan cara-cara ini.
2) Kekurangan Model pembelajaran Langsung (Direct learning)
a) Karena dalam model ini berpusat pada guru, maka kesuksesan
pembelajaran bergantung pada guru. Jika guru kurang dalam
persiapan, pengetahuan, kepercayaan diri, antusiasme maka siswa
dapat menjadi bosan, teralihkan perhatiannya, dan pembelajaran akan
terhambat.
b) Model pengajaran langsung sangat bergantung pada cara komunikasi
guru. Jika guru tidak dapat berkomunikasi dengan baik maka akan
menjadikan pembelajaran menjadi kurang baik pula. Jika materi yang
disampaikan

bersifat

kompleks,

rinci

atau

abstrak,

model

pembelajaran langsung tidak dapat memberikan kesempatan pada


siswa untuk cukup memproses dan memahami informasi yang
disampaikan.
c) Jika terlalu sering menggunakan model pengajaran langsung akan
membuat beranggapan bahwa guru akan memberitahu siswa semua
informasi yang perlu diketahui. Hal ini akan menghilangkan rasa
tanggung jawab mengenai pembelajan siswa itu sendiri.
d) Demonstrasi sangat bergantung pada keterampilan pengamatan
siswa. Kenyataannya, banyak siswa bukanlah pengamat yang baik
sehingga sering melewatkan hal-hal penting yang seharusnya
diketahui.
e. Pendekatan Saintifik
Dalam

pembelajaran

dengan

Kurikulum

2013

dilaksanakan

menggunakan pendekatan ilmiah (scientific approach).Proses pembelajaran


mencakup tiga aspek penting yakni

sikap,pengetahuan,dan keterampilan.

Pendekatan ilmiah (scientific appoach) dalam pembelajaran matematika

12

meliputi beberapa dimensi yang harus dilakukan siswa dalam mengamati,


menanya,mencoba,mengolah,menyajikan,menyimpulkan,dan mencipta.Dalam
hal ini,pendekatan ilmiah tidak semua dilakukan dalam proses pembelajaran
karena setiap standar kompetensi dan kompetensi dasar pada setiap materi
berbeda.Pada kondisi seperti ini, tentu saja proses pembelajaran harus tetap
menerapkan nilai-nilai atau sifat-sifat ilmiah.Pendekatan saintifik pada
pembelajaran menurut Kemendikbud (2014) disajikan sebagai berikut.
1) Mengamati
Metode

mengamati

mengutamakan

kebermaknaan

proses

pembelajaran (meaningful learning).Metode ini memiliki keunggulan


tertentu,seperti menyajikan media obyek secara nyata,peserta didik senang
dan tertantang, dan mudah pelaksanaannya.Tentu saja kegiatan mengamati
dalam rangka pembelajaran ini biasanya memerlukan waktu persiapan yang
lama dan matang, biaya dan tenaga relatif banyak,dan jika tidak terkendali
akan mengaburkan makna serta tujuan pembelajaran.
Metode mengamati sangat bermanfaat bagi pemenuhan rasa ingin
tahu peserta didik.Sehingga proses pembelajaran memiliki kebermaknaan
yang tinggi.Dengan metode observasi peserta didik menemukan fakta
bahwa ada hubungan antara obyek yang dianalisis dengan materi
pembelajaran yang digunakan oleh guru.
2) Menanya
Guru yang efektif mampu menginspirasi peserta didik untuk
meningkatkan

dan

pengetahuannya.Pada

mengembangkan
saat

guru

ranah

bertanya,pada

sikap,keterampilan,dan
saat

itu

pula

dia

membimbing atau memandu peserta didiknya belajar dengan baik.Ketika


guru menjawab pertanyaan peserta didiknya,ketika itu pula dia mendorong
asuhannya itu untuk menjadi penyimak dan pembelajar yang baik.
Berbeda dengan penugasan yang menginginkan tindakan nyata,
pertanyaan dimaksudkan untuk memperoleh tanggapan verbal.Istilah
pertanyaan tidak selalu dalam bentuk kalimat tanya,melainkan juga

13

dapat dalam bentuk pernyataan,asalkan keduanya menginginkan tanggapan


verbal. Bentuk pertanyaan, misalnya:Apakah ciri-ciri kalimat yang efektif?
Bentuk pernyataan, misalnya: Sebutkan ciri-ciri kalimat efektif!.
3) Mengumpulkan Informasi/Mencoba
Untuk memperoleh hasil belajar yang nyata atau otentik,peserta didik
harus mencoba atau melakukan percobaan,terutama untuk materi atau
substansi yang sesuai.Peserta didik pun harus memiliki keterampilan proses
untuk mengembangkan pengetahuan tentang alam sekitar,serta mampu
menggunakan metode ilmiah dan bersikap ilmiah untuk memecahkan
masalah-masalah yang dihadapinya sehari-hari.
Aplikasi metode eksperimen atau mencoba dimaksudkan untuk
mengembangkan berbagai ranah tujuan belajar,yaitu sikap,keterampilan,
dan pengetahuan.Aktivitas pembelajaran yang nyata untuk ini adalah: (1)
menentukan tema atau topik sesuai dengan kompetensi dasar menurut
tuntutan kurikulum; (2) mempelajari cara-cara penggunaan alat dan bahan
yang tersedia dan harus disediakan; (3)mempelajari dasar teoritis yang
relevan dan hasil-hasil eksperimen sebelumnya; (4) melakukan dan
mengamati percobaan; (5) mencatat fenomena yang terjadi, menganalisis,
dan menyajikan data; (6) menarik simpulan atas hasil percobaan; dan (7)
membuat laporan dan mengkomunikasikan hasil percobaan.
Agar pelaksanaan percobaan dapat berjalan lancar maka:(1) guru
hendaknya merumuskan tujuan eksperimen yanga akan dilaksanakan
murid,(2) guru bersama murid mempersiapkan perlengkapan yang
dipergunakan,(3) perlu memperhitungkan tempat dan waktu,(4) guru
menyediakan kertas kerja untuk pengarahan kegiatan murid,(5) guru
membicarakan masalah yanga akan yang akan dijadikan eksperimen,(6)
membagi kertas kerja kepada murid, (7) murid melaksanakan eksperimen
dengan bimbingan guru, dan(8) guru mengumpulkan hasil kerja murid dan
mengevaluasinya,bila dianggap perlu didiskusikan secara klasikal.
4) Mengasosiasi/ Menalar
14

Istilah menalar dalam kerangka proses pembelajaran dengan


pendekatan saintifik yang dianut dalam Kurikulum 2013 untuk
menggambarkan bahwa guru dan peserta didik merupakan pelaku aktif.
Titik tekannya tentu dalam banyak hal dan situasi peserta didik harus lebih
aktif daripada guru.Penalaran adalah proses berpikir yang logis dan
sistematis atas fakta-kata empiris yang dapat diobservasi untuk
memperoleh simpulan berupa pengetahuan.Penalaran dimaksud merupakan
penalaran ilmiah, meski penakaran nonilmiah tidak selalu tidak bermanfaat.
Istilah menalar di sini merupakan padanan dari associating;bukan
merupakan terjemanan dari reasonsing,meski istilah ini juga bermakna
menalar atau penalaran.Karena itu, istilah aktivitas menalar dalam konteks
pembelajaran pada Kurikulum 2013 dengan pendekatan saintifik banyak
merujuk pada teori belajar asosiasi atau pembelajaran asosiatif.Istilah
asosiasi dalam pembelajaran merujuk pada kemamuan mengelompokkan
beragam ide dan mengasosiasikan beragam peristiwa untuk kemudian
memasukannya menjadi penggalan memori.Selama mentransfer peristiwaperistiwa khusus ke otak, pengalaman tersimpan dalam referensi dengan
peristiwa lain.Pengalaman-pengalaman yang sudah tersimpan di memori
otak berelasi dan berinteraksi dengan pengalaman sebelumnya yang sudah
tersedia.Proses itu dikenal sebagai asosiasi atau menalar.Dari persepektif
psikologi,asosiasi merujuk pada koneksi antara entitas konseptual atau
mental sebagai hasil dari kesamaan antara pikiran atau kedekatan dalam
ruang dan waktu.
5) Mengkomunikasikan
Kegiatan belajar yang dilakukan pada tahapan mengkomunikasikan
adalah menyampaikan hasil pengamatan,kesimpulan berdasarkan hasil
analisis secara lisan,tertulis,atau media lainnya.Kegiatan lainnya adalah
menuliskan atau menceritakan apa yang ditemukan dalam kegiatan mencari
informasi,mengasosiasikan

dan

menemukan

pola.Hasil

tersebut
15

disampaikan di kelas dan dinilai oleh guru sebagai hasil belajar peserta
didik atau kelompok peserta didik tersebut.
Pada tahapan mengkomunikasikan kewenangan guru lebih bersifat
direktif atau manajer belajar,sebaliknya,peserta didiklah yang harus lebih
aktif. Dalam situasi itu, peserta didik berinteraksi dengan empati,saling
menghormati,dan menerima kekurangan atau kelebihan masing-masing.
Dengan cara semacam ini akan tumbuh rasa aman,sehingga memungkin
peserta didik menghadapi aneka perubahan dan tntutan belajar secara
bersama-sama.
f. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe NHT (Numbered Heads Togeter)
dengan Pendekatan Saintifik
Berdasarkan kajian teori tentang Numbered Heads Together dan
pendekatan saintifik, maka yang dimaksud dengan Numbered Heads Together
dengan pendekatan saintifik adalah model pembelajaran hasil gabungan antara
Numbered Heads Together dan pendekatan saintifik. Misalnya pada langkah
kedua dari kegiatan inti mencakup kegiatan mengamati.Pada langkah ketiga
mencakup kegiatan menanya.Pada langkah keempat mencakup kegiatan
mengumpulkan informasi. Pada langkah kelima mencakup kegiatan menalar dan
pada langkah keenam mencakup kegiatan mengkomunikasikan. Hubungan antara
model pembelajaran NHT dengan pendekatan saintifik tersebut dapat dilihat pada
Tabel 2.1.
Tabel 2.1. Hubungan antara Model Pembelajaran NHT dengan Pendekatan
Saintifik
Kegiatan Pembelajaran Model NHT
a. Langkah pertama (Penomoran): siswa berkelompok

Pendekatan Saintifik

yang beranggotakan 4-5 orang secara

16

heterogen. Masing-masing anggota kelompok


mendapat nomor yang berbeda satu sama lain.
b. Langkah kedua: Guru mengajukan persoalan yang

Mengamati

nyata dan berhubungan dengan kehidupan seharihari kepada siswa untuk diamati.
c. Langkah ketiga: Siswa merumuskan pertanyaan

Menanya

terkait dengan persoalan yang berhubungan


peristiwa sehari-hari yang berhubungan dengan
materi.
d. Langkah keempat (berpikir bersama): setiap siswa

Mengumpulkan

diberikan kebebasan untuk menuangkan ide-ide dan informasi


mempraktekkan pendapatnya .
e. Langkah kelima:Siswa berpikir bersama untuk

Menalar

mencari jawaban atau pemecahan yang berkaitan


dengan permasalahan. Setelah menemukan
pemecahan masalahnya secara bersama-sama,
mereka perlu meyakinkan bahwa setiap anggota
kelompok mengetahui jawaban tersebut.
f. Langkah keenam (menjawab): guru memanggil Mengkomunikasikan
suatu nomor tertentu, kemudian siswa yang nomornya
sesuai mengacungkan tangannya dan mencoba untuk
menjawab pertanyaan untuk seluruh kelas (presentasi).
g. Model Pembelajaran Portofolio dengan Pendekatan Saintifik
Berdasarkan kajian teori tentang model pembelajaran portofolio dan
pendekatan saintifik, maka yang dimaksud dengan model pembelajaran
portofolio dengan pendekatan saintifik adalah model pembelajaran hasil
gabungan antara model pembelajaran portofolio dan pendekatan saintifik.
Hubungan antara model pembelajaran portofolio dengan pendekatan
saintifik tersebut dapat dilihat pada Tabel 2.2.
17

Kegiatan Pembelajaran Model Portofolio


Pendekatan Saintifik
1. Guru menjelaskan materi yang akan dipelajari
2. Siswa dibuat kelompok heterogen,tiap kelompok
beranggotakan 4 orang. Setiap kelompok dipilih
siapa yang menjadi ketua.
3. Guru memberikan soal cerita yang berhubungan
dengan sitem persamaan linear dua variable

Mengamati

(SPLDV) kepada masing-masing kelompok untuk


diamati.
4. Guru berkeliling untuk melihat kegiatan siswa,
siswa dapat mengajukan pertanyaan kepada guru Menanya
bila mengalami kesulitan.
5. Setiap kelompok melakukan

diskusi

dalam

penyelesaian soal.
Mengumpulkan
6. Hasil kerja tiap kelompok berbentuk bendel yang
informasi,menalar
menunjukkan hasil kerja kelompok yaitu proses
kerja siswa dalam menyelesaikan soal.
7. Hasil kerja tiap kelompok diakhir kegiatan berupa
satu bendel dan diserahkan kepada guru.
8. Setelah semua terkumpul, tiap kelompok
mempresentasikan hasil kerja mereka di depan
kelas.

Mengkomunikasikan

Kegiatan guru adalah membantu siswa pada saat di kelas tentang


masalah-masalah yang dihadapi siswa (pada kerja kelompok) dengan cara
membimbing apa yang menjadi kesulitannya selama mengerjakan soal,karena
masing-masing kelompok tentunya mempunyai kesulitan yang tidak sama. Guru
juga dapat memberikan penilaian selama proses ini berlangsung. Dari kegiatan
ini siswa di akhir kegiatan mendapatkan hasil, yaitu satu bendel yang
mencerminkan proses pembelajaran siswa yang mereka lakukan dari awal sampai
akhir secara sistematis.
18

h. Model Pembelajaran Langsung (Direct Learning) dengan Pendekatan


Saintifik
Berdasarkan kajian teori tentang model pembelajaran langsung dan
pendekatan saintifik, maka yang dimaksud dengan model pembelajaran langsung
dengan pendekatan saintifik adalah model pembelajaran hasil gabungan antara
model pembelajaran langsung dan pendekatan saintifik.
Hubungan antara model pembelajaran langsung dengan pendekatan
saintifik tersebut dapat dilihat pada Tabel 2.3.
Kegiatan Pembelajaran Model Pembelajaran Langsung
Pendekatan Saintifik
1. Guru member penjelasan atau arahan mengenai
kegiatan yang akan dilakukan
2. Guru menyajikan materi/menjelaskan ulang hal yang
dianggap sulit bagi siswa
3. Guru merencanakan dan memberikan bimbingan
kepada siswa untuk melakukan latihan-latihan awal.
4. Siswa diberi kesempatan untuk berlatih konsep dan
keterampilan serta menerapkan pengetahuan atau Mengamati
keterampilan tersebut ke situasi kehidupan nyata.
Latihan terbimbing ini dapat digunakan guru untuk
mengakses kemampuan siswa dalam melakukan
tugas, mengecek apakah siswa telah berhasil
melakukan tugas dengan baik atau tidak, serta
memberikan umpan balik.
5. Guru memonitor dan memberikan bimbingan jika
perlu. Dalam kegiatan ini siswa dapat bertanya

Menanya

apabila mengalami kesulitan.


6. Fase Latihan Mandiri Siswa melakukan kegiatan
latihan secara mandiri. Siswa dapat menggunakan
seluruh informasi yang ia dapatkan dari guru melalui
kegiatan mengamati dan menanya sebelumnya untuk

Mengumpulkan
informasi,menalar.

menyelesaikan soal.
19

7. Guru menawarkan siswa untuk maju/menunjuk salah


satu siswa untuk maju ke depan kelas menunjukkan
jawabannya.Guru dapat memberikan umpan balik Mengkomunikasikan
atas jawaban siswa.
8. Intelegensi Siswa
Dalam bidang pendidikan inteligensi dimanfaatkan untuk mengetahui
sejauh mana prestasi belajar yang dapat dicapai oleh individu, untuk penyesuaian
dalam sekolah, jurusan, dan perlakuan kepada subjek didik. Dalam penerimaan
tes untuk masuk atau melanjutkan pendidikan serta masuk di suatu bidang kerja
pun saat ini salah satunya melalui tes inteligensi. Individu dalam menyelesaikan
masalah, apakah cepat atau lambat, faktor yang turut menentukan adalah faktor
inteligensi dari individu yang bersangkutan. (Walgito, 2010:210).
Anita E. Woolfolk (Yusuf, 2006:106) mengemukakan bahwa menurut
teoriteori lama, inteligensi itu meliputi tiga pengertian, yaitu (1) kemampuan
untuk belajar; (2) keseluruhan pengetahuan yang diperoleh; dan (3) kemampuan
untuk beradaptasi secara berhasil dengan situasi atau lingkungan pada umumnya.
Selanjutnya Woolfolk mengemukakan inteligensi itu merupakan satu atau
beberapa kemampuan untuk memperoleh dan menggunakan pengetahuan dalam
rangka menyelesaikan masalah dan beradaptasi dengan lingkungan.
Jadi, dapat kita simpulkan bahwa Inteligensi ialah kemampuan individu
dalam mendayagunakan potensi yang ada pada dirinya sebagai upaya
memecahkan suatu permasalahan untuk beradaptasi pada lingkungannya.
Berikut ini pada tabel 2.4 akan dipaparkan tingkatan dalam intelegensi:
IQ (Intelligence Quotient)
140-ke atas
130-139
120-129
110-119
90-109
80-89
70-79
50-69

Klasifikasi
Jenius
Sangat cerdas
Cerdas
Di atas normal
Nomral
Di bawah normal
Bodoh
Terbelakang (Moron/Debil)
20

49 ke bawah

Terbelakang (Imbecile/dan Idiot)

Dalam dunia pendidikan dan pengajaran masalah inteligensi


merupakan salah satu masalah pokok. Oleh karena itu, peranan inteligensi
dalam proses pendidikan ada yang menganggap demikian pentingnya
sehingga dipandang menentukan dalam hal berhasil atau tidaknya seseorang
dalam hal belajar, sedangkan pada sisi lain ada juga yang menganggap bahwa
inteligensi tidak terlalu mempengaruhi dalam hal belajar.Namun, pada
umumnya orang berpendapat bahwa inteligensi merupakan salah satu faktor
penting yang ikut menentukan berhasil atau gagalnya belajar seseorang.
Seseorang yang memiliki inteligensi yang tinggi cenderung memiliki
perbedaan dan kelebihan dalam menanggapi sesuatu permasalahan demi
mencapai tujuannya. Pelajar yang memiliki inteligensi tinggi dalam proses
belajar, dia akan lebih mudah mengatasi masalahnya dan cenderung bisa
mencapai tujuan pembelajaran. Ini dikarenakan seorang pelajar yang memiliki
inteligensi tinggi cenderung bisa menentukan tujuannya tanpa harus
mendapatkan bimbingan lebih dari gurunya, dan dapat menyesuaikan dirinya
untuk mencapai tujuan.
Kenyataan menunjukkan bahwa setiap anak memiliki tingkat
inteligensi yang berbeda-beda. Perbedaan tersebut tampak memberikan warna
di dalam kelas. Selama menerima pelajaran yang diberikan oleh guru, ada
anak yang dapat mengerti dengan cepat apa yang disampaikan oleh guru, dan
ada pula anak yang lamban dalam menerima pelajaran, ada anak yang cepat
dan ada yang lamban dalam menyelesaikan tugas-tugas yang diberikan.
Perbedaan individu dalam inteligensi ini perlu diketahui dan dipahami oleh
guru, terutama dalam hubungannya dengan pengelompokan siswa. Selain itu,
guru harus menyesuaikan tujuan pembelajarannya dengan kapasitas
inteligensi siswa. Perbedaan inteligensi yang dimiliki oleh siswa membuat

21

guru harus mengupayakan agar pembelajaran yang ia berikan dapat membantu


semua siswa dengan perlakuan metode yang beragam (Khadijah, 2009:102).
9. Tinjauan Materi Tentang Sistem Persamaan Linear Dua Variabel (SPLDV)
SPLDV adalah suatu system persamaan yang terdiri atas dua persamaan linear
(PLDV) dan setiap persamaan mempunyai dua variabel. Bentuk umum SPLDV
adalah:
ax + by = c
px + qy = r ; dengan a, b, p, q 0
Contoh :
1). 3x + 2y = 7 dan x = 3y + 4

2).

2x y
7x 4 y

10 dan
3
2
3
4

Untuk menentukan penyelesaian atau kar dari SPLDV dapat ditentukan


dengan 3 cara, yaitu metode grafik, metode substitusi, metode eliminasi.
1. Metode grafik
Prinsip dari metode grafik yaitu mencari koordinat titik potong grafik dari
kedua persamaan. Dari contoh diatas apabila dikerjakan dengan metode grafik
sebagai berikut.
2. Metode Subtitusi
Hal ini dilakukan dengan cara memasukkan atau mengganti salah satu
variabel dengan variabel dari persamaan kedua.
3. Metode Eliminasi
Caranya sebagai berikut :
a Menyamakan salah satu koefisien dan pasangan suku dua persamaan bilangan
yang sesuai.
b Jika tanda pasanganan suku sama, kedua persamaan di kurangkan.
22

c Jika tanda pasangan suku berbeda, kedua suku persamaan ditambahkan.


B. Penelitian yang Relevan
Beberapa penelitian yang relevan penelitian ini adalah:
1. Tri Suwarni Widayati (2009). Penelitian ini mengkaji tentang efektifitas model
pembelajaran portofolio terhadap hasil belajar matematika ditinjau dari sikap
siswa terhadap matematika di SMA Negeri di Kabupaten Klaten tahun ajaran
2008-2009. Kesamaan dengan penelitian ini adalah sama-sama menggunaan
model pembelajaran portofolio. Perbedaannya adalah pada penelitian ini
ditinjau dari sikap siswa terhadap matematika.
Secara ringkas kesimpulan yang didapat dari penelitian ini adalah bahwa
model pembelajaran portofolio lebih efektif terhadap hasil belajar daripada
pembelajaran dengan menggunakan model konvensional.
2. Desi Purwandari (2007). Penelitian ini mengkaji tentang keefektifan
penerapan model pembelajaran berbasis portofolio pada pencapaian aspek
kemampuan pemecahan masalah matematika peserta didik kelas X semester II
SMA Negeri 6 Semarang pada materi pokok trigonometri tahun pelajaran
2006-2007. Kesamaan dengan penelitian ini adalah sama-sama menggunaan
model pembelajaran portofolio. Perbedaannya adalah penelitian ini bekeja
pada aspek kemampuan pemecahan masalah.
Secara ringkas kesimpulan yang didapat dari penelitian ini adalah bahwa pada
materi trigonometri melalui model pembelajaran berbasis portofolio,hasil
belajar pada aspek kemampuan pemecahan masalah berbeda secara nyata
dengan hasil belajar pada aspek kemampuan pemecahan masalah dengan
menggunakan model pembelajaran konvensional.
3. Tien

Syarifah

Hafidhah

(2015).

Penelitian

ini

mengkaji

tentang

eksperimentasi model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Heads


Together (NHT) dan Pairs Check (PC) dengan pendekatan saintifik pada
materi fungsi ditinjau dari Adversity Quotient (AQ) siswa kelas VIII SMP.

23

Kesamaan dengan penelitian ini adalah sama-sama menggunakan model


pembelajaran kooperatif NHT.
C. Kerangka Berpikir
Keberhasilan proses belajar mengajar dapat dilihat dari prestasi yang
dicapai oleh peserta didik setelah proses pembelajaran berlangsung. Jika
prestasi belajar yang dicapai tinggi maka proses belajar mengajar dapat
dikatakan berhasil, akan tetapi jika prestasi belajarnya rendah maka proses
belajar mengajar dikatakan belum berhasil. Prestasi belajar dipengaruhi oleh
faktor internal yang meliputi ciri khas/karakteristik siswa, sikap terhadap
belajar, motivasi belajar, konsentrasi belajar, mengolah bahan belajar,
kebiasaan belajar dan faktor eksternal yang meliputi faktor guru, faktor
lingkungan sekitar, faktor teman sebaya, sarana dan prasarana dalam belajar.
Dalam penelitian ini, hal yang diperhatikan adalah model pembelajaran
kooperatif tipe NHT dengan pendekatan saintifik, model pembelajaran
portofolio

dengan pendekatan saintifik dan pembelajaran konvensional

dengan pendekatan saintifik serta intelegensi siswa.


Dalam pembelajaran menggunakan pendekatan saintifik, siswa mulai
aktif di dalam kelas, akan tetapi masih kurang termotivasi karena mungkin
tidak adanya penghargaan untuk keaktifan mereka. Guru cenderung diam dan
menunggu siswa dapat membangun pengetahuannya sendiri, padahal
seharusnya guru juga membantu siswa yang mengealami kesulitan dalam
kelompoknya.
Numbered Heads Together merupakan suatu cara yang dapat
digunakan guru dengan memberikan nomor kepada setiap siswa kemudian
guru memanggil secara acak salah satu nomor untuk mempresentasikan hasil
kerja kelompok mereka, sehingga dengan cara seperti ini setiap siswa akan
selalu siap jika sewaktu-waktu dipanggil oleh gurunya. Agar siswa lebih aktif
dan untuk menambahkan tanggung jawab individual dalam diskusi kelompok,
24

maka dengan menggabungkan model pembelajaran Numbered Heads


Together dengan pendekatan saintifik diharapkan dapat membantu siswa
dalam meningkatkan prestasi belajar mereka.
Melalui model pembelajaran portofolio,selain diupayakan dapat
membangkitkan portofolio merupakan koleksi dari bukti-bukti kemajuan
peserta didik atau kelompok peserta didik,bukti prestasi,ketrampilan dan sikap
peserta didik.Dengan kata lain portofolio merupakan suatu kumpulan
pekerjaan peserta didik dengan maksud tertentu dan terpadu yang diseleksi
menurut panduan-panduan yang ditentukan. Melalui model pembelajaran
portofolio,selain diupayakan dapat membangkitkan minat belajar peserta didik
secara aktif, kreatif, juga dapat mengembangkan pemahaman nilai-nilai
kemampuan bepartisipasi secara efektif, serta diiringi suatu sikap tanggung
jawab.
Inteligensi merupakan salah satu faktor penting yang ikut menentukan
berhasil atau gagalnya belajar siswa. Gaya kognitif yang menjadi fokus dalam
penelitian ini dibagi menjadi tiga tingkatan, yaitu tinggi,sedang dan rendah.
khadijah (2009:101) mengemukakan, inteligensi seseorang diyakini sangat
berpengaruh pada keberhasilan belajar yang dicapainya. Berdasarkan hasil
penelitian, prestasi belajar biasanya berkorelasi searah dengan tingkat
inteligensi. Artinya, semakin tinggi tingkat inteligensi seseorang, maka
semakin tinggi prestasi belajar yang dicapainya. Bahkan menurut sebagian
besar ahli, inteligensi merupakan modal utama dalam belajar dan mencapai
hasil yang optimal.

D. Perumusan Hipotesis

25

26

Anda mungkin juga menyukai