Annisa Arum Kartika Dewi - Rombel 4
Annisa Arum Kartika Dewi - Rombel 4
BAB MINERAL
HUBUNGAN ANTARA ASUPAN KALSIUM DENGAN RISIKO
TERJADINYA OSTEOPOROSIS
Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Biokimia
Dosen Pengampu : dr. Ngakan Putu Ds, M.Kes
Oleh :
Annisa Arum Kartika Dewi
6411414101
Rombel 4
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena
dengan rahmat, karunia, serta taufik dan hidayah-Nya kami dapat
menyelesaikan makalah materi mineral yang terkait dengan osteoporosis,
yaitu mengenai hubungan asupan kalsium dengan risiko terjadinya
osteoporosis. Dan juga kami berterimakasih kepada Bapak dr. Ngakan Putu
Ds, M.Kes selaku dosen mata kuliah Biokimia yang telah memberikan
tugas ini kepada kami.
Kami sangat berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka
menambah wawasan serta pengetahuan kita mengenai hubungan asupan
kalsium dengan risiko terjadinya osteoporosis. Kami juga menyadari
sepenuhnya bahwa di dalam makalah ini terdapat kekurangan dan jauh dari
kata sempurna. Oleh sebab itu, kami berharap adanya kritik, saran dan
usulan demi perbaikan makalah yang telah kami buat di masa yang akan
datang, mengingat tidak ada sesuatu yang sempurna tanpa saran yang
membangun.
Semoga makalah sederhana ini dapat dipahami bagi siapapun yang
membacanya. Sekiranya makalah yang telah disusun ini dapat berguna
bagi kami sendiri maupun orang yang membacanya. Sebelumnya kami
mohon maaf apabila terdapat kesalahan kata-kata yang kurang berkenan
dan kami memohon kritik dan saran yang membangun demi perbaikan di
masa depan.
Penyusun
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.........................................................................
DAFTAR ISI.....................................................................................
ii
BAB I PENDAHULUAN....................................................................
1.1. Latar Belakang..................................................................
1.2. Rumusan Masalah............................................................
1.3. Tujuan................................................................................
BAB II PEMBAHASAN.....................................................................
2.1. Pengertian Osteoporosis...................................................
2.2. Klasifikasi Osteoporosis....................................................
2.3. Patogenesis Osteoporosis.................................................
2.4. Patofisiologi Osteoporosis.................................................
2.5. Faktor Risiko Osteoporosis................................................
2.6. Pendekatan Diagnosis Osteoporosis.................................
2.7. Jenis - Jenis dan Penyebab Osteoporosis........................
2.8. Definisi Kalsium.................................................................
2.9. Fungsi Kalsium..................................................................
2.10. Kebutuhan Kalsium Dalam Tubuh...................................
2.11. Proses Metabolisme Kalsium...........................................
2.12. Hubungan Asupan Kalsium dengan Risiko Terjadinya
Osteoporosis...................................................................
2.13. Hubungan Kebiasaan Mengkonsumsi Makanan Berkalsium
Tinggi dengan Kepadatan Tulang....................................
BAB III PENUTUP............................................................................
3.1. Kesimpulan........................................................................
3.2. Saran.................................................................................
DAFTAR PUSTAKA.........................................................................
BAB I
PENDAHULUAN
mikroarsitektur
jaringan
tulang,
yang
mengakibatkan
ditandai
dengan
berkurangnya
massa
tulang
dan
kelainan
Semarang,
Surabaya
dan
Medan
menunjukan
bahwa
terutama
pada
bagian
lumbar
dan
tulang
lengan.
yang
berhubungan
dengan
menopause
dan
tipe
II
adalah
penurunan
sintesis
kalsitriol
yang
sekunder
adalah
osteoporosis
yang
diketahui
1. Penyebab Genetik
a. Kistik fibrosis
b. Ehlers Danlos Syndrome
c. Penyakit penyimpanan glikogen
d. Penyakit Gaucher
e. Hemokromatosis
f. Homosistinuria
g. Hiperkalsiura idiopatik
h. Sindroma marfan
i. Osteogenesis imperfekta
2. Keadaan Hipogonad
a. Insensitifitas androgen
b. Anoreksia nervosa / bulimia nervosa
c. Hiperprolaktinemia
d. Menopause premature
3. Gangguan endokrin
a. Akromegali
b. Insifisiensi adrenal
c. Sindroma Cushing
d. Diabetes Melitus
e. Hiperparatiroidism
f. Hipertiroidisme
g. Hipogonadism
h. Kehamilan
i. Prolaktinoma
4. Gangguan yang diinduksi obat
a. Glukokortikoid
b. Heparin
c. Antikonvulsan
d. Barbiturate
e. Antipsikotik
pengaruh
hormonal
ostepenia/osteoporosis
lebih
dan
sering
hal
ini
terdapat
jelas
pada
tampak
wanita
bahwa
pasca
2.4
Patofisiologi Osteoporosis
Penyebab utama osteoporosis adalah gangguan dalam remodeling
dari jumlah dan aktifitas sel osteoblas (sel pembentuk tulang). Keadaan ini
mengakibatkan penurunan masa tulang. Selama pertumbuhan, tubuh
meningkat dalam ukuran dengan pertumbuhan linier dan dengan aposisi
dari jaringan tulang baru pada permukaan luar korteks. Remodeling tulang
mempunyai dua fungsi utama, yaitu: untuk memperbaiki kerusakan mikro di
dalam tulang rangka untuk mempertahankan kekuatan tulang rangka, dan
mensuplai kalsium dari tulang rangka untuk mempertahankan kalsium
serum. Remodeling dapat diaktifkan oleh kerusakan mikro pada tulang
sebagai hasil dari kelebihan atau akumulasi stress. Kebutuhan akut kalsium
melibatkan resorpsi yang dimediasi-osteoklas sebagaimana juga transport
kalsium oleh osteosit, peningkatan remodeling tulang dan kehilangan
jaringan tulang secara keseluruhan.
Remodeling tulang juga diatur oleh beberapa hormon yang bersikulas,
termasuk estrogen, androgen, vitamin D dan hormon paratiroid (PTH),
demikian juga faktor pertumbuhan yang diproduksi lokal seperti IGF-I dan
IGF-II, transforming growth factor (TGF), parathyroid hormone-related
peptide (PTHrP), ILs, prostaglandin dan anggota superfamili tumor necrosis
factor (TNF). Faktor-faktor ini secara primer memodulasi kecepatan dimana
tempat remodeling baru teraktivasi, suatu proses yang menghasilkan
resorpsi tulang oleh osteoklas, diikuti oleh suatu periode perbaikan selama
jaringan tulang baru disintesis oleh osteoblas. Sitokin bertanggung jawab
untuk komunikasi diantara osteoblas, sel-sel sumsum tulang lain dan
osteoklas telah diidentifikasi sebagai RANK ligan (reseptor activator dari
NF-kappa-B; RANKL) RANKL, anggota dari keluarga TFN, disekresi oleh
osteoblas dan sel-sel tertentu dari system imun. Reseptor osteoklas untuk
protein ini disebut sebagai RANK. Aktifitas RANK dan RANKL merupakan
suatu jalur final umum dalam perkembangan dan aktifitas osteoklas.
Umpan hormonaluntuk RANKL, juga disekresi oleh osteoblas, desebut
sebagai osteoprotegerin. Modulasi perekrutan dan aktifitas osteoklas
tampaknya berkaitan dengan interaksi antara tiga faktor ini. Pengaruh
tambahan juga termasuk gizi (khususnya asupan kalsium) dan tingkat
aktifitas fisik. Ekspresi RANKL diinduksi di osteoblas, sel-T teraktivasi,
factor, OPG-L,
dibandingkan
perempuan
Australia,
dan
mengidap
henrich
(2003)
aktifitas
fisik
sangat
mempengaruhi
membuktikan
bahwa
aktifitas
fisik
berhubungan
dengan
osteopototik.
Kortikosteroid
dapat
menginduksi
terjadinya
osteoporosis bila dikonsumsi lebih dari 7,5 mg per hari selama lebih dari 3
bulan. Kortikosteroid akan menyebabkan gangguan absorbsi kalsium di
usus, dan peningkatan ekskresi pada ginjal, sehingga akan terjadi
hipokalsemia. Selain berdampak pada absorbsi kalsium dan ekskresi
kalsium, kortikosteroid juga akan menyebabkan penekanan terhadap
hormon gonadotropon, sehingga produksi estrogen akan menurun dan
akhirnya akan terjadi peningkatan kerja osteoklas. Kortikosteroid juga akan
alkohol
yang
berlebihan
selama
bertahun-tahun
Kebiasaan
mengkonsumsi
alkohol
berhubungan
dengan
fraktur pada tulang panggul. Kadar hormon paratiroid (HPT) yang tinggi
juga berhubungan dengan asupan alkohol (Ai Sri Kosnayani, 2007).
2.5.12 Riwayat Fraktur
Beberapa penelitian sebelumnya telah menyebutkan bahwa, riwayat
fraktur merupakan salah satu faktor risiko osteoporosis. Fraktur atau patah
tulang adalah keadaan dimana hubungan atau kesatuan jaringan tulang
terputus. Tulang mempunyai daya lentur (elastisitas) dengan kekuatan yang
memadai, apabila trauma melebihi dari daya lentur tersebut maka terjadi
fraktur (patah tulang). Penyebab terjadinya fraktur adalah trauma, stres
kronis dan berulang maupun pelunakan tulang yang abnormal (Ekky M,
2001: 113). Fraktur dapat terjadi oleh karena beberapa sebab, dan sebabsebab itu tidak hanya trauma berat. Kadang-kadang trauma ringan saja
dapat menimbulkan fraktur bila tulangnya sendiri terkena penyakit tertentu.
Trauma atau tekanan ringan yang berulang dan terus menerus juga dapat
menyebabkan fraktur dan berakbat terjadinya osteoporosis.
2.5.13 Penyakit Sistemik Diabetus Millitus
Penurunan densisitas tulang sering dialami penderita DM, bahkan
dapat terjadi fraktur. Penurunan massa tulang bersama sama dengaqn
onset DM, namun patogenesisnya masih belum jelas, ada dugaan
diakibatkan defisiensi insulin, terbuangnya kalsium pada saat glikosuria,
atau peningkatan resorpsi karena sebab lain. Pada DEM tipe I, telah
diamati
dalam
beberapa
penelitian
ternyatadi
dapatkan
gambaran
radiologis pada tulang padat terdapat penipisaan struktur tulang. Hal ini
diduga disebabkan akibat kontrol gula darah yang buruk. Tetapi dalam
penelitianyang lebih besar tidak ditemukan hubungan kejadian frantur
dengan DM tipe I. ketidaksesuaian ini disebabkan adanya perbedaan
antara pemeriksaan densitas tulangdengan tempat terjadinya fraktur.
Pengukuran dengan densitometry ternyatatidak adekuat pada penderita
DM tipe I disebabkan adanya perbedaan/perubahan berat badan,
sedangkan pada penderita dengan risiko tinggi terhadap osteoporosis biasa
glokogen
sehingga
dapat
memperlambat
proses
adalah
suatu
penyakit
yang
diakibatkan
karena
meningkatnya kadar hormon tiroid dalam darah. Fungsi hormon tiroid yaitu
mengatur metabolisme tubuh, sehingga segala sesuatunya berjalan lancar
dan normal di dalam tubuh seseorang. Penderita kelenjar gondok biasanya
80-90% adalah wanita. Sedangkan laki-laki sangat jarang. Pada wamita,
hipertiroid menyebabkan gangguan menstruasi dan gangguan kesuburan.
Jika berkepanjangan, hipertiroid ini akan menbuat penderitanya mengalami
osteoporosis atau pengeroposan tulang. Untuk mengatasinya, pengobatan
yang harus diberikan adalah menurunkan dengan cepat kadar hormone
toroid dalam darah dengan obat anti tiroid.
fraktur
kompresi
tulang
vertebra
yang
mengakibatkan
bahwa keadaan ini hanya terjadi pada usia lanjut. Penyakit ini biasanya
terjadi pada usia diatas 70 tahun dan 2 kali lebih sering menyerang
wanita.
Wanita
seringkali
menderita
osteoporosis
senilis
dan
postmenopausal.
3. Osteoporosis sekunder, dialami kurang dari 5% penderita osteoporosis,
yang disebabkan oleh keadaan medis lainnya atau oleh obat obatan.
Penyakit osteoporosis bisa disebabkan oleh gagal ginjal kronis dan
kelainan hormonal (terutama tiroid, paratiroid dan adrenal) dan obatobatan (misalnya kortikosteroid, barbiturat, anti-kejang dan hormon tiroid
yang berlebihan). Pemakaian alkohol yang berlebihan dan merokok bisa
memperburuk keadaan osteoporosis.
4. Osteoporosis juvenil idiopatik, merupakan jenis osteoporosis yang
penyebabnya belum diketahui. Hal ini terjadi pada anak-anak dan
dewasa muda yang memiliki kadar dan fungsi hormon yang normal,
kadar vitamin yang normal dan tidak memiliki penyebab yang jelas dari
rapuhnya tulang.
2.8 Definisi Kalsium
Kalsium adalah elemen mineral yang paling banyak terdapat dalam
tubuh. terdapat kurang lebih 1.200 gram kalsium, 99% berada di dalam
tulang rangka, sedangkan 1% berada di dalam jaringan lain dan cairan
tubuh yang secara luas didistribusikan ke seluruh tubuh. Jika kekurangan
kalsium tubuh akan mengambil cadangan dalam tulang. Semakin lama
semakin banyak kalsium diambil, maka tulang semakin tipis kemudian
keropos. (Handrawan Nadesul, 2006).
Usaha mempertahankan kadar kalsium darah dalam keadaan normal
tergantung pada keseimbangan antara masukan dan pengeluaran
kalsium dari aliran darah. Sumber kalsium dari aliran darah adalah
diperoleh dengan diet yang mengandung garam kalsium. Kalsium
diabsorsi dari saluran cerna dan pengeluaran kalsium
terjadi melalui
Fungsi Kalsium
asupan
kalsium
perhari
tergantung
pada
umur.
juga kalsium yang keluar dari plasma ke dalam usus. Dari masukan
sehari-hari 25 mmol (1 kg) kalsium, 2,5-7,5 (0,1-0,3 g) diekskresikan ke
dalam urin dan sisanya ditemukan di dalam feses. Hampir semua
kalsium yang difiltrasi akan diabsorbsi kembali. Kalsium berlaku sebagai
zat ambang dan bila kadar kalsium turun maka eksresinya ke dalam urin
berhenti.
Pada fungsi ginjal yang normal jumlah kalsium yang diekskresikan
ke dalam urin meningkat karena kadar kalsium serum meningkat.
Sekitar 2.5 mmol (0,1 g) kalsium hilang setiap hari pada kulit dan
keringat. (DN. Baron, 1995).
kejadian
osteoporosis
tidak
hanya
dipengaruhi
oleh
panggul sebesar 50% penduduk pada orang Asia. Puslitbang Gizi dan
Makanan Departemen Kesehatan yang bekerjasama dengan PT Fonterra
Brands Indonesia (2005) melakukan penelitian di beberapa wilayah
Indonesia dengan melibatkan sampel hingga 65.727 orang diperoleh hasil
bahwa prevalensi osteopenia mencapai 41,8%, sebanyak 10,3% menderita
osteo-porosis. Penduduk kelompok umur 20-40 tahun di Kota Depok
dinyatakan 43,3% responden mengalami osteopenia. Penelitian serupa
dengan metode yang sama pada 100 orang mahasiswi Fakultas Kesehatan
Masyarakat Universitas Indonesia diperoleh hasil sebanyak 50,5%
responden mengalami penurunan kepadatan massa tulang.
Osteoporosis terjadi disebabkan oleh berbagai faktor risiko terutama
asupan kalisum. Salah satu mineral utama yang sangat berkontribusi
terhadap pembentukan tulang adalah kalsium. Lebih dari 99% kalsium
terdapat dalam jaringan keras yaitu tulang dan gigi. Sekitar 91% volume
tulang orang dewasa dibentuk sekitar akhir usia remaja atau masa dewasa
awal. Pada masa remaja penyerapan kalsium dari konsumsi makanan
dapat mencapai 75% lalu menurun hingga 20-40% begitu menginjak usia
dewasa. Namun asupan kalsium harian orang Indonesia masih banyak
yang belum mencukupi jumlah kalsium yang dibutuhkan untuk memelihara
tulang maupun tubuh.
Asupan kalsium harian orang Indonesia berdasarkan laporan dari
Institute of Medicine, US (1997) hanya memenuhi 25-30% dari kebutuhan
kalsium per harinya. Rata-rata asupan kalsium orang Indonesia sebesar
289 mg kalsium per hari. Sedangkan pada populasi Indonesia Angka
Kecukupan Gizi (AKG) untuk kalsium baik bagi laki-laki maupun perempuan
usia 19 - 64 tahun adalah sebesar 800 mg. Kalsium yang adekuat (sekitar
1000 mg) akan memberikan manfaat positif pada sistem rangka baik untuk
memaksimalkan peak bone mass (puncak massa tulang) yang terjadi pada
usia 20-35 tahun.
Asupan kalsium merupakan faktor risiko yang utama dalam
menyebabkan osteoporosis. Hal ini disebabkan menjadi syarat mutlak
hanya
200
mg.
Selain
disebabkan
karena
terlalu
sedikit
pengumpulan
data
kebiasaan
mengkonsumsi
makanan
BAB III
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
kalsium
dengan
kepadatan
tulang
sehingga
3.2. Saran
1) Masyarakat perlu mencari informasi mengenai osteoporosis agar
dapat mencegah dan mengurangi risiko terjadinya osteoporosis
dalam setiap individu.
DAFTAR PUSTAKA
Spencer, Pam Brown. 2007. Osteoporosis. Jakarta: Erlangga.
Yatim, Faizal Lubis. 2003. Osteoporosis (Penyakit kerapuhan tulang) pada
manula. Jakarta: Pustaka Populer Obor,
pada Wanita