Anda di halaman 1dari 3

1.

1 Latar Belakang
Papua merupakan salah satu provinsi di Indonesia yang menyimpan segudang
potensi pada sumber daya alamnya. Papua memiliki 2,5 miliar ton batuan biji emas
dan tembaga yang tersimpan di dalam tanahnya. Selain pada bidang petambangan,
Provinsi Papua juga unggul dalam bidang perikanannya. Provinsi ini memiliki
terumbu karang terkaya dan terbaik di dunia. Di bidang perkebunannya, tak kurang
dari 160.547 ha telah dimanfaatkan untuk Perkebunan Pakyat (PR) dan Perkebunan
Besar (PB). Di bidang-bidang lainnya, Provinsi Papua juga sangat berpotensi.
Sebagai contoh, Provinsi Papua dipadati oleh 1000 spesies tanaman yang 150
varietasnya merupakan tanaman komersial.
Menurut salah satu jurnal yang diterbitkan oleh International Labour Office
(ILO), gini ratio merupakan suatu pengukuran untuk ketimpangan yang
diperkenalkan oleh Corrado Gini. Gini Ratio dapat merangkum sejauh apa
ketimpangan yang terjadi dalam suatu nilai, yang dimulai dari nol (perfect equality)
hingga satu (perfect inequality). Gini ratio biasanya digunakan untuk mengukur
ketimpangan pendapatan dalam sebuah wilayah.
Namun, dengan sejumlah kekayaan yang dimiliki oleh Provinsi Papua,
ketimpangan pendapatan atau gini ratio yang tergolong sedang terjadi di provinsi
ini. Bahkan, gini ratio Provinsi Papua menempati peringkat kedua tertinggi setelah
Provinsi Papua Barat pada tahun 2015. Ketimpangan ini terlihat sekali dari jumlah
penduduk Provinsi Papua yang menempati daerah perdesaan yaitu sebesar 74,04
persen dari total populasi, dan jumlah penduduk Provinsi Papua yang menempati
daerah perkotaan yang hanya sebesar 25.69 persen dari total populasi (Sensus
Penduduk 2010, BPS). Data dari BPS pun menyatakan bahwa penduduk miskin di
Provinsi Papua terkonsentrasi di daerah perdesaan. Pada September 2015, sebanyak
37,34 persen penduduk miskin hidup di perdesaan sedangkan di perkotaan hanya
sebesar 3,61 persen. Hal ini menunjukkan ketimpangan pendapatan yang sangat
tinggi sedang terjadi di Provinsi Papua.
1.2 Identifikasi Masalah
Dengan kekayaan alam yang melimpah, PDRB Provinsi Papua terus meningkat.
Peningkatan sebesar 6,16% pada tahun 2013 dan 2,84% pada tahun 2014. Dalam
data Publikasi BPS, 28,87% PDRB tahun 2014 didapatkan dari sektor pertambangan
dan penggalian. Selain hasil tambang, Papua juga kaya akan produk pertanian,

kehutaan dan perikanan yang memberikan kontribusi sebesar 14,11% pada PDRB
tahun 2014.
Kekayaan alam ini terus menarik investor baik dalam negeri maupun investor
asing. Hal ini tergambar dalam dana simpanan dan kredit yang disalurkan terus
meningkat. Jumlah dana yang tersimpan di bank meningkat sebesar 71,17% dalam
kurun 4 tahun, dari 2010 hingga 2014. Penanaman modal asing juga mengalami
peningkatan pada 2014, yaitu 29,56 miliar US$ dari 18,55 miliar US$ pada tahun
2013.
Namun, seiring perkembangan perekonomian Provinsi Papua, tingkat
kemiskinan di Papua juga terus meningkat dari tahun ke tahun. Pada September
2014, tingkat kemiskinan sebesar 27,80%. Di tahun 2015, tingkat kemiskinan
meningkat menjadi sebesar 28,17% pada Bulan Maret dan 28,40% pada Bulan
September. Di awal tahun 2016, tingkat kemiskinan kembali meningkat menjadi
28,54%.
Ketimpangan perkembangan ekonomi dan peningkatan tingkat kemiskinan di
Papua tergambar dalam gini ratio Provinsi Papua yang meningkat dari 0,41 pada
tahun 2014 menjadi 0,42 pada tahun 2015. Hal ini juga tergambar dari
ketidakmerataannya IPM di Provinsi Papua. Hanya 10,34% kab/kota di Papua yang
tergolong IPM tinggi. 24,14% lainnya tergolong sedang, dan sebanyak 65,52%
tergolong IPM rendah.
Pertumbuhan ekonomi dan peningkatan PDRB belum terlalu berdampak tinggi
pada meningkatnya kesejahteraan penduduk dan belum secara menyeluruh dinikmati
oleh masyarakat Papua. Ketimpangan yang berlarut-larut dapat menimbulkan
konsekuensi sosial dan politik yang sangat serius. Karenanya, pemerataan
pendapatan harus terus diupayakan. Penelitian ini membatasi pada faktor-faktor
penyebab tingginya ketimpangan sosial di Provinsi Papua.

1.3 Perumusan Masalah


Dengan sumber daya alam yang sangat melimpah dan penanaman modal asing yang
terus berkembang, seharusnya kesenjangan kemiskinan di Provinsi Papua cenderung

merata karena semakin luasnya lapangan pekerjaan. Namun, kenyataannya


kesenjangan kemiskinan di Provinsi Papua justru meningkat dari tahun ke tahun.
Berdasarkan perumusan masalah tersebut, maka pertanyaan penelitian dapat
dirumuskan sebagai berikut.
a. Apa yang menyebabkan kesenjangan kemiskinan di Provinsi Papua tidak
merata?
b. Mengapa kesenjangan kemiskinan di Provinsi Papua tidak merata padahal
sumber daya alamnya melimpah dan penanaman modal asingnya terus
berkembang?

1.4 Tujuan dan Kegunaan Penelitian


Tujuan dari penelitian ini adalah:
1. Untuk mengetahui penyebab kesenjangan kemiskinan di Provinsi Papua tidak
merata.
2. Untuk mengetahui penyebab kesenjangan kemiskinan di Provinsi Papua tidak
merata padahal sumber daya alamnya melimpah dan penanaman modal
asingnya terus berkembang
Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai berikut :
1. Salah satu referensi yang dapat dimanfaatkan Pemerintah Daerah Provinsi
Papua dalam mengatasi kesenjangan kemiskinan
2. Sebagai referensi Pemerintah Daerah dalam merumuskan kebijakan, sehingga
program-program pemberdayaan masyarakat di masa mendatang lebih baik
dan tepat sasaran.
3. Sebagai bahan informasi dan referensi untuk penelitian selanjutnya, khususnya

yang berhubungandengan program-program penanggulan kemiskinan.

Anda mungkin juga menyukai