Anda di halaman 1dari 19

BAB I

PENDAHULUAN
Ambliopia adalah berkurangnya ketajaman penglihatan pada satu atau
kedua mata walaupun sudah dengan koreksi kaca mata terbaik tanpa ditemukan
kelainan struktur pada mata maupun lintasan penglihatan bagian belakang.
Ambliopia disebabkan oleh pengalaman penglihatan yang abnormal pada awal
kehidupan yang dihasilkan dari salah satu dari hal berikut: strabismus; kelainan
refraksi antara kedua mata yang berselisih jauh (anisometropia) atau kelainan
refraksi antara kedua mata yang tinggi (isometropia); atau kekurangan stimulus
Ambliopia adalah penurunan tajam penglihatan,walaupun sudah diberi
koreksi yang terbaik. Ambliopia dapat unilateral atau bilateral (jarang) yang tidak
dapat dihubungkan langsung dengan kelainan struktural mata maupun jaras
penglihatan posterior. Ambliopia berasal dari bahasa Yunani,yang berarti
penglihatan tumpul atau pudar (amblus : pudar, Ops : mata). Klasifikasi ambliopia
dibagi ke dalam beberapa kategori dengan nama yang sesuai dengan penyebabnya
yaitu ambliopia strabismik, fiksasi eksentrik, ambliopia anisometropik, ambliopia
isometropia dan ambliopia deprivasi.
Ambliopia ini dapat tanpa kelainan organic dan dapat pula dengan
kelainan organic yang tidak sebanding dengan visus yang ada. Biasanya ambliopia
disebabkan oleh kurangnya rangsangan untuk meningkatkan perkembangan
penglihatan. Suatu kausa ekstraneural yang menyebabkan menurunnya tajam
penglihatan (seperti katarak, astigmat, strabismus, atau suatu kelainan refraksi
unilateral atau bilateral yang tidak dikoreksi) merupakan merupakan mekanisme
yang mengakibatkan suatu penurunan fungsi visual pada orang yang sensitive.
Beratnya ambliopia berhubungan dengan lamanya mengalami kurangnya
rangsangan untuk perkembangan penglihatan macula. Bila ambliopia ini
ditemukan pada usia di bawah 6 tahun maka masih dapat dilakukan latihan untuk
perbaikan penglihatan.
Ambliopia, dikenal juga dengan istilah mata malas (lazy eye),
merupakan suatu permasalahan dalam penglihatan yang memang hanya mengenai
KKS BAGIAN ILMU PENYAKIT MATA RSUD SIAK TENGKU RAFIAN

Page 1

2 3 % populasi, tapi bila dibiarkan akan sangat merugikan nantinya bagi


kehidupan si penderita. Insidensinya tidak dipengaruhi jenis kelamin dan ras.
Ambliopia tidak dapat sembuh dengan sendirinya. Ambliopia yang tidak diterapi
dapat menyebabkan gangguan penglihatan permanen. Jika nantinya pada mata
yang baik itu timbul suatu penyakit ataupun trauma, maka penderita akan
bergantung pada penglihatan buruk mata yang ambliopia, oleh karena itu
ambliopia harus ditatalaksana secepat mungkin.
Hampir seluruh kasus ambliopia itu dapat dicegah dan bersifat reversibel
dengan deteksi dini dan intervensi yang tepat. Umumnya penatalaksanaan
ambliopia dilakukan dengan menghilangkan penyulit, mengkoreksi kelainan
refraksi, dan memaksakan penggunaan mata yang lebih lemah dengan membatasi
penggunaan yang lebih baik. Anak dengan ambliopia atau yang beresiko
ambliopia hendaknya dapat diidentifikasi pada umur dini, dimana prognosis
keberhasilan terapi akan lebih baik. Prognosis juga ditentukan oleh jenis
ambliopia dan dalamnya ambliopia saat terapi dimulai. Anak-anak dengan
ambliopia atau berisiko untuk ambliopia harus diidentifikasi pada usia muda, karena
prognosisnya baik bila pengobatan yang diberikan berhasil.

KKS BAGIAN ILMU PENYAKIT MATA RSUD SIAK TENGKU RAFIAN

Page 2

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi
Ambliopia berasal dari bahasa Yunani yaitu amblyos (tumpul) dan opia
(penglihatan). Dikenal juga dengan lazy eye atau mata malas. Ambliopia adalah
suatu keadaan mata dimana tajam penglihatan tidak mencapai optimal sesuai
dengan usia dan intelegensinya walaupun sudah dikoreksi kelainan refraksinya.
Pada amblyopia terjadi penurunan tajam penglihatan unilateral atau
bilateral (jarang) yang tidak dapat dihubungkan langsung dengan kelainan
struktural mata maupun jaras penglihatan posterior.
2.2 Epidemiologi
Prevalensi amblyopia di Amerika Serikat sulit untuk ditaksir dan berbeda
pada tiap literatur, berkisar antara 1-3,5% pada anak yang sehat sampai 4-5,3%
pada anak dengan problema mata. Hampir seluruh data mengatakan sekitar 2%
dari keseluruhan populasi menderita amblyopia. Di Cina sekitar 3-5 % atau 9
hingga 5 juta anak menderita amblyopia.
Jenis kelamin dan ras tampaknya tidak ada perbedaan. Usia terjadinya
amblyopia yaitu periode kritis dari perkembangan mata. Resiko meningkat pada
anak yang perkembangannya terlambat, prematur dan atau dijumpai riwayat
keluaraga amblyopia.
2.3 Etiologi
1. Strabismus adalah penyebab tersering ambliopia dimana satu mata
digunakan terus menerus untuk fiksasi, sedangakan mata yang lain tidak
digunakan. Pada strabismus yang alternating, biasanya tidak ditemukan
ambliopia.
2. Gangguan refraksi (anisometropia) tinggi, adalah penyebab tersering
kedua, apabila gangguan refraksi ini tidak dikoreksi dengan lensa kaca
mata.

KKS BAGIAN ILMU PENYAKIT MATA RSUD SIAK TENGKU RAFIAN

Page 3

3. Kelainan fiksasi juga menjadi penyebab ambliopia misalnya nistagmus


pada usia dini.
Ketiga kelompok tersebut diatas disebut ambliopia fungsional yaitu
secara anatomis tidak terlihat kelainan pada msing-masing mata tetapi
didapati gangguan fungsi penglihatan binocular.
4. Kekeruahan pada media lintasan visual, misalnya kataka pada bayi adalah
penyebab ambliopia yang sering tidak terlihat sampai timbulnya
strabismus.
Hal yang sama dapat terjadi bila kita melakukan oklusi total pada
slah satu mata misalnya karena adda ulkus kornea pada anak usia dibawah
6 tahun. Kelompok ini digolongklan pada ambliopia ex-anopsia yaitu
adanya gangguan penusuran sinar pada media lintasan visual, baik
gangguan organic maupun gangguan karena penutupan total terlalu lam
pada anak usia dini.
Pada kelompok ambliopia fungsional dan ex-anopsia keduanya
dapat dicegah dan atau diobati, misalnya dilakukan koreksi strabismus
pada usia dini, koreksi kacamata pada anak usia dibawah 6 tahun, operasi
katarak pada usia sedini mungkin, serta tidak melakukan oklusi total mata
pada anak usia kurang dari 6 tahun.
5. Kelompok lain ambliopia adalah ambliopia toksik, oleh Karena obatobatan atau meminum minuman keras yang mengandung metal alcohol.
Ambliopia pada keadaan ini adalah permanent hingga timbul kebutaan
2.4 Patofisiologi
Pada ambliopia didapati adanya kerusakan penglihatan sentral, sedangkan
daerah penglihatan perifer dapat dikatakan masih tetap normal. Studi
eksperimental pada binatang serta studi klinis pada bayi dan balita, mendukung
konsep adanya suatu periode kritis yang peka dalam berkembangnya keadaan
amblyopia. Periode kritis ini sesuai dengan perkembangan sistem penglihatan
anak yang peka terhadap masukan abnormal yang diakibatkan oleh rangsangan
deprivasi, strabismus, atau kelainan refraksi yang signifikan.

KKS BAGIAN ILMU PENYAKIT MATA RSUD SIAK TENGKU RAFIAN

Page 4

Secara umum, periode kritis untuk ambliopia deprivasi terjadi lebih cepat
dibanding strabismus maupun anisometropia. Lebih lanjut, waktu yang
dibutuhkan untuk terjadinya ambliopia ketika periode kritis lebih singkat pada
rangsang deprivasi dibandingkan strabismus ataupun anisompetropia. Periode
kritis tersebut adalah :
1. Perkembangan tajam penglihatan dari 20/200 (6/60) hinga 20/20 (6/6), yaitu
pada saat lahir sampai usia 3 5 tahun.
2. Periode yang beresiko (sangat) tinggi untuk terjadinya ambliopia deprivasi,
yaitu di usia beberapa bulan hingga usia 7 8 tahun.
3. Periode dimana kesembuhan ambliopia masih dapat dicapai, yaitu sejak
terjadinya deprivasi sampai usia remaja atau bahkan terkadang usia dewasa.
Walaupun mekanisme neurofisiologi penyebab ambliopia masih sangat
belum jelas, studi eksperimental modifikasi pengalaman dalam melihat pada
binatang dan percobaan laboratorium pada manusia dengan ambliopia telah
memberi beberapa masukan, pada binatang percobaan menunjukkan gangguan
sistem penglihatan fungsi neuron yang dalam/besar yang diakibatkan pengalaman
melihat abnormal dini. Sel pada korteks visual primer dapat kehilangan
kemampuan dalam menanggapi rangsangan pada satu atau kedua mata, dan sel
yang masih responsif fungsinya akhirnya dapat menurun. Kelainan juga terjadi
pada neuron badan genikulatum lateral. Keterlibatan retina masih belum dapat
disimpulkan.
Sistem penglihatan membutuhkan pengalaman melihat dan terutama
interaksi kompetitif antar jalur penglihatan di kedua mata pada visual korteks
untuk berkembang hingga dewasa. Bayi sudah dapat melihat sewaktu lahir, tapi
mereka harus belajar bagaimana menggunakan mata mereka. Mereka harus
belajar bagaimana untuk fokus, dan bagaimana cara menggunakan kedua mata
bersamaan. Penglihatan yang baik harus jernih, bayangan terfokus sama pada
kedua mata. Bila bayangan kabur pada satu mata, atau bayangan tersebut tidak
sama pada kedua mata, maka jaras penglihatan tidak dapat berkembang dengan

KKS BAGIAN ILMU PENYAKIT MATA RSUD SIAK TENGKU RAFIAN

Page 5

baik, bahkan dapat memburuk. Bila hal ini terjadi, otak akan mematikan mata
yang tidak fokus dan orang tersebut akan bergantung pada satu mata untuk
melihat.
2.5 Klasifikasi
Ambliopia

dibagi

kedalam

beberapa

bagian

sesuai

dengan

gangguan/kelainan yang menjadi penyebabnya.


1. Amblyopia Strabismik

Ambliopia yang paling sering ditemui ini terjadi pada mata yang
berdeviasi konstan. Tropia yang tidak bergantian (nonalternating,
khususnya esodeviasi) sering menyebabkan amblyopia yang signifikan.
Ambliopia umumnya tidak terjadi bila terdapat fiksasi yang bergantian,
sehingga masing masing mata mendapat jalan / akses yang sama ke
pusat penglihatan yang lebih tinggi. Bila deviasi strabismus berlangsung
intermiten, maka akan ada suatu periode interaksi binokular yang normal
sehingga kesatuan sistem penglihatan tetap terjaga baik.
Ambliopia strabismik diduga disebabkan karena kompetisi atau
terhambatnya interaksi antara neuron yang membawa input yang tidak
menyatu (fusi) dari kedua mata, yang akhirnya akan terjadi dominasi pusat
penglihatan kortikal oleh mata yang berfiksasi dan lama kelamaan terjadi
penurunan respon terhadap input dari mata yang tidak berfiksasi.
Penolakan kronis dari mata yang berdeviasi oleh pusat penglihatan
binokular ini tampaknya merupakan faktor utama terjadinya amblyopia
strabismik. Pengaburan bayangan foveal oleh karena akomodasi yang
tidak sesuai, dapat juga menjadi factor tambahan. Hal tersebut di atas
terjadi sebagai usaha inhibisi atau supresi untuk menghilangkan diplopia
dan konfusi. Konfusi adalah melihat 2 objek visual yang berlainan tapi
berhimpitan, satu di atas yang lain.
Ketika kita menyebut ambliopia strabismik, kita langsung mengacu
pada esotropia, bukan eksotropia. Perlu diingat, tanpa ada gangguan lain,
esotropia primer-lah (bukan eksotropia) yang sering diasosiasikan dengan
KKS BAGIAN ILMU PENYAKIT MATA RSUD SIAK TENGKU RAFIAN

Page 6

ambliopia . Hal ini disebabkan karena eksotropia sering berlangsung


intermiten dan / atau deviasi alternat dibanding deviasi unilateral konstan,
yang merupakan prasyarat untuk terjadinya ambliopia.
2. Amblyopia Anisometropik
Terbanyak kedua setelah ambliopia strabismik adalah amblyopia
anisometropik. Terjadi ketika adanya perbedaan refraksi antara kedua mata
yang menyebabkan lama kelamaan bayangan pada satu retina tidak fokus.
Jika bayangan di fovea pada kedua mata berlainan bentuk dan ukuran yang
disebabkan karena kelainan refraksi yang tidak sama antara kiri dan kanan,
maka terjadi rintangan untuk fusi. Lebih lebih fovea mata yang lebih
ametropik akan menghalangi pembentukan bayangan (form vision).
Kondisi ini diperkirakan sebagian akibat efek langsung dari
bayangan kabur pada perkembangan tajam penglihatan pada mata yang
terlibat, dan sebagian lagi akibat kompetisi interokular atau inhibisi yang
serupa (tapi tidak harus identik) dengan yang terjadi pada ambliopia
strabismik.
Derajat ringan anisometropia hyperopia atau astigmatisma (1-2 D)
dapat menyebabkan ambliopia ringan. Myopia anisometropia ringan (< - 3
D) biasanya tidak menyebabkan ambliopia, tapi myopia tinggi unilateral
( - 6 D) sering menyebabkan ambliopia berat. Begitu juga dengan
hyperopia tinggi unilateral ( + 6 D). Tapi pada beberapa pasien
(kemungkinan onset-nya terjadi pada umur lanjut) gangguan penglihatan,
anehnya, adalah ringan. Bila gangguan penglihatan amat sangat besar,
sering didapat bukti adanya malformasi atau perubahan degeneratif pada
mata ametropia yang menyebabkan kerusakan fungsional atau menambah
faktor ambliopiogenik.
3. Amblyopia Isometropia
Ambliopia isometropia terjadi akibat kelainan refraksi tinggi yang
tidak dikoreksi, yang ukurannya hampir sama pada mata kanan dan mata
kiri. Dimana walaupun telah dikoreksi dengan baik, tidak langsung
KKS BAGIAN ILMU PENYAKIT MATA RSUD SIAK TENGKU RAFIAN

Page 7

memberi hasil penglihatan normal. Tajam penglihatan membaik sesudah


koreksi lensa dipakai pada suatu periode waktu (beberapa bulan). Khas
untuk ambliopia tipe ini yaitu, hilangnya penglihatan ringan dapat diatasi
dengan terapi penglihatan, karena interaksi abnormal binokular bukan
merupakan factor penyebab. Mekanismenya hanya karena akibat bayangan
retina yang kabur saja.
Pada ambliopia isometropia, bayangan retina (dengan atau tanpa
koreksi lensa) sama dalam hal kejelasan/ kejernihan dan ukuran.
Hyperopia lebih dari 5 D dan myopia lebih dari 10 D beresiko
menyebabkan bilateral ambliopia ,dan harus dikoreksi sedini mungkin
agar tidak terjadi ambliopia.
4. Amblyopia Deprivasi
Istilah lama ambliopia ex anopsia atau disuse amblyopia sering
masih digunakan untuk ambliopia deprivasi. Ambliopia ini sering
disebabkan oleh kekeruhan media congenital atau dini yang akan
menyebabkan terjadinya penurunan pembentukan bayangan yang akhirnya
menimbulkan ambliopia. Bentuk amblyopia ini sedikit kita jumpai namun
merupakan yang paling parah dan sulit diperbaiki. Ambliopia bentuk ini
lebih parah pada kasus unilateral dibandingkan bilateral dengan kekeruhan
identik.
Anak kurang dari 6 tahun, dengan katarak kongenital padat / total
yang menempati daerah sentral dengan ukuran 3mm atau lebih, harus
dianggap dapat menyebabkan amblyopia berat. Kekeruhan lensa yang
sama yang terjadi pada usia > 6 thn lebih tidak berbahaya. Ambliopia
oklusi adalah bentuk ambliopia deprivasi disebabkan karena penggunaan
patch (penutup mata) yang berlebihan. Ambliopia berat dilaporkan dapat
terjadi satu minggu setelah penggunaan patching unilateral pada anak usia
< 2 tahun sesudah menjalani operasi ringan pada kelopak mata.

KKS BAGIAN ILMU PENYAKIT MATA RSUD SIAK TENGKU RAFIAN

Page 8

2.6 Diagnosis
Ambliopia didiagnosis bila terdapat penurunan tajam penglihatan yang
tidak dapat dijelaskan, dimana hal tersebut ada kaitan dengan riwayat atau kondisi
yang dapat menyebabkan ambliopia.
Gejala klinis amblyopia yang terpenting adalah penurunan penglihatan
yang tidak dapat dikoreksi. Defisit penglihatan yang berhubungan dengan
amblyopia

mempunyai

karakteristik

tertentu

yang

meliputi:

crowding

phenomenon, neutral density filter effect dan fiksasi eksentris.


Pemeriksaan Amblyopia
1. Tajam Penglihatan
Penderita ambliopia kurang mampu untuk membaca bentuk / huruf
yang rapat dan mengenali pola apa yang dibentuk oleh gambar atau huruf
tersebut. Tajam penglihatan yang dinilai dengan cara konvensional, yang
berdasar kepada kedua fungsi tadi, selalu subnormal. Telah diketahui bahwa
penderita ambliopia sulit untuk mengidentifikasi huruf yang tersusun linear
(sebaris) dibandingkan dengan huruf yang terisolasi, maka dapat kita lakukan
dengan meletakkan balok disekitar huruf tunggal. Hal ini disebut Crowding
Phenomenon.
Terkadang mata ambliopia dengan tajam penglihatan 20/20 (6/6) pada
huruf isolasi dapat turun hingga 20/100 (6/30) bila ada interaksi bentuk
(countour interaction). Perbedaan yang besar ini terkadang muncul juga
sewaktu pasien yang sedang diobati kontrol, dimana tajam penglihatannya
jauh lebih baik pada huruf isolasi daripada huruf linear. Oleh karena itu,
amblyopia belum dikatakan sembuh hingga tajam penglihatan linear kembali
normal.
Menentukan tajam penglihatan mata ambliopia pada anak adalah
pemeriksaan yang paling penting. Walaupun untuk mendapatkan hasil
pemeriksaan yang dapat dipercaya sulit pada pasien anak anak, tapi
untungnya penatalaksanaan amblyopia sangat efektif dan efisien pada anak
anak. Anak yang sudah mengetahui huruf balok dapat di tes dengan karta
KKS BAGIAN ILMU PENYAKIT MATA RSUD SIAK TENGKU RAFIAN

Page 9

Snellen standar. Untuk Nonverbal Snellen, yang banyak digunakan adalah tes
E dan tes HOTV. Tes lain adalah dengan simbol LEA.Bentuk ini mudah
bagi anak usia 1 tahun (todler), dan mirip dengan konfigurasi huruf Snellen.
Caranya sama dengan tes HOTV.
2. Neutral Density Filter Test
Tes ini digunakan untuk membedakan ambliopia fungsional dan
organik. Filter densitas netral (Kodak No.96, ND 2.00 dan 0,50) dengan
densitas yang cukup untuk menurunkan tajam penglihatan mata normal dari
20/20 (6/6) menjadi 20/40 (6/12) ditempatkan di depan mata yang ambliopik.
Bila pasien menderita ambliopia, tajam penglihatan dengan NDF tetap sama
dengan visus semula atau sedikit membaik.
Jika ada ambliopia organik, tajam penglihatan menurun dengan nyata
bila digunakan filter, misalnya 20/100 (6/30) menjadi hitung jari atau
lambaian tangan. Keuntungan tes ini bisa, digunakan untuk screening secara
cepat sebelum, dikerjakan terapi oklusi, apabila penyebab ambliopia tidak
jelas.
3. Fiksasi Ekssentris
Fiksasi eksentrik mengacu kepada penggunaan regio nonfoveal retina
terus menerus untuk penglihatan monokular oleh mata amblyopia. Fiksasi
eksentrik terdapat sekitar 80% dari penderita ambliopia. Fiksasi eksentrik
ringan (derajat minor), hanya dapat dideteksi dengan uji khusus seperti
visuskop. Hal ini banyak dijumpai pada penderita ambliopia strabismik dan
hilangnya tajam penglihatan ringan. Secara klinis bukti adanya fiksasi
eksentrik, dapat dideteksi dengan melihat reflex kornea pada mata ambliopia
yang tidak berada pada posisi sentral, dimana ia memfiksasi cahaya dengan
mata dominan ditutup. Umumnya tajam penglihatan adalah 20/200 (6/60) atau
lebih buruk lagi. Penggunaan regio nonfoveal untuk fiksasi tidak dapat
disimpulkan sebagai penyebab utama menurunnya penglihatan pada mata
yang ambliopia. Mekanisme fenomena ini masih belum diketahui.

KKS BAGIAN ILMU PENYAKIT MATA RSUD SIAK TENGKU RAFIAN Page 10

Pada

pasien

ambliopia,

sifat

fiksasi

haruslah

ditentukan.

Penglihatan sentral terletak pada foveal; pada fiksasi eksentrik, yang


digunakan untuk melihat adalah daerah retina parafoveal. Hal ini sering
dijumpai pada pasien dengan strabismik ambliopia daripada anisometropik
ambliopia. Fiksasi eksentrik ditandai dengan tajam penglihatan 20/200
(6/60) atau lebih buruk lagi. Tidak cukup kiranya menentukan sifat fiksasi
hanya pada posisi refleks cahaya korneal. Fiksasi didiagnosis dengan
menggunakan visuskop dan dapat didokumentasi dengan kamera fundus
Zeiss. Tes lain dapat dengan tes tutup alternat untuk fiksasi eksentrik
bilateral.
4. Visuskop
Visuskop

adalah

oftalmoskop

yang

telah

dimodifikasi

yang

memproyeksikan target fiksasi ke fundus. Mata yang tidak diuji ditutup.


Pemeriksa memproyeksikan target fiksasi ke dekat makula, dan pasien
mengarahkan pandangannya ke tanda bintik hitam (asterisk).
Posisi tanda asterisk di fundus pasien dicatat. Pengujian ini diulang
beberapa kali untuk menentukan ukuran daerah fiksasi eksentrik. Pada fiksasi
sentral, tanda asterisk terletak di fovea. Pada fiksasi eksentrik, mata akan
bergeser sehingga asterisk bergerak ke daerah ekstrafoveal dari fiksasi retina.
Tes Tutup Alternat (Alternat Cover Test) untuk Fiksasi Eksentrik Bilateral
Fiksasi eksentrik bilateral adalah suatu kelainan yang jarang dijumpai
dan terjadi pada pasien pasien dengan ambliopia kongenital kedua belah
mata dan dalam hal ini pada penyakit makula bilateral dalam jangka lama.
Misalnya bila kedua mata ekstropia atau esotropia, maka bila mata
kontralateral ditutup, mata yang satunya tetap pada posisi semula, tidak ada
usaha untuk refiksasi bayangan. Tes visuskop akan menunjukkan adanya
fiksasi eksentrik pada kedua belah mata.

KKS BAGIAN ILMU PENYAKIT MATA RSUD SIAK TENGKU RAFIAN Page 11

2.7 Penatalaksanaan
Ambliopia, pada kebanyakan kasus, dapat ditatalaksana dengan efektif
selama satu dekade pertama. Lebih cepat tindakan terapeutik dilakukan, maka
akan semakin besar pula peluang keberhasilannya. Bila pada awal terapi sudah
berhasil, hal ini tidak menjamin penglihatan optimal akan tetap bertahan. Maka
para klinisi harus tetap waspada dan bersiap untuk melanjutkan penatalaksanaan
hingga penglihatan matang (sekitar umur 10 tahun).
Penatalaksanaan ambliopia meliputi langkah langkah berikut :
1. Menghilangkan (bila mungkin) semua penghalang penglihatan seperti katarak
2. Koreksi kelainan refraksi
3. Paksakan penggunaan mata yang lebih lemah dengan membatasi penggunaan
mata yang lebih baik
Pengangkatan Katarak
Katarak yang dapat menyebabkan ambliopia harus segera dioperasi, tidak
perlu ditunda tunda. Pengangkatan katarak kongenital pada usia 2-3 bulan
pertama kehidupan, sangat penting dilakukan agar penglihatan kembali pulih
dengan optimal. Pada kasus katarak bilateral, interval operasi pada mata yang
pertama dan kedua sebaiknya tidak lebih dari 1- 2 minggu. Terbentuknya katarak
traumatika berat dan akut pada anak dibawah umur 6 tahun harus diangkat dalam
beberapa minggu setelah kejadian trauma, bila memungkinkan. Yang mana
katarak traumatika itu sangat bersifat amblyopiogenik.
Kegagalan dalam menjernihkan media, memperbaiki optikal, dan
penggunaan regular mata yang terluka, akan mengakibatkan ambliopia berat
dalam beberapa bulan, selambat lambatnya pada usia 6 hingga 8 tahun.
Koreksi Refraksi
Bila ambliopia disebabkan kelainan refraksi atau anisometropia, maka
dapat diterapi dengan kacamata atau lensa kontak. Ukuran kaca mata untuk mata
amblyopia diberi dengan koreksi penuh dengan penggunaan sikloplegia. Bila
KKS BAGIAN ILMU PENYAKIT MATA RSUD SIAK TENGKU RAFIAN Page 12

dijumpai myopia tinggi unilateral, lensa kontak merupakan pilihan, karena bila
memakai kacamata akan terasa berat dan penampilannya (estetika) buruk. Karena
kemampuan mata ambliopia untuk mengatur akomodasi cenderung menurun,
maka ia tidak dapat mengkompensasi hyperopia yang tidak dikoreksi seperti pada
mata anak normal. Koreksi aphakia pada anak dilakukan segera mungkin untuk
menghindarkan terjadinya deprivasi penglihatan akibat keruhnya lensa menjadi
defisit optikal berat.
Ambliopia anisometropik dan ambliopia isometropik akan sangat
membaik walau hanya dengan koreksi kacamata selama beberapa bulan.
Oklusi dan Degradasi Optikal
1. Oklusi
Terapi oklusi sudah dilakukan sejak abad ke-18 dan merupakan terapi
pilihan, yang keberhasilannya baik dan cepat, dapat dilakukan oklusi penuh waktu
(full time) atau paruh waktu (part-time).
A. Oklusi Full Time
Pengertian oklusi full- time pada mata yang lebih baik adalah oklusi untuk
semua atau setiap saat kecuali 1 jam waktu berjaga.(Occlusion for all or all but
one waking hour), Arti ini sangat penting dalam pentalaksanaan ambliopia dengan
cara penggunaan mata yang rusak. Biasanya penutup mata yang digunakan
adalah penutup adesif (adhesive patches) yang tersedia secara komersial.
Penutup (patch) dapat dibiarkan terpasang pada malam hari atau dibuka
sewaktu tidur. Kacamata okluder (spectacle mounted ocluder) atau lensa kontak
opak,atau Annisas Fun Patches dapat juga menjadi alternatif full-time patching
bila terjadi iritasi kulit atau perekat patch-nya kurang lengket. Full-time patching
baru dilaksanakan hanya bila strabismus konstan menghambat penglihatan
binokular, karena full-time patching mempunyai sedikit resiko, yaitu bingung
dalam hal penglihatan binokular.

KKS BAGIAN ILMU PENYAKIT MATA RSUD SIAK TENGKU RAFIAN Page 13

Terdapat suatu aturan bahwa full-time patching diberi selama 1 minggu


untuk setiap tahun usia. Misalnya penderita ambliopia pada mata kanan berusia 3
tahun harus memakai full-time patch selama 3 minggu, lalu dievaluasi kembali.
Hal ini untuk menghindarkan terjadinya ambliopia pada mata yang baik.
B. Oklusi Part-time
Oklusi part-time adalah oklusi selama 1-6 jam per hari yang akan memberi
hasil sama dengan oklusi full-time. Durasi interval buka dan tutup patch-nya
tergantung dari derajat amblyopia. Amblyopia Treatment Studies (ATS) telah
membantu dalam penjelasan peranan full-time patching dibanding part-time. Studi
tersebut menunjukkan, pasien usia 3-7 tahun dengan ambliopia berat (tajam
penglihatan antara 20/100 = 6/30 dan 20/400 = 6/120 ), full-time patching
memberi efek sama dengan penutupan selama 6 jam per hari. Dalam studi lain,
patching 2 jam/hari menunjukkan kemajuan tajam penglihatan hampir sama
dengan patching 6jam/hari pada ambliopia sedang / moderate (tajam penglihatan
lebih baik dari 20/100) pasien usia 3 7 tahun. Dalam studi ini, patching
dikombinasi dengan aktivitas melihat dekat selama 1 jam/ hari.
Idealnya, terapi ambliopia diteruskan hingga terjadi fiksasi alternat atau
tajam penglihatan dengan Snellen linear 20/20 (6/6) pada masing masing mata.
Hasil ini tidak selalu dapat dicapai. Sepanjang terapi terus menunjukkan
kemajuan, maka penatalaksanaan harus tetap diteruskan.

KKS BAGIAN ILMU PENYAKIT MATA RSUD SIAK TENGKU RAFIAN Page 14

2. Degradasi Optikal
Metode lain untuk penatalaksanaan ambliopia adalah dengan menurunkan
kualitas bayangan (degradasi optikal) pada mata yang lebih baik hingga menjadi
lebih buruk dari mata yang ambliopia, sering juga disebut penalisasi
(penalization). Sikloplegik (biasanya atropine tetes 1% atau homatropine tetes
5%) diberi satu kali dalam sehari pada mata yang lebih baik sehingga tidak dapat
berakomodasi dan kabur bila melihat dekat dekat.
ATS menunjukkan metode ini memberi hasil yang sama efektifnya dengan
patching untuk ambliopia sedang (tajam penglihatan lebih baik daripada 20/100).
ATS tersebut dilakukan pada anak usia 3 7 tahun. ATS juga memperlihatkan
bahwa pemberian atropine pada akhir minggu (weekend) memberi perbaikan
tajam penglihatan sama dengan pemberian atropine harian yang dilakukan pada
kelompok anak usia 3 7 tahun dengan ambliopia sedang. Ada juga studi terbaru
yang membandingkan atropine dengan patching pada 419 orang anak usia 3-7
tahun,menunjukkan atropine merupakan pilihan efektif. Sehingga, ahli mata yang
tadinya masih ragu ragu,memilih atropine sebagai pilihan pertama daripada
patching. (hasil studi telah diterbitkan di Ophthalmology, Agustus 2003,Review
of Oph thalmology, Oktober 2003)
Pendekatan ini mempunyai beberapa keuntungan dibanding dengan oklusi,
yaitu tidak mengiritasi kulit dan lebih apik dilihat dari segi kosmetis. Dengan
atropinisasi, anak sulit untuk menggagalkan metode ini. Evaluasinya juga tidak
perlu sesering oklusi.
Metode pilihan lain yang prinsipnya sama adalah dengan memberikan
lensa positif dengan ukuran tinggi (fogging) atau filter. Metode ini mencegah
terjadinya efek samping farmakologik atropine. Keuntungan lain dari metode
atropinisasi dan metode non-oklusi pada pasien dengan mata yang lurus (tidak
strabismus) adalah kedua mata dapat bekerjasama, jadi memungkinkan
penglihatan binokular.

2.8 Komplikasi
KKS BAGIAN ILMU PENYAKIT MATA RSUD SIAK TENGKU RAFIAN Page 15

Semua bentuk penatalaksanaan ambliopia memungkinkan untuk terjadinya


ambliopia pada mata yang baik. Oklusi full-time adalah yang paling beresiko tinggi dan
harus dipantau dengan ketat, terutama pada anak balita. Follow-up pertama setelah
pemberian oklusi dilakukan setelah 1 minggu pada bayi dan 1 minggu per tahun usia pada
anak (misalnya : 4 minggu untuk anak usia 4 tahun). Oklusi part-time dan degradasi
optikal, observasinya tidak perlu sesering oklusi full-time, tapi follow-up reguler tetap
penting.
Hasil akhir terapi ambliopia unilateral adalah terbentuknya kembali fiksasi
alternat, tajam penglihatan dengan Snellen linear tidak berbeda lebih dari satu baris antara
kedua mata.
Waktu yang diperlukan untuk lamanya terapi tergantung pada hal berikut :

1.
2.
3.
4.

Derajat ambliopia
Pilihan terapeutik yang digunakan
Kepatuhan pasien terhadap terapi yang dipilih
Usia pasien
Semakin berat ambliopia, dan usia lebih tua membutuhkan penatalaksanaan yang

lebih lama. Oklusi full-time padabayi dan balita dapat memberi perbaikan ambliopia
strabismik berat dalam 1 minggu atau kurang. Sebaliknya, anak yang lebih berumur yang
memakai penutup hanya seusai sekolah dan pada akhir minggu saja, membutuhkan waktu
1 tahun atau lebih untuk dapat berhasil.

2.9 Prognosis
Setelah 1 tahun, sekitar 73% pasien menunjukkan keberhasilan setelah terapi
oklusi pertama. Bila penatalaksanaan dimulai sebelum usia 5 tahun, visus normal dapat
tercapai. Hal ini semakin berkurang seiring dengan pertambahan usia. Hanya kesembuhan
parsial yang dapat dicapai bila usia lebih dari 10 tahun.
Faktor resiko gagalnya penatalaksanaan ambliopia adalah sebagai berikut :
Jenis Ambliopia : Pasien dengan anisometropia tinggi dan pasien dengan kelainan
organik, prognosisnya paling buruk. Pasien dengan ambliopia strabismik
prognosisnya paling baik.
Usia dimana penatalaksanaan dimulai : Semakin muda pasien maka prognosis
semakin baik.

KKS BAGIAN ILMU PENYAKIT MATA RSUD SIAK TENGKU RAFIAN Page 16

Dalamnya ambliopia pada saat terapi dimulai : Semakin bagus tajam penglihatan
awal pada mata ambliopia, maka prognosisnya juga semakin baik.

KKS BAGIAN ILMU PENYAKIT MATA RSUD SIAK TENGKU RAFIAN Page 17

BAB III
KESIMPULAN
Ambliopia adalah berkurangnya tajam penglihatan yang terjadi karena
tidak normalnya perkembangan visus yang dialami sejak usia dini, yaitu sejak
lahir hingga usia 10 tahun. Kepekaan perkembangan yang abnormal dari visus
terutama terjadi pada usia beberapa bulan dan menurun sesudahnya, dapat
mengenai 1 atau 2 mata, pada umumnya disebabkan oleh pengenalan kurang
terhadap bayang-bayang detail terfokus. Penyebab ambliopia adalah strabismus,
gangguan refraksi (anisometropia) tinggi, kelainan fiksasi, kekeruhan pada media
lintasan visual dan ambliopia toksik.
Gejala klinik pada anak biasanya jarang dan biasanya pada anak gejalanya
berupa mengedipkan mata, menutup mata dengan satu tangan atau mempunyai
satu mata yang tidak melihat arah yang sama dengan mata yang lainnya.
Diagnosis berupa dari anamnesis baik dan pemeriksaan fisik berupa ketajaman
penglihatan, menentukan fiksasi, visuskopi. Penatalaksanaan seperti penganktan
katarak, koreksi refraksi, oklusi dan degredasi optikal harus dilakukan secepatnya
karena prognosis semakin baik bila ditangani dengan cepat dan tepat.

KKS BAGIAN ILMU PENYAKIT MATA RSUD SIAK TENGKU RAFIAN Page 18

DAFTAR PUSTAKA
1. Ilyas, Sidarta. Ilmu Penyakit Mata. Edisi 4. Fakultas Kedokteran Universitas
Indonesia, Jakarta. 2011

2. American Academy of Ophthalmology ; International Ophthalmology;


Chapter 10: Amblyopia; Section 13; Basic and Clinical Science Course;
2004 2005;
3.
4.

KKS BAGIAN ILMU PENYAKIT MATA RSUD SIAK TENGKU RAFIAN Page 19

Anda mungkin juga menyukai

  • Contoh Otopsi
    Contoh Otopsi
    Dokumen6 halaman
    Contoh Otopsi
    rosa qolbina
    Belum ada peringkat
  • Laporan Kasus
    Laporan Kasus
    Dokumen15 halaman
    Laporan Kasus
    rosa qolbina
    Belum ada peringkat
  • Luka Bakar
    Luka Bakar
    Dokumen64 halaman
    Luka Bakar
    rosa qolbina
    Belum ada peringkat
  • REFRAT Glaucoma
    REFRAT Glaucoma
    Dokumen27 halaman
    REFRAT Glaucoma
    rosa qolbina
    Belum ada peringkat
  • Laporan Kasus
    Laporan Kasus
    Dokumen16 halaman
    Laporan Kasus
    rosa qolbina
    Belum ada peringkat
  • Refrat
    Refrat
    Dokumen47 halaman
    Refrat
    rosa qolbina
    Belum ada peringkat
  • 1 Sifilis DR Noorsaid
    1 Sifilis DR Noorsaid
    Dokumen5 halaman
    1 Sifilis DR Noorsaid
    Dilla
    Belum ada peringkat
  • Vitiligo Diagnosis
    Vitiligo Diagnosis
    Dokumen12 halaman
    Vitiligo Diagnosis
    rosa qolbina
    Belum ada peringkat
  • KASUS_NEURODERMATITIS
    KASUS_NEURODERMATITIS
    Dokumen8 halaman
    KASUS_NEURODERMATITIS
    rosa qolbina
    Belum ada peringkat
  • Cairan Tubuh
    Cairan Tubuh
    Dokumen27 halaman
    Cairan Tubuh
    rosa qolbina
    Belum ada peringkat
  • Laporan Kasus
    Laporan Kasus
    Dokumen67 halaman
    Laporan Kasus
    rosa qolbina
    Belum ada peringkat
  • Anestesi Umum Pada FAM
    Anestesi Umum Pada FAM
    Dokumen30 halaman
    Anestesi Umum Pada FAM
    rosa qolbina
    Belum ada peringkat
  • Mata
    Mata
    Dokumen35 halaman
    Mata
    rosa qolbina
    Belum ada peringkat
  • Isi Kasus 2
    Isi Kasus 2
    Dokumen35 halaman
    Isi Kasus 2
    rosa qolbina
    Belum ada peringkat
  • Bab I Pendahuluan
    Bab I Pendahuluan
    Dokumen41 halaman
    Bab I Pendahuluan
    rosa qolbina
    Belum ada peringkat
  • Lidahku Kotor
    Lidahku Kotor
    Dokumen48 halaman
    Lidahku Kotor
    rosa lita
    Belum ada peringkat