Tn. WR, usia 26 tahun, menikah 2 tahun, belum mempunyai keturunan, pendidikan
sarjana, pekerjaan wiraswasta, alamat Mampang Jakarta. Pasien tinggal dirumah orang
tuanya bersama istri.
Sebelum sakit pasien bekerja di percetakan, tidak pernah olahraga rutin. Pasien tidak
terbiasa makan pagi. Pasien terbiasa minum kopi 2cangkir/hari, menggunakan alkohol dan
narkotika suntik jenis putau dengan frekunsi 1-2 x/minggu. Pasien juga mengatakan bahwa ia
menganut seks bebas dengan pekerja seks komersial dan dengan beberapa pasangan sebelum
menikah.
Saat masuk rumah sakit (MRS) pasien lemas seluruh badan selama 3 hari, pasien
tidak mau makan karena mual dan muntah, batuk-batuk dan demam naik turun. Dada terasa
sakit saat batuk tetapi tidak sesak. 1 hari sebelum MRS pasien mengalami penurunan
kesadaran, seperti ngantuk, sulit berkomunikasi, ngompol dan diare lebih kurang 10 x/hari,
mengeluh pusing dan pingsan setelah pengobatan alternatif kemudian pasien langsung
dibawa ke IGD RSCM oleh ayah dan istrinya. Saat MRS, tanda vital tekanan darah 110/80
mmHg, nadi 80 x/menit, frekuensi napas 20 x/menit, suhu 37.9*C, demam, pasien tampak
mual, nyeri kepala berdenyut. Status neorologis GCS E:3/V:afasia/M:5, pupil bulat isokor 3/3
mm, RCL +/+, kaku kuduk ada, tanda lasage <70/<70, tanda kernig <135/<135, Nervus
karnial parise N VII sinistra sentral, otonom inkontinensia uri, motorik kesan hemiparase,
refleks fisiologis ++/++, refleks patologis +/+, sensorik belum dapat di nilai.
Selanjutnya dilakukan pengkajian keperawatan dan diperoleh data tanda vital tekanan
darah 120/80 mmHg, nadi 100 x/menit, frekuensi napas 28 x/menit, suhu 38.5*C, status
generalis pada kepala dalam batas normal (dbn), mata konjungtiva pucat, sklera ikterik, leher
tidak terdapat pembesaran kelenjar getah bening, telinga dbn, hidung dbn, tenggorok dbn,
terdapat plak putih tersebar dalam rongga mulut, jantung dbn, paru vesikuler, ronchi +/+,
whezing -/-, abdomen lemas, terdapat nyeri tekan, bising usus dbn, ekstremitas hemiparese
dan tidak terdapat odema, kulit pada daerah tertekan tampak terjadi erupsi terutama pada
sakrum terdapat erupsi epidermis sekitar 5x5 cm. Status neorologis GCS E:3/V:4/M:5, pupil
isokor 4 mm, RCL +/+, RCTL +/+, kaku kuduk ada, tanda lasage <70/<70, kernig
<135/<135, Nervus karnial parese N VII sinistra sentral, otonom inkontinensia uri, terpasang
kateter, motorik hemiparase, refleks fisiologis ++/++, refleks patologis +/+, sensorik belum
dapat dinilai. Aktifitas bedrest, miring kiri-kanan dibantu, ROM terbatas/pasif, gambaran diri,
ideal diri, harga diri, peran diri, identitas diri tidak dapat dinilai, psikologis tidak dapat
dinilai.
Selama dirawat pasien mendapatkan O2 2ltr/menit, terpasang NGT untuk
memasukkan cairan dan nutrisi cair, obat anti jamur 2-3 tetes 3 x/hari, New Diatab 3x2 tablet
yang dihaluskan. Pemeriksaan laboraturium, T helper (CD4+) 45. CT-Scan kepalah diperoleh
hasil sugetif toxoplasmosis dengan ventrikulomegali, pasien mendapatkan terapi
antiretroviral (ARV) Neviral, Hiviral dan Staviral. Selain itu pasien mendapat streptomisin,
etambutol, dan klindamisin.
(A)
(B)
(C)
Bergejala, bukan
kondisi ( A ) ataupun
menunjukkan adanya
generalisatapersis
(C)
AIDS
1. 500/L
2. 200-499/l
3. <200/l
A1
B1
C1
A2
B2
C3
A3
B3
C3
kedalam Kategori 1 apabila jumlah CD4 500 sel/l,dan dikategori 2 apabila jumlah
CD4 200-499 sel/l dan kategori 3 apabila jumlah CD4 <200 sel/l.
B. KATEGORI KLINIS
Kategori klinis untuk penyakit akibat infeksi HIV didefinisikan sebagai berikut:
a. Kategori A
Kategori A memiliki atau lebih dari kondisi berikut pada remaja atau dewasa (13
tahun) yang telah terbukti terinfeksi HIV.Tanpa adanya kondisi lain yang termasuk
kedalam kategori B dan C.
Infeksi HIV tanpa gejala
Limfadenopati generalisata persisten
Infeksi akut HIV atau dengan riwayat infeksi akut HIV
b. Kategori B
kategori B terdiri dari kondisi bergejala yang mengenai remaja atau dewasa yang
terinfeksi HIV yang tidak termasuk kedalam kategori C dan cocok dengan sekurangkurangnya 1 kriteria berikut :
a) Kondisi yang melengkapi infeksi HIV atau mengindikasikan adanya efek pada
imunitas seluler.
b) Kondisi yang menurut dokter membutuhkan perawatan medis dan merupakan
komplikasi
berikut :
Angimatosis basiler
Kandidiasis orofaring (thrush)
dengan terapi
Displasia serviks (sedang atau berat)/Ca in situ serviks
Gejala-gejala konstitusional, seperti demam (38,5 0C) atau diare yang tidak
dermatom
Purpura trombositopeni idiopati
Listeriosis PID, terutama bila menimbulkan komplikasi abses pada kedua tuba
ovari
Neuropati perifer
Untuk tujuan kalsifikasi kondisi kategori B lebih diutamakan daripada kategori
A.Contohnya seseorang yang sebelumnya telah diterapi untuk kandidiasis
persisten pada vagina atau mulut dan belum berkembang menjadi kategori C
namun saat ini sudah tidak menimbulkan gejala sebaiknya diklasifikasikan
sebagai kategori B.
c. Kategori C
Kategori C termasuk kondisi klinis yang tergolong kasus AIDS adalah sebagai
berikut:
Toksoplasmosis
adalah penyakit yang disebabkan oleh parasit bersel-satu, yang disebut
Toxoplasma gondii. Parasit ini biasanya menginfeksi otak dan menyebabkan
radang otak akut (toksoplasma ensefalitis), namun ia juga dapat menginfeksi dan
menyebabkan penyakit pada mata dan paru-paru.
diagnosis.
Meningitis
Meningitis adalah inflamasi yang terjadi pada meningen otak dan medula
spinalis. Gangguan ini biasanya merupakan komplikasi bakteri (infeksi sekunder)
seperti sinusitis, otitis media,pneumonia, endokarditis, atau osteomielitis.
(Asuhan Keperawatan Pasien dengan Gangguan Persyarafan,Fransiska
B.Babticacca,2008).
Meningitis adalah radang pada meningens (membran yang mengelilingi otak
dan medula spinalis) dan disebabkan oleh bakteri, virus, jamur (Brunner dan
Suddarth, 2001).
Meningitis adalah infeksi cairan otak disertai radang yang mengenai piameter,
araknoid dan dalam derajat yang lebih ringan mengenai jaringan otak dan medula
spinalis yang superficial (Neurologi Kapita Selekta, 1996).
Meningitis merupakan peradangan pada meningen, meningitis itu sendiri
terdiri atas meningitis tuberculosis yang disebabkan oleh bakteri dan virus atau
disebut nonpurulen meningitis. Terjadinya meningitis dapat secara langsung
sebagai akibat cidera traumatis atau secara tidak langsung dipindahkan dari
tempat lain di dalam tubuh ke dalam cairan cerebrospinal (Hidayat,
Halimul. 2008).
Aziz
syaraf
yang
spesifik,tampak
dalam
bentuk
2001)
Tuberkulosis (TB)
Adalah penyakit infeksi yang terutama menyerang parenkim paru yang
disebabkan oleh kuman Mycobacterium tuberculosis (Suzanne C.S, Brenda G.B,
Buku Ajar KeperawatanMedikalBedah).
c. Sistem gastrointestinal
Infeksi opurtunistik yang terjadi pada sistem gastrointestinal yaitu :
Esofagitis adalah peradangan pada kerongkongan (esofagus), yaitu jalur
makanan dari mulut ke lambung. Pada individu yang terinfeksi HIV,
penyakit ini terjadi karena infeksi jamur (jamur kandidiasis) atau virus
(herpes simpleks-1 atau virus sitomegalo). Ia pun dapat disebabkan oleh
mikobakteria, meskipun kasusnya langka.
Diare kronis yang tidak dapat dijelaskan pada infeksi HIV dapat terjadi
karena berbagai penyebab; antara lain infeksi bakteri dan parasit yang
umum (seperti Salmonella, Shigella, Listeria, Kampilobakter, dan
Escherichia coli), serta infeksi oportunistik yang tidak umum dan virus
(seperti
kriptosporidiosis,
mikrosporidiosis,
Mycobacterium
avium
yang disertai dengan kulit yang kering dan mengelupas atau dengan
merupakan
mikroflora
normal
pada
rongga
mulut,
tidak
ada
mekanisme
pembentukan
sel
T killer,sel
dan
sel
fagosit
WOC(Web Of Caution)
Seks bebas dengan pekerja
seks komersial dan bebrapa
pasangan
Virus masuk
kedalam
Virus mencari sel
target(CD4)
Virus bertemu
dengan reseptor
Hiv memasukan bahan genetik(RNA)dan
enzimreserve transciptase,integrase dan
RNA virus diubah menjadi DNA dengan
Penggabungan DNA virus dan DNA CD4
dengan bantuan enzim integrase
Virus mengambil alih tugas sel
Membentuk genom2 virus dan genom virus
DNA
virusmenginfeksi
membuat
cetakan
untuk
turunannya
dimatangkan
oleh enzim
virus
Virus baru
akan
selprotease,genom
CD4
yang
lain dan
akan
Infeksi
yang sudah
matang
akan membentuk
kapsid
menyebabkan
jumlah
CD4 AIDS
menurun
dan sistem
kekebalan
Opurtunistik