Anda di halaman 1dari 11

Kasus 1

Tn. WR, usia 26 tahun, menikah 2 tahun, belum mempunyai keturunan, pendidikan
sarjana, pekerjaan wiraswasta, alamat Mampang Jakarta. Pasien tinggal dirumah orang
tuanya bersama istri.
Sebelum sakit pasien bekerja di percetakan, tidak pernah olahraga rutin. Pasien tidak
terbiasa makan pagi. Pasien terbiasa minum kopi 2cangkir/hari, menggunakan alkohol dan
narkotika suntik jenis putau dengan frekunsi 1-2 x/minggu. Pasien juga mengatakan bahwa ia
menganut seks bebas dengan pekerja seks komersial dan dengan beberapa pasangan sebelum
menikah.
Saat masuk rumah sakit (MRS) pasien lemas seluruh badan selama 3 hari, pasien
tidak mau makan karena mual dan muntah, batuk-batuk dan demam naik turun. Dada terasa
sakit saat batuk tetapi tidak sesak. 1 hari sebelum MRS pasien mengalami penurunan
kesadaran, seperti ngantuk, sulit berkomunikasi, ngompol dan diare lebih kurang 10 x/hari,
mengeluh pusing dan pingsan setelah pengobatan alternatif kemudian pasien langsung
dibawa ke IGD RSCM oleh ayah dan istrinya. Saat MRS, tanda vital tekanan darah 110/80
mmHg, nadi 80 x/menit, frekuensi napas 20 x/menit, suhu 37.9*C, demam, pasien tampak
mual, nyeri kepala berdenyut. Status neorologis GCS E:3/V:afasia/M:5, pupil bulat isokor 3/3
mm, RCL +/+, kaku kuduk ada, tanda lasage <70/<70, tanda kernig <135/<135, Nervus
karnial parise N VII sinistra sentral, otonom inkontinensia uri, motorik kesan hemiparase,
refleks fisiologis ++/++, refleks patologis +/+, sensorik belum dapat di nilai.
Selanjutnya dilakukan pengkajian keperawatan dan diperoleh data tanda vital tekanan
darah 120/80 mmHg, nadi 100 x/menit, frekuensi napas 28 x/menit, suhu 38.5*C, status
generalis pada kepala dalam batas normal (dbn), mata konjungtiva pucat, sklera ikterik, leher
tidak terdapat pembesaran kelenjar getah bening, telinga dbn, hidung dbn, tenggorok dbn,
terdapat plak putih tersebar dalam rongga mulut, jantung dbn, paru vesikuler, ronchi +/+,
whezing -/-, abdomen lemas, terdapat nyeri tekan, bising usus dbn, ekstremitas hemiparese
dan tidak terdapat odema, kulit pada daerah tertekan tampak terjadi erupsi terutama pada
sakrum terdapat erupsi epidermis sekitar 5x5 cm. Status neorologis GCS E:3/V:4/M:5, pupil
isokor 4 mm, RCL +/+, RCTL +/+, kaku kuduk ada, tanda lasage <70/<70, kernig
<135/<135, Nervus karnial parese N VII sinistra sentral, otonom inkontinensia uri, terpasang
kateter, motorik hemiparase, refleks fisiologis ++/++, refleks patologis +/+, sensorik belum
dapat dinilai. Aktifitas bedrest, miring kiri-kanan dibantu, ROM terbatas/pasif, gambaran diri,
ideal diri, harga diri, peran diri, identitas diri tidak dapat dinilai, psikologis tidak dapat
dinilai.
Selama dirawat pasien mendapatkan O2 2ltr/menit, terpasang NGT untuk
memasukkan cairan dan nutrisi cair, obat anti jamur 2-3 tetes 3 x/hari, New Diatab 3x2 tablet
yang dihaluskan. Pemeriksaan laboraturium, T helper (CD4+) 45. CT-Scan kepalah diperoleh
hasil sugetif toxoplasmosis dengan ventrikulomegali, pasien mendapatkan terapi
antiretroviral (ARV) Neviral, Hiviral dan Staviral. Selain itu pasien mendapat streptomisin,
etambutol, dan klindamisin.

1. Identifikasi faktor resiko tertularnya HIV/AIDS pada Tn.WR


Ada beberapa faktor/cara penularan virus HIV/AIDS, diantara lain adalah sebagai
berikut :
a. Hubungan seksual yang tidak aman dengan penderita HIV/AIDS
Hubungan seksual secara vaginal,anal,oral dengan penderita HIV tanpa perlindungan
bisa menularkan HIV.Selama hubungan seksual berlangsung,air mani,cairan
vagina,darah dapat mengenai selaput lendir vagina,penis,dubur,atau mulut sehingga
HIV yang terdapat dalam cairan tersebut masuk ke aliran darah.Selama berhubungan
juga bisa terjadi lesi mikro pada dinding vagina,dubur,mulut yang bisa menjadi jalan
HIV untuk masuk ke aliran darah pasangan seksual.Misalanya PSK (Wanita pekerja
seks) yang selalu berganti-ganti pasangan,pasangan-pasangan homoseksual,dan waria.
b. Ibu hamil dengan HIV/AIDS
Penularan HIV dari ibu bisa terjadi pada saat kehamilan(in utero).Penularan juga bisa
terjadi selama proses persalinan melalui transfusi fotomaternal atau kontak antara
kulit dan membran mukosa bayi dengan darah atau seksresi maternal saat
melahirkan,semakin lama proses melahirkan semakin besar resiko penularan.Selain
itu penularan juga bisa terjadi selama periode post partum melalui ASI dari wanita/ibu
dengan HIV/AIDS.
c. Pemakain jarum suntik dan alat kesehatan yang tidak steril dan secara bergantian
Jerum suntik yang digunakan difasilitas kesehatan maupun yang digunakan oleh para
pengguna narkoba (injecting Drug User/IDU) sangat berpotensi menularkan
HIV.selain itu misalnya melalui transfusi darah yang menggunakan jarum yang tidak
steril atau secara bergantian dengan penderita HIV/AIDS.
Berdasarkan kasus diatas faktor resiko tertularnya HIV/AIDS pada Tn.Wr
adalah Tn.Wr dulunya adalah seorang pengguna narkotika suntik jenis putau
dengan frekuensi 1-2 kali/minggu dan Tn.Wr juga menganut seks bebas
dengan pekerja seks komersial dan dengan beberapa pasangan terdahulu
sebelum menikah.

2. Identifikasi klasifikasi HIV/AIDS yang dialami Tn.WR berdasarkan klasifikasi CD4+


Dengan kondisi klinis.
Klasifikasi HIV/AIDS berdasarkan klasifikasi CD4+dan kondisi klinis
A. KATEGORI LIMFOSIT-T CD4
Kategori Klinis

Kategori Sel-T CD4

(A)

(B)

(C)

Tanpa gejala, infeksi

Bergejala, bukan

Kondisi yang telah

akut, limfa denopati

kondisi ( A ) ataupun

menunjukkan adanya

generalisatapersis

(C)

AIDS

1. 500/L
2. 200-499/l
3. <200/l

A1

B1

C1

A2

B2

C3

A3

B3

C3

Limfosit-T CD4 dibagi menjadi 3 dan didefinisikan sebagai berikut:

Kategori 1 : 500 sel/l


Kategori 2 : 200-499 sel/l
Kategori 3 : <200 sel/l
Kategori ini sesuai jumlah limfosit-T CD4 per mikroliter darah dan memandu
tatalaksana penderita HIV remaja dan dewasa.Sistem klasifikasi HIV yang direvisi
jugan mengizinkan

penggunaan persentase Sel-T CD4.Dimana dikategorikan

kedalam Kategori 1 apabila jumlah CD4 500 sel/l,dan dikategori 2 apabila jumlah
CD4 200-499 sel/l dan kategori 3 apabila jumlah CD4 <200 sel/l.
B. KATEGORI KLINIS
Kategori klinis untuk penyakit akibat infeksi HIV didefinisikan sebagai berikut:
a. Kategori A
Kategori A memiliki atau lebih dari kondisi berikut pada remaja atau dewasa (13
tahun) yang telah terbukti terinfeksi HIV.Tanpa adanya kondisi lain yang termasuk
kedalam kategori B dan C.
Infeksi HIV tanpa gejala
Limfadenopati generalisata persisten
Infeksi akut HIV atau dengan riwayat infeksi akut HIV
b. Kategori B
kategori B terdiri dari kondisi bergejala yang mengenai remaja atau dewasa yang
terinfeksi HIV yang tidak termasuk kedalam kategori C dan cocok dengan sekurangkurangnya 1 kriteria berikut :
a) Kondisi yang melengkapi infeksi HIV atau mengindikasikan adanya efek pada
imunitas seluler.
b) Kondisi yang menurut dokter membutuhkan perawatan medis dan merupakan
komplikasi

dari infeksi HIV.contoh kondisi pada kategori B adalah sebagai

berikut :
Angimatosis basiler
Kandidiasis orofaring (thrush)

Kandidiasis vulvovaginal; yang persisten, sering kambuh, atau tidak responsif

dengan terapi
Displasia serviks (sedang atau berat)/Ca in situ serviks
Gejala-gejala konstitusional, seperti demam (38,5 0C) atau diare yang tidak

sembuh selama lebih dari 1 bulan


Leukoplakia berambut pada mulut
Herpes zoster, pada sekurangnya 2 episode terpisah atau mengenai lebih dari

dermatom
Purpura trombositopeni idiopati
Listeriosis PID, terutama bila menimbulkan komplikasi abses pada kedua tuba

ovari
Neuropati perifer
Untuk tujuan kalsifikasi kondisi kategori B lebih diutamakan daripada kategori
A.Contohnya seseorang yang sebelumnya telah diterapi untuk kandidiasis
persisten pada vagina atau mulut dan belum berkembang menjadi kategori C
namun saat ini sudah tidak menimbulkan gejala sebaiknya diklasifikasikan
sebagai kategori B.

c. Kategori C
Kategori C termasuk kondisi klinis yang tergolong kasus AIDS adalah sebagai
berikut:

Kandidiasis bronkus, trakea, atau paru-paru


Kandidiasis esofagus
Kanker serviks invasif
Koksidiomikosis, diseminata atau ekstraparu
Kriptokokkosis ekstraparu
Kriptosporidiosis usus kronik (> 1 bulan)
Penyakit sitomegalovirus (selain pada hati, limpa, dan kelenjar getah bening)
Retinitis sitomegalovirus (dengan kebutaan)
Ensefalopati terkait HIV
Herpes simpleks, ulkus kronik (> 1 bulan); atau bronkitis, pneumonitis, atau esofagitis
Histoplasmosis, diseminata atau ekstraparu
Isosporiasis usus kronik (> 1 bulan)
Sarkoma kaposi
Limfoma burkit
Limfoma imunoblastik
Limfoma, primer atau pada otak

Infeksi Mycobacteruim avium kompleks atau M. Kansasii, diseminata atau ekstraparu


Infeksi Mycobacteruim tuberculosis, paru atau ekstraparu
Infeksi Mycobacteruim spesies lain, diseminata atau ekstraparu
Pneumonia Pneumocystis carinii
Pneumonia rekuren
Leukoensefalopati multifokal progresif
Septikemia Salmonella rekuren
Toksoplasmosis otak
Wasting syndrome karena HIV
Diare yang terus-menerus

Berdasarkan kasus yang terjadi pada Tn.WR maka dapat diklasifikasikan :


a. Berdasarkan kombinasi CD4
Kategori 3 : <200 sel/l. Karena pada pemeriksaan laboratorium pada Tn.WR T-helper
berjumlah 45 sel/l sehingga dapat diklasifikasikan kedalam kategori 3.
b. Berdasarkan kondisi klinis
Dapat dikategorikan kedalam kategori C. Karena Tn.WR mengalami infeksi kuman
Mycobacterium tuberculosis yang menyebabkan TB paru,selain itu berdasarkan hasil
CT-scan didapatkan hasil pemeriksaan yaitu toxoplasmosis yaitu infeksi otak yang
disebabkan oleh protozoa. Tn.Wr juga mengalami diare yang terus-menerus dimana
dalam 1 hari Tn.WR BAB sebanyak 10kali. Pada rongga mulut Tn.WR terdapat plak
putih yang menyebar disekitar rongga mulut yang merupakan tanda dari terjadinyaa
kandidiasis. Kandidiasis adalah infeksi yang disebabkan oleh jamur yang bisa
menyerang mulut,tenggorokan dan vagina. Pada kasus Tn.WR menderita kandidiasis
oral.Dapat disimpulkan pada kasus Tn.wr berada pada klasifikasi C3.
3. Identifikasi infeksi oportunistik yang terjadi pada kasus HIV/AIDS diatas dan
klasifikasikan berdasarkan system organ yang terganggu.
Infeksi opurtunistik yang dapat terjadi pada penderita HIV/AIDS adalah :
a. Sistem persyarafan/neorologi
Infeksi HIV dapat menimbulkan beragam kelainan tingkah laku karena gangguan
pada syaraf (neuropsychiatric sequelae), yang disebabkan oleh infeksi organisma
atas sistem syaraf yang telah menjadi rentan, atau sebagai akibat langsung dari
penyakit itu sendiri.

Toksoplasmosis
adalah penyakit yang disebabkan oleh parasit bersel-satu, yang disebut
Toxoplasma gondii. Parasit ini biasanya menginfeksi otak dan menyebabkan
radang otak akut (toksoplasma ensefalitis), namun ia juga dapat menginfeksi dan
menyebabkan penyakit pada mata dan paru-paru.

Leukoensefalopati multifokal progresif


adalah penyakit demielinasi, yaitu penyakit yang menghancurkan selubung syaraf
(mielin) yang menutupi serabut sel syaraf (akson), sehingga merusak
penghantaran impuls syaraf. Ia disebabkan oleh virus JC, yang 70% populasinya
terdapat di tubuh manusia dalam kondisi laten, dan menyebabkan penyakit hanya
ketika sistem kekebalan sangat lemah, sebagaimana yang terjadi pada pasien
AIDS. Penyakit ini berkembang cepat (progresif) dan menyebar (multilokal),
sehingga biasanya menyebabkan kematian dalam waktu sebulan setelah

diagnosis.
Meningitis
Meningitis adalah inflamasi yang terjadi pada meningen otak dan medula
spinalis. Gangguan ini biasanya merupakan komplikasi bakteri (infeksi sekunder)
seperti sinusitis, otitis media,pneumonia, endokarditis, atau osteomielitis.
(Asuhan Keperawatan Pasien dengan Gangguan Persyarafan,Fransiska
B.Babticacca,2008).
Meningitis adalah radang pada meningens (membran yang mengelilingi otak
dan medula spinalis) dan disebabkan oleh bakteri, virus, jamur (Brunner dan
Suddarth, 2001).
Meningitis adalah infeksi cairan otak disertai radang yang mengenai piameter,
araknoid dan dalam derajat yang lebih ringan mengenai jaringan otak dan medula
spinalis yang superficial (Neurologi Kapita Selekta, 1996).
Meningitis merupakan peradangan pada meningen, meningitis itu sendiri
terdiri atas meningitis tuberculosis yang disebabkan oleh bakteri dan virus atau
disebut nonpurulen meningitis. Terjadinya meningitis dapat secara langsung
sebagai akibat cidera traumatis atau secara tidak langsung dipindahkan dari
tempat lain di dalam tubuh ke dalam cairan cerebrospinal (Hidayat,
Halimul. 2008).

Aziz

Meningitis kriptokokal adalah infeksi meninges (membran yang menutupi otak


dan sumsum tulang belakang) oleh jamur Cryptococcus neoformans. Hal ini
dapat menyebabkan demam, sakit kepala, lelah, mual, dan muntah. Pasien juga
mungkin mengalami sawan dan kebingungan, yang jika tidak ditangani dapat
mematikan.

Kompleks demensia AIDS


adalah penyakit penurunan kemampuan mental (demensia) yang terjadi karena
menurunnya metabolisme sel otak (ensefalopatimetabolik) yang disebabkan oleh
infeksi HIV dan didorong pula oleh terjadinya pengaktifan imun oleh makrofag
dan mikroglia pada otak yang mengalami infeksi HIV,sehingga mengeluarkan
neurotoksin.Kerusakan

syaraf

yang

spesifik,tampak

dalam

bentuk

ketidaknormalan kognitif,perilaku, dan motorik, yang muncul bertahun-tahun


setelah infeksi HIV terjadi.Hal ini berhubungan dengan keadaan rendahnya
jumlah sel T CD4+ dan tingginya muatan virus pada plasma darah.
b. Sistem respirasi
Infeksi oportunistik yang terjadi pada sistem respirasi diantaranya :
Pneumonia pneumocystis (PCP)
Pneumonia adalah peradangan yang mengenai parenkim paru, distal dari
bronkiolus terminalis yang mencakup bronkiolus respiratorius, alveoli, serta
menimbulkan konsolidasi jaringan paru dan menimbulkan gangguan pertukaran
gas setempat. Penyebab penyakit ini adalah fungi Pneumocystis jirovecii. (Zul,

2001)
Tuberkulosis (TB)
Adalah penyakit infeksi yang terutama menyerang parenkim paru yang
disebabkan oleh kuman Mycobacterium tuberculosis (Suzanne C.S, Brenda G.B,
Buku Ajar KeperawatanMedikalBedah).

c. Sistem gastrointestinal
Infeksi opurtunistik yang terjadi pada sistem gastrointestinal yaitu :
Esofagitis adalah peradangan pada kerongkongan (esofagus), yaitu jalur
makanan dari mulut ke lambung. Pada individu yang terinfeksi HIV,
penyakit ini terjadi karena infeksi jamur (jamur kandidiasis) atau virus
(herpes simpleks-1 atau virus sitomegalo). Ia pun dapat disebabkan oleh
mikobakteria, meskipun kasusnya langka.

Diare kronis yang tidak dapat dijelaskan pada infeksi HIV dapat terjadi
karena berbagai penyebab; antara lain infeksi bakteri dan parasit yang
umum (seperti Salmonella, Shigella, Listeria, Kampilobakter, dan
Escherichia coli), serta infeksi oportunistik yang tidak umum dan virus
(seperti

kriptosporidiosis,

mikrosporidiosis,

Mycobacterium

avium

complex, dan virus sitomegalo (CMV) yang merupakan penyebab


kolitis).Pada beberapa kasus, diare terjadi sebagai efek samping dari obatobatan yang digunakan untuk menangani HIV, atau efek samping dari
infeksi utama (primer) dari HIV itu sendiri. Selain itu, diare dapat juga
merupakan efek samping dari antibiotik yang digunakan untuk menangani
bakteri diare (misalnya pada Clostridium difficile). Pada stadium akhir
infeksi HIV, diare diperkirakan merupakan petunjuk terjadinya perubahan
cara saluran pencernaan menyerap nutrisi, serta mungkin merupakan
komponen penting dalam sistem pembuangan yang berhubungan dengan
HIV.
d. Sistem integumen
Infeksi opurtunistik yang terjadi pada sistem integumen adalah :
Dermatologik Lesi kulit stafilokokus : virus herpes simpleks dan zoster,
dermatitis karena xerosis, reaksi otot, lesi scabies/tuma, dan dekobitus
dengan efek nyeri, gatal, rasa terbakar, infeksi sekunder dan sepsis. Infeksi
oportunis seperti herpes zoster dan herpes simpleks akan disertai dengan
pembentukan vesikel yang nyeri dan merusak integritas kulit. moluskum
kontangiosum merupakan infeksi virus yang ditandai oleh pembentukan
plak yang disertai deformitas. dermatitis sosoreika akan disertai ruam yang
difus, bersisik dengan indurasi yang mengenai kulit kepala serta
wajah.penderita AIDS juga dapat memperlihatkan folikulitis menyeluruh

yang disertai dengan kulit yang kering dan mengelupas atau dengan

dermatitis atopik seperti ekzema dan psoriasis.


Kandidiasis
Kandidiasis adalah suatu infeksi jamur yang disebabkan oleh candida.
Candida

merupakan

mikroflora

normal

pada

rongga

mulut,

mikroorganisme ini mencapai 40-60 % dari populasi (Silverman S, 2001)


Kandidiasis oral atau mulut (juga dikenal sebagai sariawan) adalah infeksi
jamur ragi dari genus Candida pada membran berlendir mulut. Infeksi
oportunistik yang umum dari rongga mulut yang disebabkan oleh
pertumbuhan jamur yang berlebihan.
Berdasarkan kasus yang terjadi pada kasus Tn.WR infeksi opurtunistik
yang terjadi meliputi :
a. Sistem respirasi
Tn.WR menderita TB paru
b. Sistem persyarafan
Tn.WR menderita toxoplasmosis dan meningitis
c. Sistem gastrointestinal
Tn.WR menderita diare terus-menerus dimana BAB dalam 1hari
sebanyak 10kali.
d. Sistem integumen
Tn.WR menderita kandidiasis oral yaitu dimana terdapat plak putih
yang tersebar didalam rongga mulutnya.
4. Patofisiologi
Penggunaan jarum suntik yang tidak steril saat menggunakan narkotika jenis
suntik, serta menganut seks bebas dengan pekerja seks komersial dan berganti-ganti
pasangan,merupakan faktor resiko yang memungkinkan masuknya virus HIV
kedalam tubuh, yang ditularkan oleh alat suntik yang tidak steril, atau seks bebas
dengan wanita pengidap virus HIV. Dimana tubuh mempunyai suatu mekanisme
untuk membasmi suatu infeksi dari benda asing, misalnya : virus, bakteri, bahan
kimia, dan jaringan asing dari binatang maupun manusia lain. Mekanisme ini disebut
sebagai tanggap kebal (immune response) yang terdiri dari 2 proses yang kompleks

yaitu Kekebalan humoral dan kekebalan cell-mediated. Virus AIDS (HIV)


mempunyai cara tersendiri sehingga dapat menghindari mekanisme pertahanan tubuh.
ber-aksi bahkan kemudian dilumpuhkan.Virus AIDS (HIV) masuk ke dalam tubuh
seseorang dalam keadaan bebas atau berada di dalam sel limfosit. Virus ini memasuki
tubuh dan terutama menginfeksi sel yang mempunyai molekul CD4.
Sel-sel CD4-positif (CD4+) mencakup monosit, makrofag dan limfosit T4
helper. Saat virus memasuki tubuh, benda asing ini segera dikenal oleh sel T helper
(T4), tetapi begitu sel T helper menempel pada benda asing tersebut, reseptor sel T
helper tidak berdaya bahkan HIV bisa pindah dari sel induk ke dalam sel T helper
tersebut. Jadi, sebelum sel T helper dapat mengenal benda asing HIV, ia lebih dahulu
sudah dilumpuhkan. HIV kemudian mengubah fungsi reseptor di permukaan sel T
helper sehingga reseptor ini dapat menempel dan melebur ke sembarang sel lainnya
sekaligus memindahkan HIV. Sesudah terikat dengan membran sel T4 helper, HIV
akan menginjeksikan dua utas benang RNA yang identik ke dalam sel T4
helper.Dengan menggunakan enzim yang dikenal sebagai reverse transcriptase, HIV
akan melakukan pemrograman ulang materi genetik dari sel T4 yang terinfeksi untuk
membuat double-stranded DNA (DNA utas-ganda). DNA ini akan disatukan ke dalam
nukleus sel T4 dengan bantuan enzim integrase sebagai sebuah provirus dan
kemudian terjadi infeksi yang permanen.Fungsi T helper dalam mekanisme
pertahanan tubuh sudah dilumpuhkan, kemudian dengan bantuan enzim protease,
genom dari HIV proviral DNA dibentuk dan diintegrasikan pada DNA sel T helper
sehingga menumpang ikut berkembang biak sesuai dengan perkembangan biakan sel
T helper. Sampai suatu saat ada mekanisme pencetus (mungkin karena infeksi virus
lain) maka HIV akan aktif membentuk RNA,ke luar dari T helper dan menyerang sel
lainnya untuk menimbulkan penyakit AIDS. Karena sel T helper sudah lumpuh maka

tidak

ada

mekanisme

pembentukan

sel

T killer,sel

dan

sel

fagosit

lainnya.Kelumpuhan mekanisme kekebalan inilah yang disebut AIDS (Acquired


Immunodeficiency Syndrome) atau Sindroma Kegagalan Kekebalan. Setelah sistem
kekebalan tubuh lumpuh maka berbagai infeksipun dapat terjadi dengan mudah yang
mengakibatkan infeksi pada sistem respirasi seperti Tb paru,pneumonia. Pada sistem
persarafan yaitu terjadi toxoplasmosis,Leukoensefalopati multifokal progresif. Pada
sistem gastrointestinal yaitu terjadi diare kronis,esofagitis.Sedangkan pada sistem
integumen yaitu terjadi kandidiasis oral,esofagus dll.

WOC(Web Of Caution)
Seks bebas dengan pekerja
seks komersial dan bebrapa
pasangan

Jarum suntik yang


terkontaminasi virus HIV

Virus masuk
kedalam
Virus mencari sel
target(CD4)

Virus bertemu
dengan reseptor
Hiv memasukan bahan genetik(RNA)dan
enzimreserve transciptase,integrase dan
RNA virus diubah menjadi DNA dengan
Penggabungan DNA virus dan DNA CD4
dengan bantuan enzim integrase
Virus mengambil alih tugas sel
Membentuk genom2 virus dan genom virus
DNA
virusmenginfeksi
membuat
cetakan
untuk
turunannya
dimatangkan
oleh enzim
virus
Virus baru
akan
selprotease,genom
CD4
yang
lain dan
akan
Infeksi
yang sudah
matang
akan membentuk
kapsid
menyebabkan
jumlah
CD4 AIDS
menurun
dan sistem
kekebalan

Opurtunistik

Anda mungkin juga menyukai