Anda di halaman 1dari 22

PENEGAKAN DIAGNOSA PASIEN TB

RUMAH SAKIT UMUM


DAERAH KOTA
MATARAM
No. Dokumen
001/MDGS/SPO/TB/2015
STANDAR
PROSEDUR
OPERASIONAL

PENGERTIAN

Tanggal terbit
15 Januari 2015

No. Revisi

Halaman 1 / 3

Ditetapkan oleh
Direktur Rumah Sakit Umum Daerah
Kota Mataram,

dr. H.L. Herman Mahaputra, M.Kes


NIP 19681110 200112 1 003
Adalah kegiatan untuk menegakkan diagnosa TB pada Pasien yang dicurigai
menderita TB ( suspek ), oleh staf medis maupun dokter penanggungjawab
perawatan pasien di Rumah Sakit.

TUJUAN

Sebagai acuan tatalaksana penegakan diagnosis TB pada pasien yang


dicurigai menderita TB ( suspek pasien TB ), untuk menemukan pasien TB.

KEBIJAKAN

Kebijakan Direktur Rumah Sakit Umum Daerah Kota Mataram Nomor


001/MDGS/KBJ/TB/2015 tentang Pelayanan TB DOTS di Rumah Sakit
Umum Daerah Kota Mataram.

PROSEDUR

1. Penegakan diagnosis pasien TB didasarkan pada :


a. Anamnesis ( keluhan utama, riwayat penyakit sekarang, riwayat
penyakit dahulu dan riwayat penyakit keluarga )
b. Pemeriksaan fisik yang mendukung
c. Hasil pemeriksaan sputum S - P - S ( Sewaktu Pagi Sewaktu )
d. Hasil pemeriksaan penunjang lainnya ( sesuai indikasi : foto thoraks /
uji tuberkulin / histopatologi / patologi anatomi )
e. Hasil pembobotan ( sistem skor ) pada kasus TB anak
2. Untuk pasien TB paru dewasa, apabila :
a. Pada suspek pasien TB, ditemukan BTA ( + ) pada 2 hasil
pemeriksaan dahak S - P S , maka ditegakkan : diagnosis pasien
TB, dan selanjutnya dilakukan penetapan klasifikasi dan tipe pasien
TB, untuk menentukan regimen pengobatan OAT nya
b. Pada suspek pasien TB ditemukan BTA ( + ) pada hanya 1 hasil
pemeriksaan dahak S - P - S, maka dilakukan pemeriksaan foto
thoraks :
- Bila hasil foto thoraks mendukung kelainan TB, maka ditegakkan
diagnosis pasien TB, selanjutnya dilakukan penetapan klasifikasi dan
tipe pasien TB, untuk menentukan regimen pengobatan OAT nya
- Bila hasil foto thoraks tidak mendukung kelainan TB, maka dapat
dilakukan pemeriksaan dahak S - P S ulang :
Bila ditemukan BTA ( + ) , ditegakkan diagnosis pasien TB
Bila tidak ditemukan BTA ( + ) , ditegakkan diagnosis bukan pasien
TB
c. Pada suspek pasien TB, ditemukan BTA ( - ) pada ke 3 hasil

PENEGAKAN DIAGNOSA PASIEN TB

RUMAH SAKIT UMUM


DAERAH KOTA
MATARAM
PROSEDUR

No. Dokumen
No. Revisi
Halaman 2 / 3
001/MDGS/SPO/TB/2015
Pemeriksaan dahak S P S , maka diberi pengobatan antibiotik spektrum
luas terlebih dahulu, dan bila ada perubahan maka di tegakkan diagnosis
bukan pasien TB. Apabila dengan antibiotik spektrum luas tidak ada
perubahan, maka dilakukan pemeriksaan foto thoraks.
- Bila hasilpemeriksaan foto thoraks mendukung kelainan TB, maka
ditegakkan diagnosis pasien TB, selanjutnya dilakukan penetapan
klasifikasi dan tipe pasien TB untuk menentukan regimen pengobatan
OAT nya
- Bila hasil pemeriksaan foto thoraks tidak mendukung kelainan TB,
maka ditegakkan diagnosis bukan TB.
3. Untuk pasien TB anak, apabila berdasarkan hasil pembobotan :
a. Skor : 6 atau > , ditegakkan diagnosis TB anak
b. Skor : 5 , dilakukan evaluasi lbih lanjut
c. Skor : < 5 , ditegakkan diagnosis bukan TB anak
Sistem skor untuk diagnosis TB anak
Parameter /
skor
Kontak TB

Uji tuberkulin

negatif

Tak jelas

BB / keadaan
gizi
Demam tanpa
sebab jelas
Batuk
Pembesaran
inn
Pembengkakan
tulang / sendi
Rontgen
Normal
thorax

< 80%

Ada, BTA
tak tahu

Ada, BTA
posistif
Positif

< 60%

2 minggu
3 minggu
1 cm, > 1
tak nyeri
Ada
Mendukung
TB

PENEGAKAN DIAGNOSA PASIEN TB

RUMAH SAKIT UMUM


DAERAH KOTA
MATARAM

No. Dokumen
001/MDGS/SPO/TB/2015

No. Revisi

Halaman 3 / 3

Suspek pasien TB

Pemeriksaan dahak S-P-S

BTA : + + + / + +
-

BTA : + - -

BTA : - - -

Foto thorax

Hasil
mendukung

Beri antibiobitik
spektrum luas
Tak ada
perbaikan

Hasil tak
mendukung

Ada

perbaikann

Foto thorax

Pemeriksaan ulang dahak S-P-S

BTA : + +
+, + + -,
+--

BTA : - -

Hasil

mendukungn
g

Pasien TB

UNIT TERKAIT

Instalasi Gawat Darurat


Instalasi Rawat Inap
Instalasi Rawat Jalan
Instalasi Radiologi
Instalasi Laboratorium

Hasil tak

mendukung

Bukan pasien TB

PENJARINGAN SUSPEK PASIEN TB

RUMAH SAKIT UMUM


DAERAH KOTA
MATARAM

STANDAR
PROSEDUR
OPERASIONAL

PENGERTIAN

No. Dokumen
002/MDGS/SPO/
TB/2015

Tanggal terbit
15 Januari 2015

No. Revisi

Halaman 1 / 2

Ditetapkan
Direktur,

dr. H.L. Herman Mahaputra, M.Kes


NIP 19681110 200112 1 003
Adalah upaya untuk menjaring pasien pasien yang di curigai menderita
TB ( suspek pasien TB ) di Rumah Sakit Umum Daerah Kota Mataram
yang dilakukan secara promotive case finding.
Sebagai acuan tatalaksana menjaring pasien yang di curigai menderita TB

TUJUAN
KEBIJAKAN

PROSEDUR

Kebijakan Direktur Rumah Sakit Umum Daerah Kota Mataram Nomor


001/MDGS/KBJ/TB/2015 tentang Pelayanan TB DOTS di Rumah Sakit
Umum Daerah Kota Mataram.
1. Pasien dengan gejala sebagaimana di bawah ini harus dianggap
sebagai seorang suspek pasien TB :
a. Batuk terus menerus > 2 minggu
b. Batuk berdahak, kadang bisa disertai darah
c. Dapat disertai : demam, meriang, > 1 bulan, nafsu makan
menurun, berat badan turun, malaise, berkeringat malam
d. Pasien yang kontak erat dengan pasien TB
e. Pasien dengan gejala TB ekstraparu ( sesuai organ yang
disertai : pembesaran kelenjar limpe multiple, gibbus,
skrofuloderma dll )
2. Pelaksanaan pelayanan kesehatan ( staf medis dokter ? perawat ),
apabila menemukan pasien dengan gejala sebagaimana di sebut di
atas :
a. Pada poliklinik rawat jalan
- Catat data identitas suspek pasien TB pada form TB
06, kolom 1 s/d kolom 6
- Buatkan lembar permintaan pemeriksaan dahak SP-S ( form TB 05 ) disertai lembar pemeriksaan
laboratorium RSUD Kota Mataram, untuk
penegakan diagnosis
- Buatkan lembar pemeriksaan penunjang lainnyan
sesuai indikasi ( foto thorax,histopatologi,patologi
anatomi dll)
- Dilakukan konseling dan edukasi mengenai
pentingnya dilakukan 3x pemeriksaan dahak dan
cara mengeluarkan dahak yang benar
- Kemudian pasien di persilahkan ke laboratorium /
radiologi
- Setelah di peroleh hasil pemeriksaan dahak S-P-S
maka data hasil pemeriksaan dahak dicatat pada
form TB 06 kolom 8 s/d 14

PENJARINGAN SUSPEK TB
No. Dokumen
002/MDGS/SPO/TB/2015

No. Revisi

Halaman 2 / 2

RUMAH SAKIT
UMUM DAERAH
KOTA
MATARAM
- Lengkapi catatan rekam medik pasien
b. Pada ruang rawat inap
Catat data identitas suspek pasien TB pada form TB
06 kolom 1 s/d kolom 6
- Buatkan lembar permintaan pemeriksaan dahak SP-S ( form TB 05 ) disertai lembar pmeriksaan
laboratorium RSUD Kota Mataram, untuk
penegakan diagnosis
- Buatkan lembar pemeriksaan penunjang lainnyan
sesuai indikasi ( foto thorax,histopatologi,patologi
anatomi dll)
- Suspek pasien TB diberikan pot dahak dan dibantu
untuk mengeluarkan dahak yang benar
- Pot dahak S-P-S suspek pasien TB kemudian di
serahkan ke laboratorium
- Setelah di peroleh hail pemeriksaan dahak S-P-S,
maka data hasil pemeriksaan dahak di catat pada
form TB 06, kolom 8 s/d 14
- Lengkapi catatan rekam medik pasien
3. Suspek pasien TB selanjutnya dilakukan penegakan diagnosis oleh
dokter penanggungjawab pasien tersebut.
UNIT TERKAIT

- Instalasi Gawat Darurat


- Instalasi Rawat Inap
- Instalasi Rawat Jalan

PENETAPAN DIAGNOSA TB EKSTRAPARU


No. Dokumen
003/MDGS/SPO/TB/2015

No. Revisi

Halaman 1 / 1

RUMAH SAKIT
UMUM DAERAH
KOTA MATARAM
Tanggal terbit
15 Januari 2015

STANDAR
PROSEDUR
OPERASIONAL

PENGERTIAN

Ditetapkan
Direktur,

dr. H.L. Herman Mahaputra, M.Kes


NIP 19681110 200112 1 003
Adalah kegiatan untuk menegakkan diagnosa TB Estraparu pada Pasien
yang dicurigai menderita TB Ekstaparu ( suspek ), oleh staf medis
maupun dokter penanggungjawab perawatan pasien di Rumah Sakit.

TUJUAN

Sebagai acuan tatalaksana penegakan diagnosis TB Ekstraparu pada


pasien yang dicurigai menderita TB Ekstraparu ( suspek pasien TB
Ekstraparu ), untuk menemukan pasien TB.

KEBIJAKAN

Kebijakan Direktur Rumah Sakit Umum Daerah Kota Mataram Nomor


001/MDGS/KBJ/TB/2015 tentang Pelayanan TB DOTS di Rumah Sakit
Umum Daerah Kota Mataram.
-

PROSEDUR

UNIT TERKAIT

Seseorang dicurigai menderita TB ekstraparu apabila ditemukan


gejala gejala seperti :
1. Nyeri dada ( TB pleura / pleuritis )
2. Pembesaran
kelenjar
getah
bening
superfisial
( Limfadenitis TB )
3. Gibbus ( spondilitis TB )
- Petugas medis dan para medis melakukan pemeriksaan
pendukung seperti uji mikrobiologi, patologi anatomi, serologi,
dan foto thoraks .
- Pasien TB ekstraparu juga harus melakukan pemeriksaan dahak
karena sangat mungkin pasien TB ekstraparu juga menderita TB
paru.
Instalasi Gawat Darurat
Instalasi Rawat Inap
Instalasi Rawat Jalan
Instalasi Laboratorium
Patologi Anatomi
Instalasi Radiologi

ALUR PASIEN TUBERKULOSIS DI INSTALASI GAWAT


DARURAT
No. Dokumen
004/MDGS/SPO/TB/2015

No. Revisi

Halaman 1 / 2

RUMAH SAKIT
UMUM DAERAH
KOTA MATARAM
Tanggal terbit
15 Januari 2015

Ditetapkan oleh
Direktur,

STANDAR
PROSEDUR
OPERASIONAL

PENGERTIAN

TUJUAN

KEBIJAKAN

PROSEDUR

dr. H.L. Herman Mahaputra, M.Kes


NIP 19681110 200112 1 003
Adalah suatu alur penatalaksanaan pasien atau suspek pasien tuberkulosis
yang datang melalui instalansi gawat darurat.
Sebagai
acuan
penatalaksanaan
pasien
atau
suspek pasien tuberkulosis selama mendapatkan pelayanan diinstalansi
gawat darurat, ditujukan terhadap peningkatan mutu pelayanan,
kemudahan
akses
untuk
penemuan
dan pengobatan sehingga mampu memutuskan rantai penularan
tuberkulosis.
Kebijakan Direktur Rumah Sakit Umum Daerah Kota Mataram Nomor
001/MDGS/KBJ/TB/2015 tentang Pelayanan TB DOTS di Rumah Sakit
Umum Daerah Kota Mataram.
- Setiap pasien yang diketahui atau dicurigai menderita tuberkulosis paru
harus diberikan masker untuk dipakai mulai saat pendaftaran,sampai
mendapatkan diagnosis.
- Seorang pasien dicurigai menderita TB paru apabila didapatkan gejala
sebagai berikut:
1. Batuk yang persisten > 3 minggu
2. Nyeri dada
3. Batuk darah atau batuk dengan dahak bercampur darah
4. Berat badan turun
5. Nafsu makan menurun
6. Demam
7. Berkeringat banyak saat malam hari
8. Cepat lelah
9. Ada gejala malaise
Seorang pasien TB yang masuk IGD dicurigai merupakan pasien yang
infeksius bila ditemukan adanya
1. Batuk yang persisten > 3 minggu
2. Pada foto thoraks ditemukan adanya kavitas
3. BTA sputum positif
4. Pasien tidak mendapatkan terapi adekuat
5. Pasien diketahui sebelumnya sebagai pasien TB paru, TB saluran nafas
atau TB laring
6. Pasien yang sedang menjalani prosedur induksi sputum seperti
bronkhoskopi, pengobatan aerosol
7. Penderita TB ekstra paru biasanya tidak menular kecuali pada kasus TB
pada laring, rongga mulut atau TB ekstra paru dengan akses terbuka
seperti scrofuloderma.

ALUR PASIEN TUBERKULOSIS DI INSTANSI GAWAT DARURAT


No. Dokumen
004/MDGS/SPO/TB/2015

No. Revisi

Halaman 2 / 2

RUMAH SAKIT
UMUM DAERAH
KOTA
MATARAM

PROSEDUR

UNIT TERKAIT

Penularan terjadi melalui mekanisme kontak.


- Masker tersebut harus selalu dipakai selama menjalani pemeriksaan
sampai
terbukti
bahwa pasien yang bersangkutan tidak menderita
tuberkulosis paru.
- Pasien yang diketahui atau dicurigai menderita tuberkulosis paru harus
ditempatkan terpisah dari kelompok pasien lain ( triase batuk ) dan
mendapatkan prioritas untuk diperiksa lebih dahulu.
- Dokter
atau
petugas
lainnya
yang
menangani pasien atau suspek tuberkulosis wajib menggunakan masker
setiapkali berinteraksi dengan pasien.
- Pasien
yang
oleh
dokter
didiagnosis
tuberkulosis paru dan memerlukan perawatan harus dirawat
diruang
perawatan isolasi khusus tuberkulosis.
- Instalasi Gawat Darurat
- Instalasi Rawat Inap

PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN INFEKSI PASIEN


TUBERKULOSIS DI INSTALASI RAWAT INAP
RUMAH SAKIT
UMUM DAERAH
KOTA MATARAM
STANDAR
PROSEDUR
OPERASIONAL

PENGERTIAN
TUJUAN

KEBIJAKAN

PROSEDUR

UNIT TERKAIT

No. Dokumen
005/MDGS/SPO/TB/2015

Tanggal terbit
15 Januari 2015

No. Revisi

Halaman 1 / 1

Ditetapkan
Direktur,

dr. H.L. Herman Mahaputra, M.Kes


NIP 19681110 200112 1 003
Adalah suatu alur penatalaksanaan pasien atau suspek pasien tuberkulosis
yang dirawat diruang perawatan.
Sebagai acuan penatalaksanaan pasien atau suspek pasien tuberkulosis
selama mendapatkan pelayanan di instalansi rawat inap, ditujukan
terhadap peningkatan mutu layanan, kemudahan akses untuk penemuan
dan pengobatan sehingga mampu memutuskan rantai penularan
tuberkulosis.
Kebijakan Direktur Rumah Sakit Umum Daerah Kota Mataram Nomor
001/MDGS/KBJ/TB/2015 tentang Pelayanan TB DOTS di Rumah Sakit
Umum Daerah Kota Mataram.
- Pasien
yang
oleh
dokter
didiagnosis
tuberkulosis paru dan memerlukan perawatan harus dirawat
diruang
perawatan isolasi khusus tuberkulosis.
- Selama menjalani perawatan pasien wajib mengenakan masker.
- Petugas medis dan para medis wajib mengenakan masker setiap kali
memasuki ruang rawat inap isolasi tuberkulosis.
- Pasien yang dirawat diruang rawat isolasi tidak diperkenankan
ditunggui oleh keluarga atau pihak lainnya kecuali atas ijin dokter
penanggung jawab pasien.
- Instalasi Rawat Inap

ALUR PELAYANAN PASIEN TB DI INSTALASI RAWAT JALAN


No. Dokumen
006/MDGS/SPO/TB/2015

No. Revisi

Halaman 1 / 1

RUMAH SAKIT
UMUM DAERAH
KOTA MATARAM
STANDAR
PROSEDUR
OPERASIONAL

PENGERTIAN
TUJUAN

KEBIJAKAN

PROSEDUR

UNIT TERKAIT

Tanggal terbit
15 Januari 2015

Ditetapkan
Direktur,

dr. H.L. Herman Mahaputra, M.Kes


NIP 19681110 200112 1 003
Adalah suatu alur penatalaksanaan pasien atau suspek pasien tuberkulosis
yang datang melalui Instalasi Rawat Jalan.
Sebagai acuan penatalaksanaan pasien atau suspek pasien tuberkulosis
selama mendapatkan pelayanan di instalasi rawat jalan Rumah Sakit
Umum Daerah Kota Mataram.
Kebijakan Direktur Rumah Sakit Umum Daerah Kota Mataram Nomor
001/MDGS/KBJ/TB/2015 tentang Pelayanan TB DOTS di Rumah Sakit
Umum Daerah Kota Mataram.
1. Pasien melakukan proses pendaftaran di loket pendaftaran.
2. Setelah selesai pendaftaran pasien menuju ke poli khusus.
3. Setelah dicatat oleh petugas poli khusus kemudian bisa dilakukan
pemeriksaan oleh dokter.
4. Setelah selesai dilakukan pemeriksaan dapat langsung pulang/
konsultasi antar poli, laboratorium, radiologi, apotik atau masuk
rawat inap.
5. Setiap pasien yang dicurigai menderita Tuberkulosis Paru harus
diberikan masker untuk dipakai mulai saat pendaftaran, selama
menjalani pemeriksaan, sampai mendapatkan diagnosis.
6. Masker harus selalu dipakai sampai terbukti bahwa pasien yang
bersangkutan tidak menderita Tuberkulosis paru.
7. Pasien yang dicurigai menderita tuberkulosis paru harus di tempatkan
terpisah dari kelompok pasien lain dan mendapat prioritas untuk
diperiksa lebih dahulu.
- Instalasi Rawat Jalan
- Instalasi Laboratorium

PENGUMPULAN DAHAK
No. Dokumen
007/MDGS/SPO/TB/2015

No. Revisi

Halaman 1 / 2

RUMAH SAKIT
UMUM DAERAH
KOTA MATARAM
Tanggal terbit
15 Januari 2015

Ditetapkan oleh
Direktur,

STANDAR
PROSEDUR
OPERASIONAL
dr. H.L. Herman Mahaputra, M.Kes
NIP 19681110 200112 1 003
PENGERTIAN

TUJUAN
KEBIJAKAN

PROSEDUR

Adalah proses untuk memahami tekhnik pengumpulan dahak yang


sangat di perlukan untuk penegakan diagnosis TB
1. Mengetahui tekhnik pengumpulan dahak
2. Mengetahui waktu pengambilan dahak
3. Mengetahui kualitas dahak
Kebijakan Direktur Rumah Sakit Umum Daerah Kota Mataram Nomor
001/MDGS/KBJ/TB/2015 tentang Pelayanan TB DOTS di Rumah Sakit
Umum Daerah Kota Mataram.
1. Tempat pengumpulan dahak
Pengumpulan dahak dilakukan di ruang terbuka, dengan sinar
matahari langsung atau pada ruang tertutup dengan ventilasi yang
baik. Tidak boleh berdahak di ruang tertutup dengan ventilasi
buruk seperti kamar kecil / toilet, ruang kerja atau ruang tunggu
pasien
2. Persiapan pasien
- Pasien di beritahu bahwa uji dahak sangat menentukan status
penyakit pasien, karena itu dianjurkan pemeriksaan S - P - S
untuk pasien baru dan S - P untuk pasien dalam pemantauan
pengobatan
- Dahak yang baik adalah dahak yang berasal dari saluran
napas bagian bawah berupa lendir yang berwarna kuning
kehijauan ( mukopurulen )
3. Waktu pengambilan dahak
Petugas harus menjelaskan waktu pengambilan dahak, yaitu
- S ( sewaktu pertama ), yaitu dahak yang dikumpulkan pada
saat datang, pada saaat kunjung pertama ke UPK
- P ( pagi ), yaitu dahak yang di kumpulkan pagi segera setelah
bangun tidur pada hari ke 2
- S ( sewaktu kedua ), yaitu dahak sewaktu kedua saat
menyerahkan dahak pagi
4. Persiapan Alat
- Pot dahak yang bersih dan kering dengan diameter mulut pot
4 5 m, transparan, bening, bertutup ulir, pot tidak boleh
bocor. Sebelum di serahkan pad pasien, pot dahak harus di
beri identitas ( pada pot juga di tulis waktu pengambilan
dahak, S P S )
- Formulir untuk pemeriksaan laboratorium ( tb 05 )
5. Cara berdahak
- Kumur dengan air bersih sebelum mengeluarkan dahak
- Bila memakai gigi palsu, lepaskan sebelum berkumur
- Tarik nafas dalam ( 2 3 kali ) dan setiap kali hembuskan
dengan kuat

PENGUMPULAN DAHAK
No. Dokumen
007/MDGS/SPO/TB/2015

No. Revisi

Halaman 2 / 2

RUMAH SAKIT
UMUM DAERAH
KOTA MATARAM
-

Dekatkan pot yang sudah dibuka ke mulut dan batukkan


dengan keras ke dalam pot dahak
- Tutup pot yang berisi dahak dengan rapat
- Setelah selesai, pasien harus membersihkan mulut dengan
tissu bersih dan kemudian mencuci tangan dengan sabun
Bila dahak sulit dikeluarkan, anjurkan pasien melakukan hal
sebagai berikut :
- Lakukan olahraga ringan kemudian tarik nafas dalam
beberapa kali, dan bila terasa akan batuk, nafas ditahan
selama mungkin lalu di batukkan
- Malam hari sebelum tidur dianjurkan banyak minum air
hangat atau menelan 1 tablet gliseril guayakolat 200mg
- Pot dahak diserahkan pada petugas laboratorium dengan
menempatkan pot dahak di tempat yang telah disediakan

PROSEDUR

UNIT TERKAIT

1.
2.
3.
4.

Instalasi Rawat Jalan


Instalasi Gawat Darurat
Instalasi Rawat Inap
Instalasi Laboratorium

PEMBUATAN SEDIAAN APUS DAHAK

No. Dokumen
008/MDGS/SPO/TB/
2015

No. Revisi

Halaman 1 / 1

RUMAH SAKIT
UMUM DAERAH
KOTA MATARAM
STANDAR
PROSEDUR
OPERASIONAL

PENGERTIAN

TUJUAN

Tanggal terbit
15 Januari 2015

Ditetapkan oleh
Direktur,

dr. H.L. Herman Mahaputra, M.Kes


NIP 19681110 200112 1 003
Adalah pengumpulan dahak yang dilakukan sebanyak 3 spesimen
dahak dalam waktu 2 hari berturut-turut yaitu SEWAKTU-PAGISEWAKTU. Pengumpulan dahak yang baik adalah dahak pagi hari
ataupun dahak semalam dengan jumlah dahak yang terkumpul
sebanyak 3-5 ml setiap pot dahak.
Untuk menghasilkan sediaan dahak sesuai standar.

KEBIJAKAN
Kebijakan Direktur Rumah Sakit Umum Daerah Kota Mataram
Nomor 001/MDGS/KBJ/TB/2015 tentang Pelayanan TB DOTS di
Rumah Sakit Umum Daerah Kota Mataram.
PROSEDUR

1. Persiapan alat
- Kaca sediaan yang baru dan bersih ( frosted end slide )
- Bambu / lidi
- Lampu spirtus
- Wadah pembuangan lidi bekas
- Desinfektan
- Formulir laboratorium ( formulir TB 04 dan TB 05 )
2. Persiapan identitas pasien
- Periksa data pasien pada pot dahak dan cocokkan dengan
yang data yang ada di formulir permohonan laboratorium
TB ( formulir TB 05 )
- Pindahkan data pasien dari formulir permohonan
laboratorium TB ( TB 05 ) ke register laboratorium ( TB
04 )
- Tulis nomor identitas pada kaca sediaan ( bagian frosted )
3. Apusan dahak
- Ambil dengan lidi sampel dahak pada bagian yang
purulen, sebarkan secara spiral kecil kecil dahak pada
permukaan kaca sediaan dengan ukuran 2 3 cm
- Keringkan pada suhu kamar
- Masukkan lidi bekas ke dalam wadah berisi desinfektan
4. Fiksasi
- Dengan menggunakan pinset, sediaan kaca dijepit dan
difiksasi 2 3 kali melewati api. Pastikan apusan
menghadap ke atas

UNIT TERKAIT

Instalasi Laboratorium

PEWARNAAN ZIEHL NEELSEN

No. Dokumen
009/MDGS/SPO/TB/2015

No. Revisi

Halaman 1 / 1

RUMAH SAKIT
UMUM DAERAH
KOTA MATARAM
STANDAR
PROSEDUR
OPERASIONAL

PENGERTIAN

Tanggal terbit
15 Januari 2015

Ditetapkan oleh
Direktur,

dr. H.L. Herman Mahaputra, M.Kes


NIP 19681110 200112 1 003
Adalah pemeriksaan dahak dengan menggunakan pewarnaan tahan asam.
Biasanya dipakai untuk mewarnai golongn Mycobacterium
( Mycobacterium Tuberculosis dam M.Leprae ) dan Actinomyces.

TUJUAN

Untuk menghasilkan sediaan dahak sesuai standar dan melaksanakan


pewarnaan metode ziehl neelsen.

KEBIJAKAN

Kebijakan Direktur Rumah Sakit Umum Daerah Kota Mataram Nomor


001/MDGS/KBJ/TB/2015 tentang Pelayanan TB DOTS di Rumah Sakit
Umum Daerah Kota Mataram.

PROSEDUR

1. Peralatan dan reagensia


- Rak pewarnaan
- Pinset
- Air mengalir
- Lampu spirtus
- Pengatur waktu ( timer )
- Reagen ziehl neelsen
2. Pewarnaan
- Letakkan sediaan dengan bagian apusan menghadap ke atas
pada rak pewarnaan, jangan terlalu rapat
- Genangi seluruh permukaan dengan larutan carbol fuchin
0,3%
- Panasi dari bawah dengan menggunakan sulut api sampai
keluar uap ( jangan sampai mendidih ), biarkan selama
minimal 5 menit
- Bilas dengan air mengalir secara hati hati mulai dari ujung
kaca sediaan
- Miringkan sediaan menggunakan pinset untuk membuang air
- Genangi dengan larutan asam alkohol 3% sampai tidak
tampak lagi warna merah carbol fuchin
- Bilas dengan air mengalir
- Tuangkan methylen blue 0,3% hingga menutupi seluruh
sediaan dan biarkan 10 20 detik
- Bilas dengan air mengalir, kemudian miringkan sediaan untuk
mengalirkan sisa methylen blue
- Keringkan sediaan pada rak pengering

UNIT TERKAIT

Instalasi Laboratorium

PEMBACAAN SEDIAAN DAHAK


No. Dokumen
010/MDGS/SPO/TB/2015

No. Revisi

Halaman 1 / 1

RUMAH SAKIT
UMUM DAERAH
KOTA MATARAM
STANDAR
PROSEDUR
OPERASIONAL

PENGERTIAN
TUJUAN

Tanggal terbit
15 Januari 2015

Ditetapkan oleh
Direktur,

dr. H.L. Herman Mahaputra, M.Kes


NIP 19681110 200112 1 003
Adalah suatu kegiatan yang dilakukan untuk membantu menentukan
diagnosa TB pada pasien.
Untuk menghasilkan sediaan dahak sesuai standar dan melaksanakan
pewarnaan metode ziehl neelsen.

KEBIJAKAN

Kebijakan Direktur Rumah Sakit Umum Daerah Kota Mataram Nomor


001/MDGS/KBJ/TB/2015 tentang Pelayanan TB DOTS di Rumah Sakit
Umum Daerah Kota Mataram.

PROSEDUR

1. Alat dan bahan


- Mikroskop
- minyak emersi
2. Pembacaan sediaan
- Letakkan sediaan di atas meja mikroskop, permukaan sediaan
menghadap ke atas
- Gunakan lensa objektif 10x untuk menentukan fokus dan
menemukan lapang pandang
- Periksa sediaan untuk menentukan kualitas sediaan ( pada
sediaan dahak umumnya ditemukan lebih banyak sel lekosit
atau sel radang )
- Teteskan minyak emersi 1 tetes
- Putar lensa objektif 100x dengan hati hati ke atas sediaan
apus
- Sesuaikan fokus dengan hati hati sampai sel terlihat jelas
- Pembacaan dilakukan mulai dari ujung kiri ke ujung kanan
minimal 100 lapang pandang
3. Pelaporan hasil
Hasil pemeriksaan mikroskopis mengacu kepada skala
International Union Against To Long Disease ( IUATD )
- Negatif : tidak ditemukan BTA minimal dalam 100 lapang
pandang
- +n
: ditemukan 1 9 BTA dalam 100 lapang pandang (
tulis jumlah yang ditemukan )
- 1+
: ditemukan 10 99 BTA dalam 100 lapang pandang
- 2+
: ditemukan 1 10 BTA setiap 1 lapang pandang
( periksa miimal 50 lapang pandang )
- 3+
: ditemukan 10 BTA dalam 1 lapang pandang
( peiksa minimal 20 lapang pandang )

UNIT TERKAIT

Instalasi Laboratorium

PELACAKAN KASUS MANGKIR


No. Dokumen
011/MDGS/SPO/TB/2015

No. Revisi

Halaman 1 / 1

RUMAH SAKIT
UMUM DAERAH
KOTA MATARAM
Tanggal terbit
15 Januari 2015

STANDAR
PROSEDUR
OPERASIONAL

PENGERTIAN
TUJUAN

Ditetapkan oleh
Direktur,

dr. H.L. Herman Mahaputra, M.Kes


NIP 19681110 200112 1 003
Adalah mekanisme yang dilakukan untuk melacak pasien yang putus
berobat.
Untuk mengurangi terjadinya kasus MDR TB akibat putus berobat.

KEBIJAKAN

Kebijakan Direktur Rumah Sakit Umum Daerah Kota Mataram Nomor


001/MDGS/KBJ/TB/2015 tentang Pelayanan TB DOTS di Rumah Sakit
Umum Daerah Kota Mataram.

PROSEDUR

1. Pasien dikatakan mangkir berobat apabila tidak datang untuk

2.
3.
4.

5.

UNIT TERKAIT

melakukan pemeriksaan ulang atau pengambilan obat pada waktu


yang telah di tentukan yaitu apabila hingga 2 hari pada fase awal
pengobatan atau 7 hari pada lanjutan.
Petugas menghubungi pasien langsung atau PMO.
Petugas menghubungi wasor dinas kesehatan kota.
Memberikan informasi identitas dan alamat lengkap paien mangkir
kepada wasor dinas kesehatan kota untuk segera dilakukan
pelacakan.
Meminta informasi hasil dari pelacakan yang telah dilakukan
puskesmas atau dinas kesehatan kota.
-

Instalasi Rawat Jalan


Dinas Kesehatan Kota
Puskesmas

RUJUKAN PENGOBATAN PASIEN TB DENGAN STRATEGI

DOTS
RUMAH SAKIT
UMUM DAERAH
KOTA MATARAM

No. Dokumen
012/MDGS/SPO/TB/2015

Tanggal terbit
15 Januari 2015

STANDAR
PROSEDUR
OPERASIONAL

PENGERTIAN

TUJUAN

No. Revisi

Halaman 1 / 1

Ditetapkan oleh
Direktur,

dr. H.L. Herman Mahaputra, M.Kes


NIP 19681110 200112 1 003
Adalah
prosedur alih penanganan pasien TB setelah mendapat
pengobatan dengan strategi Directly Observed Treatment Shortcourse
( DOTS ) agar mendapatkan pengawasan dan pengobatan berkelanjutan.
1. Memberikan informasi tentang pengobatan TB dengan strategi
DOTS.
2.
Meningkatkan keberhasilan pengobatan pasien TB dan
mengurangi kasus mngkir melalui penerapan sistem jejaring
eksternal dalam strategi DOTS.

KEBIJAKAN

Kebijakan Direktur Rumah Sakit Umum Daerah Kota Mataram Nomor


001/MDGS/KBJ/TB/2015 tentang Pelayanan TB DOTS di Rumah Sakit
Umum Daerah Kota Mataram.

PROSEDUR

1. Semua tersangka yang telah didiagnosis menderita TB berdasarkan

hasil pemeriksaan klinis, radiologis, dan mikrobiologis, kemudian


mendapatkan terapi Obat Anti Tuberkulosis ( OAT ) dengan strategi
DOTS, diberikan informasi mengenai fungsi dan manfaat rujukan
pengobatan ke UPK ( puskesmas / RS ) yang terdekat dari tempat
tinggal pasien.
2. Petugas menyiapkan formulir rujukan ( formulir TB 09 ), formulir 01
(copy) dan sisa obat, kemudian diberikan pada pasien untuk di
serahkan pada UPK yang akan dituju.
3. Petugas kemudian melaporkan rujukan tersebut kepada dinas
kesehatan.
4. Selanjutnya pasien TB dapat kontak langsung dengan UPK
( puskesmas / RS ) terdekat untuk meneruskan pengobatan sesuai
strategi DOTS yang dijadwalkan.
UNIT TERKAIT

1.
2.
3.
4.

Instalasi Rawat Jalan


Instalasi Gawat Darurat
Instalasi Rawat Inap
UPK ( Puskesmas, Rumah Sakit Lain )

PENGOBATAN PASIEN TB
No. Dokumen
013/MDGS/SPO/TB/2015

No. Revisi

Halaman 1 / 4

RUMAH SAKIT
UMUM DAERAH
KOTA MATARAM
STANDAR
PROSEDUR
OPERASIONAL

PENGERTIAN
TUJUAN

Tanggal terbit
15 Januari 2015

Ditetapkan oleh
Direktur,

dr. H.L. Herman Mahaputra, M.Kes


NIP 19681110 200112 1 003
Adalah memberikan pengobatan pada pasien TB setelah dilakukan
pemeriksaan dan dinyatakan pasien TB. Pengbatannya adalah OAT (Obat
Anti TB ).
1. Untuk menyembuhkan pasien
2. Mencegah kematian atau akibat buruk yang ditimbulkan
3. Mencegah kekambuhan
4. Memutus rantai penularan dan mencegah terjadinya kekebalan
terhadap OAT

KEBIJAKAN

Kebijakan Direktur Rumah Sakit Umum Daerah Kota Mataram Nomor


001/MDGS/KBJ/TB/2015 tentang Pelayanan TB DOTS di Rumah Sakit
Umum Daerah Kota Mataram.

PROSEDUR

Pengobatan dilakukan dengan prinsip prinsip sebagai berikut :


1. OAT harus diberikan dalam bentuk kombinasi dari beberapa jenis
obat, dalam jumlah cukup dan dosis tepat sesuai dengan kategori
pengobatan. Hindari melakukan monoterapi ( pengobatan dengan
obat tunggal ).
2. Pengobatan dilakukan dengan pengawasan langsung oleh seorang
Pengawas menelan Obat ( PMO ).
3. OAT ditelan sekaligus dan sebaiknya saat perut kosong.
4. Jangka waktu pengobatan relatif lama ( 6 8 bulan ) diberikan
secara terus menerus, yang dibagi dalam 2 tahap, yaitu tahap awal
dan lanjutan.
Tahap awal
Pada tahap awal pasien diberikan obat setiap hari dan
perlu diawasi untuk mencegah terjadinya kekebalan obat
Bila pengobatan diberikan secara tepat, potensi penularan
turun dalam waktu 2 minggu
Setelah menjalani pengobatan tahap awal, sebagian besar
pasien BTA positif akan menjadi BTA negatif ( konversi )
Tahap lanjutan
Pada tahap lanjutan, pasien diberikan jenis obat lebih
sedikit untuk jangka waktu yang lebih lama

PENGOBATAN PASIEN TB
No. Dokumen
013/MDGS/SPO/TB/2015

No. Revisi

Halaman 2 / 4

RUMAH SAKIT
UMUM DAERAH
KOTA
MATARAM
Jenis Obat Anti TB
1. Jenis OAT lini pertama
Jenis OAT
Sifat
Isoniazid ( H )
Rifampisin ( R )
Pyrazinamide ( Z )
Streptomycin ( S )
Ethambutol ( E )

PROSEDUR

Dosis yang direkomendasikan


( mg/kg )
Harian
3x seminggu
Bakterisid
5 ( 4-6 )
10 ( 8-12 )
Bakterisid
10 ( 8-12 )
10 ( 8-12 )
Bakterisid
25 ( 20-30 )
35 ( 30-40 )
Bakterisid
15 ( 12-18 )
Bakteriostatik 15 ( 15-20 )
30 ( 20-35 )

2. Jenis OAT untuk pasien TB Kebal Obat


Golongan dan jenis
Obat
Golongan 1 obat
Isoniazid ( H )
Pyrazinamide ( Z )
lini
Ethambutol ( E )
Rifampicin ( R )
Pertama oral
Golongan 2 / obat
Sreptomycin ( S )
Amikacin ( Am )
suntik / suntikan
Kanamycin ( Km )
Capreomycin Cm )
Golongan 3 /
Ofloxacin ( Ofx )
Moxifloxacin ( Mfx )
golongan
Levofloxacin ( Lfx )
fluroquinolone
Golongan 4 / obat
Ethionamide ( Eto )
Para amino salisilat (
bakteriostatik
Protionamide (Pto )
PAS )
Terizidone
Cycloserine ( Cs )
( Trd )
Golongan 5 / obat
Clofazimine ( Cfz )
Thioacetazone ( Thz )
yang belum jelas
Linezolid ( Lzd )
Clarithromycin ( Clr )
efikasinya dan
Amoxilin Clavunalat
Imipenem ( Ipm )
tidak
( Amx-Clv )
direkomendasikan
dalam penggunaan
rutin
Paduan Obat Anti TB yang digunakan
Kategori 1 :
Untuk pasien baru TB paru BTA positif, pasien baru BTA negatif
disertai foto thoraks dengan gambaran proses spesifik dan untuk
pasien TB ekstraparu
KDT : 2 ( HRZE ) / 4 ( HR ) 3
Kombipak : 2HRZE / 4 H3R3
Dosis OAT KDT
Berat badan
Tahap awal tiap hari
Tahap lanjutan 3 kali
( 56 dosis )
seminggu selama 16
minggu ( 48 dosis )
30 37 kg
2 kaplet 4 KDT
2 tablet 2 KDT
38 54 kg
3 kaplet 4 KDT
3 tablet 2 KDT
55 70 kg
4 kaplet 4 KDT
4 tablet 2 KDT
71 kg
5 kaplet 4 KDT
5 tablet 2KDT
a.

PENGOBATAN PASIEN TB

RUMAH SAKIT
UMUM DAERAH
KOTA MATARAM

No. Dokumen
013/MDGS/SPO/TB/2015

No. Revisi

Halaman 3 / 4

Dosis OAT kombipak


Dosis per hari / kali
Tahap

Awal
Lanjutan

PROSEDUR

Lama

2 bulan
4 bulan

Tablet
isoniasid
@300mg
1
2

Kaplet
rifampisin
@450mg
1
1

Tablet
pirazinamid
@500mg
3
-

Tablet
etambutol
@250mg
3
-

Jumlah
hari / kali
me-nelan
obat
56
48

b. Kategori 2 :
Untuk pasien kambuh, gagal dan untuk pasien dengan pengobatan terutus
( default )
KDT : 2 ( HRZE ) S / ( HRZE ) / 5 ( HR ) 3E3
Kombipak : 2HRZES / HRZE / 5H3R3E3
Dosis OAT KDT
Tahap lanjutan
Tahap awal tiap hari
3 kali
Berat
seminggu
badan
selama 20
minggu ( 60
56 dosis
28 dosis
dosis )
30 - 37 kg 2 kaplet 4KDT+ 500
2 kaplet
2 tab 2 KDT +
mg Streptomisin inj
4 KDT
2 tab etambutol
38 54
3 kaplet 4 KDT + 750
3 kaplet
3 tab 2 KDT +
kg
mg streptomisin inj
4 KDT
3 tab etambutol
55 70
4 kaplet 4 KDT + 1000 4 kaplet
4 tab 2 KDT +
kg
mg streptomisin inj
4 KDT
4 tab etambutol
71 kg
5 kaplet 4 KDT + 1000 5 kaplet
5 tab 2 KDT +
mg streptomisin inj
4 KDT
5 tab etambutol
Untuk pasien 60th ke atas, dosis maksimal sterptomisin 500mg. Cara mealrutkan
streptomisin vial 1 gram yaitu menambahkan aquabides sebanyak 3,2 ml sehingga
menjadi 4 ml ( 1 ml = 250 mg )
Dosis kombipak
Tahap
Lama Tablet Kaple Tablet
etambutol
Strepto- Jumlah
pengpeng- isonia t
pirahari /kali
Tabl Tablet misin
obatan
obata sid
rifam- zinam et
injeksi
menelan
@400
n
@300 pisin
id
@25 mg
mg
@450 @500 0 mg
mg
mg
Tahap
2
1
1
3
3
0.75 gr
56
awal
bulan
( dosis
1
1
1
3
3
28
harian )
bulan
Tahap
lanjutan(dosis
5
2
1
1
2
60
3xsebulan
minggu )

PENGOBATAN PASIEN TB
No. Dokumen
013/MDGS/SPO/TB/2015

No. Revisi

Halaman 4 / 4

RUMAH SAKIT
UMUM DAERAH
KOTA
MATARAM
c. OAT sisipan
KDT : ( HRZE )
Kombipak : ( HRZE )
Dosis OAT KDT
Berat badan
Pemberian tiap hari selama 28 hari ( 28 dosis
)
30 37 kg
38 54 kg
55 70 kg
71 kg

PROSEDUR

2 kaplet 4 KDT
3 kaplet 4 KDT
4 kaplet 4 KDT
5 kaplet 4 KDT

Dosis OAT Kombipak


Tahap
Lama
Tablet
Kaplet
Tablet
Tablet
pepeisoniasid rifampisin pirazinamid etambutol
ngobatan ngobatan @300mg @450mg
@500mg
@250mg
Sisipan

1 bulan

Jumlah
hari/kali
menelan
obat
28

d. Kategori anak
KDT : 2 ( HRZ ) / 4 ( HR )
Kombipak : 2HRZ / 4 HR
Dosis OAT KDT
Berat badan ( kg )
59
10 - 14
15 19
20 32

2 bulan tiap hari


RHZ ( 75/50/150mg )
1 tablet
2 tablet
3 tablet
4 tablet

Dosis oat kombipak


Jenis obat
BB < 10 kg
Isoniasid ( H )
50 mg
Rifampicin ( R )
75 mg
Pirasinamid ( Z )
300 mg
UNIT TERKAIT

Instalasi Gawat Darurat


Instalasi Rawat Jalan
Instalasi Rawat Inap
Instalasi Farmasi

4 bulan tiap hari


RH ( 75/50 mg )
1 tablet
2 tablet
3 tablet
4 tablet

BB 10 19 kg
100 mg
150 mg
300 mg

BB 20 32 kg
200 mg
300 mg
600 mg

Anda mungkin juga menyukai