Anda di halaman 1dari 9

DRAFT KE - 6

PERATURAN MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA


NOMOR :

/PER/M.KOMINFO/......../ 2006
TENTANG

PEDOMAN PENDIRIAN
MENARA TELEKOMUNIKASI DAN PENYIARAN
DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA,
Menimbang

: bahwa dalam rangka keamanan lingkungan dan kesehatan


masyarakat serta untuk efektifitas dan efisiensi dalam
pembangunan infrastruktur telekomunikasi dan penyiaran,
maka dipandang perlu menetapkan Pedoman Pendirian
Menara Telekomunikasi dan Penyiaran yang ditetapkan
dengan Peraturan Menteri Komunikasi dan Informatika;

Mengingat

: 1. Undang-undang Republik Indonesia Nomor 36 Tahun


1999 tentang Telekomunikasi (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 154, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3881);
2. Undang-undang Republik Indonesia Nomor 32 Tahun
2002 tentang Penyiaran (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2002 Nomor 139, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 4252);
2. Undang-undang Republik Indonesia Nomor 24 Tahun
1992 tentang Penataan Ruang;
3.

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 52


Tahun 2000 tentang Penyelenggaraan Telekomunikasi
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2000
Nomor 107, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 3980);

DRAFT KE - 6

4.

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 53


Tahun 2000 tentang Penggunaan Spektrum Frekuensi
Radio dan Orbit Satelit (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2000 Nomor 108, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 3981);

5.

Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 10


Tahun 2005 tentang Unit Organisasi dan Tugas Eselon I
Kementerian Negara Republik Indonesia sebagaimana
telah diubah dengan Peraturan Presiden Nomor 15
Tahun 2005;

6.

Peraturan Menteri Komunikasi dan Informatika Nomor


01/P/M.Kominfo/I/2005 tanggal 1 April 2005 tentang
Susunan Organisasi dan Tata Kerja Departemen
Komunikasi dan Informatika;

7.

Peraturan Menteri Komunikasi dan Informatika Nomor


03/P/M.Kominfo/5/2005 tentang Penyesuaian Kata
Sebutan pada Beberapa Keputusan/Peraturan Menteri
Perhubungan yang Mengatur Materi Muatan Khusus di
Bidang Pos dan Telekomunikasi;

8.

Peraturan Menteri Perhubungan Nomor KM. 10 Tahun


2005
tentang
Sertifikasi
Alat
Dan
Perangkat
Telekomunikasi;
MEMUTUSKAN :

Menetapkan

: PERATURAN
MENTERI
KOMUNIKASI
DAN
INFORMATIKA
TENTANG
PEDOMAN
PENDIRIAN
MENARA TELEKOMUNIKASI DAN PENYIARAN.
BAB I
KETENTUAN UMUM
Pasal I
Dalam Peraturan ini yang dimaksud dengan :
1.

Telekomunikasi adalah setiap pemancaran, pengiriman


dan atau penerimaan dari setiap informasi dalam bentuk
tanda-tanda, isyarat, tulisan, gambar, suara, dan bunyi
melalui sistem kawat, optik, radio, atau sistem
elektromagnetik lainnya;

DRAFT KE - 6

2.

Alat Telekomunikasi adalah setiap alat perlengkapan


yang digunakan dalam bertelekomunikasi;

3.

Penyiaran adalah kegiatan pemancarluasan siaran


melalui sarana pemancaran dan/atau sarana transmisi di
darat, dilaut atau di antariksa dengan menggunakan
spektrum frekuensi radio melalui udara, kabel, dan/atau
media lainnya untuk dapat diterima secara serentak dan
bersamaan oleh masyarakat dengan perangkat penerima
siaran.

4.

Perangkat Telekomunikasi adalah sekelompok alat


telekomunikasi yang memungkinkan bertelekomunikasi;

5.

Menara Telekomunikasi dan Penyiaran adalah


bangunan yang berfungsi sebagai penunjang jaringan
telekomunikasi dan wilayah layanan penyiaran yang
desain/bentuk
konstruksinya
disesuaikan
dengan
keperluan jaringan telekomunikasi dan wilayah layanan
penyiaran. (Obstruction)

6.

Menteri adalah Menteri yang ruang lingkup tugas dan


tanggung jawabnya dibidang telekomunikasi dan
penyiaran;

7.

Direktur Jenderal adalah Direktur Jenderal Pos dan


Telekomunikasi;
BAB II

STRUKTUR MENARA TELEKOMUNIKASI DAN PENYIARAN


Pasal 2
Menara Telekomunikasi dan Penyiaran dapat didirikan di atas
permukaan tanah maupun pada bagian bangunan/gedung.
Pasal 3
(1) Pendirian menara telekomunikasi dan penyiaran wajib
memperhitungkan kekuatan dan kestabilan
yang
berkaitan dengan:
a. pondasi;
b. pembebanan; dan
c. struktur.

DRAFT KE - 6

(2) Perhitungan
kekuatan
dan
kestabilan
pondasi
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a mengacu
pada SNI 03 2847 1992 tentang Tata Cara
penghitungan struktur beton untuk bangunan gedung.
(3) Perhitungan kekuatan dan kestabilan pembebanan
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b mengacu
pada SNI 03 1727 1989 tentang Tatacara
Perencanaan Pembebanan untuk Rumah dan Gedung.
(4) Perhitungan
kekuatan
dan
kestabilan
struktur
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf c mengacu
pada SNI 03 1729 2002 tentang Tata Cara
Perencanaan Struktur Baja untuk Bangunan Gedung.

BAB III
MENARA TELEKOMUNIKASI DAN PENYIARAN BERSAMA
Pasal 4
Menara telekomunikasi dan penyiaran dapat berupa :
a. Menara tunggal, apabila digunakan untuk penempatan
satu antena atau lebih oleh satu penyelenggara
telekomunikasi atau penyiaran; atau
b. Menara bersama, apabila digunakan untuk penempatan
beberapa antena dari beberapa penyelenggara
telekomunikasi dan atau penyiaran.
Pasal 5
Dalam upaya meminimalkan jumlah menara telekomunikasi,
para operator yang mengajukan pembangunan menara
telekomunikasi baru, diharuskan menyiapkan konstruksi menara
telekomunikasi yang memenuhi syarat dijadikan menara
telekomunikasi bersama.
Pasal 6
Menara telekomunikasi yang telah ada (eksisting) apabila
secara teknis memungkinkan, harus digunakan secara
bersama-sama oleh lebih dari satu operator atau dijadikan
menara telekomunikasi bersama.

DRAFT KE - 6

Pasal 7
(1)

Penggunaan Menara Telekomunikasi dan Penyiaran


bersama dilarang menimbulkan interferensi antar sistem
jaringan.

(2)

Setiap pengguna Menara Telekomunikasi dan Penyiaran


bersama sebagaimana dimaksud pada ayat (1) wajib
saling berkoordinasi dalam hal terjadi suatu masalah.
Pasal 8

(1)

Beban maksimal untuk menara bersama tidak boleh


melebihi perhitungan struktur menara.

(2)

Isolasi antar pemancar merupakan batas aman antar


antenna pemancar yaitu 30 dB atau dengan jarak antar
antena 3 meter.
BAB IV
KETENTUAN PENDIRIAN MENARA DI SEKITAR
BANDAR UDARA DAN CAGAR BUDAYA
Pasal 9

(1)

Setiap pendirian menara telekomunikasi dan penyiaran


di kawasan keselamatan operasi penerbangan wajib
mendapatkan rekomendasi dari Dirjen Perhubungan
Udara atau pejabat yang ditunjuk.

(2)

Kawasan
keselamatan
operasi
penerbangan
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi :
a. Kawasan di sekitar bandar udara;
b. Kawasan di sekitar alat bantu navigasi penerbangan.
Pasal 10

(1)

Dalam hal pendirian menara telekomunikasi dan


penyiaran berada di kawasan situs cagar budaya dan
kawasan pariwisata, bentuk menara harus disesuaikan
dengan ketentuan estetika lingkungan kawasan
setempat.

DRAFT KE - 6

(2)

Ketentuan estetika lingkungan sebagaimana dimaksud


pada ayat (1) diatur oleh instansi yang berwenang.
BAB V
RADIASI KOMUNIKASI RADIO
Pasal 11

Ketentuan batasan maksimum radiasi selama pemancar


beroperasi adalah sebagai berikut :
a. Di kawasan tempat umum;
Rentang frekuensi
0.1- 3 MHz
3 3000 MHz
3 300 GHz

Electric Field
Strength
(V/m)
60
20
40

Magnetic Field
Strength (A/m)

Power Density
(W/m2)

0.20
0.05
0.10

1
4

b. Di kawasan rumah tinggal dan rumah sakit.


Rentang frekuensi

Electric Field
Strength
(V/m)

Magnetic Field
Strength (A/m)

Power Density
(W/m2)

0.1 MHz 300 GHz

0.016

0.10
3 MHz 300
GHz

BAB VI
SARANA PENDUKUNG MENARA TELEKOMUNIKASI DAN
PENYIARAN
Pasal 12
(1)

Sarana pendukung
Penyiaran terdiri dari :

Menara

Telekomunikasi

dan

a. Grounding dan Penangkal Petir, meliputi :


1. desain tergantung kondisi alam setempat (tanah);
2. intensitas petir yang berbeda setiap tempat;
3. seluruh perangkat harus disambungkan untuk
mendapat ekipotensial;
4. jaringan listrik harus ada arrester, trafo isolator.

DRAFT KE - 6

b. Catu Daya, meliputi :


1. 220/280 VAC;
2. catu daya cadangan berupa UPS, Genset (standar
noise reduction).
(2) Aviation Obstruction Light dan Aviation Obstruction Marking
sesuai dengan ketentuan yang berlaku;
a. Aviation light dipasang pada ketinggian menara setiap
kelipatan 45 m dan pada puncak menara.
b. Aviation Obstruction Marking berupa warna menara
merah putih, orange putih, atau warna lain yang menyala
kecuali kawasan cagar budaya.
(3) Setiap Menara wajib dilengkapi dengan identitas (name tag)
yang jelas mengenai spesifikasi konstruksi bangunan
menara yang meliputi Nama pemilik menara, Lokasi, Tinggi
Menara, Tahun Pembuatan/Pemasangan, pabrik pembuat
dan beban maksimum menara.
(4) Menara Telekomunikasi dan Penyiaran yang didirikan di atas
gedung harus memiliki akses yang mudah dan memiliki catu
daya yang terpisah dari catu daya gedung.
BAB VII
PENGOPERASIAN DAN PEMELIHARAAN
Pasal 13
Untuk memonitor pengoperasian dan pemeliharaan,
pengguna Menara Telekomunikasi dan Penyiaran wajib
memiliki buku laporan
rutin pengoperasian dan
pemeliharaan yang memuat informasi kondisi menara.
BAB VIII
PENGAWASAN DAN PENGENDALIAN
Pasal 14
(1)

Direktur Jenderal melaksanakan pengawasan dan


pengendalian teknis dibidang telekomunikasi dan
penyiaran.

DRAFT KE - 6
(2)

Hasil pengawasan dan pengendalian sebagaimana


dimaksud pada ayat (1) dilaporkan kepada Menteri.

(3) Pengawasan dan pengendalian untuk bidang-bidang diluar


telekomunikasi dan penyiaran dilaksanakan oleh instansi
-instansi yang berwenang sesuai peraturan perundang
-undangan yang berlaku.
BAB IX
PERIJINAN
Untuk pendirian Menara Telekomunikasi dan Penyiaran wajib
mendapat izin dari instansi yang berwenang sesuai peraturan
perundang-undangan yang berlaku.
BAB X
PERALIHAN
Pasal 15
(1)

Peraturan menara ini diberlakukan untuk menara yang


didirikan dengan mendapat ijin sesudah tanggal
ditetapkan.

(2)

Untuk menara yang sudah ada dapat digunakan sampai


ijin menara tersebut berakhir.
BAB XI
KETENTUAN PENUTUP

Peraturan ini mulai berlaku pada tanggal ditetapkan.


Ditetapkan di : J A K A R T A
pada tanggal :
-----------------------------------------------MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA,

SOFYAN A. DJALIL

DRAFT KE - 6

SALINAN Peraturan ini disampaikan kepada :


1. Ketua Badan Pemeriksa Keuangan;
2. Menteri Koordinator Bidang Perekonomian;
3. Menteri Keuangan;
4. Menteri Perindustrian ;
5. Menteri Perdagangan;
6. Menteri Luar Negeri;
7. Menteri Dalam Negeri;
8. Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia;
9. Sekretaris Negara;
10. Para Gubernur Kepala Daerah Provinsi seluruh Indonesia;
11.Sekretaris Jenderal, lnspektur Jenderal, Para Direktur Jenderal dan Para
Kepala Badan di lingkungan Departemen Komunikasi dan Informatika;
12.Para Kepala Biro dan para Kepala Pusat di Lingkungan Sekretariat
Jenderal, Departemen Komunikasi dan Informatika.

Anda mungkin juga menyukai