Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
Disusun oleh:
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Dalam suatu kehidupan manusia yang ada di bumi ini pasti akan menemui
suatu kematian dan juga sebaliknya antara individu mahkluk hidup yang satu
dengan yang lainya akan mejalani suatu hubungan kekeluargaan untuk
meneruskan kelangsungan hidup, sebagai tanda untuk mempertahankan
kehidupan, dengan adanya kelahiran individu baru. Kehidupan pada umumnya
manusia lahir, berkembang dan tumbuh dalam keadaan normal, seperti contoh
awal manusia lahir belum mampu untuk melakukan aktivitas secara mandiri,
makan dan minum, karena melewati proses perkembangan dan pertumbuhan yang
seimbang dengan seiringnya waktu tertentu manusia dapat melakukan aktivitas
tersebut secara mandiri. Tapi ada juga yang mempunyai kekurangan dari fisik,
psikologis, dalam suatu perkembangan nya tersebut. Ada banyak hal yang
menyebabkan tumbuh kembang manusia mengalami gangguan, seperti timbulnya
penyakit, adanya gangguan metabolisme karena virus, dan adanya gangguan yang
di bawa sejak lahir, untuk makalah yang kami buat ini akan membahas tentang
gangguan yang dibawa sejak lahir yaitu Dystrophia Musculorum Progressiva.
Dystrophia Musculorum Progressiva merupakan penyakit distrofi
muskular progresif, bersifat herediter, dan sering mengenai anak laki-laki daripada
anak perempuan. Insidensi penyakit itu relatif jarang, hanya sebesar 1 dari 36006000 kelahiran bayi laki-laki (Tay, 2012).
Dystrophia Musculorum Progressiva atau yang sering dikenal dengan
istilah singkatan DMP merupakan suatu kelainan distrofi otot yang bersifat
progresif yang disebabkan karena abnormalitas gen yang di turunkan secara Xlinked atau pun secara autosom. Dalam kasus ini ditemukan adanya gangguan
berupa kelemahan otot, biasanya diketahui saat anak sudah berjalan sekitar usia 36 tahun (pada tipe Duchenne Muscular Dystrophy) dan belakangan (pada tipe
Becker Muscular Dystrophy), kecuali pada Congenital Muscular Dystrophy yang
terlihat hipotoni saat lahir. Gangguan lain pada penderita penyakit ini yaitu sering
jatuh, mengeluh nyeri, kesulitan menaiki tangga, dan toe walking. Terlihat
pembesaran otot terutama bagian betis. Kelemahan yang paling dahulu terlihat
adalah fleksor leher pada usia prasekolah. Kelemahan bersifat umum, namun
predominan bagian proksimal dahulu. Gelang panggul mendahului gelang bahu
beberapa tahun sebelumnya. Sebesar 50% Duchenne Muscular Dystrophy
menderita skoliosis pada usia 12-15 tahun. Kelainan otot dijumpai juga pada
miokardium. Pada penderita DMP ditandai adanya Gower's sign yaitu kesulitan
bangkit dari lantai (bertumpu pada lutut dan tangan, lutut ekstensi sementara
lengan ke depan, lalu lengan menumpu pada paha sementara bangkit ke posisi
tegak sehingga tercapai ekstensi hip maksimal) (Anurogo dito, 2010).
Fisioterapi merupakan salah satu tenaga kesehatan yang berperan penting
dalam penanganan kasus ini. Fisioterapi adalah bentuk pelayanan kesehatan yang
ditujukan kepada individu dan atau kelompok untuk mengembangkan,
memelihara dan memulihkan kemampuan gerak dan fungsi tubuh secara
maksimal sepanjang daur kehidupan. Termasuk pelayanan dalam keadaan dimana
gerak dan fungsi terancam oleh penuaan, cedera, nyeri, penyakit, gangguangangguan, atau faktor-faktor kondisi dan lingkungan. Gerak fungsional adalah
suatu titik pusatnya keadaan tubuh yang sehat (WCPT, 2011).
Adapun permasalahan fisioterapi yang muncul pada kasus ini antara lain
seperti penurunan kondisi umum pasien, gangguan pernapasan, kelemahan otot,
kontraktur dan lain-lain. Untuk menangani permasalahan-permasalahn tersebut
serta memperlambat progresifitas maka diperlukan latihan-latihan. Latihan-latihan
yang dapat diberikan seperti strengthening, stretching, dan lain-lain.
B. Rumusan masalah
C. Tujuan Penulisan
Sesuai dengan rumusan masalah diatas, adapun tujuan penulisan sebagai
berikut: untuk mengetahui penatalaksanaan fisioterapi pada anak dengan kasus
Dystrophia Musculorum Progressiva (DMP) mengunakan modalitas terapi latihan
dapat terjadi peningkatan kekuatan otot.
D. Manfaat Penulisan
BAB II
KAJIAN TEORI
A. Anatomi Fungsional
1. Otot
yang terdiri dari pola terang dan pola gelap. Penyusun utama dari sarkomer adalah
aktin dan myosin.
Fungsi utama jaringan otot adalah untuk menghasilkan gerakan melalui
kemampuannya berkontraksi dan menegang. Otot melekat pada tulang melalui
tendon. Ujung otot yang melekat dan permanen atau tidak bergerak disebut origo,
sedangkan ujung otot yang bergerak dengan tulang disebut insersio. Saat otot
berkontraksi, otot-otot menegang lalu kemudian diteruskan pada tulang-tulang
melalui tendon. Saat itulah terjadi gerakan. Jadi dapat dikatakan bahwa gerakan
terjadi sebagai akibat interaksi antara sistem jaringan otot dan rangka (Alter,
1996).
(a)
(b)
Gambar 2.1. (a) letak otot rangka dalam tubuh; (b) struktur otot rangka (Zuhri,
2013)
b. Fisiologi otot rangka
Stimulus dihantarkan saraf menuju sel otot, kemudian ion Ca terlepas dari
reticulum sarcoplasma. Protein myosin sebagai enzim memecah ATP ADP + E.
Setiap kontraksi otot merupakan peristiwa pemecahan ATP ADP + E (Zuhri,
2013).
c. Mekanisme gerak otot
Dari hasil penelitian dan pengamatan dengan mikroskop elektron dan
difraksi sinar X, Hansen dan Huxly (l955) mengemukkan teori kontraksi otot yang
disebut model sliding filaments.
Model ini menyatakan bahwa kontraksi didasarkan adanya dua set filamen
di dalam sel otot kontraktil yang berupa filament aktin dan filamen miosin.
Rangsangan yang diterima oleh asetilkolin menyebabkan aktomiosin mengerut
(kontraksi). Kontraksi ini memerlukan energi.
10
11
12
menyebabkan kematian sel. Serat otot mengalami nekrosis dan akhirnya diganti
dengan adiposa dan jaringan ikat.
DMD diwariskan dalam pola X-linked resesif . Wanita biasanya akan
menjadi pembawa untuk penyakit sementara laki-laki akan terpengaruh. Biasanya,
pembawa perempuan akan menyadari mereka membawa mutasi sampai mereka
memiliki anak yang terkena dampak. Putra seorang ibu pembawa memiliki
kesempatan 50% dari mewarisi gen cacat dari ibunya. Putri seorang ibu pembawa
memiliki kesempatan 50% menjadi pembawa atau memiliki dua salinan normal
gen. Dalam semua kasus, sang ayah juga akan melewati Y normal untuk anaknya
atau X normal untuk putrinya. Pembawa Perempuan kondisi X-linked resesif,
seperti DMD, dapat menunjukkan gejala tergantung pada pola mereka Xinaktivasi.
Duchenne muscular dystrophy (DMD) disebabkan oleh mutasi pada gen
distrofin, yang terletak pada kromosom X. DMD memiliki kejadian 1 di 4.000
laki-laki yang baru lahir. Mutasi dalam gen distrofin baik dapat diwariskan atau
terjadi secara spontan selama transmisi germline.
3) Manifestasi klinis
Penyakit ini ditandai dengan progressive weakness dan wasting of muscles.
Hal ini terlihat pada laki-laki, dan diturunkan sebagai karakteristik resesif sexlinked dengan tingkat mutasi yang tinggi. Gambaran klinis biasanya terlihat dalam
tiga tahun pertama, dan penyakit berlangsung sampai pasien tidak mampu berjalan
yang mungkin terjadi di dekat usia 12, atau pada awal masa remaja. Si anak
13
b. Backer
Merupakan Kategori DMP sedang yang mengenai sampai usia belasan dan
usia maksimal adalah 20 tahun. Gejala dari DMP backer adalah gowers sign (+),
gower manuver (+), mampu melakukan aktivitas sehari-hari dengan kekuatan
terbatas, paralysis total jika otot tubuh bagian distal sudah terkena yang akan
14
menyebabkan otot-otot seluruh tubuh akan paralysis, proses lebih lama dari tipe
duchenne. Pada DMPtipe backer dilakukan terapi mulai umur 8 tahun.
c. Tipe lain (kategori DMP ringan)
Limb girdle: jika yg terkena bagian leher, shoulder girdle; jika yg terkena
1)
limb girdle bawah pelvic + thigh (otot quadriceps & otot sekitarnya).
2)
15
16
17
dilahirkan akan sehat namun menjadi pembawa kerusakan gen SMN1 dan 25%
persen kemungkinan anak-anak yang dilahirkan sehat dan memiliki gen SMN1
yang juga sehat.
Yang menarik dari SMA adalah bahwa gen SMN1 sesungguhnya memiliki
gen kembaran yang terletak tepat disampingnya pada lengan panjang kromosom
5, disebut juga gen SMN2. Kedua gen, SMN1 dan SMN2 memiliki urutan DNA
yang 99,9% sama dan seharusnya dapat menghasilkan protein yang sama, yaitu
yang disebut protein SMN. Hal lain yang menarik adalah, walaupun 95% pasien
SMA mengalami kehilangan (deletion) SMN1, tidak ada satupun pasien yang juga
mengalami kehilangan SMN2.
Perbedaan urutan DNA antara SMN1 dan SMN2 yang hanya 0,01% itu
ternyata amat sangat penting atas berfungsi atau tidaknya masing-masing gen.
Pada SMN1, urutan DNA-nya memungkinkannya untuk berfungsi secara normal
dan menghasilkan protein SMN yang fungsional. Sementara pada SMN2, urutan
DNA-nya membuatnya tidak mampu berfungsi secara normal dimana protein
SMN yang dihasilkan tidak fungsional.
C. Pemeriksaan
1. Pemeriksaan kekuatan otot dengan manual muscle testing (MMT)
Manual muscle testing (MMT) adalah suatu usaha untuk menentukan atau
mengetahui kemampuan seseorang dalam mengkontraksikan otot atau grup
ototnya secara volunter atau disadari.
Adapun skala otot yang digunakan secara internasional untuk mengukur
kekuatan otot menurut Oxford:
18
0 (Zero)
> 10%/th
Sangat progresif
5 - 10%/th
Sedang
< 5%/th
Ringan
b. Nilai progresifitas
Normal
Good
G+
11
10
19
G-
Fair
F+
F-
Poor
P+
P-
Trace
Zero
0
c. Protokol penghitungan presentase progresifitas
Jumlah otot yang dihitung ada 28 otot (14 pasang), yaitu otot abdominalis,
20
4. Pengukuran antropometri
Pengukuran antropometri adalah pengukuran yang dilakukan untuk
mengetahui ukuran-ukuran fisik seorang anak dengan menggunakan alat ukur
21
Lingkar kepala
Panjang tungkai kanan (dari trochantor major)
Panjang tungkai kiri (dari trochantor major)
Panjang tungkai kanan (dari SIAS)
Panjang tungkai kiri (dari SIAS)
Lingkar segmen:
Tungkai
Patokan
Kanan
Kiri
2) Lengan
Patokan
15 cm diatas epicondylus lateral
10 cm diatas epicondylus lateral
5 cm diatas epicondylus lateral
tepat pada epicondylus lateral
5 cm dibawah epicondylus lateral
10 cm dibawah epicondylus lateral
15 cm dibawah epicondylus lateral
Kanan
Kiri
22
5. Pemeriksaan sensoris
Pemeriksaan sensoris meliputi :
Pemeriksaan Sensoris
Nilai
Visual
Auditory
Smell & Taste
Touch (Hand and Foot )
Tactile
Vestibular
Proprioceptive
Nilai diisi dengan skor :
0: Tidak berfungsi sama sekali
1: Kurang fungsinya
2 : Normal
23
item), merangkak dan kneeling (14 item), berdiri (13 item), berjalan (12 item),
berlari dan melompat (12 item). Rumus penilaian GMFM :
A. Berbaring dan berguling
B. Duduk
D. Berdiri
Aktivitas
Makan
Berpindah dari kursi roda ke tempat tidur dan
sebalinya/ termasuk duduk di tempat tidur
Kebersihan diri (mencuci muka, menyisir,
mencukur dan menggosok gigi)
Bantuan
Mandiri
10
5 - 10
15
10
Mandi
10
15
10
6
7
24
10
Mengontrol BAB
10
10
Mengontrol BAK
10
Total
100
Penilaian:
0 20
: Ketergantungan penuh
21 61
62 90
: Ketergantungan moderat
91 99
: Ketergantungan ringan
100
: Mandiri
D. Intervensi
Teknologi intervensi yang digunakan dalam makalah ini adalah terapi
latihan yang terdiri dari stretching dan strengthening.
Stretching yaitu meregangkan suatu jaringan yang mengalami
perlengketan atau pemendekan, selain itu stretching juga bertujuan untuk
menambah LGS dan meningkatkan fleksibilitas otot (Kisner, 1996). Stretching
disini lebih digunakan untuk memelihara LGS dan meningkatkan fleksibilitas
jaringan disekitar sendi.
Strengthening yaitu merupakan latihan yang dilakukan dengan
memberikan tahanan dari luar terhadap kerja otot yang membentuk suatu
gerakan. Tahanan dari luar tersebut bisa berasal dari tahanan normal maupun
mekanik (Kisner, 1996). Apabila otot itu berkontraksi dengan melawan suatu
tahanan, maka ketegangan dalam otot itu akan naik. Karena ketegangan otot
25
bertambah (bila melawan suatu tahanan) maka untuk memperkuat otot-otot lengan
menggunakan tahanan. Tahanan yang diberikan bisa menggunakan tahanan
manual, kantong pasir, per dan karet. Efek penggunaan latihan strengthening
adalah (1) menambah kekuatan dan daya tahan otot (2) memperbaiki
ketidakseimbangan otot (3) mengembangkan koordinasi gerakan (4) memperbaiki
kemampuan fungsional dan (5) memperbaiki kondisi umum pasien.
Dalam sebuah jurnal yang berjudul result of manual resistance exercise on
a manifesting carrier of Duchene muscular dystrophy yang dilakukan selama 12
minggu pada anak yang menderita DMP. Dalam jurnal ini menunjukkkan adanya
peningkatan kekuatan otot pada seluruh ekstremitas setelah dilakkan terapi latihan
berupa penguatan otot dengan tahanan manual dari terapis. Selain itu pasien juga
tidak mengalami jatuh tak beralasan selama periode latihan 12 minggu tersebut
(Bohannon, 1986).
BAB III
LAPORAN STATUS KLINIS
NAMA MAHASISWA
N.I.M.
TEMPAT PRAKTIK
: YPAC SURAKARTA
PEMBIMBING
26
: 18 oktober 2016
Kondisi/kasus
: FT A (PEDIATRI)
I.
Nama Anak
: Alin Afifah
Umur
: 7 Tahun
JenisKelamin
: Perempuan
Agama
: Islam
Pekerjaan Ortu
: Swasta
Alamat
: Trenggalek
No. CM
: 9862
II.
DATA-DATAMEDISRUMAH SAKIT
Medika Mentosa
:-
Hasil Lab
Status GPA
: G1 P1 A0
SEGI FISIOTERAPI
27
A. PEMERIKSAAN SUBYEKTIF
28
Sebelumnya anak berkembang dengan normal. Pada usia 3 bulan anak mampu
tengkurap, usia 6 bulan mampu berguling, 9 merangkak, dan pada umur 14 bulan anak
masih belum bisa berjalan.
Riwayat saat pre natal, natal, dan post natal tidak ditemukan adanya gangguan pada
anak maupun ibu.
B. PEMERIKSAAN OBYEKTIF
: 90x/menit
RR
: 22x/menit
Temp
: normal
29
2.
TB
: 105 cm
BB
: 20 kg
Inspeksi / Observasi
(kesan pertama profil anak dilihat dari aspek fisik, sosial dan emosional serta
kognitif saat bertemu dengan anak)
Statis :
-
Neck
Shoulder
Elbow &wrist
Trunk
Pelvic
Hip, knee, dan ankle
: cenderung fleksi
: cenderung protraksi
: tampak normal
: lordosis ringan dan dada agak membusung ke depan
: torsi anterior
: kelemahan pada ankle, sehingga pasien hanya berdiri
Dinamis :
-
3.
Palpasi
Teraba tonus otot yang lembek pada hampir di seluruh tubuh pasien seperti otot
fleksor lengan, abdominal, fleksor hip, dan dorsi dan plantar fleksi ankle.
Teraba suhu pasien yang normal, tidak ada perbedaan suhu antara kaki dan
kepala
Teraba otot yang spasme pada otot paravertebrae seperti erector spine dan
latissimus dorsi
30
No
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
Nama Otot
Upper Trapezius
Lower Trapezius
Rhomboideus
Deltoideus
Pectoralis
Triceps Brachii
Serratus Anterior
Latisimus Dorsi
Iliopsoas
Quadriceps
Gluteus Maximus
Gluteus Medius
Tibialis Anterior
Abdominalis
Total Skor
Nilai Otot
Dekstra
Sinistra
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
4
4
3
3
3
3
1
1
3
3
Skor
Dekstra
Sinistra
7
7
7
7
7
7
7
7
7
7
7
7
7
7
7
7
7
7
8
8
7
7
7
7
2
2
7
7
188
31
No
1
2
3
Patokan
Manubrium sterni
Papilla mamae
Proc. Xhypoideus
Hasil
0,5 cm
1 cm
1 cm
Kanan (cm)
Kiri (cm)
28
27
26
25,5
23
23
23
21
21
20
21
20
20
20
Kanan (cm)
Kiri (cm)
17,5
17,5
16
16
17
16,5
15
16
16
15
13
12,5
13
12
Lengan
Patokan
32
Kesimpulan : pada pemeriksaan ekspansi thoraks anak saat inspirasi dan inspirasi
ditemukan hasil 0,5-1 cm saat diukur dengan midline. Hal ini menunjukkan kurangnya
mobilitas dan fleksibilitas pada thoraks saat digunakan untuk bernafas. Pada
pemeriksaan lingkar segmen, ditemukan bahwa lengan dan tungkai kiri lebih besar
dibandingkan dengan lengan dan tungkai kanan. Namun selisihnya tidak terlalu jauh,
hanya berkisar 0,5-1 cm saja.
c. Pemeriksaan gerak aktif dan pasif
TABEL
HASIL PEMERIKSAAN GERAK AKTIF
No
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
Gerakan
Abduksi bahu
Adduksi bahu
Abduksi horizontal bahu
Adduksi horizontal bahu
Fleksi bahu
Ekstensi bahu
Eksorotasi bahu
Endorotasi bahu
Fleksi siku
Ekstensi siku
Palmar fleksi
Dorsal fleksi
Pronasi
Supinasi
Fleksi hip
Ekstensi hip
Abduksi hip
Adduksi hip
Eksorotasi hip
Endorotasi hip
Fleksi knee
Ekstensi knee
Plantar fleksi
Dorsal fleksi
Kanan
Full ROM
Full ROM
Full ROM
Full ROM
Full ROM
Full ROM
Full ROM
Full ROM
Full ROM
Full ROM
Full ROM
Full ROM
Full ROM
Full ROM
Tidak Full ROM
Tidak Full ROM
Tidak Full ROM
Tidak Full ROM
Tidak Full ROM
Tidak Full ROM
Tidak Full ROM
Tidak Full ROM
Tidak Full ROM
Tidak Full ROM
TABEL
Kiri
Full ROM
Full ROM
Full ROM
Full ROM
Full ROM
Full ROM
Full ROM
Full ROM
Full ROM
Full ROM
Full ROM
Full ROM
Full ROM
Full ROM
Tidak Full ROM
Tidak Full ROM
Tidak Full ROM
Tidak Full ROM
Tidak Full ROM
Tidak Full ROM
Tidak Full ROM
Tidak Full ROM
Tidak Full ROM
Tidak Full ROM
33
No
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
Gerakan
Abduksi bahu
Adduksi bahu
Abduksi horizontal bahu
Adduksi horizontal bahu
Fleksi bahu
Ekstensi bahu
Eksorotasi bahu
Endorotasi bahu
Fleksi siku
Ekstensi siku
Palmar fleksi
Dorsal fleksi
Pronasi
Supinasi
Fleksi hip
Ekstensi hip
Abduksi hip
Adduksi hip
Eksorotasi hip
Endorotasi hip
Fleksi knee
Ekstensi knee
Plantar fleksi
Dorsal fleksi
Kanan
Full ROM
Full ROM
Full ROM
Full ROM
Full ROM
Full ROM
Full ROM
Full ROM
Full ROM
Full ROM
Full ROM
Full ROM
Full ROM
Full ROM
Full ROM
Full ROM
Full ROM
Full ROM
Full ROM
Full ROM
Full ROM
Full ROM
Full ROM
Full ROM
Kiri
Full ROM
Full ROM
Full ROM
Full ROM
Full ROM
Full ROM
Full ROM
Full ROM
Full ROM
Full ROM
Full ROM
Full ROM
Full ROM
Full ROM
Full ROM
Full ROM
Full ROM
Full ROM
Full ROM
Full ROM
Full ROM
Full ROM
Full ROM
Full ROM
Kesimpulan : Pada hasil pemeriksaan gerak aktif dan pasif dapat disimpulkan bahwa
ditemukan adanya keterbatasan LGS aktif pada sendi anggota gerak seperti sendi bahu,
pangul, dan trunk. Sedangkan pada LGS pasif tidak terdapat keterbatasan.
d. Pemeriksaan sensoris
Sensoris
Visual
Auditori
Touch (hand & foot)
Smell
Taste
Tactile
Proprioceptive
Vestibullar
Keterangan
2
2
2
2
2
2
1
1
34
No
1
2
Aktivitas
Makan
Berpindah dari kursi roda ke tempat tidur dan
sebalinya/ termasuk duduk di tempat tidur
Kebersihan diri (mencuci muka, menyisir,
mencukur dan menggosok gigi)
Bantuan
Mandiri
Nilai
10
10
5-10
15
10
10
Mandi
10
15
10
10
10
Mengontrol BAB
10
10
10
Mengontrol BAK
10
10
35
Total
70
C. UNDERLYING PROCCESS
(CLINICAL REASONING)
36
Pre Natal :
Post Natal :
Natal:
Anak
tidak
kejang
Tidak ada
riwayat
Heredofamiliar
cord
SMA
DMP
Impairmen
Function
Participatio
al
Sensoris
Restriction
Kognitif
Motoris
Vestibular
propioceptif
Aktivita
Dasa
NDT;
NDT;
Kelemahan
fasilitasi
fasilitasi naik
otot
berdiri
-Naik turun
LGS menurun
berdiri dari
turun tangga
tangga
Potensi
dari
-toileting
jongkok
kontraktur
Gangguan
respirasi
Breathing
Goal:
exercise
Strengthening
D. DIAGNOSIS
- Meningkatkan KU
Stretching
- Menjaga kekuatan otot
NDT; fasilitasi
- Meningkatkan LGS sendi
dari posisi
- Mencegah kontraktur
duduk ke
berdiri
1. Impairment
-Pemalu
-Sedikit
bicara
Goal selanjutnya:
FISIOTERAPI
- dengan
Play
Bisa duduk ke berdiri
sedikit bantuan
Mandiri
Therapy
Komunikasi
Kondisi umum : adanya gangguan respirasi karena anak mudah lelah dan nafas
pendek
Adanya gangguan sensoris pada vesitibular
Postur trunk mulai lordosis
Tonus postural hipotonus karena sulit melawan gravitasi saat hendak berdiri dari
posisi duduk
Adanya kelemahan otot trapezius, deltoid, gluteus, quadriceps, dan gastroc.
37
Adanya potensial kontraktur pada otot trapezius, deltoid, gluteus, quadriceps, dan
gastroc.
2. Functional Limitation
a. Pasien sudah bisa :
- Berdiri dengan menumpu lutut
b. Pasien belum bisa :
- Berdiri
- Mengangkat lengan dengan full ROM
3. Disability/Participation restriction
Pasien bisa bersosialisasi dengan lingkungan sekitar meskipun dengan sedikit
bantuan
E. PROGRAM FISIOTERAPI
Anak mampu berdiri dari posisi duduk meskipun dengan sedikit bantuan
Anak mampu mengangkat lengan ke atas sehingga dapat melakukan aktivitas
Breathing excercise
Stretching
Strengthtening
Latihan gerak pasif dan aktif
NDT fasilitasi berdiri dari posisi duduk
38
F. RENCANA EVALUASI
a.
b.
c.
d.
e.
f.
G. PROGNOSIS
Quo ad vitam
Quo ad sanam
Quo ad functionam
Quo ad cosmeticam
2. Stretching (penguluran)
- Tujuan : mencegah kontraktur otot, rileksasi otot, meningkatkan LGS
- Respon : anak merasa nyaman saat diulur dan target LGS dapat terpenuhi
- Posisi terapis : duduk di samping pasien
- Posisi anak : tidur telentang diganjal bantal pada kepala
- Pelaksanaan : latihan ini dilakukan dengan cara menjauhkan origo dan insersio
otot dengan cara mengulur otot tersebut berlawanan dengan fungsi otot tersebut.
Stretching dilakukan pada otot-otot yang potensial kontraktur. Salah satunya otot
bantu pernapasan.
39
Dosis : ringan
3. Strenghtening
- Tujuan : meningkatkan kekuatan otot, menjaga postur, meminimalisir deformitas
- Respon : anak mampu melawan tahanan dari terapis tanpa ada gerakan
-
dengan memberi tahanan/beban submax dari tenaga terapis pada otot tersebut.
Dosis : tahan 6-8 detik, ulangi 8 kali per otot
asosisasi
Posisi terapis : duduk di samping pasien
Posisi anak : diposisikan sesuai dengan otot yang akan dilatih
Pelaksanaan : terapis melakukan latihan gerak pasif dan pada otot-otot yang
mengalami kelemahan
Dosis : dilakukan pengulangan 6-8 kali tiap otot
tonnus otot postural, sebagai latihan anti gravity, meningkatkan kontrol kepala
Respon : anak mampu mengontrol kepala dan mampu berdiri dari posisi duduk
membantu berdiri.
Dosis : dilakukan pengulangan 6-8 kali tiap sesi
40
I.
(Pencapaian anak pada saat setelah terapi, hal hal yang belum tercapai dan faktor
penyebab)
-
Pencapaian anak pada sesaat setelah terapi : belum ada perubahan yang signifikan
yang terjadi setelah terapi, namun keadaan tidak semakin memburuk setelah
dilakukan terapi
Hal-hal yang belum tercapai : peningkata kekuatan otot yang signifikan belum
II.
RENCANATERAPI SELANJUTNYA
Breathing excercise
Stretching
Strengthtening
Latihan gerak pasif dan aktif
NDT fasilitasi berdiri dari posisi duduk
III.
Setelah dilakukan satu seri terapi yaitu 4 kali terapi, maka rencana tindak lanjut yang
dapat dilakukan untuk program terapi selanjutnya adalah :
-
41
No
Nilai Otot
Dekstra
Sinistra
Nama Otot
T awal
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
Upper Trapezius
Lower Trapezius
Rhomboideus
Deltoideus
Pectoralis
Triceps Brachii
Serratus
Anterior
Latisimus Dorsi
Iliopsoas
Quadriceps
Gluteus
Maximus
Gluteus Medius
Tibialis Anterior
Abdominalis
T
akhir
T awal
T
akhir
Skor
Dekstra
T awal
T
akhir
Sinistra
T awal
T akhir
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
7
7
7
7
7
7
7
7
7
7
7
7
7
7
7
7
7
7
7
7
7
7
7
7
3
3
4
3
3
4
3
3
4
3
3
4
7
7
8
7
7
8
7
7
8
7
7
8
3
1
3
3
1
3
3
3
1
1
3
3
Total Skor : 188
7
2
7
7
2
7
7
2
7
7
2
7
No
1
2
3
Patokan
Manubrium sterni
Papilla mamae
Proc. Xhypoideus
Hasil
0,5 cm
1 cm
1 cm
42
Kanan (cm)
Kiri (cm)
28
27
26
25,5
23
23
23
21
21
20
21
20
20
20
Lengan
Patokan
Kanan (cm)
Kiri (cm)
17,5
17,5
16
16
17
16,5
15
16
16
15
13
12,5
13
12
43
thoraks saat digunakan untuk bernafas. Kemudian pada pemeriksaan lingkar segmen,
ditemukan bahwa lengan dan tungkai kiri lebih besar dibandingkan dengan lengan
dan tungkai kanan. Namun selisihnya tidak terlalu jauh, hanya berkisar 0,5-1 cm.
c. Evaluasigerak aktif dan pasif
TABEL
HASIL EVALUASI GERAK AKTIF
No
Gerakan
Kanan
Kiri
T Awal
T Akhir
T Awal
T Akhir
Abduksi bahu
Tidak Full
Tidak Full
Tidak Full
Tidak Full
Adduksi bahu
ROM
Tidak Full
ROM
Tidak Full
ROM
Tidak Full
ROM
Tidak Full
Abduksi
ROM
Full ROM
ROM
Full ROM
ROM
Full ROM
ROM
Full ROM
horizontal bahu
Adduksi
Full ROM
Full ROM
Full ROM
Full ROM
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
horizontal bahu
Fleksi bahu
Ekstensi bahu
Eksorotasi bahu
Endorotasi bahu
Fleksi siku
Ekstensi siku
Palmar fleksi
Dorsal fleksi
Pronasi
Supinasi
Fleksi hip
Full ROM
Full ROM
Full ROM
Full ROM
Full ROM
Full ROM
Full ROM
Full ROM
Full ROM
Full ROM
Tidak Full
Full ROM
Full ROM
Full ROM
Full ROM
Full ROM
Full ROM
Full ROM
Full ROM
Full ROM
Full ROM
Tidak Full
Full ROM
Full ROM
Full ROM
Full ROM
Full ROM
Full ROM
Full ROM
Full ROM
Full ROM
Full ROM
Tidak Full
Full ROM
Full ROM
Full ROM
Full ROM
Full ROM
Full ROM
Full ROM
Full ROM
Full ROM
Full ROM
Tidak Full
16
Ekstensi hip
ROM
Tidak Full
ROM
Tidak Full
ROM
Tidak Full
ROM
Tidak Full
Abduksi hip
ROM
Tidak Full
ROM
Tidak Full
ROM
Tidak Full
ROM
Tidak Full
18
Adduksi hip
ROM
Tidak Full
ROM
Tidak Full
ROM
Tidak Full
ROM
Tidak Full
19
Eksorotasi hip
ROM
Tidak Full
ROM
Tidak Full
ROM
Tidak Full
ROM
Tidak Full
20
Endorotasi hip
ROM
Tidak Full
ROM
Tidak Full
ROM
Tidak Full
ROM
Tidak Full
17
44
21
Fleksi knee
ROM
Tidak Full
ROM
Tidak Full
ROM
Tidak Full
ROM
Tidak Full
22
Ekstensi knee
ROM
Tidak Full
ROM
Tidak Full
ROM
Tidak Full
ROM
Tidak Full
Plantar fleksi
ROM
Tidak Full
ROM
Tidak Full
ROM
Tidak Full
ROM
Tidak Full
Dorsal fleksi
ROM
Tidak Full
ROM
Tidak Full
ROM
Tidak Full
ROM
Tidak Full
ROM
ROM
ROM
ROM
23
24
TABEL
HASIL EVALUASI GERAK PASIF
No
Gerakan
Kanan
Kiri
T Awal
T Akhir
T Awal
T Akhir
1
2
3
Abduksi bahu
Adduksi bahu
Abduksi
Full ROM
Full ROM
Full ROM
Full ROM
Full ROM
Full ROM
Full ROM
Full ROM
Full ROM
Full ROM
Full ROM
Full ROM
horizontal bahu
Adduksi
Full ROM
Full ROM
Full ROM
Full ROM
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
horizontal bahu
Fleksi bahu
Ekstensi bahu
Eksorotasi bahu
Endorotasi bahu
Fleksi siku
Ekstensi siku
Palmar fleksi
Dorsal fleksi
Pronasi
Supinasi
Fleksi hip
Ekstensi hip
Abduksi hip
Adduksi hip
Eksorotasi hip
Endorotasi hip
Fleksi knee
Ekstensi knee
Full ROM
Full ROM
Full ROM
Full ROM
Full ROM
Full ROM
Full ROM
Full ROM
Full ROM
Full ROM
Full ROM
Full ROM
Full ROM
Full ROM
Full ROM
Full ROM
Full ROM
Full ROM
Full ROM
Full ROM
Full ROM
Full ROM
Full ROM
Full ROM
Full ROM
Full ROM
Full ROM
Full ROM
Full ROM
Full ROM
Full ROM
Full ROM
Full ROM
Full ROM
Full ROM
Full ROM
Full ROM
Full ROM
Full ROM
Full ROM
Full ROM
Full ROM
Full ROM
Full ROM
Full ROM
Full ROM
Full ROM
Full ROM
Full ROM
Full ROM
Full ROM
Full ROM
Full ROM
Full ROM
Full ROM
Full ROM
Full ROM
Full ROM
Full ROM
Full ROM
Full ROM
Full ROM
Full ROM
Full ROM
Full ROM
Full ROM
Full ROM
Full ROM
Full ROM
Full ROM
Full ROM
Full ROM
45
23
24
Plantar fleksi
Dorsal fleksi
Full ROM
Full ROM
Full ROM
Full ROM
Full ROM
Full ROM
Full ROM
Full ROM
Kesimpulan : belum ada peningkatan LGS aktif yang signifikan, namun anak
sudah mau berusaha untuk meningkatkan gerakannya.
d. Evaluasi sensoris
Sensoris
Visual
Auditori
Touch (hand & foot)
Smell
Taste
Tactile
Proprioceptive
Vestibullar
T Awal
2
2
2
2
2
2
1
1
T Akhir
2
2
2
2
2
2
1
1
46
No
Aktivitas
Makan
Berpindah dari kursi roda ke tempat tidur dan
T Awal
T Akhir
10
10
10
10
10
Mandi
10
15
Mengontrol BAB
10
10
10
Mengontrol BAK
10
10
70
70
Total
Mengetahui,
Pembimbing,
Praktikan,
47
__________________________
____________________________
NIP.
NIM.
Catatan Pembimbing:
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
Pasien dengan diagnosa dystrophy muscular progressive (DMP) berjenis
kelamin perempuan dengan umur 7 tahun telah diberikan terapi inti dengan
pendekatan dengan terapi latihan berupa stretching, strengthening, dan latihan
gerak aktif. Problematik yang ditemukan adalah:
a. Kondisi umum : adanya gangguan respirasi karena anak mudah lelah dan
nafas pendek
b. Adanya gangguan sensoris pada vesitibular
48
49
(Bandy and Sanders, 2008). Dalam sebuah jurnal dengan judul Result of Manual
Resistance Exercise on a Manifesting Carrier of Duchene Muscular Distrophy
yang dilakukan selama 12 minggu pada anak yang menderita DMP., menunjukkan
adanya peningkatan kekuatan otot pada seluruh ekstremitas setelah dilakkan terapi
latihan berupa penguatan otot dengan tahanan manual dari terapis. Selain itu
pasien juga tidak mengalami jatuh tak beralasan selama periode latihan 12 minggu
tersebut (Bohannon, 1986).
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. KESIMPULAN
Dystrophia musculorum progressiva (DMP) adalah Suatu kelainan pada anak
yang ditandai dengan kelemahan otot secara progessif (progressive muscle
degeneration) dan terjadi pseudohypertropy (hipertropi semu) yang menyerang
pada umur 3 12 th. Dystrophia musculorum progressiva (DMP) merupakan
kelainan akibat heredofamiliar, terkait sifat sex di salah satu kromosom X pada
sex wanita yg bersifat resesif ( X Xd ) .
SMA adalah penyakit genetik otot-saraf (neumuscular genetic disorder)
yang ditandai dengan kelumpuhan otot. Walaupun tampilan klinik yang nyata dari
pasien-pasien SMA adalah kelumpuhan otot, terutama pada kedua kaki.
Sumber utama kelumpuhan bukan disebabkan oleh rusaknya sel-sel otot
itu sendiri. Kelumpuhan yang terjadi murni disebabkan oleh rusaknya sel-sel saraf
pada sumsum tulang belakang (spinal cord). Ini berbeda dengan distrofi otot
dimana kerusakannya memang terjadi di otot itu sendiri.
50
B. SARAN
Dengan adanya makalah ini diharapkan mahasiswa mampu memahami
tentang Dystrophia musculorum progressiva (DMP) dan tindakan yang harus
dilakukan pada pasien dengan Dystrophia musculorum progressiva (DMP). Serta
bagi pembaca agar bisa menambah wawasan mengenai Dystrophia musculorum
progressiva (DMP).
DAFTAR PUSTAKA
51