Epid Aun Fix
Epid Aun Fix
Kelompok 3
Sujani cahyati
13334002
Wike marelita
13334003
Zahirah nisa
13334034
Anggun nia .m
13334056
Annisa sabrina
13334034
Adita ferdiana
13334031
Mentari wilutami
13334054
Siti aisyah
13334033
Titih ayunda
13334045
Fitri ningsih
13334043
Dosen :
KATA PENGANTAR
Puji dan Syukur kehadirat Allah SWT atas rahmat dan hidayahNya, sehingga penyusun
dapat menyelesaikan makalah yang berjudul Surveilans Epidemiologi
Dalam penyusunan makalah ini, penyusun memperoleh banyak bantuan dan dukungan
dari berbagai pihak. Penyusun menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna.
Untuk itu penyusun sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun guna
kesempurnaan makalah ini. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca maupun
penyusun guna meningkatkan ilmu pengetahuan.
Tim Penyusun
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Surveilans Epidemiologi adalah kegiatan pengamatan secara sistematis dan terus
menerus
terhadap
penyakit
atau
masalah-masalah
kesehatan
serta
kondisi
yang
pengolahan
data
dan
penyebaran
informasi
epidemiologi
kepada
awalnya
surveilans
epidemiologi
banyak
dimanfaatkan
pada
upaya
pemberantasan penyakit menular, tetapi pada saat ini surveilans mutlak diperlukan pada
setiap upaya kesehatan masyarakat, baik upaya pencegahan dan pemberantasan penyakit
menular, maupun terhadap upaya kesehatan lainnya.
Pelaporan Penyakit Menular hanya salah satu bagian saja namun yang paling penting
dari suatu system surveilans kesehatan masyarakat. Bertambahnya jumlah penduduk dan
overcrowding mempercepat terjadinya penularan penyakit dari orang ke orang. Faktor
pertumbuhan dan mobilitas penduduk ini juga memperngaruhi perubahan gambaran
Epidemiologis serta virulensi dari penyakit menular tertentu.
Perpindahan penduduk dari satu wilayah ke wilayah baru yang mempunyai ekologi
lain membawa konsekuensi orang-orang yang pindah tersebut mengalami kontak dengan
agen penyakit tertentu yang dapat menimbulkan masalah penyakit baru. Apapun jenis
penyakitnya, apakah dia penyakit yang sangat prevalens di suatu wilayah ataukah penyakit
yang baru muncul ataupun penyakit yang digunakan dalam bioteririsme, yang paliang penting
dalam upaya pencegahan dan pemberantasan adalah mengenal dan mengidentifikasinnya
sedini mungkin. Untuk mencapai tujuan tersebut maka system surveilans yang tertata rapi
sangat diperlukan. CDC Atlanta telah mengembangkan rencana strategis untuk mengatasi
masalah-masalah yang muncul termasuk mengembangkan jaringan susrveilans sentinel,
pengembangan pusat-pusat surveilans berbasis masyarakat dan berbagai proyek yang
melengkapi kegiatan surveilans. Sebagai tambahan, Journal baru yang berjudul Emerging
Infectious Diseases telah diterbitkan. CDC dengan WHO telah pula melakukan kerjasama
tukar menukar informasi melalui media elektronika sejak tahun 1990 an. Bagaimanapun juga
deteksi dini terhadap suatu kejadian penyakit menular sangat tergantung kepada kejelian para
3
petugas kesehatan yang berada di ujung tombak untuk mengenali kejadian kesehatan yang
tidak biasa secara dini. Dokter atau tenaga kesehatan yang menemukan yang aneh di
lapangan punya kewajiban untuk melaporkan kepada otoritas kesehatan yang lebih tinggi
agar dapat dilakukan tindakan yang semestinya.
B. Tujuan
a-
b-
c-
d-
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pengertian, Tujuan Dan Jenis Surveilans Epidemiologi
2.1.1 Pengertian Surveilans
Surveilans adalah upaya/ sistem/ mekanisme yang dilakukan secara terus menerus
dari suatu kegiatan pengumpulan, analisi, interpretasi,dari suatu data spesifik yang digunakan
untuk perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi program ( Manajemen program kesehatan)
Istilah surveilans digunakan untuk dua hal yang berbeda.
Pertama, surveilans dapat diartikan sebagai pengawasan secara terus-menerus terhadap
faktor penyebab kejadian dan sebaran penyakit, dan yang berkaitan dengan keadaan sehat
atau sakit. Surveilans ini meliputi pengumpulan, analisis, penafsiran, dan penyebaran data
yang terkait, dan dianggap sangat berguna untuk penanggulangan dan pencegahan secara
efektif. Definisi yang demikian luas itu mirip dengan surveilans pada sistem informasi
kesehatan rutin, dan karena itu keduanya dapat dianggap berperan bersama-sama.
Kedua yaitu menyangkut sistem pelaporan khusus yang diadakan untuk menanggulangi
masalah kesehatan utama atau penyakit, misalnya penyebaran penyakit menahun suatu
bencana alam. Sistem surveilans ini sering dikelola dalam jangka waktu yang terbatas dan
terintegrasi secara erat dengan pengelolaan program intervensi kesehatan. Bila informasi
tentang insidens sangat dibutuhkan dengan segera, sedangkan sistem informasi rutin tidak
dapat diandalkan maka sistem ini dapat digunakan. (Vaughan, 1993).
Menurut WHO :
Surveilans adalah : Pengumpulan, pengolahan, analisis data kesehatan secara sistematis dan
terus menerus, serta desiminasi informasi tepat waktu kepada pihak pihak yang perlu
mengetahui sehingga dapat diambil tindakan yang tepat.(Last, 2001 dalam Bhisma Murti,
2003 )
terhadap
penyakit
atau
masalah-masalah
kesehatan
serta
kondisi
yang
pengolahan
data
dan
penyebaran
informasi
epidemiologi
kepada
Merupakan kegiatan pengamatan terhadap penyakit atau masalah kesehatan serta faktor
determinannya. Penyakit dapat dilihat dari perubahan sifat penyakit atau perubahan
jumlah orang yang menderita sakit. Sakit dapat berarti kondisi tanpa gejala tetapi telah
terpapar oleh kuman atau agen lain, misalnya orang terpapar HIV, terpapar logam berat,
radiasi dsb. Sementara masalah kesehatan adalah masalah yang berhubungan dengan
program kesehatan lain, misalnya Kesehatan Ibu dan Anak, status gizi, dsb. Faktor
determinan adalah kondisi yang mempengaruhi resiko terjadinya penyakit atau masalah
kesehatan.
Merupakan kegiatannya yang dilakukan secara sistematis dan terus menerus. Sistematis
melalui proses pengumpulan, pengolahan data dan penyebaran informasi epidemiologi
sesuai dengan kaidah-kaidah tertentu, sementara terus menerus menunjukkan bahwa
kegiatan surveilans epidemiologi dilakukan setiap saat sehingga program atau unit yang
7
Surveilans dapat juga digunakan untuk memantau efektivitas program kesehatan. Gambar
5.3. menyajikan contoh penggunaan surveilans untuk memonitor performa dan efektivitas pro
gram pengendalian TB. Perhatikan, dengan statistik deskriptif sederhana surveilans mampu m
emberikan informasi tentang kinerja program TB yang meningkat dari tahun ke tahun, baik ju
mlah kasus TB yang dideteksi, ketuntasan pengobatan kasus, maupun kesembuhan kasus. Per
hatikan pula peran penting data time-series dalam analisis data surveilans yang dikumpulkan
dari waktu ke waktu dengan interval sama.
2.1.3 Jenis Surveilans
Dikenal beberapa jenis surveilans:
8
1. Surveilans Individu
Surveilans individu (individual surveillance) mendeteksi dan memonitor individu
yang mengalami kontak dengan penyakit serius, misalnya pes, cacar, tuberkulosis, tifus,
demam kuning, sifilis. Surveilans individu memungkinkan dilakukannya isolasi institusional
segera terhadap kontak, sehingga penyakit yang dicurigai dapat dikendalikan. Sebagai
contoh, karantina merupakan isolasi institusional yang membatasi gerak dan aktivitas orang
orang atau binatang yang sehat tetapi telah terpapar oleh suatu kasus penyakit menular
selama periode menular. Tujuan karantina adalah mencegah transmisi penyakit selama masa
inkubasi seandainya terjadi infeksi (Last, 2001).
Isolasi institusional pernah digunakan kembali ketika timbul AIDS 1980an dan
SARS. Dikenal dua jenis karantina: (1) Karantina total; (2) Karantina parsial. Karantina total
membatasi kebebasan gerak semua orang yang terpapar penyakit menular selama masa
inkubasi, untuk mencegah kontak dengan orang yang tak terpapar. Karantina parsial
membatasi kebebasan gerak kontak secara selektif, berdasarkan perbedaan tingkat kerawanan
dan tingkat bahaya transmis penyakit. Contoh, anak sekolah diliburkan untuk mencegah
penularan penyakit campak, sedang orang dewasa diperkenankan terus bekerja. Satuan
tentara yang ditugaskan pada pos tertentu dicutikan, sedang di pospos lainnya tetap bekerja.
Dewasa ini karantina diterapkan secara terbatas, sehubungan dengan masalah legal,
politis, etika, moral, dan filosofi tentang legitimasi, akseptabilitas, dan efektivitas langkahlangkah pembatasan tersebut untuk mencapai tujuan kesehatan masyarakat (Bensimon dan
Upshur, 2007).
2. Surveilans Penyakit
Surveilans penyakit (disease surveillance) melakukan pengawasan terus-menerus
terhadap distribusi dan kecenderungan insidensi penyakit, melalui pengumpulan sistematis,
konsolidasi, evaluasi terhadap laporan-laporan penyakit dan kematian, serta data relevan
lainnya. Jadi focus perhatian surveilans penyakit adalah penyakit, bukan individu. Di banyak
negara, pendekatan surveilans penyakit biasanya didukung melalui program vertical (pusatdaerah). Contoh, program surveilans tuberkulosis, program surveilans malaria. Beberapa dari
sistem surveilans vertikal dapat berfungsi efektif, tetapi tidak sedikit yang tidak terpelihara
dengan baik dan akhirnya kolaps, karena pemerintah kekurangan biaya. Banyak program
surveilans penyakit vertical yang berlangsung parallel antara satu penyakit dengan penyakit
9
10
12
Setelah analisis dan interpretasi data serta telah memiliki keterangan yang cukup jelas
dan sudah disimpulkan dalam suatu kesimpulan, selanjutnya dapat disebarluaskan kepada
semua pihak yang berkepentingan, agar informasi ini dapat dimanfaatkan sebagai mana
mestinya.
e. Evaluasi
Hasil evaluasi terhadap data sistem surveilans selanjutnya dapat digunakan untuk
perencanaan, penanggulangan khusus serta program pelaksanaannya, untuk kegiatan tindak
lanjut (follow up), untuk melakukan koreksi dan perbaikan-perbaikan program dan
pelaksanaan program, serta untuk kepentingan evaluasi maupun penilaian hasil kegiatan.
2.2.2 Fungsi
Kegunaan surveilans epidemiologi
1. Mendeteksi perubahan masalah kesehatan sedini mungkin sehingga dapat dilakukan
tindakan kontrol atau preventif terhadap perubahan tersebut.
2. Deteksi perubahan lingkungan/vector yang dianggap dapat menimbulkan penyakit pada
populasi.
3. Mutlak digunakan pada program-program pemberantasan penyakit menular sebagai
dasar perencanaan, monitoring dan evaluasi program.
4. Menilai kejadian penyakit pada populasi seperti insidensi atau prevalensi.
5. Data surveilans dapat digunakan untuk perencanaa dan pelaksanaan program kesehatan.
Manfaat surveilans epidemiologi
Pada
awalnya
surveilans
epidemiologi
banyak
dimanfaatkan
pada
upaya
pemberantasan penyakit menular, tetapi pada saat ini surveilans mutlak diperlukan
pada setiap upaya kesehatan masyarakat baik upaya pencegahan maupun pemberantasan
penyakit menular. Secara garis besar, tujuan surveilans epidemiologi yaitu:
1. Mengetahui distribusi geografis penyakit endemis dan penyakit yang dapat menimbulkan
epidemic.
2. Mengetahui perioditas suatu penyakit.
3. Menentukan apakah terjadi peningkatan insidensi yang disebabkan oleh kejadian luar
4.
5.
6.
7.
8. Pengamatan epidemiologi terhadap influenza untuk mengetahui adanya tipe baru dari
virus influenza.
2.2.3 Langkah
Langah-langkah dalam surveilans sangat di butuhkan agar kita mendapatkan hasil
yang diinginkan dan tepat penggunaannya. Terdapat beberapa langkah-langkah dalam
suerveilans epidemiologi, antara lain yaitu:
1. Perencanaan surveilans
Perencanaan kegiatan surveilans dimulai membuat kerangka kegiatan surveilans
yaitu dengan penetapan tujuan surveilans, dilanjutkan dengan penentuan definisi kasus,
perencanaan perolehan data, teknik pengumpulan data, teknik analisis dan mekanisme
penyebarluasan informasi.
2. Pengumpulan data
Pengumpulan data merupakan awal dari rangkaian kegiatan untuk memproses data
selanjutnya. Data yang dikumpulkan memuat informasi epidemiologi yang dilaksanakan
secara teratur dan terus-menerus dan dikumpulkan tepat waktu. Pengumpulan data dapat
bersifat pasif yang bersumber dari Rumah sakit, Puskesmas dan lain-lain, maupun aktif yang
diperoleh dari kegiatan survey.
Pengumpulan data dilakukan dengan mengadakan pencatatan insidensi terhadap
orang-orang yang dianggap penderita malaria atau population at risk melalui kunjungan
rumah (active surveillance) atau pencatatan insidensi berdasarkan laporan sarana pelayanan
kesehatan yaitu dari laporan rutin poli umum setiap hari, laporan bulanan Puskesmas desa
dan Puskesmas pembantu, laporan petugas surveilans di lapangan, laporan harian dari
laboratorium dan laporan dari masyarakat serta petugas kesehatan lain (passive surveillance).
Atau dengan kata lain, data dikumpulkan dari unit kesehatan sendiri dan dari unit kesehatan
yang paling rendah, misalnya laporan dari Pustu, Posyandu, Barkesra, Poskesdes.
Proses pengumpulan data diperlukan system pencatatan dan pelaporan yang baik.
Secara umum pencatatan di Puskesmas adalah hasil kegiatan kunjungan pasien dan kegiatan
luar gedung. Sedangkan pelaporan dibuat dengan merekapitulasi data hasil pencatatan dengan
menggunakan formulir tertentu, misalnya form W1 Kejadian Luar Biasa (KLB) , form W2
(laporan mingguan) dan lain-lain.
14
telah diterima dan sekaligus mengoreksi dan member petunjuk tentang laporan yang
diterima. Kemudian mengadakan umpan balik laporan berikutnya akan tepat waktu dan benar
pengisiannya. Cara pemberian umpan balik dapat melalui surat umpan balik, penjelasan pada
saat pertemuan serta pada saat melakukan pembinaan/suvervisi.
Bentuk dari umpan balik bias berupa ringkasan dari informasi yang dimuat dalam
bulletin (news letter) atau surat yang berisi pertanyaan-pertanyaan sehubungan dengan yang
dilaporkan atau berupa kunjungan ke tempat asal laporan untuk mengetahui keadaan yang
sebenarnya. Laporan perlu diperhatikan waktunya agar terbitnya selalu tepat pada waktunya,
selain itu bila mencantumkan laporan yang diterima dari eselon bawahan, sebaliknya yang
dicantumkan adalah tanggal penerimaan laporan.
7. Investigasi penyakit
Setelah pengambilan keputusan perlunya mengambil tindakan maka terlebih dahulu
dilakukan investigasi/penyelidikan epidemiologi penyakit malaria. Dengan investigator
membawa ceklis/format pengisian tentang masalah kesehatan yang terjadi dalam hal ini
adalah penyakit malaria dan bahan untuk pengambilan sampel di laboratorium. Setelah
melakukan investigasi penyelidikan kemudian disimpulkan bahwa benar-benar telah terjadi
Kejadian Luar Biasa (KLB) malaria yang perlu mengambil tindakan atau sebaliknya.
8. Tindakan penanggulangan
Tindakan penanggulangan yang dilakukan melalui pengobatan segera pada penderita
yang sakit, melakukan rujukan penderita yang tergolong berat, melakukan penyuluhan
mengenai penyakit malaria kepada masyarakat untuk meningkatkan kesadaran agar tidak
tertular penyakit atau menghindari penyakit tersebut, melakukan gerakan kebersihan
lingkungan untuk memutuskan rantai penularan.
9. Evaluasi data sistem surveilans
Program surveilans sebaiknya dinilai secara periodic untuk dapat dilakukan evaluasi
manfaat kegiatan surveilans. Sistem dapat berguna apabila memenuhi salah satu dari
pernyataan berikut:
a. Apakah kegiatan surveilans dapat mendeteksi kecenderungan dan mengidentifikasi
perubahan dalam kejadian kasus.
16
Kelengkapan laporan.
Jumlah dan kualitas kajian epidemiologi dan rekomendasi yang dapat dihasilkan.
Terdistribusinya berita epidemiologi lokal dan nasional.
Pemanfaatan informasi epidemiologi dalam manajemen program kesehatan.
Meningkatnya kajian Sistem Kewaspadaan Dini (SKD) penyakit.
17
Hambatan yang paling menonjol dari hasil penelitian ini adalah sumber daya
manusia. Hambatan yang berhasil di identifikasi berdasarkan persepsi renponden adlah
sebagai berikut ;
-
18
Kesehatan Haji
Kesehatan Pelabuhan dan Lintas Batas Perbatasan
Bencana dan masalah sosial
Kesehatan matra laut dan udara
KLB Penyakit dan Keracunan
SCREENING
Screening atau penyaringan kasus adalah cara untuk mengidentifikasi penyakit yang
belum tampak melalui suatu tes atau pemeriksaan atau prosedur lain yang dapat dengan cepat
memisahkan antara orang yang mungkin menderita penyakit dengan orang yang mungkin
tidak menderita.
Latar belakang sehingga screening ini dilakukan yaitu karena hal berikut ini:
1. Banyaknya kejadain penomena gunung es (Ice Berg Phenomen)
2. sebagai langkah pencegahan khususnya Early diagnosis dan prompt treatment
20
HIV-AIDS
PROSES PENYARINGAN
Proses pelaksanaan screning adalah :
Tahap 1 : melalukan pemeriksaan terhadap kelompok penduduk yang dianggap mempunyai
resiko tinggi menderita penyakit.
21
Hasilnya negatif maka dianggap tidak sakit (dilakukan pemeriksaan ulang secara
periodik).
22
obyek yang sebenarnya bukan kasus A, sehingga pengukuran besarnya angka kesakitan
menjadi tidak tepat (validitas).
Reliabilitas
Definisi operasional kasus adalah alat untuk menentukan suatu diagnosis, baik
berdasarkan gambaran klinis, dan atau dukungan pemeriksaan lainnya. Reliabilitas adalah
konsistensi suatu definisi operasional kasus ketika digunakan untuk menetapkan kasus atau
bukan kasus, baik oleh petugas yang sama pada waktu berbeda (konsistensi intra petugas),
atau antara satu petugas dengan petugas lain (konsistensi antar petugas) Untuk menjaga
reliabilitas, maka perlu ada pedoman, prosedur operasional standar, pelatihan, dan
monitoring-evaluasi penerapan definisi operasional kasus.
Faktor yg mempengaruhi:
1. Variabilitas alat
2. Variasi subyek
3. Variasi pemeriksa
Cara mengurangi variasi:
1. Standarisasi alat
2. Latihan intensif para pemeriksa
3. Penerangan yang jelas kepada orang yang akan diperiksa
Contoh
Definisi operasional (DO) kasus campak adalah demam, bercak merah disertai dengan
salah satu gejala diare, mata merah conjunctivitis atau batuk Pada DO kasus campak tersebut,
pengertian demam bisa berbeda satu petugas dengan petugas lain. Pada saat ditemukan kasus
oleh petugas A di Puskesmas, dengan hasil perabaan dahi menunjukkan demam, ditemukan
bercak kemerahan dan batuk, maka sesuai dengan DO kasus campak tersebut dimasukkan
sebagai kasus campak. Tetapi pada saat kasus yang sama tersebut datang ke petugas B, ia
menyebut bukan kasus campak, karena pada perabaan dahi dinyatakan suhu normal, atau
tidak demam. Pengukuran suhu oleh satu petugas bisa berbeda-beda metodenya, misalnya
satu saat petugas mengukur suhu badan pada ketiak, saat lain mengukur suhu badan pada
mulut, tetapi pengukuran dengan alat yang sama bisa dihasilkan simpulan yang berbeda, baik
karena cara menggunakan alat, maupun interpretasinya.
Validitas (sensitivitas, spesifisitas)
23
Validitas adalah menyatakan seberapa yakin (sahih) kasus dan bukan kasus yang
ditetapkan berdasarkan definisi operasional kasus tersebut benar sebagai kasus atau bukan
kasus. Validitas terdiri dari 2 jenis, sensitivitas dan spesifisitas.
1. Sensitivitas pada suatu definisi operasional kasus adalah menunjukkan kepekaan
seberapa besar sejumlah kasus yang diperiksa dinyatakan sebagai kasus berdasarkan
definisi operasional kasus.
2. Spesifisitas pada suatu definisi operasional kasus adalah menunjukkan kepekaan
seberapa besar sejumlah bukan kasus yang diperiksa dinyatakan sebagai bukan kasus
berdasarkan definisi operasional kasus. Secara teknis, kasus yang diperiksa atau
kejadian yang diperiksa ternyata bukan kasus itu adalah kejadian-kejadian yang
ditetapkan sebagai kasus dan bukan kasus dengan alat yang lebih canggih atau disebut
gold standard
Validitas merupakan karakter definisi operasional kasus yang sangat penting.
Pembahasan lebih luas pada bahasan atribut surveilans Berdasarkan pembahasan tersebut
diatas, maka suatu definisi operasional kasus mengandung penjelasan mengenai kejadian apa,
kapan dan dimana kejadian tersebut, dan disusun sedemikian rupa sehingga sesuai dengan
tujuan surveilans, dan terjawabnya pertanyaan-pertanyaan tersebut diatas. Definisi
operasional kasus disusun sedemikan rupa sesuai dengan cara menemukan obyek kasus, cara
merekamnya, cara pengolahan data, pelaporan dan desain analisis yang akan dilakukan.
Rumusan definisi operasional kasus juga perlu memperhatikan reliabilitas dan validitas serta
atribut surveilans lainnya serta kemampuan untuk memperoleh datanya.
Contoh :
Siatuasi kasus Campak
1. Seseorang yang menderita campak, maka kemungkinan berobat, sebagian tidak
berobat. Sebagian besar berobat ke Puskesmas dan sebagian yang lain ke Rumah Sakit.
2. Pencarian pengobatan terkendala jarak, dimana kasus-kasus dekat Puskesmas/Rumah
Sakit akan punya peluang berobat lebih besar dibanding kasus-kasus campak yang jauh
dari Puskesams/Rumah Sakit.
3. Program pengendalian campak dengan melaksanakan imunisasi pada anak usia 9- 11
bulan. Imunisasi juga dilakukan pada anak Sekolah Dasar kelas 1 (booster). Imunisasi
khusus juga dilaksanakan pada anak 1-4 tahun yang dilaksanakan secara massal.
4. Program memerlukan informasi, daerah manakah yang banyak kasus campak ? pada
usia berapakah paling sering terjadi kasus campak ? Apakah program imunisasi berhasil
menurunkan angka kesakitan campak ?
24
25
BAB III
KESIMPULAN DAN SARAN
A. KESIMPULAN
a.
Surveilans kesehatan masyarakat adalah proses pengumpulan data kesehatan yang mencakup
tidak saja pengumpulan informasi secara sistematik, tetapi juga melibatkan analisis,
interpretasi, penyebaran, dan penggunaan informasi kesehatan
b.
c.
Surveilans bertujuan memberikan informasi tepat waktu tentang masalah kesehatan populasi,
sehingga penyakit dan faktor risiko dapat dideteksi dini dan dapat dilakukan respons
pelayanan kesehatan dengan lebih efektif
d.
Menurut cara memperolehnya, sumber data surveilans dapat dibagi menjadi dua jenis:
Surveilans pasif; Surveilans aktif
B. SARAN
Surveilans kesehatan masyarakat sangat dibutuhkan dalam perencanaan dan
penanggulangan penyakit terutama dalam penanggulangan wabah (KLB). Maka dari itu
dalam pengoperasian data surveilans haruslah relevan dan akurat sehingga dalam
pengambilan keputusan menjadi tepat sasaran.
26
DAFTAR PUSTAKA
27