Anda di halaman 1dari 23

TINJAUAN UMUM RUMAH SUSUN

PERUMAHAN DAN PEMUKIMAN DI INDONESIA


Hakekat Perumahan dalam Hidup Manusia
Hakekat pembangunan nasional adalah pembangunan manusia Indonesia seutuhnya dan
pembangunan seluruh mayarakat Indonesia berdasarkan Pancasila dan Undang-undang
Dasar 1945. Da1am rnayarakat Indonesia, perumahan sebagai salah satu kebutuhan dasar
rnanusia merupakan pengejawantahan diri manusia, baik sebegai pribadi maupun sebagai
suatu kesatuan dengan sesama dan lingkungan alamnya.
Permasalahan Perumahan dan Pemukiman
Masalah pemukiman merupakan masalah umum yang dihadapi tidak saja dinegaranegara maju, tapi juga di negara-negara yang sedang berkembang. Jumlah perumahan yang
dibangun setiap tahun belum dapat menampung laju pertumbuhan penduduk yang berjalan
sangat cepat. Masalah perumahan tidak akan lepas dari masalah lingkungan dimana adanya
rumah-rumah berkualitas rendah/temporer, berkepadatan tinggi, tidak teratur, dan
berprasarana minim atau yang disebut perkampungan miskin (slum area), akan
mempengaruhi penurunan nilai lingkungan, baik segi fisik maupun dari segi sosial
penduduknya.Pada umumnya masalah perumahan di daerah perkotaan ditimbulkan oleh:
a. Pertambahan penduduk yang pesat, baik yang berasal dari pertambahan penduduk
secara alamiah maupun dari perpindahan penduduk ke daerah perkotaan (urbanisasi).
b. Mahalnya biaya pembangunan rumah di kota yang disebabkan karena langkanya lahan
perumahan, sehingga harga tanah menjadi mahal dan biaya konstruksi pembangunan
rumahpun menjadi tinggi.
c. Terbatasnya kemampuan ekonomi penduduk untuk membeli/membangun rumah.
d. Prasarana kota kurang memadai dan kurangnya pengawasan dalam ketertiban bangunan
dan pemakaian tanah perumahan.
Perkembangan kota akan sangat terganggu dengan munculya daerah-daerah
permukiman miskin yang tidak teratur. Daerah-daerah buruk dalarn kota juga
menyebabkan menurunnya kualitas yang akan menimbulkan kesulitan dalam pengaturan
penggunaan tanah, dan akan mengganggu keindahan wajah kota secara visual. Perumahan
mempunyai hubungan yang erat dengan perkembangan kota, dimana perkembangan daerah

perumahan akan selalu diikuti oleh perkembangan wilayah kotanya. Beberapa faktor
perumahan yang dapat mempengaruhi perkembangan kota adalah :
a. Keadaan rumah itu sendiri, yang mencakup segi-segi kualitas rumah, yaitu luas rumah,
desain rumah, kelengkapan fasilitas dan utilitas, dan juga jumlah penghuni dalam satu
unit rumah (besar keluarga).
b. Keadaan lingkungan perumahannya, yang mencakup segi-segi kualitas lingkungan, tata
letak bangunan, dan kelengkapan fasilitas lingkungan perumahan.
c. Lokasi lingkungan perumahan dalam struktur kota, yang mencakup segi-segi lokasi
terhadap tempat kerja, rekreasi dan fasilitas pelayanan sosial lainnya, transportasi dalam
hubungan dengan pola penggunaan tanah (land use), dan perkembangan kota secara
keseluruhan.
Dengan makin mendesaknya masalah perumahan di kota dewasa ini, maka pemerintah
sekarang lebih menggalakkan penanganan pembangunan yang ditujukan bagi rakyat
banyak yang memenuhi aspek-aspek sosial, ekonomi, keamanan, dan kesehatan.

RUMAH SUSUN
Pengertian
Menurut Undang Undang RI No.20 Tahun 2011 pengertian Rumah Susun, Rumah
Susun Umum, Rumah Susun Khusus, Rumah Susun Negara, dan Rumah susun Komersial
adalah sebagai berikut:
Rumah Susun adalah bangunan gedung bertingkat yang dibangun dalam suatu
lingkungan yang terbagi dalam bagian-bagian yang distrukturkan secara fungsional,
baik dalam arah horizontal maupun vertikal dan merupakan satuan-satuan yang
masing-masing dapat dimiliki dan digunakan secara terpisah, terutama untuk tempat
hunian yang dilengkapi dengan bagian bersama, benda bersama, dan tanah bersama.
Rumah Susun Umum adalah Rumah susun umum adalah rumah susun yang
diselenggarakan untuk memenuhi kebutuhan rumah bagi masyarakat berpenghasilan
rendah.
Rumah Susun Khusus adalah rumah susun yang diselenggarakan untuk memenuhi
kebutuhan khusus.

Rumah Susun Negara adalah rumah susun yang dimiliki negara dan berfungsi sebagai
tempat tinggal atau hunian, sarana pembinaan keluarga, serta penunjang pelaksanaan
tugas pejabat dan/atau pegawai negeri.
Rumah Susun Komersial adalah rumah susun yang diselenggarakan untuk
mendapatkan keuntungan.
Adapun didalam UndangUndang yang sama tercantum pula pengertian Satuan Rumah
Susun, Tanah bersama, Bagian bersama, dan Benda Bersama dengan pengertian sebagai
berikut:
Satuan Rumah Susun yang selanjutnya disebut dengan sarusun adalah unit rumah
susun
yang tujuan utamanya digunakan secara terpisah dengan fungsi utama sebagai tempat
hunian dan mempunyai sarana penghubung kejalan umum.
Tanah Bersama adalah sebidang tanah hak atau tanah sewa untuk bangunan yang
digunakan atas dasar hak bersama secara tidak terpisah yang di atasnya berdiri
rumah susun dan ditetapkan batasnya dalam persyaratan izin mendirikan bangunan.
Bagian Bersama adalah bagian rumah susun yang dimiliki secara tidak terpisah untuk
pemakaian bersama dalam kesatuan fungsi dengan satuan-satuan rumah susun.
Benda bersama adalah benda yang bukan merupakan bagian rumah susun melainkan
bagian yang dimiliki bersama secara tidak terpisah untuk pemakaian bersama.
Didalam sebuah rumah susun selain bangunan juga terdiri dari Pemilik, Penghuni,
Pengelola, Perhimpunan Pemilik dan Penghuni Sarusun dengan pengertian sebagai berikut:
Pemilik adalah setiap orang yang memiliki sarusun.
Penghuni adalah orang yang menempati sarusun, baik sebagai pemilik maupun bukan
pemilik.
Pengelola adalah suatu badan hukum yang bertugas untuk mengelola rumah susun.
Perhimpunan pemilik dan penghuni sarusun yang selanjutnya disebut PPPSRS adalah
badan hukum yang beranggot akan para pemilik atau penghuni sarusun.
Sejarah Rumah Susun
Didalam Buku Rumah Untuk Seluruh Rakyat milik Bapak Siswono Yudho Husodo,
Mantan Menteri

Perumahan

dipaparkan

mengenai

cara

mengatasi keterbatasan

lahan di daerah perkotaan serta membuat kota menjadi lebih efisien, dalam satu alternatif
pembangunan perumahan dikotakota, terutama kotakota besar yang sudah padat

penduduknya, adalah membangun secara vertikal berupa pembangunan rumahsusun. Tata


cara kehidupan dirumah susun memang masih perlu di masyarakatkan.
Diyakini bahwa manusia mempunyai kemampuan untuk mengarahkan perkembangan
masa depan kearah yang diinginkannya, dan tidak sekedar menerima arah perubahan ini
menurut apa adanya dan hanya mencoba menyesuaikan dirinya terhadap perubahan
perubahan ini. Salah satu cara untuk memperlambat perkembangan meluasnya kota yang
demikian adalah dengan membangun rumah susun.
Perkebangan Rumah Susun di Indonesia
Pembangunan

rumah

susun

sederhana,

secara

ekonomi

komersial

tidaklah

menguntungkan. Oleh karena itu pembangunan rumah susun tipe ini akan masih tetap
diprakarsai dan dibangun oleh pemerintah pusat maupun pemerintah daerah seperti yang
telah dibangun selama ini di Tanah Abang, Penjaringan dan Klender di Jakarta. Sukaramai
di Medan, Menanggal di Surabaya, Ilir Barat di Palembang dan Sarijadi di Bandung.
Membangun Tanpa Menggusur
Sebagai manusia yang hidup didunia yang berubah dengan cepat ini, di satu pihak kita
harus mencoba untuk menyesuaikan diri dengan perkembangannya, menyesuaikan diri
dengan perubahanperubahan yang terjadi, tetapi juga menyakini satu pendapat bahwa
manusia pun mempunyai kemampuan pula untuk merencanakan perkembangan dan
perubahanperubahan di masa depannya.
Manusia mempunyai kemampuan untuk mengarahkan perkembangan masa depan dan
dalam hal rumah susun, mengalihkanya menyesuai kan budaya tinggal dirumah dengan
pekarangan yang luas merupakan budaya masyarakat agraris kebudayaan yang lebih sesuai.
setelah tinggal di kota yang padat, perlu menyesuaikan fungsi rumah di samping sebagai
tempat membina keluarga, juga memperhitungkan rumah sebahai sarana fungsional tempat
tinggal bersama keluarga, yang perlu efisien.
Klasifikasi Rumah Susun
Menurut Peruntukan
Didalam menentukan peruntukkan rumah susun untuk berbagai golongan
masyarakat, ada tiga pedoman / pegangan untuk dapat mengklasifikasikan menurut
peruntukkannya, terutama untuk golongan masyarakat ekonomi menengah kebawah
(rumah susun sederhana dan rumah susun sangat sederhana), yaitu:

KlasifikasiRumahSusunSederhanaTipeA
Tipe /Luas Sarusun

Standar Ruang

T- 18

Ruang Multi Fungsi


Kamar Mandi

T- 27

Kamar Tidur (2)


Kamar Mandi
Ruang Tamu
Dapur
Balkon/Ruang Jemur

T- 45

Kamar Tidur
Ruang Tamu
Dapur
Kamar Mandi
Balkon/Ruang Jemur
Sumber: Rumah seluruh rakyat,1991; Siswono

Rumah susun memiliki karakteristik yang berbeda dengan hunian horisontal. Rumah
susun mengandung dualisme sistem kepemilikan perseorangan dan bersama baik dalam
bentuk ruang maupun benda. Sistem kepemilikan bersama yang terdiri dari bagianbagian yang dikenal dengan istilah condominium.

Menurut Surat keputusan menteri Negara Perumahan Rakyat No. 02/KPTS/1993,


Rumah Susun Sederhana yaitu dengan tipe: T-12, T-15, T-18, T-21. Berdasarkan pada
golongan pendapatan penghuni serta luasan satuan unit rumah susun, rumah susun di
Indonesia dibagi menjadi (Kantor menneg Perumahan Rakyat, 1986):
a. Rumah susun sederhana, yang diperuntukkan bagi masyarakat berpenghasilan
sederhana atau rendah. Luas satuan rumah antara 21-36m2, tanpa perlengkapan
mekanikal dan elektrikal .
b. Rumah susun menengah, rumah susun dengan luas satuan 36-54m2. Kadang
dilengkapi dengan perlengkapan mekanikal dan elektrikal tergantung dari konsep dan

tujuan pembangunannya. rumah susun ini diperuntukkan bagi mayarakat golongan


bepenghasilan menengah.
c. Rumah Susun mewah, rumah susun bagi golongan berpenghasilan atas. Luas ruang,
kualitas bangunan, perlengkapan bangunan tergantung dari konsep dan tujuan
pembangunannya. dengan beberapa fasilitas lengkap dan status kepemilikan tertentu.
Rumah susun mewah ini disebut juga kondominium.
Disamping itu juga ditentukan jumlah penghasilan berdasarkan golongan, seperti
atas, menengah, dan bawah. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut ini:

Menurut Ketinggian Bangunan


Menurut John Mascai dalamHousing(1980, hal225-226), Rumah susun dibedakan
menjadi :
a. Rumah susun dengan ketinggian sampai dengan 4 lantai (lowrise). Rumah susun ini
menggunakan tangga konvensional sebagai alat transportasi vertikal.
b. Rumah susun dengan ketinggian 5-8 lantai (medium rise). Rumah susun ini sudah
menggunakan escalator sebagai alat transportasi vertical .
c. Rumah susun dengan ketinggian lebih dari 8 lantai (high rise). Rumah susun ini
menggunakan elevator sebagai alat transportasi vertikal.
Menurut Pelayanan Koridor
Berdasarkan pelayanan koridor Menurut John Mascai dalam Housing (1980, hal
226-262), Rumah susun dibedakan menjadi :

a. Eksterior corridor system


Disebut juga single loaded corridor, merupakan system corridor yang melayani
unit-unit hunian dari satu sisi saja. Ciri utama bangunan yang menggunakan system
ini adalah tiap unit hunian memiliki dua wilayah ruang luar. Bentuk ini
memungkinkan unit-unit apartemen mendapatkan ventilasi silang dan pencahayaan
dari dua arah secara alamiah.
Bentuk bangunan secara keseluruhan pada umumnya merupakan bentuk massa
memanjang dan bukan merupakan tipe yang ekonomis, karena dengan luasan yang
sama hanya diperoleh jumlah unit hunian jika menggunakan double louded system.
Exterior Corridor Sytem

Sumber: housing, John Mascai


b. Central Corridor System
Disebut juga dengan system double loaded, merupakan sistem koridor yang
melayani unit-unit hunian dari duasisi.
Central CorridorSystem

Sumber : Housing, John Mascai


c. Point Block System
Merupakan pengembangan dari sistem double loade dengan corridor yang sangat
pendek, sehingga terjadi perubahan dari koridor linier menjadi bujur sangkar. Sistem
koridor ini memiliki core yang secara langsung berhubungan dengan unit-unit
hunian yang tersusun mengelilingi core. Unit-unit hunian yang ada terbatas antara 4

sampai 6 unit. Bentuk bangunan secara keseluruhan pada umumnya merupakan


bentuk menara.
Point Block System

Sumber: Housing, John Mascai


d. Multi core System
Sistem ini digunakan untuk memenuhi tuntutan yang lebih bervariasi dari
bangunan hunian. Faktor utama yang menentukan penggunaan jenis ini adalah
kondisi tapak, pemandangan dan jumlah unit.
Multi core System

Sumber: Housing, John Mascai


Menurut Kepemilikan
Rumah susun dibedakan menjadi :
a. Rumah susun yang dijual (Rusunami)
Unit satuan menjadi milik penghuni dengan sertifikat hak milik.
b. Rumah susun yang disewakan (Rusunawa)
Unit satuan hanya untuk disewakan. Penghuni dapat kontrak untuk bebrapa
tahun, setelah masa kontrak habis dapat di perpanjang atau tidak. Sistem
pembayaran bisa perbulan atau pertahun sesuai perjanjian.
c. Rumah susun jualbeli.
Biasanya pada peremajaan pemukiman kumuh. Pemilik tanah yang lama akan
mengganti rugi tanah yang satu, dua atau lebih unit satuan rumah sesuai dengan
tanahnya. Itupun masih diberi subsidi oleh pemerintah.

d. Rumah susun sewa beli.


Penghuni bisa membeli dengan membayar sewa bulanan sampai sejumlah harga
jual.
e. Rumah susun beli kecil.
Penghuni dapat membelidapat mencicil perbulan hingga lunas.
Menurut Bentuknya
Rumah susun dapat dibedakan menjadi :
a. Memanjang/linear (slab).
Jumlah tipe unit hunian perlantainya banyak.
b. Vertikal.
Tipe unit hunian perlantainya hanya bebrapa unit (tebatas). Banguanan cenderung
berbentuk tower. Untuk rumah susun yang ada di Indonesia paling tinggi 12 lantai
dengan transportasi vertikal berupa lift.
c. Gabungan antara slab dan memanjang secara vertikal.
Bentuk ini ada dua macam, yaitu bentuk slab yang digabung dengan bentuk tower
dan bentuk terrace.

Persyaratan Teknis Ruman Susun


Kriteria Perencanaan
A. Kriteria Umum
Penyelenggaraan rusuna bertingka tinggi harus memenuhi kriteria umum
perencanaan sebagai berikut:
a. Bangunan rusuna bertingkat tinggi harus memenuhi persyaratan fungsional, andal,
efisien, terjangkau, sederhana namun dapat mendukung peningkatan kualitas
lingkungan di sekitarnya dan peningkatan produktivitas kerja.
b. Kreativitas desain hendaknya tidak ditekankan kepada kemewahan material, tetapi
pada kemampuan mengadakan sublimasi antara fungai teknik dan fungsi sosial
bangunan gedung dengan lingkungannya.
c. Biaya operasi dan pemeliharaan bangunan sepanjang umurnya diusahakan
serendah mungkin.
d. Desain bangunan rusuna bertingkat tinggi dibuat sedemikian rupa sehingga dapat
di laksanakan dalam waktu pendek dan dapat di manfaatkan secepatnya.

e. Bangunan rusuna bertingkat tinggi harus diselenggarakan oleh pengembang


atau penyedia jasa konstruksi yang memiliki surat keterangan ahli sesuai dengan
ketentuan peraturan perundangan.
B. Kriteria Khusus
a. Rusuna

bertingkat

tinggi

yang

direncanakan

harus

mempertimbangkan

indentitas setempat pada wujud arsitektur bangunan tersebut.


b. Masa bangunan simetri ganda, rasio panjang lebar (L/B)<3, hindari bentuk denah
yang mengakibatkan puntiran pada bangunan.
c. Jika terpaksa denah terlalu panjang atau tidak simetris, pasang dilatasi bila
dianggap perlu.
d. Lantai dasar dipergunakan untuk fasilitas sosial (fasos) Fasek, Fasum, antara lain:
Ruang Unit Usaha, ruang Pengelola, ruang bersama, ruang penitipa nanak, ruang
mekanik dan elektrikal, prasarana dan sarana lainnya antara lain penampungan
sampah/ kotoran.
e. Lantai satu dan

lantai berikutnya diperuntukkan sebagai hunian yang satu

huniannya terdiriatas1 ruang duduk, 2 kamar tidur, 1km/wc danruang service


(dapur dan cuci) dengan total luas perunit 30 m2
f. Luas sirkulasi, utilitas dan ruang 2 bersama maksimum 30% dari total luas lantai
bangunan.
g. Denah unit rusuna bertingkat tinggi harus fungsional, efisien dengan sedapat
mungkin tidak menggunakan balok anak, dan memenuhi persyaratan penghawaan
dan pencahayaan.
h. Struktur utama bangunan termasuk komponen penahan gempa (dinding geser
atau rangka perimetral) harus kokoh, stabil dan efisien terhadap beban gempa.
i. Setiap 3 lantai bangunan rusuna bertingkat tinggi harus disediakan ruang bersama
yang dapat berfungsi sebagai fasilitas bersosialisasi antar penghuni.
j. Sistem konstruksi rusuna bertingkat tinggi harus lebih baik, dari segi kualitas,
kecepatan, dan ekonomis (seperti sistem form work, dan sistem pra cetak)
dibanding sistem konvensional.
k. Dinding luar rusuna bertingkat tinggi menggunakan beton pra cetak sedangkan
dinding pembatas antar unit/sarusun menggunakan beton ringan, sehingga beban
struktur dapat lebih ringan dan menghemat biaya pembangunan.
l. Lebar dan tinggi anak tangga harus di perhitungkan untuk memenuhi keselamatan
dan kenyamanan, dengan lebar tangga minimal 110cm;

m. Railling/pegangan rambat balkon dan selasar harus mempertimbangkan faktor


privasi dan keselamatan

dengan

memperhatikan

estetika

sehingga

tidak

menimbulkan kesan masif/kaku, dilengkapi dengan balustrade dan railling


n. Penutup lantai tangga dan selasar menggunakan keramik, sedangkan penutup
lantai unit hunian menggunakan plester dan acian tanpa keramik kecuali KM/WC
o. Penutup dinding KM/WC

menggunakan pasangan

keramik dengan tinggi

maksimum adalah 1.80 meter dari level lantai


p. Penutup meja dapur dan dinding meja dapur menggunakan keramik. Tinggi
maksimum pasangan keramik dinding meja dapur adalah 0.60 meter dari level
meja dapur
q. Elevasi KM/WC dinaikkan terhadap elevasi ruang unit hunian, hal ini berkaitan
dengan mekanikal-elektrikal untuk menghindari sparing air bekas dan kotor
menembus pelat lantai
r. Material kusen pintu dan jendela menggunakan bahan allumunium ukuran 3x7cm,
kusen harus tahan bocor dan diperhitungkan agar tahan terhadap tekanan angin.
Pemasangan kusen mengacu pada sisi dinding luar, khusus untuk kusen yang
terkena langsung air hujan harus ditambahkan detail mengenai penggunaan sealant
s. Plafond memanfaatkan struktur pelat lantai tanpa penutup (exposed)
t. Seluruh instalasi utilitas harus melalui shaft, perencanaan shaft harus
memperhitungkan estetika dan kemudahan perawatan;
u. Ruang-ruang mekanikal dan elektrikal harus dirancang secara terintegrasi dan
efisien, dengan sistem yang dibuat seefektif mungkin (misalnya: sistem plumbing
dibuat dengan sistem positiv esuction untuk menjamin efektivitas sistem).
v. Penggunaan lift direncanakan untuk lantai 6 keatas, bila diperlukan dapat
digunakan sistem pemberhentian lift dilantai genap/ganjil
Fasilitas pada Rumah Susun
A. Fasilitas Lingkungan
Fasilitas penunjang yang berfungsi untuk penyelenggaraan dan pengembangan
kehidupan ekonomi, sosial dan budaya, yang antara lain dapat berupa bangunan
perniagaan atau perbelanjaan (aspek ekonomi), lapangan terbuka, pendidikan,
kesehatan, peribadatan, fasilitas pemerintahan dan pelayanan umum, pertamanan
serta pemakaman (lokasi diluar lingkungan rumah susun atau sesuai rencana tata
ruang kota).
1. memberi rasa aman, ketenangan hidup, kenyamanan dan sesuai dengan budaya
setempat;

2. menumbuhkan rasa memiliki dan merubah kebiasaan yang tidak sesuai dengan
gaya hidup di rumah susun;
3. mengurangi

kecenderungan

untuk

memanfaatkan

atau

menggunakan

fasilitas lingkungan bagi kepentingan pribadi dan kelompok tertentu;


4. menunjang fungsi-fungsi aktivitas menghuni yang paling pokok baik dan segi
besaran maupun jenisnya sesuai dengan keadaan lingkungan yang ada;
5. menampung

fungsi-fungsi

yang

berkaitan

dengan

penyelenggaraan

dan pengembangan aspek-aspek ekonomi dan sosial budaya;


B. Fasilitas Niaga
sarana penunjang yang memungkinkan penyelenggaraan dan pengembangan
kehidupan ekonomi yang berupa bangunan atau pelataran usaha untuk pelayanan
perbelanjaan dan niaga serta tempat kerja.
C. Fasilitas Pendidikan
fasilitas yang

memungkinkan siswa

mengembangkan pengetahuan

keterampilan dan sikap secara optimal, sesuai dengan strategi belajar-mengajar


berdasarkan kurikulum yang berlaku
D. Fasilitas Kesehatan
fasilitas yang dimaksud untuk menunjang kesehatan penduduk dan berfungsi
pula untuk mengendalikan perkembangan atau pertumbuhan penduduk.
E. Fasilitas Peribadatan
fasilitas yang dipergunakan untuk menampung segala aktivitas peribadatan dan
aktivitas penunjang.
F. Fasilitas Pemerintahan dan Pelayanan Umum
fasilitas yang dapat dipergunakan untuk kepentingan pelayanan umum, yaitu
pos hansip, balai pertemuan, kantor RT dan RW, pospolisi, pos pemadam
kebakaran, kantor pos pembantu, gedungs erba guna, kantor kelurahan.
G. Fasilitas Ruang Terbuka
ruang terbuka yang direncanakan dengan suatu tujuan atau maksud tertentu,
mencakup kualitas ruang yang dikehendaki dan fungsi ruang yang dikehendaki.
Dalam hal ini tidak termasuk ruang terbuka sebagai sisa ruang dan kelompok
bangunan yang direncanakan.
H. Fasilitas Di Ruang terbuka
setiap macam ruang dan penggunaan ruang diluar bangunan, seperti taman,
jalan, pedestarian, jalur hijau, lapangan bermain, lapangan olahraga dan parkir.

Peraturan Pemerintah
Kementrian Perumahan Rakyat (Kemenpera)
Arahan PembangunanRumah Susun
Di dalam sebuah seminar pada tanggal 18 Desember 2007, dalam topik bahasan
mengenai Percepatan Pembangunan Rumash Susun Sederhana (Apartemen Rakyat) di
Kawasan Perkotaan oleh Deputi Menpera Bidang Perumahan Formal. Adapun
pertimbangan kelayakan penyediaan rusuna adalah kebutuhan rumah diperkotaan cukup
tinggi, tingginya harga tanah di perkotaan sehingga diperlukan efisiensi dalam
penggunaan

tanah

dan

penataan

permukiman.

Pertimbangan

lainnya

adalah

mendekatkan jarak hunian ketempat kerjaakan memudahkan transportasi dan


mengurangi kemacetan, kecenderungan keluarga kecil untuk tinggal dirumah susun agar
efisien dan praktis.
Didalam sebuah diskusi yang dilakukan barubaru ini dengan Staf Ahli Menteri
Perumahan Rakyat, Ir. R. Sulistyo Witjaksono, IAI. 12 Program pembangunan 1000
menara oleh Jusuf Kalla dan Kementrian Perumahan Rakyat 2007 lalu tidak berjalan
efektif. Rencana pembangunan hanya sebatas program tanpa melihat kelapangan
bagaimana proses yang sesungguhnya terjadi. Sehingga keputusan menteri mengenai
program tersebut hanya dapat berguna secara tertulis saja tidak terealisasi dengan baik.
Fasilitas Likuiditas Pembiayaan Perumahan (FLPP)
Mengacu kepada Peraturan Menteri Perumahan Rakyat RI (Kemenpera) No. 27
Tahun 2012 Tentang Pengadaan Perumahan Melalui Kredit/Pembiayaan Pemilikan
Rumah Sejahtera dengan Dukungan Fasilitas Likuditas Pembiayaan

Perumahan

menimbang bahwa penyediaan dana murang jangka panjang sebagaimana dimaksud


dalam Pasal 126 ayat (3) huruf c UU No. 1 Tahun 2011 tentang Perumahan dan
Kawasan Permukiman berupa bantuan pembiayaan pemilikan rumah dengan suku
bunga tetap dan terjangkau selama masa pembuayaan dalah rangka meningkatkan
kemampuan daya beli masyarakat untuk memperoleh rumah.
Sesuai dengan arahan Kepres No. 22 Tahun 2006 tentang Tim Koordinasi Percapatan
Pembangunan Rumah Susun di Kawasan Perkotaan bertujuan agar Percepatan
Pembangunan Rumah Susun Sederhana yang layak, sehat dan terjangkau bagi
masyarakat berpenghasilan menengah bawah, khususnya

bagi

masyarakat

berpenghasilan rendah di kawasan perkotaan. Adapun arahan secara teknis berkaitan


dengan percepatan pembangunan ini adalah Peraturan Pemerintah No. 31 Tahun 2007,
UU no 26 tahun 2007 tentang penataan ruang dan Peraturan Menteri Negara Perumahan

Rakyat No. 7/Permen/M/2007. Pemerintah No. 31 Tahun 2007, UU no. 26 tahun 2007
tentang penataan ruang dan Peraturan Menteri Negara Perumahan Rakyat No.
7/Permen/M/2007.
Ketentuan Umum FLPP
Menurut Permen Kemenpera No.27 Tahun 2012 ketentuan Umum FLPP berkaitan
dengan pengertian Rumah Susun Umum, Satuan Rumah Sejahtera Susun, Kredit
Pemilikan Satuan Rumah Sejahtera Susun, Pembiayaan Pemilikan satuan rumah
sejahtera susun, FLPP adalah sebagai berikut
a. Rumah Susun Umum adalah rumah susun yang diselenggarakan untuk memenuhi
kebutuhan rumah bagi masyarakat berpenghasilan rendah.
b. Satuan Rumah Sejahtera Susun adalah Rumah Susun Umum yang dibangun oleh
orang perseorangan dan/atau Badan Hukum dengan spesifikasi sama dengan rumah
susun sederhana sebagaimana diatur dalam Peraturan Menteri Pekerjaan Umum
Nomor 05/PRT/M/2007 Tentang Pedoman Teknis Pembangunan Rumah Susun
Sederhana Bertingkat Tinggi.
c. Kredit Pemilikan Satuan Rumah Sejahtera Susun, yang selanjutnya disebut KPR
Sejahtera Susun, adalah kredit dengan dukungan FLPP yang diterbitkan oleh Bank
Pelaksana kepada MBR dalam rangka pemilikan Satuan Rumah Sejahtera Susun
yang dibelidari orang perseorangan dan/atau Badan Hukum
d. Pembiayaan Pemilikan Satuan Rumah Sejahtera Syariah Susun, yang selanjutnya
disebut KPR Sejahtera Syariah Susun, adalah pembiayaan berdasarkan prinsip
syariah dengan dukungan FLPP yang diterbitkan

oleh Bank

Pelaksana yang

beroperasi secara syariah kepada MBR dalam rangka pemilikan Satuan Rumah
Sejahtera Susun yang dibeli dari orang perseorangan dan/atau Badan Hukum.
e. Fasilitas Likuiditas Pembiayaan Perumahan, yang selanjutnya disebut FLPP, adalah
dukungan

fasilitas

likuiditas

pembiayaan

perumahan

kepada

MBR

pengelolaannya dilaksanakan oleh Kementerian Perumahan Rakyat.


LingkupFLPP
a. Kredit kepemilikan rumah sederhana sehat sebagaimana di maksud terdiri dari:
Kredit pemilihan rumah sejahtera
Kredit pemilikan rumah murah
Kredit pembangunan atau perbaikan rumah swadaya sejahtera
Kredit konstruksi rumahsejahtera
Kredit konstruksi rumah sejahtera murah

yang

b. KPR sejahtera sebagaimana dimaksud terdiri dari:


KPR sejahtera tapak
KPR sejahtera syariah tapak
KPR sejahtera susun
KPR sejahtera syariah susun
Kelompok Sasaran
Kelompok Sasaran untuk KPR Sejahtera Susun dan KPR Sejahtera Syariah Susun
adalah MBR dengan penghasilan tetap maupun tidak tetap paling banyak
Rp.5.500.000,00 (lima juta lima ratus ribu rupiah) per bulan. Penghasilan sebagaimana
dimaksud untuk masyarakat berpenghasilan tetap adalah gaji/upah pokok pemohon per
bulan dan untuk masyarakat berpenghasilan tidak tetap adalah hasil usaha rata-rata
perbulan dalam setahun yang dimiliki pemohon.
KPR Sejahtera Susundan Syariah Susun
a. Batasan harga Satuan Rumah Sejahtera Susun yang dibeli melalui KPR Sejahtera
Susun paling banyak Rp.216.000.000,00 (dua ratus enam belas juta rupiah) dengan
ketentuan harga jual Satuan Rumah Sejahtera Susun permeter persegi paling tinggi
Rp.6.000.000,00 (enam juta rupiah). Ketentuan harga jual Satuan Rumah Sejahtera
Susun sebagaimana dimaksud dan penghasilan kelompok sasaran yang dibebaskan
dari pengenaan Pajak Pertambahan Nilai (PPN) sesuai ketentuan Peraturan
Pemerintah. Satuan Rumah Sejahtera Susun yang dapat difasilitasi KPR Sejahtera
Susun memiliki ukuran luas lantai satuan rumah susun paling sedikit 21m2 (dua
puluh satu meter persegi) dan tidak melebihi 36 m2 (tiga puluh enam meter persegi).
b. KPR sejahtera susun diberikan kepada kelompok sasaran diatas memiliki ketentuan
sebagai berikut.
1. Nilai KPR paling banyak sebesar harga jual Satuan Rumah Sejahtera Susun
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dikurangi uang muka;
2. Suku bunga KPR paling tinggi 7,25% (tujuh koma dua puluh lima perseratus)
pertahun;
3. Suku bunga sebagaimana dimaksud pada huruf bs udah termasuk premi asuransi
jiwa, asuransi kebakaran dan asuransi kredit;
4. Suku bunga sebagaimana dimaksud pada huruf b adalah bersifat tetap selama
jangka waktu kredit (fixed rate mortgage) dengan metode perhitungan bunga
tahunan (annuity) atau bunga efektif;

5. Pengembalian pokok pinjaman KPRs ebagaimana dimaksud pada huruf a


diamortisasi secara penuh sesuai dengan kesepakatan antara Bank Pelaksana
dengan Satker BLU- Kemenpera; dan
6. Jangka waktuKPR sebagaimana dimaksud pada hurufa disepakati oleh BankP
elaksana dan kelompok sasaran yang disesuaikan dengan kemampuan membayar
angsuran

Pemerintah Provinsi DKI Jakarta


Seiring dengan perkembangan kota Jakarta dimana keterbatasan lahan dan mahalnya
harga tanah untuk pembangunan perumahan di DKI Jakarta, mau tidak mau salah satu
alternatif solusi pembangunan perumahan di DKI Jakarta diarahkan kepada
pembangunan vertikal atau lebih dikenal dengan pembangunan rumah susun.
Sejak tahun1994, Pemerintah Provinsi DKI Jakarta menugaskan Dinas Perumahan
melaksanakan pembangunan perumahan dalam bentuk rumah susun sederhana bagi
masyarakat berpenghasilan menengah kebawah melalui kegiatan pembangunan rumah
susun sederhana sewabeli/milik. Namun dengan banyaknya permasalahan yang timbul
dalam pengelolaan dan penghunian rusun sewa beli, sehingga mulai tahun 2001
Pemerintah Provinsi DKI Jakarta untuk sementara waktu hanya membangun Rumah
Susun Sederhana Sewa (rusunawa).
Dinas Perumahan dan Gedung Pemerintah Daerah telah banyak membangun
rumah susun sederhana milik maupun rumah susun sewa, ada yang berhasil, dan ada
pula yang memerlukan perbaikan dalam pendekatan dan pengembangannya. Pemprov
DKI Jakarta perlu mengadakan evaluasi menyeluruh atas semua rumah susun yang telah
dibangun agar perbaikan fisik, ekonomi, dansosial budaya berlangsung dengan sebaikbaiknya. Sangat perlu diusahakan agar para penghuni rumah susun tidak mendapat
kesulitan dalam kelangsungan penghidupannya.
Arahan Pembangunan Rumah Susun
Sesuai dengan penjelasan Undang-undang No. 20 tahun2011 tentang Rumah Susun,
Pemerintah juga dapat membangun rumah susun untuk keperluan Pemerintah sendiri
(kebutuhan khusus). Hal ini sejalan dengan arah KebijakanUmum Pembangunan Daerah
urusan Perumahan Rakyat sebagaimana tertuang dalam RPJMD Provinsi DKI Jakarta
tahun 2008-2012 yaitu Meningkatkan Ketersediaan Rumah Susun untuk memenuhi
kebutuhan penduduk berpenghasilan rendah.

RUSUN BIDARA CINA

Lokasi rumah susun Bidara Cina terletak di tepian MT. Haryono atau lebih dikenal dengan
wilayah Cawang atas dengan jarak 100 meter dari tepian jalan besar dengan batas-batas :
Utara : Sodetan Sungai Ciliwung
Barat : Jalan Berlian
Selatan: Jalan MT. Haryono
Timur : Kampung Cawang Atas
Rumah susun Bidara Cina dibangun di atas lahan seluas 2,33Ha dengan luas bangunan
29,478 m2 yang terbagi dalam 7 blok berbentuk empat persegi panjang. bentuk dan luas areal
ini mejadi pertimbangan unutk mendirikan tiga buah bangunan bertingkat di paruh bagian
selatan. dua buah bangunan berikutnya terletak membujur dari arah barat ke timur sejajar
dengan jalan MT. Haryono dihubungkan dengan lereng landai badan jalan yang ditumbuhi
pepohonan paru-paru kota
Sesuai dengan kondisi fisik lingkungan dan batasan-batasan perencanaan yang ada, maka
diperoleh tujuh blok banguan terdiri dari 688 unit tipe 18. jarak antara massa bangunan di
buat tidak rapat atau tidak berdekatan unutk menghidari kepadatan dan kesan kumuh. disusun
menjadi du kelompok, masing-masing terdiri dari tiga massa bangunan, di antara kedua
kelompok ini terdapat masjid dan gedung pertemuan. agar terjadi hubungan horinzontal
makan massa bangunan dalam setiap blok dibuat jembatan penyebrangan pada tiap lantai
bangunan. Disediakan ruang terbuka penghijauan sebagai tempat bermain bagi anak-anak
penghuni rumah susun.

BLOK II

BLOK I

Setiap bangunan terdiri dari lima lantai. Lantai dasar yang digunakan untuk fasilitas umum
dan ruang usaha untuk kelangsungan usaha masyarakat sebelumnya. Sedangkan lantai dua
hingga lima dipakai untuk hunian. Berdasarkan efesiensi dan fleksibilitas ruang maka masingmasing hunian berukuran 3 x6 meter. setiap lantai memiliki 28 unit hunian untuk blok I A, B,
dan C dan 22 unit hunian per lantai untuk blok II A, B, C dan D. Ruang utama dan ruang
service (kamar mandi, dapur dan tempat tidur) dipisah.
Rumah susun Bidara Ciana dibangun pada tahun 1995 tepatnya pemancangan tiang
pertamanya dilakukan pada tanggal 28-02-1995. pembangunan rumah susun ini merupakan
satu diantara serangkaian kegiatan peremajaan Kota Jakarta dan penjabaran dari Rencana
Umum Tata Ruang DKI Jakarta 1985-2005 dan Rencana Strategis DKI Jakarta tahun 19921997. Selain itu pembangunan rumah susun Bidara Ciana juga dibangun dalam rangka
peringatan Hari Kesetiakawanan Nasional (HKSN) pada tahun 1993.
Diawali dengan kunjungan kerja dinas menteri sosial ke profinsi DKI Jakarta yang
melakukan kunjungan lapangan ke Kelurahan Bidara Cina, maka timbul gagasan dasar
berkaitan dengan membantu masyarakat yang terlanda musibah banjir dan mengangkat
derajat penduduk permukiman kumuh. Gagasan dasarnya adalah :

Membantu penduduk yang terkena bencana banjir setinggi 2,5 meter

Menata pemukiman kumuh, padat dan berbahaya

Revitalisasi Suangai Ciliwung, baik bentangnya, estetika, maupun kualitas kadar air dan
untuk water sport.

Peremajaan DAS Ciliwung merupakan kesempatan Gubenur DKI Jakarta dengan Menteri
Sosial Republik Indonesia pada saat itu yaitu Surjadi Soedirja dan Dra. Endang Kusuma Inten
Suweno, dalam penataan daerhah pemukiman kumuh yang selalu dilanda banjir setiap musim
hujan. Daerah Aliran Sungai (DAS) Ciliwung mengalami banjir rata-rata enam sungai dalam
setahun dengan ketinggian 2,5 meter yang berpengaruh pada pemukiman sekitar suangai.
DAS Ciliwung memiliki tingkat pencemaran yang telah mendekati ambang batas, karena
penduduk selalu membuang sampah ke sungai. padahal fungsi ini juga sebagai bahan baku air
besih PAM Jaya selain sebagai saluran pembuangan, pencegah banjir, penggelontor dan
keindahan.
Sebagaimana kesepakatan gubenur DKI Jakarta dan Menteri Sosial Republik Indonesia,
penataan DAS Ciliwung sungai peremajaan kota telah dilakukan proyek percontohan
sepanjang 800 meter untuk dilaksanakan pada Tahun Anggaran 1994-1995 melalui proyek
Pengembangan DAS Ciliwung dan Pengembangan Rumah Susun Murah. DAS Ciliwung
merupakan bagian depan perkotaan, sehingga diharapkan kawasan ini menjadi bagian depan
kota Jakarta yang akan menjadi suangai yang bersih dan jernih dan dapat menjadi salah satu
obyek wisata air untuk DKI Jakarta.
Pebangunan rumah susun Bidara Cina merupakan wujud nyata program perumahan dalam
upaya untuk menata lingkungan hidup yang kumuh, sesuai untuk menampung warga di DAS
Ciliwung yang terkena penanggulangan pemukiman kumuh. Rumah susun ini di bangun atas
dana dari APBD dan bantuan dari swasta. Sebanyak 4 blok atau 376 unit tipe 18 dibangun
atas bantuan dari swasta dan 3 blok atau 312 unit tipe 18 dibangun dari APBD. dengan
fasilitas berupa jalan lungkungan sepanjang 300 meter, saluran gorong-gorong sepanjang 250
meter, gardu listrik dari PLN, jalan dan halaman dengan paving block, parker dengan 62
mobil dan 90 motor, taman dan sarana olahraga, serta musholla seluas 6 x 10 meter.
Status kepemilikan rumah rusun Bidara Cina Jakarta Timur adalah untuk dimiliki dengan
sistem sewa-beli atau jual beli cicilan. Bagi warga yang memperoleh satuan atau unit rumah
susun akan mendapatkan bukti kepemilikan bangunan berupa sertifikat rumah susun yang
diterbitkan oleh BPN, sesuai dengan UU mengenai rumah susun, bukti kepemilikan satuan
rumah susun berupa sertifikat ini dapat dihipotikkan atau menjadi jaminan di Bank.
Biaya pembangunan 1 Unit rumah susun lebih dari 30 juta rupiah. dengan mengingat azas
keterjangkauan masyarakat, diberikan subsidi dari pemerintah lebih dari 50% nilai jula 1 unit
rumah susun.

EFEKTIVITAS PENGELOLAAN SISTEM SANITASI RUSUN BIDARA CINA


Kerusakan lingkungan ini terjadi di lokasi rumah susun

Bidara Cina, Jakarta Timur

yang telah dibangun pada tahun 1995 atas prakarsa Pemda DKI Jakarta dengan pengusaha
Indonesia. operasi dan pemeliharaan prasarana infrastruktur seperti sistem sanitasi masih
rendah. Hal ini mengakibatkan penurunan kualitas lingkungan dan pelayanan rumah susun
itu sendiri. Bahaya kerusakan lingkungan dan menurunnya kualitas air baku. Karena
kurangnya perhatian padamasalah sanitasi, menyebabkan upaya perbaikan sepuluh kali lipat
lebih mahal dari pada biaya pencegahannya.
Pemerintah DKI yang menjadi garda terdepan pengelolaan sistem sanitasi masih belum
dilengkapi dengan kebijakan dan pengaturan soal organisasi dan

tata kerja institusi atau

lembaga yang bertugas me- ngelola prasarana sistem sanitasi. Perangkat pengaturan masih
jauh dari operasional sehingga pengelolaan, terutama pemeliharaan, prasarana sanitasi masih
terbatas. Lebih jauh lagi, data-data yang realable dan valid atas prasarana sistem sanitasi
yang sangat terbatas sehingga sulit untuk melakukan identifikasi kebutuhan peningkatan
pelayanan. Padahal menurut SK Gubernur No.122 tahun 2005 menyebutkan bahwa
pemerintah daerah DKI bertanggung jawab terhadap pengelolaan air limbah/sistem sanitasi.
Menurut UU.No.16/1985, Pengelola Rumah Susun disebut Perhimpunan Penghuni
Rumah Susun yang ditunjuk dari Dinas Pemerintah Kota Jakarta yang bertugas untuk
menyelenggarakan

pengelolaan

yang meliputi pengawasan terhadap penggunaan bagian

bersama, benda bersama, tanah bersama, dan pemeliharaan serta perbaikan, namun kebijakan
ini belum juga berjalan dengan baik.
Berdasarkan kepada permasalahan tersebut disimpulkan bahwa efektifvitas Pengelolaan
Sistem Sanitasi Rumah Susun Bidara Cina saat ini masih rendah. Hal itu menyebabkan
lingkungan permukiman di lingkungan rumah susun bidaracina terkesan kumuh dan sudah
tidak layak huni lagi. Hal ini terbukti setiap hujan datang masyarakat penghuni selalu
merasakan bau tidak sedap yang

bersumber dari sistem sanitasi yang sudah tidak

berfungsi dengan baik.


Untuk memahami fenomena kajian mengenai situasi atau kejadian secara survei dan
sumber yang akurat mengenai fakta-fakta di lapangan dengan melihat secara langsung
eksisting pengelolaan sistem sanitasi Rumah Susun Bidara Cina, dengan melihat beberapa
aspek yaitu aspek teknis, aspek biaya operasional/pemeliharaan, aspek institusi, aspek
karakteristik sosial ekonomi penghuni rumah susun.

Jumlah penghuni rumah susun lebih kurang 688 KK atau 2.752 jiwa sebagai sumber
penghasil sanitasi rumah tangga sebasar 219 m3/hari (asumsi 60-80 l/org/hari JICA 2007).
Rusun mempunyai proses pengolahan septik tank, Blower sebagai pengurai tinja dua unit
masing-masing mempunyai kapasitas 216 m3. Sanitasi rumah susun yang dimaksud adalah
yang menyangkut pembuangan air kotor seperti grey water, black water

yang bersumber

dari rumah tangga atau rumah susun.


Sistem pembuangan air limbah

rumah susun Bidara Cina dari atas ke bawah dengan

sistem plumbing perpipaan yaitu sistem perpipaan dengan pembuangan terpisah, di mana air
kotor dan air bekas untuk sete- rusnya digabungkan dan diteruskan ke bak kontrol dan di
oleh di septic tank dengan memakai pengurai tinja (Blower). Hasil olahan diteruskan ke
badan sungai Ciliwung dengan BOD (Biochemical Oxigen Demand) sesuai (petunjuk Teknis
Ditjen Cipta Karya 2004) yaitu BOD > 300 mg/l dikategorikan kuat; BOD 100-300 adalah
sedang, dan BOD <100 mg/l adalah rendah.

Kondisi fisik salah satu pengolahan tinja.

Sistem sanitasi di rumah susun Bidara Cina sudah sesuai dengan tata cara petunjuk teknis septik tank namun proses di pengolahan yang

belum sesuai.

Hal itu karena setiap

ruang pengolahan terjadi penumpukan sampah seperti bungkus plastik diterjen dan proses
pengolahan (blower) sudah tidak berfungsi. Setiap bak kontrol juga sudah tidak standar,
sehingga pembuangan tinja langsung ke badan sungai tanpa melalui proses pengolahan dan
mengakibatkan pen- cemaran lingkungan yang sangat tinggi.
Bila hal ini tidak diperhatikan dan tidak dilakukan perbaikan pengolahan Sistem Sani- tasi
dengan baik, seiring dengan berjalannya waktu maka akan terjadi degradasi kualitas sumber

air

tanah dan

kualitas

lingkungan kesehatan penghuni dan

lingkungan sekitarnya,

akibatnya Unsustanable Development.


Berdasarkan permasalahan-permasalahan tersebut di atas, menurut penulis bahwa
pengelolaan sistem sanitasi rumah susun cenderung diabaikan oleh

penghuni maupun

pengelolaannya, institusi pemerintah mau- pun swasta yang seharusnya mampu mengelola
sistem sanitasi belum dapat berperan secara efektif sehingga lingkungan sehat dan bersih
yang diharapkan masyarakat peng- huni rumah susun jauh dari harapan.
Keberhasilan pengelolaan sistem sanitasi rumah susun sewa dipengaruhi beberapa aspek
seperti, aspek teknis, aspek institusi, aspek biaya dan aspek karakteristik sosial dan ekonomi
penghuni rumah susun itu sendiri. Beberapa

aspek

yang

menjadi

masukan untuk

pengelolaan sistem sanitasi rumah susun adalah; pertama Pengelolaan, yaitu melakukan
penjadualan pengoperasian dan pemeliharaan rutin, berkala, penanganan mendesak untuk
sistem sanitasi rumah susun, dengan cara memperbaiki atau mengganti yang
bagian yang

jelek atau

sudah rusak seluruh bangunan pengelolaan sistem sani- tasi sesuai dengan

petunjuk teknis.

Kondisi sarana dan srasarana Rusun Bidaracina Jakarta Timur.

Kedua, aspek teknis, Pengelolaan sistem sanitasi rumah susun Bidara Cina sesuai dengan
Standar Pelayanan Minimum (SPM), serta prosedur dan operasional sistem sa- nitasi dan
sesuai

dengan pedoman pe- tunjuk Teknis yang

berlaku; ketiga, As- pek Institusi,

Pengelolaan sistem sanitasi dengan pedoman dari dinas Perumahan DKI organisasi pengelola
sistem sanitasi sesuai pasal 65.PP.4/88); keempat, Aspek Biaya, ada- nya bantuan Subsidi dari
Pemerintah DKI terhadap pengelolaan sistem sanitasi sesuai (SK. Gubernur No.122 Tahun
2005); kelima, Peran serta masyarakat penghuni rumah susun, sebagai pemakai fungsi-fungsi

sistem sanitasi, ikut serta membantu menjaga/memelihara bagian-bagian sistem sanitasi agar
fungsinya berjalan sesuai Standar Operasional Prosedure (SOP).

Kondisi sarana dan srasarana Rusun Bidaracina Jakarta Timur.

Dalam rangka meningkatkan efektivitas pengelolaan Sistem Sanitasi Rumah Susun Bidara
Cina diperlukan unsur
kelembagaan

harus

institusi dan peraturan yang


ditetapkan

jelas

serta tegas. Dalam

hal

lembaga atau instansi yang bertanggung jawab secara

langsung terhadap bidang sanitasi di daerah. Persoalan kelembagaan ini sangat mendesak,
permasalahan sistem sanitasi di rumah susun akan segera ditangani oleh Dinas Perumahan
Permukiman, Dinas Kebersihan DKI dan lem- baga terkait lainnya.
Kepada pemerintah daerah khususnya Pemda DKI bisa memberikan bantuan dana
kepada Pengelola Sistem Sanitasi di- rumah susun sewa Bidara Cina. Hal itu mengingat
bahwa SK.Gub.

No.122

tahun 2005, menyatakan bahwa pemerintah dan masyarakat

bertanggung jawab terhadap pengelolaan air limbah/sanitasi. Kepada pe- merintah, agar
melakukan pembinaan dan penyuluhan secara rutin tiap bulan kepada pihak pengelola rumah
susun Bidara Cina.
Harapan ini menjadi masukan bagi pemerintah untuk membangun rumah susun sewa,
agar lebih memperhatikan aspek-aspek seperti institusi, teknis, biaya, penghuni rumah susun
itu sendiri,
berkelanjutan

sehingga harapannya pemerintah dapat mewujudkan rumah susun

yang

Anda mungkin juga menyukai