perumahan akan selalu diikuti oleh perkembangan wilayah kotanya. Beberapa faktor
perumahan yang dapat mempengaruhi perkembangan kota adalah :
a. Keadaan rumah itu sendiri, yang mencakup segi-segi kualitas rumah, yaitu luas rumah,
desain rumah, kelengkapan fasilitas dan utilitas, dan juga jumlah penghuni dalam satu
unit rumah (besar keluarga).
b. Keadaan lingkungan perumahannya, yang mencakup segi-segi kualitas lingkungan, tata
letak bangunan, dan kelengkapan fasilitas lingkungan perumahan.
c. Lokasi lingkungan perumahan dalam struktur kota, yang mencakup segi-segi lokasi
terhadap tempat kerja, rekreasi dan fasilitas pelayanan sosial lainnya, transportasi dalam
hubungan dengan pola penggunaan tanah (land use), dan perkembangan kota secara
keseluruhan.
Dengan makin mendesaknya masalah perumahan di kota dewasa ini, maka pemerintah
sekarang lebih menggalakkan penanganan pembangunan yang ditujukan bagi rakyat
banyak yang memenuhi aspek-aspek sosial, ekonomi, keamanan, dan kesehatan.
RUMAH SUSUN
Pengertian
Menurut Undang Undang RI No.20 Tahun 2011 pengertian Rumah Susun, Rumah
Susun Umum, Rumah Susun Khusus, Rumah Susun Negara, dan Rumah susun Komersial
adalah sebagai berikut:
Rumah Susun adalah bangunan gedung bertingkat yang dibangun dalam suatu
lingkungan yang terbagi dalam bagian-bagian yang distrukturkan secara fungsional,
baik dalam arah horizontal maupun vertikal dan merupakan satuan-satuan yang
masing-masing dapat dimiliki dan digunakan secara terpisah, terutama untuk tempat
hunian yang dilengkapi dengan bagian bersama, benda bersama, dan tanah bersama.
Rumah Susun Umum adalah Rumah susun umum adalah rumah susun yang
diselenggarakan untuk memenuhi kebutuhan rumah bagi masyarakat berpenghasilan
rendah.
Rumah Susun Khusus adalah rumah susun yang diselenggarakan untuk memenuhi
kebutuhan khusus.
Rumah Susun Negara adalah rumah susun yang dimiliki negara dan berfungsi sebagai
tempat tinggal atau hunian, sarana pembinaan keluarga, serta penunjang pelaksanaan
tugas pejabat dan/atau pegawai negeri.
Rumah Susun Komersial adalah rumah susun yang diselenggarakan untuk
mendapatkan keuntungan.
Adapun didalam UndangUndang yang sama tercantum pula pengertian Satuan Rumah
Susun, Tanah bersama, Bagian bersama, dan Benda Bersama dengan pengertian sebagai
berikut:
Satuan Rumah Susun yang selanjutnya disebut dengan sarusun adalah unit rumah
susun
yang tujuan utamanya digunakan secara terpisah dengan fungsi utama sebagai tempat
hunian dan mempunyai sarana penghubung kejalan umum.
Tanah Bersama adalah sebidang tanah hak atau tanah sewa untuk bangunan yang
digunakan atas dasar hak bersama secara tidak terpisah yang di atasnya berdiri
rumah susun dan ditetapkan batasnya dalam persyaratan izin mendirikan bangunan.
Bagian Bersama adalah bagian rumah susun yang dimiliki secara tidak terpisah untuk
pemakaian bersama dalam kesatuan fungsi dengan satuan-satuan rumah susun.
Benda bersama adalah benda yang bukan merupakan bagian rumah susun melainkan
bagian yang dimiliki bersama secara tidak terpisah untuk pemakaian bersama.
Didalam sebuah rumah susun selain bangunan juga terdiri dari Pemilik, Penghuni,
Pengelola, Perhimpunan Pemilik dan Penghuni Sarusun dengan pengertian sebagai berikut:
Pemilik adalah setiap orang yang memiliki sarusun.
Penghuni adalah orang yang menempati sarusun, baik sebagai pemilik maupun bukan
pemilik.
Pengelola adalah suatu badan hukum yang bertugas untuk mengelola rumah susun.
Perhimpunan pemilik dan penghuni sarusun yang selanjutnya disebut PPPSRS adalah
badan hukum yang beranggot akan para pemilik atau penghuni sarusun.
Sejarah Rumah Susun
Didalam Buku Rumah Untuk Seluruh Rakyat milik Bapak Siswono Yudho Husodo,
Mantan Menteri
Perumahan
dipaparkan
mengenai
cara
mengatasi keterbatasan
lahan di daerah perkotaan serta membuat kota menjadi lebih efisien, dalam satu alternatif
pembangunan perumahan dikotakota, terutama kotakota besar yang sudah padat
rumah
susun
sederhana,
secara
ekonomi
komersial
tidaklah
menguntungkan. Oleh karena itu pembangunan rumah susun tipe ini akan masih tetap
diprakarsai dan dibangun oleh pemerintah pusat maupun pemerintah daerah seperti yang
telah dibangun selama ini di Tanah Abang, Penjaringan dan Klender di Jakarta. Sukaramai
di Medan, Menanggal di Surabaya, Ilir Barat di Palembang dan Sarijadi di Bandung.
Membangun Tanpa Menggusur
Sebagai manusia yang hidup didunia yang berubah dengan cepat ini, di satu pihak kita
harus mencoba untuk menyesuaikan diri dengan perkembangannya, menyesuaikan diri
dengan perubahanperubahan yang terjadi, tetapi juga menyakini satu pendapat bahwa
manusia pun mempunyai kemampuan pula untuk merencanakan perkembangan dan
perubahanperubahan di masa depannya.
Manusia mempunyai kemampuan untuk mengarahkan perkembangan masa depan dan
dalam hal rumah susun, mengalihkanya menyesuai kan budaya tinggal dirumah dengan
pekarangan yang luas merupakan budaya masyarakat agraris kebudayaan yang lebih sesuai.
setelah tinggal di kota yang padat, perlu menyesuaikan fungsi rumah di samping sebagai
tempat membina keluarga, juga memperhitungkan rumah sebahai sarana fungsional tempat
tinggal bersama keluarga, yang perlu efisien.
Klasifikasi Rumah Susun
Menurut Peruntukan
Didalam menentukan peruntukkan rumah susun untuk berbagai golongan
masyarakat, ada tiga pedoman / pegangan untuk dapat mengklasifikasikan menurut
peruntukkannya, terutama untuk golongan masyarakat ekonomi menengah kebawah
(rumah susun sederhana dan rumah susun sangat sederhana), yaitu:
KlasifikasiRumahSusunSederhanaTipeA
Tipe /Luas Sarusun
Standar Ruang
T- 18
T- 27
T- 45
Kamar Tidur
Ruang Tamu
Dapur
Kamar Mandi
Balkon/Ruang Jemur
Sumber: Rumah seluruh rakyat,1991; Siswono
Rumah susun memiliki karakteristik yang berbeda dengan hunian horisontal. Rumah
susun mengandung dualisme sistem kepemilikan perseorangan dan bersama baik dalam
bentuk ruang maupun benda. Sistem kepemilikan bersama yang terdiri dari bagianbagian yang dikenal dengan istilah condominium.
bertingkat
tinggi
yang
direncanakan
harus
mempertimbangkan
dengan
memperhatikan
estetika
sehingga
tidak
menggunakan pasangan
2. menumbuhkan rasa memiliki dan merubah kebiasaan yang tidak sesuai dengan
gaya hidup di rumah susun;
3. mengurangi
kecenderungan
untuk
memanfaatkan
atau
menggunakan
fungsi-fungsi
yang
berkaitan
dengan
penyelenggaraan
memungkinkan siswa
mengembangkan pengetahuan
Peraturan Pemerintah
Kementrian Perumahan Rakyat (Kemenpera)
Arahan PembangunanRumah Susun
Di dalam sebuah seminar pada tanggal 18 Desember 2007, dalam topik bahasan
mengenai Percepatan Pembangunan Rumash Susun Sederhana (Apartemen Rakyat) di
Kawasan Perkotaan oleh Deputi Menpera Bidang Perumahan Formal. Adapun
pertimbangan kelayakan penyediaan rusuna adalah kebutuhan rumah diperkotaan cukup
tinggi, tingginya harga tanah di perkotaan sehingga diperlukan efisiensi dalam
penggunaan
tanah
dan
penataan
permukiman.
Pertimbangan
lainnya
adalah
Perumahan
bagi
masyarakat
Rakyat No. 7/Permen/M/2007. Pemerintah No. 31 Tahun 2007, UU no. 26 tahun 2007
tentang penataan ruang dan Peraturan Menteri Negara Perumahan Rakyat No.
7/Permen/M/2007.
Ketentuan Umum FLPP
Menurut Permen Kemenpera No.27 Tahun 2012 ketentuan Umum FLPP berkaitan
dengan pengertian Rumah Susun Umum, Satuan Rumah Sejahtera Susun, Kredit
Pemilikan Satuan Rumah Sejahtera Susun, Pembiayaan Pemilikan satuan rumah
sejahtera susun, FLPP adalah sebagai berikut
a. Rumah Susun Umum adalah rumah susun yang diselenggarakan untuk memenuhi
kebutuhan rumah bagi masyarakat berpenghasilan rendah.
b. Satuan Rumah Sejahtera Susun adalah Rumah Susun Umum yang dibangun oleh
orang perseorangan dan/atau Badan Hukum dengan spesifikasi sama dengan rumah
susun sederhana sebagaimana diatur dalam Peraturan Menteri Pekerjaan Umum
Nomor 05/PRT/M/2007 Tentang Pedoman Teknis Pembangunan Rumah Susun
Sederhana Bertingkat Tinggi.
c. Kredit Pemilikan Satuan Rumah Sejahtera Susun, yang selanjutnya disebut KPR
Sejahtera Susun, adalah kredit dengan dukungan FLPP yang diterbitkan oleh Bank
Pelaksana kepada MBR dalam rangka pemilikan Satuan Rumah Sejahtera Susun
yang dibelidari orang perseorangan dan/atau Badan Hukum
d. Pembiayaan Pemilikan Satuan Rumah Sejahtera Syariah Susun, yang selanjutnya
disebut KPR Sejahtera Syariah Susun, adalah pembiayaan berdasarkan prinsip
syariah dengan dukungan FLPP yang diterbitkan
oleh Bank
Pelaksana yang
beroperasi secara syariah kepada MBR dalam rangka pemilikan Satuan Rumah
Sejahtera Susun yang dibeli dari orang perseorangan dan/atau Badan Hukum.
e. Fasilitas Likuiditas Pembiayaan Perumahan, yang selanjutnya disebut FLPP, adalah
dukungan
fasilitas
likuiditas
pembiayaan
perumahan
kepada
MBR
yang
Lokasi rumah susun Bidara Cina terletak di tepian MT. Haryono atau lebih dikenal dengan
wilayah Cawang atas dengan jarak 100 meter dari tepian jalan besar dengan batas-batas :
Utara : Sodetan Sungai Ciliwung
Barat : Jalan Berlian
Selatan: Jalan MT. Haryono
Timur : Kampung Cawang Atas
Rumah susun Bidara Cina dibangun di atas lahan seluas 2,33Ha dengan luas bangunan
29,478 m2 yang terbagi dalam 7 blok berbentuk empat persegi panjang. bentuk dan luas areal
ini mejadi pertimbangan unutk mendirikan tiga buah bangunan bertingkat di paruh bagian
selatan. dua buah bangunan berikutnya terletak membujur dari arah barat ke timur sejajar
dengan jalan MT. Haryono dihubungkan dengan lereng landai badan jalan yang ditumbuhi
pepohonan paru-paru kota
Sesuai dengan kondisi fisik lingkungan dan batasan-batasan perencanaan yang ada, maka
diperoleh tujuh blok banguan terdiri dari 688 unit tipe 18. jarak antara massa bangunan di
buat tidak rapat atau tidak berdekatan unutk menghidari kepadatan dan kesan kumuh. disusun
menjadi du kelompok, masing-masing terdiri dari tiga massa bangunan, di antara kedua
kelompok ini terdapat masjid dan gedung pertemuan. agar terjadi hubungan horinzontal
makan massa bangunan dalam setiap blok dibuat jembatan penyebrangan pada tiap lantai
bangunan. Disediakan ruang terbuka penghijauan sebagai tempat bermain bagi anak-anak
penghuni rumah susun.
BLOK II
BLOK I
Setiap bangunan terdiri dari lima lantai. Lantai dasar yang digunakan untuk fasilitas umum
dan ruang usaha untuk kelangsungan usaha masyarakat sebelumnya. Sedangkan lantai dua
hingga lima dipakai untuk hunian. Berdasarkan efesiensi dan fleksibilitas ruang maka masingmasing hunian berukuran 3 x6 meter. setiap lantai memiliki 28 unit hunian untuk blok I A, B,
dan C dan 22 unit hunian per lantai untuk blok II A, B, C dan D. Ruang utama dan ruang
service (kamar mandi, dapur dan tempat tidur) dipisah.
Rumah susun Bidara Ciana dibangun pada tahun 1995 tepatnya pemancangan tiang
pertamanya dilakukan pada tanggal 28-02-1995. pembangunan rumah susun ini merupakan
satu diantara serangkaian kegiatan peremajaan Kota Jakarta dan penjabaran dari Rencana
Umum Tata Ruang DKI Jakarta 1985-2005 dan Rencana Strategis DKI Jakarta tahun 19921997. Selain itu pembangunan rumah susun Bidara Ciana juga dibangun dalam rangka
peringatan Hari Kesetiakawanan Nasional (HKSN) pada tahun 1993.
Diawali dengan kunjungan kerja dinas menteri sosial ke profinsi DKI Jakarta yang
melakukan kunjungan lapangan ke Kelurahan Bidara Cina, maka timbul gagasan dasar
berkaitan dengan membantu masyarakat yang terlanda musibah banjir dan mengangkat
derajat penduduk permukiman kumuh. Gagasan dasarnya adalah :
Revitalisasi Suangai Ciliwung, baik bentangnya, estetika, maupun kualitas kadar air dan
untuk water sport.
Peremajaan DAS Ciliwung merupakan kesempatan Gubenur DKI Jakarta dengan Menteri
Sosial Republik Indonesia pada saat itu yaitu Surjadi Soedirja dan Dra. Endang Kusuma Inten
Suweno, dalam penataan daerhah pemukiman kumuh yang selalu dilanda banjir setiap musim
hujan. Daerah Aliran Sungai (DAS) Ciliwung mengalami banjir rata-rata enam sungai dalam
setahun dengan ketinggian 2,5 meter yang berpengaruh pada pemukiman sekitar suangai.
DAS Ciliwung memiliki tingkat pencemaran yang telah mendekati ambang batas, karena
penduduk selalu membuang sampah ke sungai. padahal fungsi ini juga sebagai bahan baku air
besih PAM Jaya selain sebagai saluran pembuangan, pencegah banjir, penggelontor dan
keindahan.
Sebagaimana kesepakatan gubenur DKI Jakarta dan Menteri Sosial Republik Indonesia,
penataan DAS Ciliwung sungai peremajaan kota telah dilakukan proyek percontohan
sepanjang 800 meter untuk dilaksanakan pada Tahun Anggaran 1994-1995 melalui proyek
Pengembangan DAS Ciliwung dan Pengembangan Rumah Susun Murah. DAS Ciliwung
merupakan bagian depan perkotaan, sehingga diharapkan kawasan ini menjadi bagian depan
kota Jakarta yang akan menjadi suangai yang bersih dan jernih dan dapat menjadi salah satu
obyek wisata air untuk DKI Jakarta.
Pebangunan rumah susun Bidara Cina merupakan wujud nyata program perumahan dalam
upaya untuk menata lingkungan hidup yang kumuh, sesuai untuk menampung warga di DAS
Ciliwung yang terkena penanggulangan pemukiman kumuh. Rumah susun ini di bangun atas
dana dari APBD dan bantuan dari swasta. Sebanyak 4 blok atau 376 unit tipe 18 dibangun
atas bantuan dari swasta dan 3 blok atau 312 unit tipe 18 dibangun dari APBD. dengan
fasilitas berupa jalan lungkungan sepanjang 300 meter, saluran gorong-gorong sepanjang 250
meter, gardu listrik dari PLN, jalan dan halaman dengan paving block, parker dengan 62
mobil dan 90 motor, taman dan sarana olahraga, serta musholla seluas 6 x 10 meter.
Status kepemilikan rumah rusun Bidara Cina Jakarta Timur adalah untuk dimiliki dengan
sistem sewa-beli atau jual beli cicilan. Bagi warga yang memperoleh satuan atau unit rumah
susun akan mendapatkan bukti kepemilikan bangunan berupa sertifikat rumah susun yang
diterbitkan oleh BPN, sesuai dengan UU mengenai rumah susun, bukti kepemilikan satuan
rumah susun berupa sertifikat ini dapat dihipotikkan atau menjadi jaminan di Bank.
Biaya pembangunan 1 Unit rumah susun lebih dari 30 juta rupiah. dengan mengingat azas
keterjangkauan masyarakat, diberikan subsidi dari pemerintah lebih dari 50% nilai jula 1 unit
rumah susun.
yang telah dibangun pada tahun 1995 atas prakarsa Pemda DKI Jakarta dengan pengusaha
Indonesia. operasi dan pemeliharaan prasarana infrastruktur seperti sistem sanitasi masih
rendah. Hal ini mengakibatkan penurunan kualitas lingkungan dan pelayanan rumah susun
itu sendiri. Bahaya kerusakan lingkungan dan menurunnya kualitas air baku. Karena
kurangnya perhatian padamasalah sanitasi, menyebabkan upaya perbaikan sepuluh kali lipat
lebih mahal dari pada biaya pencegahannya.
Pemerintah DKI yang menjadi garda terdepan pengelolaan sistem sanitasi masih belum
dilengkapi dengan kebijakan dan pengaturan soal organisasi dan
lembaga yang bertugas me- ngelola prasarana sistem sanitasi. Perangkat pengaturan masih
jauh dari operasional sehingga pengelolaan, terutama pemeliharaan, prasarana sanitasi masih
terbatas. Lebih jauh lagi, data-data yang realable dan valid atas prasarana sistem sanitasi
yang sangat terbatas sehingga sulit untuk melakukan identifikasi kebutuhan peningkatan
pelayanan. Padahal menurut SK Gubernur No.122 tahun 2005 menyebutkan bahwa
pemerintah daerah DKI bertanggung jawab terhadap pengelolaan air limbah/sistem sanitasi.
Menurut UU.No.16/1985, Pengelola Rumah Susun disebut Perhimpunan Penghuni
Rumah Susun yang ditunjuk dari Dinas Pemerintah Kota Jakarta yang bertugas untuk
menyelenggarakan
pengelolaan
bersama, benda bersama, tanah bersama, dan pemeliharaan serta perbaikan, namun kebijakan
ini belum juga berjalan dengan baik.
Berdasarkan kepada permasalahan tersebut disimpulkan bahwa efektifvitas Pengelolaan
Sistem Sanitasi Rumah Susun Bidara Cina saat ini masih rendah. Hal itu menyebabkan
lingkungan permukiman di lingkungan rumah susun bidaracina terkesan kumuh dan sudah
tidak layak huni lagi. Hal ini terbukti setiap hujan datang masyarakat penghuni selalu
merasakan bau tidak sedap yang
Jumlah penghuni rumah susun lebih kurang 688 KK atau 2.752 jiwa sebagai sumber
penghasil sanitasi rumah tangga sebasar 219 m3/hari (asumsi 60-80 l/org/hari JICA 2007).
Rusun mempunyai proses pengolahan septik tank, Blower sebagai pengurai tinja dua unit
masing-masing mempunyai kapasitas 216 m3. Sanitasi rumah susun yang dimaksud adalah
yang menyangkut pembuangan air kotor seperti grey water, black water
yang bersumber
sistem plumbing perpipaan yaitu sistem perpipaan dengan pembuangan terpisah, di mana air
kotor dan air bekas untuk sete- rusnya digabungkan dan diteruskan ke bak kontrol dan di
oleh di septic tank dengan memakai pengurai tinja (Blower). Hasil olahan diteruskan ke
badan sungai Ciliwung dengan BOD (Biochemical Oxigen Demand) sesuai (petunjuk Teknis
Ditjen Cipta Karya 2004) yaitu BOD > 300 mg/l dikategorikan kuat; BOD 100-300 adalah
sedang, dan BOD <100 mg/l adalah rendah.
Sistem sanitasi di rumah susun Bidara Cina sudah sesuai dengan tata cara petunjuk teknis septik tank namun proses di pengolahan yang
belum sesuai.
ruang pengolahan terjadi penumpukan sampah seperti bungkus plastik diterjen dan proses
pengolahan (blower) sudah tidak berfungsi. Setiap bak kontrol juga sudah tidak standar,
sehingga pembuangan tinja langsung ke badan sungai tanpa melalui proses pengolahan dan
mengakibatkan pen- cemaran lingkungan yang sangat tinggi.
Bila hal ini tidak diperhatikan dan tidak dilakukan perbaikan pengolahan Sistem Sani- tasi
dengan baik, seiring dengan berjalannya waktu maka akan terjadi degradasi kualitas sumber
air
tanah dan
kualitas
lingkungan sekitarnya,
penghuni maupun
pengelolaannya, institusi pemerintah mau- pun swasta yang seharusnya mampu mengelola
sistem sanitasi belum dapat berperan secara efektif sehingga lingkungan sehat dan bersih
yang diharapkan masyarakat peng- huni rumah susun jauh dari harapan.
Keberhasilan pengelolaan sistem sanitasi rumah susun sewa dipengaruhi beberapa aspek
seperti, aspek teknis, aspek institusi, aspek biaya dan aspek karakteristik sosial dan ekonomi
penghuni rumah susun itu sendiri. Beberapa
aspek
yang
menjadi
masukan untuk
pengelolaan sistem sanitasi rumah susun adalah; pertama Pengelolaan, yaitu melakukan
penjadualan pengoperasian dan pemeliharaan rutin, berkala, penanganan mendesak untuk
sistem sanitasi rumah susun, dengan cara memperbaiki atau mengganti yang
bagian yang
jelek atau
sudah rusak seluruh bangunan pengelolaan sistem sani- tasi sesuai dengan
petunjuk teknis.
Kedua, aspek teknis, Pengelolaan sistem sanitasi rumah susun Bidara Cina sesuai dengan
Standar Pelayanan Minimum (SPM), serta prosedur dan operasional sistem sa- nitasi dan
sesuai
Pengelolaan sistem sanitasi dengan pedoman dari dinas Perumahan DKI organisasi pengelola
sistem sanitasi sesuai pasal 65.PP.4/88); keempat, Aspek Biaya, ada- nya bantuan Subsidi dari
Pemerintah DKI terhadap pengelolaan sistem sanitasi sesuai (SK. Gubernur No.122 Tahun
2005); kelima, Peran serta masyarakat penghuni rumah susun, sebagai pemakai fungsi-fungsi
sistem sanitasi, ikut serta membantu menjaga/memelihara bagian-bagian sistem sanitasi agar
fungsinya berjalan sesuai Standar Operasional Prosedure (SOP).
Dalam rangka meningkatkan efektivitas pengelolaan Sistem Sanitasi Rumah Susun Bidara
Cina diperlukan unsur
kelembagaan
harus
jelas
hal
langsung terhadap bidang sanitasi di daerah. Persoalan kelembagaan ini sangat mendesak,
permasalahan sistem sanitasi di rumah susun akan segera ditangani oleh Dinas Perumahan
Permukiman, Dinas Kebersihan DKI dan lem- baga terkait lainnya.
Kepada pemerintah daerah khususnya Pemda DKI bisa memberikan bantuan dana
kepada Pengelola Sistem Sanitasi di- rumah susun sewa Bidara Cina. Hal itu mengingat
bahwa SK.Gub.
No.122
bertanggung jawab terhadap pengelolaan air limbah/sanitasi. Kepada pe- merintah, agar
melakukan pembinaan dan penyuluhan secara rutin tiap bulan kepada pihak pengelola rumah
susun Bidara Cina.
Harapan ini menjadi masukan bagi pemerintah untuk membangun rumah susun sewa,
agar lebih memperhatikan aspek-aspek seperti institusi, teknis, biaya, penghuni rumah susun
itu sendiri,
berkelanjutan
yang