Oleh
Yumita Azatin Amalia
S971402005
Kode MK: PK-026
Pembimbing :
B. Rina.A. Sidharta dr. SpPK-K
LEMBAR PENGESAHAN
POLA KUMAN PADA URIN PASIEN YANG MENGGUNAKAN KATETER
DI INSTALASI RAWAT INAP INTENSIF DAN NON INTENSIF DI RSUD
DR. MOEWARDI SURAKARTA
Oleh
Yumita Azatin A
S971402005
Kode MK: PK-026
Dipresentasikan pada tanggal
2016
ii
DAFTAR ISI
Halaman Judul ................................................................................................
Lembar Pengesahan ........................................................................................
Daftar Isi .........................................................................................................
Daftar Tabel ....................................................................................................
Daftar Gambar ................................................................................................
Singkatan ........................................................................................................
Intisari.............................................................................................................
Bab I. Pendahuluan .........................................................................................
A. Latar belakang ...................................................................................
B. Perumusan masalah ...........................................................................
C. Tujuan penelitian ...............................................................................
D. Manfaat penelitian .............................................................................
Bab II. Tinjauan Pustaka ................................................................................
A. Pneumonia .........................................................................................
B. Ventilator associated pneumonia .......................................................
C. Pola kuman dan resistensi antibiotik .................................................
D. Extended spectrum -lactamase.........................................................
E. Kerangka teori ...................................................................................
Bab III. Metode dan Cara Penelitian ..............................................................
A. Rancangan penelitian .........................................................................
B. Tempat dan waktu penelitian .............................................................
C. Populasi penelitian dan teknik sampling ...........................................
D. Cara pengambilan sampel dan inokulasi kuman ...............................
E. Identifikasi dan tes kepekaan antibiotik ...........................................
F. Interpretasi hasil ................................................................................
G. Skema alur penelitian ........................................................................
Bab IV. Hasil dan Pembahasan ......................................................................
A. Hasil ...................................................................................................
B. Pembahasan .......................................................................................
Bab V. Simpulan dan Saran ............................................................................
A. Simpulan ............................................................................................
B. Saran ..................................................................................................
Daftar Pustaka .................................................................................................
Halaman
i
ii
iii
iv
v
vi
viii
1
1
1
2
2
3
3
6
10
12
14
15
15
15
15
15
16
17
18
19
19
27
30
30
30
31
Daftar Tabel
Tabel 1.
Tabel 2.
Tabel 3.
Tabel 4.
Tabel 5.
Tabel 6.
Tabel 7.
Tabel 8.
Tabel 9.
Halaman
Kriteria VAP berdasarkan CDC .................................................
6
Rekomendasi inisial terapi antibiotik empirik pasien VAP
onset
dini atau tanpa risiko MDR
12
patogen.................................................
Rekomendasi
inisial terapi empirik pasien VAP onset lambat
atau
dengan faktor risiko MDR
12
patogen..................................................
Guidelines
terapi antibiotik pilihan di RSDM
13
Surakarta..................
Karakteristik dasar subjek penelitian sesuai dengan kriteria
inklusi
dan
20
eksklusi.......................................................................................
Organisme
terbanyak dengan ESBL
23
(+)...........................................
Terapi
antibiotik empirik pasien VAP di IPI
24
RSDM........................
Pemberian
antibiotik berdasarkan hasil kultur sputum pasien
24
VAP.10 kuman terbanyak pasien VAP di IPI RSDM
Pola
berdasarkan
kultur
27
sputum....................................................................................
Daftar Gambar
Gambar 1.
Gambar 2.
Gambar 3.
Gambar 4.
Gambar 5.
Gambar 6.
Gambar 7.
Gambar 8.
Gambar 9.
Gambar 10.
Gambar 11.
Halaman
7
9
11
15
19
21
21
22
23
24
25
Singkatan
AMK
AMP
ATS
BAL
BAP
CAZ
CDC
CIP
CLI
CRO
CSL
CTX
ERY
ESBL
ETA
ETP
FEP
GEN
IDSA
IPI
IPM
LNZ
LOS
LPK
LVX
MC
MDR
MEM
MFX
mL
MRSA
NaCl
OXA
PSB
QEA
QDA
RS
RSDM
SXT
TCY
TZP
ul
VAN
VAP
Amikacin
Ampicillin
American Thoracic Society
Bronchoalveolar lavage
Blood agar plate
Ceftazidime
Centers for Disease Control
Ciprofloxacin
Clindamycin
Ceftriaxone
Cefoperazone sulbactam
Cefotaxime
Erythromycin
Extended spectrum -lactamase
Endotracheal aspirate
Ertapenem
Cefepim
Gentamicin
Infectious Disease Society of America
Instalasi perawatan intensif
Imipenem
Linezolid
Length of stay
Lapang pandang kecil
Levofloxacine
Mac Conkey
Multi drug resistance
Meropenem
Moxifloxacin
mili liter
Methicillin-resistant Staphylococcus aureus
Natrium chlorida NIT
Nitrofurantoin
Oxacillin
Protected specimun brush
Quantitative endotracheal aspirate
Quinupristin/Dalfopristin
Rumah sakit
Rumah sakit umum daerah Dr. Moewardi
Trimethoprin/Sulfamethoxazole
Tetracyclin TGC
Tigecyclin TOB
Piperacillin/Tazobactam
mikro liter
Vancomycin
Ventilator associated pneumoni
Tobramicin
WBC
WHO
I.
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Infeksi masih merupakan masalah besar di seluruh dunia. Infeksi dapat
ditemukan di semua tempat tanpa terkecuali, termasuk di rumah sakit (RS).
Infeksi yang didapat dari RS disebut dengan healthcare associated infection
(HAI). Healthcare associated infection yang terjadi masih merupakan masalah
dalam pelayanan kesehatan, berkaitan dengan angka morbiditas dan mortalitas,
lama rawat dan biaya perawatan yang meningkat (Inweregbu et al., 2005).
Sekitar 40-60% HAI merupakan infeksi saluran kemih (ISK). Hampir 80%
ISK yang didapat di RS dihubungkan dengan penggunaan kateter (Adukauskiene
et al., 2006). Risiko terjadinya ISK semakin meningkat sesuai dengan lamanya
pemasangan kateter (Bongard, 2002).
Terdapat perbedaan pola kuman ISK yang terjadi akibat penggunaan kateter
dari satu RS dengan RS lainnya dan berbeda pula pada satu tempat RS yang sama.
Perbedaan tersebut akan berbeda pula pemberian pengobatannya (Hsueh et al.,
2002).
B. Perumusan Masalah.
Adakah perbedaan pola kuman urin penderita yang menggunakan kateter
yang dirawat di ruang intensif dan bangsal non intensif.
C. Tujuan penelitian.
Mengetahui pola kuman urin pasien yang menggunakan kateter di ruang
perawatan intensif dan bangsal non intensif RSDM Surakarta dalam kurun
waktu bulan Juli 2015 sampai dengan Juni 2016.
D. Manfaat Penelitian.
Dengan mengetahui adanya pola kuman urin penderita yang menggunakan
kateter yang dirawat diruang perawatan intensif dan bangsal non intensif dapat
menjadi pedoman pelaksaan yang efektif dan dilakukan penyediaan antibiotika
yang sesuai dengan pola kuman tersebut yang akhirnya dapat menurunkan angka
morbiditas, mortalitas, lama rawat dan biaya perawatan.
II.
TINJAUAN PUSTAKA
sesuai indikasi akan meningkatkan risiko berbagai komplikasi; yang paling sering
adalah ISK. Komplikasi lainnya adalah striktur uretra, hematuria dan perforasi
kandung kemih. Prevalensi ISK tinggi pada pasien yang memakai kateter yaitu
80%, dan 10% - 30% pasien tersebut akan mengalami bakteriuria (Dunn et al.,
2000). Pasien yang memakai kateter mempunyai risiko 3 kali lebih besar dirawat
di RS lebih lama dan juga pemakaian antibiotik lebih lama, bahkan dilaporkan
organisme penyebab ISK akibat kateterisasi adalah organisme yang telah resisten
terhadap banyak antibiotik. Tetapi sebagian besar kasus bakteriuria tidak
menampakkan gejala klinis (asimtomatis) (Jacobsen et al., 2008). Gejala klinis
yang mungkin timbul bervariasi, mulai dari ringan (panas, uretritis, sistitis)
sampai berat (pielonefritis akut, batu saluran kemih dan bakteremia). Jika tidak
segera ditangani maka akan menimbulkan urosepsis bahkan kematian yang
mencapai 9.000 kasus per tahun (Gould et al., 2009). Diperkirakan 17% - 69%
ISK akibat kateterisasi dapat dicegah dengan pengendalian infeksi yang baik
(Gould et al., 2009).
Infeksi saluran kemih terjadi karena adanya gangguan keseimbangan antara
mikroorganisme penyebab infeksi sebagai agent dengan epitel saluran kemih
sebagai host. Gangguan keseimbangan ini disebabkan karena pertahanan tubuh
dari host yang menurun atau karena virulensi agent meningkat (Furqan, 2003).
Patogenesis
Dalam keadaan normal, saluran kemih mempunyai dua mekanisme pertahanan
terhadap infeksi. Pertama dengan cara mekanik pembersihan organisme: pada
keadaan normal, tekanan aliran urin akan mengeluarkan bakteri sebelum sempat
menyerang mukosa. Mekanisme kedua adalah aktivitas antibakteri intrisik di
saluran kemih (Trautner&Darouiche, 2004). Meskipun demikian, beberapa
organisme tertentu dapat berkolonisasi dan bertahan hidup di saluran kemih;
organisme itu disebut uropatogen. Sama seperti patogen lainnya, uropatogen
mempunyai beberapa cara untuk menginfeksi saluran kemih yaitu kolonisasi pada
kateter dan atau pada sel sel uroepitel, replikasi dan pengrusakan sel saluran
kemih (Jacobsen et al., 2008). Uropatogen penyebab ISK akibat kateterisasi
(CAUTI catheter associated urinary tract infection) dapat berasal dari pasien
sendiri (endogen) yaitu dari meatus, rektum, atau kolonisasi vagina (Jacobsen et
al., 2008). Uropatogen dapat juga berasal dari luar tubuh pasien (eksogen) yaitu
dari kontaminasi tangan petugas medis atau kontaminasi perlengkapan kateter.
Uropatogen yang berasal dari petugas medis atau dari kontak dengan pasien lain
kemungkinan besar resisten terhadap antibiotik sehingga menyulitkan penanganan
(Jacobsen et al., 2008). Uropatogen masuk ke kandung kemih saat kateterisasi
dapat melalui lumen kateter (intraluminal) atau melalui permukaan luar kateter
(ekstraluminal). Sebagian besar bakteri masuk melalui ekstraluminal (66%), dapat
terjadi inokulasi langsung saat kateter dimasukkan atau dapat terjadi kemudian
jika bakteri dari meatus uretra naik (ascend) sepanjang permukaan luar kateter di
mukosa periuretra. Mekanisme intraluminal terjadi karena refluks bakteri dari
urobag atau dari area pertemuan kateter dengan urobag yang telah terkontaminasi.
Kontaminasi dapat terjadi karena kurangnya higienitas tangan petugas medis saat
mengganti urobag. Bakteri dapat berkolonisasi di kandung kemih dalam 3 hari
sejak masuknya bakteri melalui jalur ekstraluminal maupun intraluminal (Greene
et al., 2008). Masuknya bakteri melalui kateter sangat berhubungan dengan
pembentukan biofilm pada kateter (Trautner&Darouiche, 2004). Biofilm adalah
struktur kompleks terdiri dari bakteri, produk ekstraseluler bakteri, sel host dan
komponen
urin
seperti
protein,
elektrolit
dan
molekul
organik
lain
pertahanan
mekanikal
dan
antibakteri
saluran
kemih
sehingga
coagulase-negative
Staphylococci,
Acinetobacter
dapat
juga
Resiko Relatif
5,1 6,8
2,5 3,7
2,0 5,3
2,0 4,0
2,3 2,4
2,2 2,3
2,4
2,1 2,6
2,5
2,0
1,9
0,1 0,4
Kerangka teori.
Pasien Ruang Non
Perawatan Intensif
dengan kateter
Pasien Ruang
Perawatan Intensif
dengan kateter
Mikroorganisme
endogen dan eksogen
Planktonik
ISK simtomatis
Terapi
Kultur urin
III.
A. Rancangan Penelitian.
Rancangan penelitian ini dilakukan secara retrospektif dan dianalisis secara
deskriptif.
B. Tempat Dan Waktu Penelitian.
Penelitian dilaksanakan di laboratorium patologi klinik dan laboratorium
mikrobiologi RSDM periode Juli 2015 sampai Juni 2016.
C. Populasi Penelitian dan Teknik Sampling.
1. Sampel.
a. Penderita yang dirawat di ruang intensif dengan menggunakan
kateter.
b. Penderita yang dirawat dibangsal non intensif dengan
menggunakan kateter.
2. Kriteria inklusi.
a. Penderita laki-laki dan wanita usia 17 tahun.
b. Penderita yang dirawat di ruang perawatan intensif dan bangsal
non intesif RSDM selama periode Juli 2015 sampai Juni 2016.
3. Kriteria eksklusi.
a. Penderita yang dirawat di ruang perawatan intensif dan bangsal
non intesif RSDM selama periode Juli 2015 sampai Juni 2016
yang tidak memakai kateter.
b. Sudah ada diagnosa ISK dari klinisi sebelum pemasangan
kateter.
Data-data diperoleh dari rekam medik. Pengambilan sampel dilakukan
melalui data sekunder dan memenuhi semua kriteria inklusi dan eksklusi. Semua
sampel urin dilakukan pemeriksaan kultur menggunakan cara manual dan
identifikasi kuman serta uji kepekaan antibiotik menggunakan alat Vitek.
D. Cara Pengambilan Sampel dan Inokulasi Kuman.
Pasien rawat inap ruang intensif dan bangsal non intensif yang
menggunakan kateter dilakukan pengambilan spesimen urin. Spesimen urin
dikirim langsung ke Laboratorium mikrobiologi RSDM dan dibuat kultur pada
hari itu juga saat spesimen masih segar dengan menggunakan media agar darah
dan MacConkey. Dilakukan inkubasi media agar darah dan MacConkey pada suhu
37 selama 24 jam selanjutnya dilakukan pewarnaan gram, identifikasi dan tes
kepekaan antibiotik.
E. Identifikasi dan Tes kepekaan Antibiotik.
Identifikasi dan tes kepekaan antibiotik dikerjakan dengan alat vitek.
Persiapan sampel yang perlu dilakukan sebagai berikut :
1.
2.
3.
4.
5.
6.
Untuk tes sensitivitas antibiotik ambil 145 l untuk bakteri gram negatif
atau 280 l untuk bakteri gram positif dari tabung inokulum pertama
ke tabung kedua dengan menggunakan mikropipet dan tip yang steril.
7.
8.
Letakkan kartu vitek 2, sesuai dengan urutan untuk identifikasi dan untuk
sensitivitas antibiotik.
Kartu vitek untuk identifikasi dengan selang warna biru dan kartu vitek untuk tes
sensitivitas dengan selang warna abu-abu:
1.
2.
3.
4.
Bila sudah selesai, maka alarm akan berbunyi, tanda inkubator berkedip
dan cassette segera dipindahkan ke inkubator.
F.
5.
6.
Interpretasi Hasil.
Dari alat vitek akan terlihat nama kuman penyebab dari sampel kultur urin
yang positif dan juga akan terlihat sensitivitas antibiotik tertulis beberapa
antibiotic yang sensitive kode S dan antibiotic yang resisten kode R.
G. Skema Alur Penelitian.
Pasien Ruang
Perawatan Intensif
dengan kateter
Pasien Ruang
Perawatan Non Intensif
dengan kateter
Kriteria Inklusi
Kriteria Eksklusi
Subyek Penelitian
Data Sekunder
Sensitivitas
Terapi
Analisa deskriptif
Kultur
IV.
Daftar pustaka
Curtis LA, Dolan TS, Cespedes RD. Acute urinary retention and urinary
incontinence. Emergency Medicine Clinics of North America. 2001;19(3):591-619.
Dunn S, Pretty L, Reid H, Evans D. Management of short term indwelling urethral
catheters to prevent urinary tract infections. Adelaide: The Joanna Briggs
Institute;2000;6;1-4.
Jacobsen SM, Stickler DJ, Mobley HL, Shirtliff ME. Complicated catheter-associated
urinary tract infections due to Escherichia coli and Proteus mirabilis. American
Society for Microbiology. 2008;21;26-59.
Gould CV, Umscheid CA, Agarwal RK, Kuntz G, Pegues DA. Guideline for
prevention of catheter-associated urinary tract infections 2009. Healthcare Infection
Control Practices Advisory Committee. 2009;22-4.
Trautner BW, Darouiche RO. Catheter-associated infections. Am. J. Infectious
Control. 2004;164;842-9.
Greene L, Marx J, Oriola S. Guide to the elimination of catheter associated urinary
tract infections (CAUTIs). Association for Professionals in Infection Control and
Epidemiology. 2008;11-9.
Hooton TM. Nosocomial Urinary tract infections. Principles and Practice of
Infectious
Ratanabunjerdkul H, Wichansawakun S, Rutjanawech S, Apisarnthanarak A.
Catheter-associated urinary tract infection: Pathogenesis, diagnosis, risk factors, and
prevention. J Infect Dis Antimicrobe Agents. 2006;23(3);149-59.
Disease. 7th ed. Philadephia, PA: Elsevier Churchill Livingstone: 2009; ch. 30.4.
Inweregbu, K., Dave, J., and Pittard, A. 2005. Nosocomial Infections. Continuing
Education in Anaesthesia, Critical Care & Pain, 5 (1): 14-17. Available from:
http://ceaccp.oxfordjournals.org/content/5/1/14.full.pdf+html [Accessed 1 September
2016].
Maki DG, Tambyah PA. Engineering Out the Risk for Infection with Urinary
Catheters. Emerging Infectious Disease. 2001 March-April; 7(2).