BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Derajat Kesehatan Masyarakat tergantung pada kondisi lingkungan. Oleh sebab itu,
apabila ada perubahan-perubahan terjadi pada lingkungan disekitar manusia, akan terjadi pula
perubahan-perubahan pada kondisi kesehatan masyarakat dalam lingkungan masyarakat
tersebut.
Rumah Sakit sebagai salah satu sarana pelayanan kesehatan bagi masyarakat,
menghasilkan limbah/bahan buangan dari kegiatan pelayanan kesehatan yang dilakukannya.
Limbah yang dihasilkan oleh rumah sakit memiliki kekhususan tersendiri yaitu limbah padat
medis karena memerlukan penanganan khusus.
Limbah padat medis yang dihasilkan dari seluruh kegiatan pelayanan medis dapat berupa
limbah padat medis, cair dan gas, yang dalam penanganannya memerlukan suatu tatalaksana
dan teknologi pengelolaan yang khusus. Hal ini dikarenakan limbah padat medis rumah sakit
mengandung bahan-bahan yang bersifat infeksius dan radioaktif, yang dapat mencemari
lingkungan sekitarnya dan berbahaya bagi kesehatan manusia (tergolong limbah B3).
Sumber limbah rumah sakit antara lain berasal dari pelayanan medis (Rawat Inap, Rawat
Jalan/Poliklinik, Rawat Intensif, Rawat Darurat, dan Kamar Jenazah \), penunjang medis, dan
dari perkantoran serta fasilitas sosial dan lain-lain.
Mengacu pada keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 86 tahun 2002
Tentang Pedoman Pelaksanaan Upaya Pengelolaan Lingkungan Hidup dan Upaya
Pemantauan Lingkungan Hidup dan Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia
Nomor 1204 tahun 2004 tentang Persyaratan Kesehatan Lingkungan Rumah Sakit, dan atas
dasar pemikiran dan latar belakang diatas, maka dipandang perlu penyusunan suatu pedoman
dalam penatalaksanaan pengelolaan limbah padat dan cair di Rumah Sakit Jiwa Daerah
Provinsi Kepulauan Bangka Belitung.
B.
Tujuan
Tujuan Umum
Sebagai pedoman dalam penatalaksanaan pengelolaan limbah padat dan cair di Rumah
Tujuan Khusus
1.
Menjadi pedoman dalam pengelolaan limbah padat dan cair di Rumah Sakit Jiwa
Daerah Provinsi Kepulauan Bangka Belitung
2.
3.
4.
C.
Manfaat
Pedoman penatalaksanaan limbah padat dan cair ini dibuat sebagai tuntunan petugas
Rumah Sakit Jiwa Daerah Provinsi Kepulauan Bangka Belitung dalam mengelola limbah
padat medis dan cair, dan digunakan sebagai acuan untuk pelaksanaan tugas berkaitan dengan
lingkup kerja dalam rangka upaya peningkatan mutu pelayanan yang aman bagi manusia dan
lingkungan.
D.
Ruang Lingkup
Lingkup pedoman pengelolaan limbah padat dan cair Rumah Sakit Jiwa Daerah Provinsi
Pengertian
a.
Limbah rumah sakit adalah semua limbah yang dihasilkan dari kegiatan rumah
sakit dalam bentuk padat, cair dan gas.
b.
Limbah padat rumah sakit adalah semua limbah rumah sakit yang berebntuk
padat sebagai akibat kegiatan rumah sakit yang terdiri dari limbah padat medis dan
non medis.
c.
Limbah padat medis adalah limbah padat yang terdiri dari limbah infeksius,
limbah patologi, limbah benda tajam, limbah farmasi, limbah sitotoksis, limbah
3
Limbah padat non medis adalah limbah padat yang dihasilkan dari kegiatan
rumah sakit di luar medis yang berasal dari dapur, perkantoran, taman dan halaman
yang dapat dimanfaatkan kembali apabila ada teknologinya.
e.
Limbah cair adalah semua air buangan termasuk tinja yang berasal dari
kegiatan rumah sakit yang kemungkinan mengandung mikroorganisme, bahan kimia
beracun dan radioaktif serta darah, yang berbahaya bagi kesehatan.
f.
g.
MSDS (Material Safety Data Sheet) atau LDKB (Lembar Data Keselamatan
Bahan) merupakan kumpulan data keselamatan dan petunjuk dalam penggunaan
bahan-bahan kimi berbahaya. Pembuatan LDKB dimaksudkan sebagai informasi
acuan bagi para pekerja dan supervisor yang menangani langsung dan mengelola
bahan kimia berbahaya.
F.
Dasar Hukum
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
Peraturan Pemerintah No. 82 Tahun 2001 Tentang Pengelolaan Kualitas Air dan
Pengendalian Pencemaran Air ( Lembaran Negara Tahun 2001 Nomor 153, Tambahan
Lembaran Negara Nomor 4161)
8.
Keputusan
Menteri
Kesehatan
Republik
Indonesia
Nomor
9.
Keputusan
Menteri
Kesehatan
Republik
Indonesia
Nomor
Keputusan
Menteri
Kesehatan
Republik
Indonesia
Nomor
12.
13.
14.
Pedoman
Penyusunan
Laporan
Pelaksanaan
Rencana
Pengelolaan
BAB II
ORGANISASI PENGELOLA LIMBAH RUMAH SAKIT
Pelayanan sanitasi rumah sakit diselenggarakan dalam kaitan untuk menciptakan kondisi
lingkungan rumah sakit yang bersih, nyaman, dan mengutamakan faktor keselamatan pasien
sebagai pendukung usaha penyembuhan penderita, mencegah pemaparan terhadap bahayabahaya lingkungan rumah sakit termasuk mencegah terjadinya infeksi nosokomial dan
menghindarkan pencemaran ke lingkungan luar rumah sakit.
Di samping itu, dalam rangka pengembangan rujukan upaya kesehatan khususnya rujukan
medik, pemanfaatan berbagai disiplin ilmu merupakan suatu keharusan. Pemecahan masalah
medik untuk penyembuhan dan pemulihan penderita tidak cukup hanya dengan pengobatan
peralatan yang cermat saja, tetapi juga memerlukan ilmu-ilmu lainnya. Sehubungan dengan
hal tersebut maka sanitasi rumah sakit sebagai disiplin ilmu yang berinduk kepada ilmu
teknik penyehatan diantara berbagai disiplin ilmu merupakan bagian integral dari upaya
pelayanan rumah sakit.
Ruang lingkup sanitasi rumah sakit meliputi :
1. Aspek kerumah tanggaan (house keeping) :
a. Kebersihan gedung secara keseluruhan.
b. Kebersihan dinding dan lantai.
c. Pemeriksaan karpet dan lantai.
d. Kebersihan kamar mandi dan fasilitas toilet.
e. Penghawaan dan pembersihan udara.
f. Gudang dan ruangan.
g. Pelayanan makanan dan minuman.
2. Aspek khusus sanitasi rumah sakit :
a. Penanganan sampah kering yang mudah terbakar.
b. Pembuangan sampah basah.
c. Pembuangan sampah kering tidak mudah terbakar.
d. Tipe insinerator rumah sakit.
e. Kesehatan kerja dan proses operasional.
f. Pencahayaan dan instalasi listrik.
g. Radiasi.
h. Sanitasi linen dan prosedur pencucian.
i. Teknik-teknik aseptic
6
BAB III
KATEGORI LIMBAH KLINIS
Dalam kaitan dengan pengelolaan limbah klinis, golongan limbah klinis dapat dikategorikan
menjadi lima jenis berikut :
A.
B.
C.
Golongan C, terdiri dari: limbah dari ruang laboratorium dan postpartum kecuali yang termsuk dalam golongan A.
Pelaksanaan pengelolaan :
Pembuangan sampah medis yang berasal dari Laboratorium patologi klinik, haemotologi,
dan transfusi darah, dibuat dalam kode pencegahan infeksi dalam laboratorium medis dan
ruang post-mortum dan publikasi lain.
D.
E.
BAB IV
LIMBAH PADAT MEDIS DAN NON MEDIS
.
limbah gas.
B.
Karakteristik limbah
Limbah rumah sakit bisa mengandung bermacam-macam mikroorganisme,
tergantung pada fasilitas yang dimiliki dan tingkat pengolahan yang dilakukan sebelum
dibuang.
Limbah padat non medis dibuang ke lokasi pembuangan akhir yang dikelola oleh
Pemerintah Daerah atau badan lain sesuai peraturan-perundangan yang berlaku. Limbah
padat medis sebagai tempat penampungan sementara harus diolah dengan Instalasi
Pengolah Limbah Padat (IPLP) selambat-lambatnya 24 jam.
10
Limbah cair menurut sumber/kegiatan yang menghasilkan limbah cair dapat dibagi
menjadi 3 kelompok, yaitu :
pelayanan medis
BOD
COD
TSS
NH3 bebas
suhu
pH
PO4
sesuai dengan persyaratan Baku Mutu Limbah Cair bagi Kegiatan Rumah Sakit,
Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor Kep.58/MENLH/12/1995.
.
2)
Harus
dilakukan
pengelolaan
dan
pengawasan
4)
11
2)
Limbah
yang
akan
dimanfaatkan
kembali
harus
4)
Suhu
Waktu Kontak
160 0C
120 menit
170 0C
60 menit
121 0C
30 menit
50 -60 0C
3-8 jam
Glutaraldehyde (cair)
5)
30 menit
6)
Pewadahan
limbah
padat
medis
harus
memenuhi
Kategori
Warna
kontainer /
kantong
Lamban
Keterangan
Radioaktif
Merah
Sangat infeksius
Kuning
Limbah infeksius
dan
patologi Kuning
dengan
anatomi
Sitotoksis
4
Ungu
7)
8)
c.
2)
d.
Pengelola
harus
mengumpulkan
dan
Pengangkutan
ke
luar
rumah
sakit
2)
2.
13
1) Pewadahan limbah padat non medis harus dipisahkan dari limbah medis padat
dan ditampung dalam kantong plastik warna hitam.
2) Tempat pewadahan
-
Bila kepadatan lalat di sekitar tempat limbah melebihi 2 (dua) ekor perblock grill, perlu dilakukan pengendalian.
Tatalaksana limbah
1. Limbah padat medis
1)
2)
3)
4)
5)
6)
7)
14
8)
9)
Cek
tanggal
kadaluarsa
bahan-bahan
pada
saat
penerimaan.
b.
2)
Terbuat dari bahan yang kuat, cukup ringan, tahan karat, kedap
air, dan mempunyai permukaan yang halus pada bagian dalamnya,
misalnya fiberglass.
b.
c.
d.
e.
3)
c.
d.
Transportasi
15
1)
2)
3)
Topi/helm;
b)
Masker;
c)
Pelindung mata;
d)
e)
f)
g)
e.
2.
16
2) Dilakukan pemilahan limbah padat non medis antara limbah basah dan limbah
kering
b. Tempat pewadahan limbah padat non medis
1) Terbuat dari bahan yang kuat, cukup ringan, tahan karat, kedap air dan
mempunyai permukaan yang mudah dibersihkan pada bagian dalamnya,
misalnya fiberglass.
2) Mempunyai tutup yang mudah dibuka dan ditutup tanpa mengotori tangan.
3) Terdapat minimal 1 (satu) buah untuk setiap kamar atau sesuai dengan
kebutuhan.
4) Limbah tidak boleh dibiarkan dalam wadahnya melebihi 3x24 jam atau
apabila 2/3 bagian kantong sudah terisi oleh limbah, maka harus diangkut
supaya tidak menjadi perindukan vektor penyakit atau binatang pengganggu.
c. Pengangkutan
Pengangkutan limbah padat domestik dari setiap ruangan ke tempat penampungan
sementara menggunakan troli tutup.
d. Tempat penampungan limbah padat non medis sementara
1) Tersedia tempat penampungan limbah padat non medis sementara dipisahkan
antara limbah yang dapat dimanfaatkan dengan limbah yang tidak dapat
dimanfaatkan kembali. Tempat tersebut tidak merupakan sumber bau dan lalat
bagi lingkungan sekitarnya dilengkapi saluran untuk cairan lindi.
2) Tempat penampungan sementara limbah padat harus kedap air, bertutup dan
selalu dalam keadaan tertutup bila sedang tidak diisi serta mudah dibersihkan.
3) Terletak pada lokasi yang mudah dijangkau kendaraan pengangkut limbah
padat.
4) Dikosongkan dan dibersihkan sekurang-kurangnya 1x24 jam.
e. Pengolahan limbah padat
Upaya untuk mengurangi volume, mengubah bentuk atau memusnahkan limbah
padat dilakukan pada sumbernya. Limbah yang masih dapat dimanfaatkan
hendaknya dimanfaatkan kembali untuk limbah padat organik dapat diolah
menjadi pupuk.
f. Lokasi pembuangan limbah padat akhir
Limbah padat umum (domestik) dibuang ke lokasi pembuangan akhir yang
dikelola oleh pemerintah daerah (Pemda) atau badan lain sesuai dengan peraturan
perundangan yang berlaku.
17
18
BAB V
PENATALAKSANAAN PENGOLAHAN LIMBAH
Limbah Padat
Limbah padat rumah sakit adalah semua limbah rumah sakit yang berbentuk padat
sebagai akibat dari kegiatan rumah sakit yang terdiri dari limbah padat medis dan non medis.
Limbah padat medis merupakan limbah yang sifatnya infeksius, sangat infeksius atau
sitotoksis. Jumlah limbah padat medis suatu rumah sakit tidak hanya bergantung dari jumlah
tempat tidurnya saja akan tetapi juga sangat dipengaruhi oleh jumlah pasien dan jenis
penyakit yang dideritanya. Untuk limbah padat non medis penaganannya tidak memerlukan
pengolahan yang khusus seperti limbah padat medis.
1. Proses Pengolahan Limbah Padat
Rumah Sakit Jiwa Daerah Provinsi Kepulauan Bangka Belitung tidak mempunyai tempat
untuk Instalasi Pengolahan Limbah Padat (IPLP) karena itu Rumah Sakit Jiwa Daerah
Provinsi Kepulauan Bangka Belitung tidak mengolah sendiri untuk limbah padat
medisnya
Sebelum diangkut untuk dimusnahkan limbah yang telah diambil dari unit masing
masing Rumah Sakit Jiwa Daerah Provinsi Kepulauan Bangka Belitung dipilah-pilah
dahulu, dimana limbah padat medis dan non medis dipisahkan dengan memberi identitas
yang berbeda. Untuk limbah padat medis identitasnya dengan kantong warna kuning, dan
jarum suntik dimasukkan kedalam derigent atau wadah yang tidak bisa tembus.
Sedangkan limbah padat non medis penanganannya tidak memerlukan pengolahan yang
khusus seperti limbah padat medis dan diberi identitas kantong warna hitam. Limbah
padat medis dan non medis diangkut dengan menggunakan troly pengangkut sampah oleh
petugas dengan memakai alat pengaman dan kemudian disimpan ditempat penampungan
limbah padat medis sementara yang ada di belakang Rumah Sakit Jiwa Daerah Provinsi
Kepulauan Bangka Belitung sampai penuh.
Limbah Cair
Limbah Cair rumah sakit adalah semua air buangan termasuk tinja yang berasal dari
kegiatan rumah sakit yang kemungkinan mengandung mikro-organisme, bahan kimia beracun
dan radioaktif serta darah yang berbahaya bagi kesehatan.
19
Keputusan
Menteri
Negara
Lingkungan
Hidup
No
Kep.
58/MENLH/12/1995
2) Tujuan Pengolahan
Prinsip dasar pengolahan limbah cair adalah menghilangkan atau mengurangi
kontaminan yang terdapat didalam limbah cair sehingga hasil olahan limbah
dapat dimanfaatkan kembali atau tidak mengganggu lingkungan apabila
dibuang ke tanah atau ke badan air penerima.
3) Proses Pengolahan Limbah Cair
Proses pengolahan limbah cair yang adalah sebagai berikut :
Di dalam IPAL mula-mula air limbah melewati Fine Screening atau saringan,
ini bertujuan untuk menyaring partikel tersuspensi kasar/kotoran yang besar
(lebih besar dari 1 cm) yang terbawa dalam air limbah agar tidak masuk
menuju ke IPAL, air limbah kemudian dimasukkan ke dalam Bak Equalisasi.
Bak Equalisasi berfungsi sebagai penampung fluktuasi debit air limbah yang
masuk dan penampung macam-macam karakteristik/sifat air limbah yang
berbeda-beda seperti : pH tinggi dari laundri/cucian, lemak dari dapur ataupun
kamar mandi. Dengan adanya bak equalisasi beban air limbah dapat
dihomogenasikan (disetarakan) baik secara kualitas maupun kuantitas,
sehingga sistem dapat berjalan dengan efisien tinggi dan optimal. Di dalam
bak equalisasi juga dibantu dengan Submersible Aerator untuk membantu
proses aerasi.
Dari bak equalisasi air limbah dipompa menuju Clarifer Tank yang bertujuan
untuk mengendapkan padatan-padatan yang tidak tersaring pada screen. Dari
Clarifer air limbah secara visual suadah lebih bersih tetapi beban polutannya
masi diatas ambang batas, seperti BOD, COD dll masih hampir sama seperti
waktu air limbah masuk. Dari Clarifer ini air kemudian masuk ke Biodetox.
Sedangkan endapan yang terkumpul di dalam Clarifer akan dialirkan secara
otomatis ke dalam Sludge Tank.
20
21
BAB VI
PERALATAN, PENGOPERASIAN DAN ALAT KONTROL
A.
saringan 1 cm. Berfungsi untuk menyaring sampah yang terikut ke dalam IPAL. Sampahsampah yang akan tersaring dalam hal ini adalah sisa-sisa kotoran, plastik, sisa makanan, sisa
pembungkus, kertas tissue, dll. Sampah harus dipisahkan dari air limbah supaya pengolahan
air limbah (terutama pompa-pompa) tidak terganggu dan dapat berlangsung lebih efisien.
Secara periodik saringan ini harus diangkat dan diambil kotoran padatnya.
Cara mengangkat atau membersihkan kotoran:
-
Matikan pompa Sump Pit, dengan cara meletakkan posisi Selector Swich
pada kontrol panel di posisi OFF.
B.
Equalisasi
Di dalam bak equalisasi terdapat pompa equalisasi yang berfungsi untuk membantu proses
aerasi. Pompa Equalisasi di design dengan kapasitas yang lebih besar dari kapasitas air
limbah yang masuk, maka ada sebagian air limbah yang disirkulasikan kembali ke dalam Bak
Equalisasi.
Cara pengoperasian Pompa Equalisasi :
-
Dari dalam panel kontrol, tempatkan Selector Swich untuk Pompa 1 & 2
pada posisi AUTO.
22
Otomatis pompa akan beroperasi jika level kontrol (radar) telah mencapai
titik atas
Di dalam Bak Equalisasi telah dilengkapi dengan 3 (tiga) unit level kontrol
yang berfungsi untuk mengatur operasi kedua pompa dan alarm jika terjadi kenaikan air
sampai batas yang telah ditentukan
C. Clarifier
Clarifier berfungsi sebagai unit pemisah anatara partikel-partikel atau padatan dengan air
agar air yang keluar dari Clarifier terpisah antara air dan padatannya. Padatan yang terkumpul
dalam bentuk lumpur akan turun ke dasar Clarifier yang berbentuk kerucut.
Clarifier dilengkapi dengan Tube Settler yang berguna untuk mempercepat proses
pembentukan endapan. Lumpur yang terkumpul secara kontinyu dikembalikan lagi ke Grit
Chamber dengan sitem Air Lift
D. Biodetox
FBK- Bioreactor (Biodetox) merupakan sistim pengolah limbah secara aerobik dengan
menggunakan sistim Fixed Bed Cascade. Sistem ini terdiri dari sebuah reaktor dan di
dalamnya terdapat elemen fixed bed yang berfungsi sebagai tempat berkembang biaknya
mikroorganisme. Mikroorganisme pembentuk film akan melekat, tumbuh dan berkembang
pada permukaan elemen tersebut. Kemudian dari sisi bawah elemen fixed bed terebut diaerasi
dengan menggunakan Blower untuk menciptakan suasana aerobik. Pada saaat start-up,
FBK-Bioreactor
(Biodetox)
ditambahkan
cairan
mikroorganisme.
Organisme
yang
Pengujian Laboratorium :
Dilakukan uji secara kimia dan fisika, yaitu perbandingan kualitas air limbah yang masuk dan
keluar dari proses. Hasil yang benar ditunjukkan dengan adanya penurunan kadar polutan
(BOD,COD,dll).
E. Blower
Blower yang digunakan untuk proses aerasi adalah typemaintenance free yang tidak
memerlukan penambahan oli dan gemuk (grease), hanya diperlukan pengggantian bearing
(laher) dalam waktu yang telah ditentukan.
Cara pengoperasian Blower :
Dari dalam panel kontrol, tempatkan Selector Swich Blower pada posisi AUTO
F. Dosing Pump
Berfungsi untuk menginjeksi kaporit setelah Biodetox untuk mematikan bakteri-bakteri
yang ada.
Cara pengoperasian Pompa Dosing :
-
Dari dalam panel kontrol, tempatkan Selector Swich untuk pompa Dosing
posisi AUTO
G. Polishing Tank
Polishing Tank berfungsi sebagai bak pengendapan terakhir dan bak khlorinasi sebelum
masuk ke Treated Water Tank. Di dalam Treated Water Tank terdapat Pompa Sprayer yang
berfungsi untuk memotong busa di dalam Biodetox. Pompa Sprayer hanya difungsikan
apabila terdapat busa di dalam Biodetox.
Cara pengoperasian Pompa Sprayer
-
Dari dalam panel kontrol, tempatkan Selector Swich untuk Pompa Sprayer
posisi AUTO
24
H. Panel Kontrol
Pandangan instrument pada panel kontrol pada Unit Instalasi Air Limbah adalah sebagai
berikut:
Lampu Indikator Fase R,S,T:
Sebagai indikator tegangan untuk fase R,S,T (dengan warna merah, hijau, kuning) yang
masuk ke panel IPAL. Jika salah satu lampu indikatornya tidak bekerja, kemungkinan ada
salah satu tegangan yang hilang atau lampu indikator putus.
Voltmeter
Sebagai penunjuk tegangan sesuai pilihan yang ditentukan pada Voltmeter Swich. Tegangan
normal untuk tiga fase adalah 380 V (misalnya R-S), dengan toleransi 10 20 % dan 220 V
untuk satu fase (misalnya R-N).
Voltmeter Swich
Sebagai saklar pemilih untuk mengetahui tegangan yang ditampilkan. Ada 7 (tujuh) posisi
saklar untuk menunjukkan tegangan antar fase dan tegangan fase dengan netral.
Amperemeter
Sebagai penunjuk arus/beban dipakai oleh peralatan-peralatan yang sedang beroperasi.
Amperemeter Swich
Sebagai saklar pemilih arus beban untuk masing-masing fase.
Selector Swich
Sebagai saklar pemilih untuk memilih kondisi operasi masing-masing peralatan. Ada 3 (tiga)
pilihan :
-
AUTO, untuk posisi AUTO (otomatis), posisi ini sangat disarankan karena
pada posisi ini semua peralatan telah dirancang dalam segi fungsi dan keamanan peralatan
25
BAB VII
PENGECEKAN AWAL SEBELUM PENGOPERASIAN
A. Pengecekan Pompa Submersible (Celup)
Setelah instalasi (baik mekanikal maupun elektrikal), lakukan pengecekan sebagai
berikut:
Hidupkan pompa (pada posisi manual) sebentar, check aliran air yang keluar dari pipa.
B. Pengecekan Blower
Setelah instalasi (baik mekanikal maupun elektrikal), lakukan pengecekan sebagai
berikut:
Hidupkan Blower (pada posisi manual) sebentar, check putaran blower, harus sesuai
dengan arah putaran yang pada motor Blower, dan apabila terbalik, lakukan perubahan
fase tegangan (misalnya dari S ke R).
C. Pengecekan Pompa Sprayer
Setelah instalasi (baik mekanikal maupun elektrikal), lakukan pengecekan sebagai berikut
:
-
Lakukan pengisian air pada sisi inlet pompa melalui baut pengisian pompa
sampai airnya keluar dari lubang baut. Perhatikan apa permukaan air turun, apabila tidak
tutup Kembali lubang tsb. Jika berkurang, berarti ada sambungan atau foot valve yang
bocor
Hidupkan pompa (pada posisi manual) sebentar, check air yang keluar dari
pipa
26
Setelah instalasi (baik mekanikal maupun elektrikal), lakukan pengecekan sebagai berikut
:
Lakukan pengisian air pada sisi inlet pompa dengan cara mengisi slang dengan air sampai
penuh. Jalankan pompa dosing (secara manual) dengan penyetelan Speed & Stroke pada
posisi maksimal sampai airnya keluar dari sisi outlet.
E. Pengecekan Level Kontrol
Lakukan pengecekan level kontrol untuk mengetahui fungsi otomatis pompa dan alarm
untuk :
Bak Equalisasi
-
Angkat level kontrol pertama (yang paling dalam), otomatis salah satu
pompa Equalisasi
27
BAB VIII
KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA
PETUGAS PENGELOLA LIMBAH
A. Kesehatan Kerja Limbah
Setiap melakukan pembersihan yang berhubungan dengan limbah harus menggunakan :
-
Cuci tangan, kaki atau bagian tubuh yang terkena air limbah dengan air
bersih dan sabun antiseptic
Harus menggunakan baju lengan panjang dan celana panjang. Ujung baju
dan celana harus dikancingkan / diikat sehingga tidak ada bagian dari pakaian
yang menjulur keluar
28
Harus menggunakan sarung tangan karet dan sepatu yang bersol karet dan
tidak berpaku (sebagai isolator) dan semuanya harus selalu dalam keadaan kering
Tidak bersandar dan tangan tidak menyentuh apapun selain bagian yang
dikerjakan
Menggunakan peralatan (obeng, tang, dll) yang berlapis karet atau plastik
2. Peralatan Mekanik
Peralatan mekanik yang dapat membahayakan adalah blower dan pompa.
-
Bila pekerjaan diperkirakan akan memakan waktu cukup lama maka harus
dipertimbangkan akan terjadinya banjir karena pompa-pompa tidak bekerja.
Dalam hal ini sebaiknya kabel sumber daya peralatan yang akan dikerjakan
dilepaskan dari panel kontrol agar panel kontrol dapat dinyalakan kembali
29
30