Anda di halaman 1dari 14

1

PROPOSAL HOME VISITE


PENDIDIKAN KESEHATAN
PENDERITA GANGGUAN JIWA DENGAN HALUSINASI
DALAM MENCEGAH KEKAMBUHAN DI RUMAH

Oleh Kelompok V
1.
2.
3.
4.
5.
6.

Silaturrahman
Samsul Hidayat
Saparwadi
Nurhasnah
Samsul Hakim A
Husnul Chotimah

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN (STIKES) HAMZAR
LOMBOK TIMUR - NUSA TENGGARA BARAT
2016

PENDIDIKAN KESEHATAN
PENDERITA GANGGUAN JIWA DENGAN ISOLASI SOSIAL
DALAM MENCEGAH KEKAMBUHAN DI RUMAH

A.

LATAR BELAKANG
Gangguan jiwa merupakan suatu perubahan dalam pikiran, perasaan dan
perilaku umumnya berlebihan, berkurang atau tidak normal. Gangguan jiwa
ada berbagai macam diantaranya waham, halusinasi, perilaku kekerasan,
isolasi sosial, harga diri rendah, defisit perawatan diri. Gangguan jiwa
disebabkan oleh berbagai faktor diantaranya faktor biologis, biokimia,
lingkungan. Gangguan jiwa tersebut mempunyai berbagai macam tanda dan
gejala yang berbeda-beda. Jika penyakit jiwa kambuh dapat menimbulkan
berbagai efek yang dapat menimbulkan keresahan ataupun ketakutan di
masyarakat, karena terkadang jika pasien jiwa kambuh mereka merusak
ataupun mengamuk. Gangguan jiwa dapat muncul dan kambuh secara tibatiba, adapun kekambuhan dari gangguan jiwa biasanya disebabkan karena
ketidakpatuhan penderita dalam minum obat, penolakan lingkungan keluarga,
dan kurang pengetahuan dari keluarga (Kelliat, 2009).
Berdasarkan Badan Kesehatan Dunia (WHO), jumlah penderita gangguan
jiwa di dunia pada 2001 adalah 450 juta jiwa. Dengan mengacu data tersebut,
kini jumlah itu diperkirakan sudah meningkat. Diperkirakan dari sekitar 220
juta penduduk Indonesia, ada sekitar 50 juta atau 22 persennya, mengidap
gangguan kejiwaan (Hawari, 2009).

Gangguan jiwa dengan isolasi sosial merupakan salah satu jenis gangguan
jiwa yang juga banyak terjadi. Gangguan jiwa dengan isolasi sosial
dipengaruhi

oleh

faktor

perkembangan

dan

sosial

budaya.

Faktor

perkembangan yang terjadi adalah kegagalan individu sehingga terjadi tidak


percaya pada orang lain, ragu, takut salah, pesimis putus asa terhadap
hubungan dengan orang lain. Biasanya disebabkan oleh, perceraian, putus
hubungan, peran keluarga yang tidak jelas, orang tua pecandu alkohol dan
penganiayaan anak. Manifestasi klinik pada klien dengan isolasi sosial adalah
apatis, ekpresi sedih, afek tumpul, menyendiri, banyak diam diri di kamar,
menunduk, menolak hubungan dengan orang lain, perawatan diri kurang
posisi tidur seperti janin (menekur). Dan resiko dari gangguan jiwa isolasi
sosial adalah terjadinya resiko perubahan sensori persepsi (halusinasi). Maka
diperlukan perawatan yang tepat untuk penderita gangguan jiwa dengan
isolasi sosial ini. Perawatan di rumah dan peran dari lingkungan sekitar
merupakan salah satu hal penting yang mempengaruhi kesembuhan penderita
gangguan jiwa dengan isolasi sosial. Hal inilah yang melatarbelakangi kami
dalam mengambil judul Pendidikan Kesehatan Penderita Gangguan Jiwa
dengan Isolasi Sosial dalam Mencegah Kekambuhan Di Rumah

2.

TUJUAN KEGIATAN

1.

Tujuan Umum:
Setelah proses pembelajaran keluarga/klien mampu memahami dan
berperan serta dalam merawat klien dengan gangguan jiwa halusinasi.

2.

Tujuan Khusus:
Setelah proses pembelajaran keluarga mampu:
a.

Memahami pengertian dan ciri sehat jiwa serta gangguan


jiwa dengan halusinasi.

b.

Memahami faktor penyebab terjadinya kekambuhan pada


pasien gangguan jiwa dengan halusinasi.

c.

Memahami alasan dan akibat penderita gangguan jiwa


dengan halusinasi harus minum obat secara rutin.

3.

SASARAN KEGIATAN
Sasaran kegiatan ini adalah keluarga dan klien yang pernah mengalami

gangguan jiwa dengan halusinasi.

4.

BENTUK KEGIATAN

1. Pembentukan grup atau kelompok diskusi


2. Perkenalan masing-masing anggota kelompok
3. Eksplorasi tingkat pengetahuan keluarga mengenai penyakit yang dialami
klien
4. Eksplorasi cara keluarga yang biasa dilakuan untuk mencegah kekambuhan
klien

5.

ALAT PERAGA

Alat yang digunakan dalam pendidikan kesehatan ini adalah :


Leaflet

6.

METODE

Metode yang digunakan adalah ceramah dan tanya jawab.

7.

PERENCANAAN WAKTU

Hari / tanggal

: Kamis, 20 Oktober 2016

Tempat

: Rumah Pasien Sdr. A

Waktu

: Jam 16.00-16.45 WIB

Setting

1. Diskusi awal
2.
Aktivitas inti
3.
Evaluasi

: 10 menit
: 15 menit
: 10 menit

Jumlah total waktu yang diperlukan

: 35 menit

8.
Presentator

ORGANISASI
: Samsul Hidayat

Moderator : Silaturrahman

9.

SASARAN

Klien dan keluarga klien Sdr.A

10.
Tahap
Pembukaan

TAHAP-TAHAP PELAKSANAAN
Kegiatan Perawat
1. Memberi salam

Kegiatan keluarga
Waktu
1. Menjawab salam 10

2. Memperkenalkan diri

2. Mendengar

3. Menjelaskan tujuan

3. Mendengar

4. Memberi kesempatan untuk

4. Bertanya

menit

bertanya
Inti

5. Apersepsi
1. Menjelaskan

mengenai

5. Menjawab
materi 1. Mendengarkan

penyuluhan yang terdiri dari :

dan

pengertian dan ciri sehat jiwa dan

memperhatikan

gangguan jiwa, alasan dan akibat


penderita gangguan jiwa harus
minum obat secara rutin, faktor
penyebab terjadinya kekambuhan
pada pasien gangguan jiwa, hal
yang

harus

dilakukan

oleh

keluarga jika penderita menolak


minum obat, peran keluarga bagi
penderita gangguan jiwa di rumah.
2. Memberikan kesempatan kepada
keluarga untuk bertanya.
3. Menjawab pertanyaan yang
diajukan keluarga.

2. Mengajukan
pertanyaan
3. Mendengarkan
dan

15
menit

Tahap
Penutup

Kegiatan Perawat
1. Evaluasi secara lisan
2. Memberi pujian
3. Menyimpulkan

Kegiatan keluarga
memperhatikan
1. Menjawab
pertanyaan

Waktu
10
menit

2. Menjawab salam

4. Memberi salam penutup

11.
1.

EVALUASI
Evaluasi struktur
1)

Keluarga berkumpul ditempat yang sudah disesuaikan saat


kontrak.

2.

2)

Penyuluhan kesehatan dilaksanakan di rumah Tn.A

3)

Sarana dan prasarana memadai.

Evaluasi proses
1) Moderator memberi salam dan memperkenalkan diri.
2) Moderator menjelaskan tujuan dari penyuluhan.
3) Moderator melakukan kontrak waktu dan menjelaskan mekanisme
penyuluhan.
4) Moderator menyebutkan materi penyuluhan yang akan diberikan.
5) Penyaji menggali informasi dan pengalaman yang telah diketahui
peserta tentang penanganan resiko perilaku kekerasan.
6) Penyaji menjelaskan tentang hal yang dapat dilakukan untuk
menangani resiko perilaku kekerasan di rumah.
7) Peserta memperhatikan terhadap materi penyuluhan kesehatan.

8) Tidak ada peserta yang meninggalkan tempat penyuluhan sampai


selesai.
9) Peserta mengajukan pertanyaan dan menjawab pertanyaan dengan
benar.
3.

Evaluasi Hasil
a.

Peserta memahami tentang cara menghardik halusinasi, pasien


yang mengalami gangguan jiwa setelah perawatan di rumah sakit.

b.

Jumlah peserta yang hadir dalam penyuluhan kesehatan sesuai


yang diharapkan minimal 3 orang.

c.

Kegiatan berjalan sesuai dengan tujuan yang dicapai.

DAFTAR PUSTAKA

Anonim. (2009). Keperawatan Jiwa Terapi Aktivitas Kelompok. Jakarta : EGC.


Keliat, B. A, (2011). Peran Serta Keluarga Dalam Perawatan Klien Gangguan
Jiwa. Jakarta: EGC

Nurjannah I. (2004) Pedoman Penanganan pada Gangguan Jiwa. Yogyakarta :


Mocomedia.
Soekarto. A (2003). Psikiatri Klinik Ed.3. Yogyakarta : Bag. Ilmu Kedokteran
Jiwa FK.
Stuart, G. W. (2007). Buku Saku Keperawatan Jiwa . Edisi 5. Jakarta. EGC.
Suliswati, Dkk. (2005). Konsep dasar keperawatan jiwa. Edisi I. Jakarta: EGC.
Yosep, I. (2012). Keperawatan Jiwa Edisi Revisi. Bandung: PT Refika Aditama.

Lampiran Materi
PENDIDIKAN KESEHATAN
PENDERITA GANGGUAN JIWA DENGAN ISOLASI SOSIAL
DALAM MENCEGAH KEKAMBUHAN DI RUMAH

A. Pengertian Sehat Jiwa

Sehat jiwa adalah kondisi seseorang yang terus tumbuh berkembang dan
mempertahankan keselarasan dlm pengendalian diri serta terbebas dari stres
yang serius (Yosep, 2012).

B. Ciri-ciri Sehat Jiwa


Ciri-ciri sehat jiwa menurut Yosep (2012) antara lain:
a. Sikap positif terhadap diri sendiri
b. Tumbuh kembang dan aktualisasi diri
c. Integrasi (keseimbangan/keutuhan)
d. Otonomi
e. Persepsi realistis
f. Kecakapan dalam adaptasi lingkungan

C. Pengertian Gangguan Jiwa


Gangguan jiwa adalah gangguan dalam cara berpikir (cognitive), kemauan
(volition),emosi (affective), tindakan (psychomotor) (Yosep, 2012). Gangguan
jiwa menurut Depkes RI (2000) adalah suatu perubahan pada fungsi jiwa yang
menyebabkan adanya gangguan pada fungsi jiwa, yang menimbulkan
penderitaan pada individu dan atau hambatan dalam melaksanakan peran
sosial.
Halusinasi adalah sensasi panca indera tanpa adanya rangsangan. Klien
merasa melihat, mendengar, membau, ada rasa raba dan rasa kecap meskipun

10

tidak ada sesuatu rangsang yang tertuju pada kelima indera tersebut (Izzudin,
2005)

D. Ciri-ciri Gangguan Jiwa


Ciri-ciri orang dengan gangguan jiwa menurut Soekarto (2003) antara lain:
1. Gangguan fungsi tubuh
a. Sukar tidur
b. Tidak nafsu makan dan makanya hanya sedikit
c. Buang air kecil lebih sering, ngompol, sulit buang air besar (sembelit)
2. Ganguan fungsi mental
a.

Perilaku aneh membuat keluarga, orang lain malu dan bingung,


membahayakan diri dan orang lain

b.

Aktif sekali, gelisah, mengancam tanpa tujuan, hilang minat terhadap


kegiatan sehari-hari dan lingkungan

c.

Duduk atau berbaring berjam-jam atau menolak untuk bergerak.

d.

Banyak bicara atau diam, pembicaraan sulit dimengerti dan tidak


berhubungan.

e.

Menunjukan sedih atau gembira yang berlebihanmungkin mendengar


suara atau melihat sesuatu yang tidak dapat dirasakan oleh orang lain

f.

Melupakan hal-hal yang penting

g.

Tidak mampu mengambil keputusan

h.

Perubahan tingkat kesadaran

3. Perubahan pribadi dan sosial

11

Mengabaikan kebutuhan tubuh dan kebersihan diri seperti tidak mau mencuci,
menyisir rambut, menolak mandi atau berganti pakaian.

E. Tanda dan gejala isolasi sosial:


Menurut Hamid (2000), perilaku klien yang terkait dengan halusinasi adalah
sebagai berikut:
1. Bicara sendiri.
2. Senyum sendiri.
3. Ketawa sendiri.
4. Menggerakkan bibir tanpa suara.
5. Pergerakan mata yang cepat
6. Respon verbal yang lambat.
7. Menarik diri dari orang lain.
8. Berusaha untuk menghindari orang lain.
9. Tidak dapat membedakan yang nyata dan tidak nyata.
10. Terjadi peningkatan denyut jantung, pernapasan dan tekanan darah.
11. Perhatian dengan lingkungan yang kurang atau hanya beberapa detik.
12. Berkonsentrasi dengan pengalaman sensori.
13. Sulit berhubungan dengan orang lain.
14. Ekspresi muka tegang.

F. Alasan Penderita Gangguan Jiwa Harus Minum Obat Secara Rutin:


1. Untuk memacu atau mengahambat fungsi mental yang terganggu
1. Memperbaiki kondisi penderita

F. Akibat Jika Pasien Tidak Teratur Atau Berhenti Minum Obat


Ketidakteraturan minum obat dapat menimbulkan kekambuhan

G. Faktor yang Menyebabkan Kekambuhan Penderita


1. Penderita
a.Kepatuhan pengobatan yang kurang

12

b.Tipe kepribadian (tertutup atau terbuka)


c.Masalah yang dihadapi selama di rumah

2. Keluarga dan lingkungan


a.Penolakan terhadap penderita gangguan jiwa seperti pengucilan,
diejek,tidak diterima.
a.Komunikasi tidak terbuka, tidak melibatkan penderita dalam pergaulan.
b.Kurang atau tidak memberikan aktivitas yang sesuai dengan kemampuan
penderita, kurang memberikan

pujian terhadap kemampuan positif

penderita.

3. Kurang pengetahuan keluarga tentang pola perilaku penderita dan


penangananya, pengawasan minum obat
I. Peran Keluarga dan Lingkungan Sekitar
1. Memberikan perhatian dan rasa kasih sayang dan penghargaan sosial kepada
penderita
2. Mengawasi kepatuhan penderita dalam minum obat.
3. Bantu penderita untuk selalu berinteraksi dengan lingkungan
4. Beri kegiatan yang positif untuk mengisi waktu penderita dirumah.
5. Jangan biarkan penderita menyendiri, libatkan dalam kegiatan sehari-hari.
6. Memberikan pujian jika penderita melakukan hal yang positif.
7. Jangan mengkritik penderita jika penderita melakukan kesalahan.

13

8. Menjauhkan penderita dari pengalaman atau keadaan yang menyebabkan


penderita merasa tidak berdaya dan tidak berarti
9. Membawa penderita untuk kontrol rutin kepelayanan kesehatan

Anda mungkin juga menyukai